H. Oot A. Suhada
E-mail: patwapurba174@gmail.com
Universitas Islam Al-Ihya Kuningan
ABSTRAK:
Modernisasi Pendidikan dapat diasumsikan sebagai penyelenggaraan pendidikan
sekolah dan madrasah modern yang mengakibatkan perubahan dibanyak pesantren
dimana sistem pendidikannya dengan cara menyelenggarakan pendidikan yang
memasukkan ilmu-ilmu non keislaman. Akhir-akhir ini, pesantren-pesantren tersebut
menyelenggarakan sistem pendidikan sekolah dengan menggunakan kurikulum yang
mengikuti program dan kurikulum pemerintah. Sementara itu terdapat pesantren yang
tetap bertahan dengan sistem pendidikan tradisionalnya dan menolak pendidikan
sekolah dan madrasah modern. Pondok Pesantren Nurul Barokah merupakan salah
satu pesatren dengan tipe tersebut. Fokus penelitian ini adalah aspek-aspek
kebertahanan Pondok Pesantren Salafiyah Nurul Barokah dengan sistem pendidikan
tradisionalnya di tengah gojlokan arus modernisasi pendididkan, berupa sistem
pendidikan madrasah dan sekolah formal, landasan berpikir Pengasuh Pondok
Pesantren Salafiyah Nurul Barokah bisa tetap bertahan dalam menghadapi gojlokan
modernisasi pendidikan, faktor-faktor yang mempengaruhi kebertahanannya dan
implikasi kebertahanan pesantren di tengah gojlokan arus modernisasi terhadap
proses pembelajaran yang dilaksanakannya.
ABSTRACT:
Modernization of education can be assumed as the implementation of modern school
and madrasah education which has resulted in changes in many pesantren where the
education system is organized by providing education that includes non-Islamic
sciences. Recently, these pesantren have implemented a school education system
using a curriculum that follows government programs and curricula. Meanwhile,
there are pesantren that persist with their traditional education system and reject
modern school and madrasah education. Pondok Pesantren Nurul Barokah is one of
the fast-growing types of this type. The focus of this research is the aspects of the
survival of the Nurul Barokah Salafiyah Islamic Boarding School with its traditional
education system in the midst of the current stream of modernization of education, in
the form of a formal madrasah and school education system, the basic thinking of
Nurul Barokah Salafiyah Islamic Boarding School Caregivers can survive in the face
of educational modernization gossip, factors -factors that affect its sustainability and
the implications of the sustainability of the pesantren in the midst of the
modernization stream towards the learning process it carries out.
METODE
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan tujuan penelitian yang ingin
dicapai, penelitian ini bersifat verifikasi hipotesis menggunakan metode survei
dengan pendekatan teknik korelasional. Penelitian ini sangat singkat sesuai dengan
kuota waktu yang tersedia. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh
Ustadz-ustadzah di Pondok Pesantren yang berada diwilayah administrasi Kecamatan
Maleber Kabupaten Kuningan yang berjumlah 5 Pondok Pesantren. Sedangkan
populasi terjangkaunya adalah Ustadz-ustadzah di satu Pondok Pesantren saja yaitu
Pondok Pesantren Nurul Barokah Desa Cipakem yang terdiri dari 12 orang Ustadz-
Ustadzah dan 3 orang Pengurus Dewan Pesantren yang diambil secara cluster random
sampling sehingga Penelitian ini hanya dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul
Barokah Desa Cipakem Kecamatan Maleber Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
PEMBAHASAN
A. Kebertahanan
B. Gojlokan
C. Pesantren Salafiyah
1. Pengertian Pesantren
Secara bahasa, kata pesantren berasal dari kata santri dengan awalan
pe- dan akhiran -an (pesantrian) yang berarti tempat tinggal para santri.
Sedangkan kata santri sendiri berasal kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa
sansekerta yang artinya melek huruf. Dalam hal ini menurut [ CITATION Nur \l
1033 ] agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang
jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan
berbahasa Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari
bahasa Jawa, dari kata “cantrik”, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti
seorang guru kemana guru itu pergi menetap.
Sedangkan secara istilah, [ CITATION Hus \l 1033 ] mendefinisikan
pesantren dengan sebutan dunia tradisional Islam. Maksudnya, pesantren
adalah dunia yang mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi Islam yang
dikembangkan ulama’ (kiai) dari masa ke masa, tidak terbatas pada periode
tertentu dalam sejarah Islam. Di Indonesia, istilah pesantren lebih populer
dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok
berasal dari bahasa Arab funduq, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan
tempat tinggal sederhana.
Dari terminology diatas, mengindikasikan bahwa secara kultural
pesantren lahir dari budaya Indonesia. Mungkin dari sinilah Nur Cholis Majid
berpendapat bahwa secara historis, pesantren tidak hanya mengandung makna
keislaman, tetapi juga makna keaslian Indonesia. Sebab, memang cikal bakal
lembaga pesantren sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam
tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengislamkannya
2. Bentuk-Bentuk Pesantren
Pondok Pesantren Nurul Barokah yang beralamat di RT. 001 RW. 001 Dusun
Salasa Desa Cipakem Kecamatan Maleber (dulu masih Kecamatan Lebakwangi)
Kabupaten Kuningan Jawa Barat di dirikan oleh KH. Yakub Anshor sejak tanggal 1
Juli 1994 bertepatan dengan tanggal 21 Shofar 1415 H. Pondok Pesantren Nurul
Barokah Cipakem dimulai dari pengajian di sebuah langgar Al-Barokah yang
didirikan oleh Kiai Haji Yakub Anshoruddin, dengan materi pembelajaran berupa
baca tulis Al-Qur’ân dan ditambah dengan pengetahuan ilmu-ilmu agama Islam
tingkat dasar. Santri pada periode ini adalah anak-anak dan remaja di desa Cipakem
Kecamatan Maleber Kabupaten Kuningan sebagai santri kalong. Pada tahun
berikutnya Kiai Haji Yakub Anshoruddin memperluas pendidikan langgar dengan
sistem pesantren yang menggunakan sistem pendidikan salafiyah, yaitu materi
pembelajaran kitab-kitab keislaman klasik dengan metode bandongan dan sorogan.
Sampai saat ini, sistem pendidikan ini masih dipertahankan. Sejalan dengan itu,
Pondok Pesantren Nurul Barokah mempertahankan nilai-nilai pesantren salafiyah
berupa kesederhanaan, kemandirian, dan asketisme yang terbukti dapat membentengi
pesantren dari gempuran, pengaruh luar pesantren yang diistilahkan dengan bertahan
dengan gojlokan modernisasi Pendidikan. Meskipun demikian, dalam banyak hal,
pesantren ini telah mengadakan berbagai penyesuaian-penyesuaian dengan prinsip-
prinsip pendidikan modern. Penyesuaian-penyesuaian tersebut terutama sekali
menyangkut sistem penjenjangan, kepemimpinan dan manejemen pendidikan serta
metodologi pembelajarannya.
Keberadaan Pondok Pesantren Nurul Barokah yang sampai saat ini---Dan
tetap samapai akhir jaman--- tetap bertahan dengan ketradisionalannya ditengah-
tengah arus gojlokan modernisasi pendidikan yang lebih terbarukan disebabkan,
antara lain:
D. Nilai kemandirian
Nilai dari sebuah kemandirian juga ditanamkan dan dipelihara dengan
sikap hidup pengasuh Pesantren dengan tidak menggantungkan bantuan dari
pihak-pihak di luar pesantren dengan tetap memberdayakan kemampuan (dana)
yang dimilikinya sendiri. Kemampuan dana pesantren didapatkan dari uang
bulanan (syahriyah) yang dipungut dari semua santri aktif di pesantren ditambah
dengan sumbangan dari masyarakat secara suka rela. Kemandirian yang tetap
dipertahankan tersebut paling tidak sebagai ungkapan bahwa Pesantren tidak akan
tunduk total kepada program-program pemerintah—terutama sekali dalam
pendidikan yang secara psikologis mereka akan sulit menolak sistem pendidikan
modern. Pesantren juga mempertahankan nilai keikhlasan yang ditanamkan dalam
melaksanakan kehidupan di pesantren terutama dalam kegiatan belajar dan
mengajar.
Di samping untuk menanamkan keikhlasan dalam belajar dan mengajar,
dengan tidak diberikannya ijazah formal kepada santri, juga untuk menanamkan
sikap kemandirian kepada santri, yaitu ketidaktergantungan kepada pihak
eksternal terutama sekali pemerintah.
Namun demikian, penanaman rasa kemandirian dengan
ketidaktergantungan kepada pemerintah, bukan berarti tidak menolak bantuan
pemerintah, hanya saja sebuah kemandirian tidak mesti dengan mudah tergiur
dengan tarikan dan godaan dari luar.
MODERNISASI PENDIDIKAN
Istilah modern berasal dari Bahasa Latin akhir abad kelima M, yaitu
modernus, yang digunakan untuk membedakan keadaan orang Kristen dengan orang
Rowawi dari masa pagan yang telah lewat. Sesudah itu, istilah tersebut digunakan
untuk menempatkan keadaan masa kini dalam kaitannya dengan berlalunya zaman
purbakala, yang sering muncul kembali selama periode tersebut di Eropa.
Dalam hubungannya dengan akal, agama dan apresiasi estetik, dinyatakan
bahwa zaman modern merupakan zaman yang lebih maju, lebih baik dan memiliki
kebenaran yang lebih banyak dari pada zaman kuno (zaman sebelumnya). [ CITATION
Pet \l 1033 ] atau Peter Sztompka menyatakan bahwa : Modernisasi merupakan
proses perubahan sistem sosial, ekonomi dan politik yang telah maju di Eropa Barat
dan Amerika dari abad ketujuh belas hingga kesembilan belas, dan kemudian
menyebar ke negara-negara lain, seperti Amerika Selatan, Asia dan Afrika dari abad
ke-19 hingga ke-20.
Dalam perspektif lain, Wilbert Moore menyatakan bahwa modernisasi adalah
transformasi total masyarakat tradisional atau pramodern ke tipe masyarakat
teknologi dan organisasi sosial yang menyerupai kemajuan dunia Barat yang
ekonominya makmur dan situasi politiknya stabil.
Sementara itu HE Chaunqi, dalam makalah yang dipresentasikan pada forum
36 th World Congress of International Institute of Sociology Social Change in the
Age of Globalization pada tanggal 7-11 Juli 2009 di Beijing, China mendefinisikan
modernisasi sebagai berikut:
Kita seharusnya memperluas definisi modernisasi klasik menjadi definisi modernisasi
umum.
Modernisasi umum adalah proses perubahan besar peradaban manusia sejak
revolusi industri pada abad kedelapan belas, meliputi transformasi dari masyarakat
tradisional ke masyarakat modern, ekonomi, politik dan peradaban.
Terdapat dua fase modernisasi dari abad kedelapan belas hingga abad kedua
puluh satu.
- Fase pertama adalah perubahan besar dari masyarakat pertanian ke industri,
ekonomi dan peradaban.
- Fase kedua adalah proses transformasi besar dari masyarakat industri menuju
masyarakat intelektual, ekonomi dan peradaban
Dengan demikian, modernisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses
perubahan peradaban manusia dalam aspek-aspek kehidupannya dari masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern yang terdiri dari dua fase, yaitu: (1) perubahan
dari masyarakat pertanian menuju industri, dan (2) perubahan dari masyarakat
industri menuju masyarakat intelelek, ekonomi, dan berperadaban. Sementara
modernisasi pendidikan, sebagaimana didefinisikan Mochtar Buchori, adalah upaya
melakukan refor- masi pendidikan, yaitu berupa langkah- langkah nyata untuk
memperbaiki seluruh kekurangan yang terdapat dalam sistem pendidikan. Tilaar
membagi reformasi pendidikan menjadi dua lingkup, yaitu: (1) reformasi pendidikan
secara internal, yaitu memberikan kewenangan kepada sekolah untuk melakukan
upaya perbaikan sistem pendidikan yang diselenggarakan, (2) reformasi pendidikan
secara eksternal, yaitu melakukan perubahan sistem pendidikan sebagai bagian dari
reformasi bidang kehidupan lainnya seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Sementara itu, Syabal Badar mendefinisikan modernisasi pendidikan sebagai
perubahan-perubahan yang diyakini akan memberikan dampak yang lebih efiktif
dalam sistem pendidikan, yang berkaitan dengan struktur, sistem, administrasi
pendidikan, program dan metode pembelajaran dan lain-lain.
A. Kesimpulan.
Beberapa hal yang disarankan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Bagi Para ustadz-ustadzah di Pondok Pesantren Nurul Barokah perlu adanya
upaya untuk menjaga dan meningkakan Pelayanan dalam pembelajaran,
karena dengan meningkatnya Pelayanan dalam pembelajaran akan berdampak
positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya pada lingkup di
Pondok Pesantren Nurul Barokah.
2) Bagi Pimpinan dan Pengurus Pondok Pesantren Nurul Barokah agar dapat
melakukan inovasi-inovasi kegiatan dalam kegiatan kepesantrenan. Dan
khusus kepda para pengurus harus dapat menempatkan diri dengan sebaik-
baiknya di dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggara pendidikan
pesantren.
3) Untuk pesantren hendaknya dibangun suasana fisik maupun mental yang
harmonis dan kondusif, sarana dan prasarana pendukung yang memadai,
kebersihan dan keindahan, dan program-program dan acara kegiatan
kepesanrtenan yang melibatkan seluruhnya dalam upaya menjaga dan
meningkatkan serta tetap kokoh bertahan dalam menghadapi gojlokan
modernisasi pendidikan.
4) Bagi para pemangku kebijakan, agar bisa membantu dan memfasilitasi dalam
membangun satu sistem pembelajaran yang lebih baik lagi.
5) Bagi penulis yang meneliti untuk segera menindak lanjuti lebih jauh hasil dari
penelitian ini dengan mengembangkan metode tentang kebertahanan
pesantren Nurul Barokah Cipakem.