NADIR
Disampaikan dalam Kuliah Pend.
Pancasila Universitas Madura Pamekasan
2023
FIlsafat
Istilah ‘filsafat’ secara etimologis merupakan
padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy
(Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani
(philosophia).
Kata philosophia merupakan kata majemuk
yang terususun dari kata philos atau philein
yang berarti kekasih, sahabat, mencintai dan
kata sophia yang berarti kebijaksanaan,
hikmat, kearifan, pengetahuan, kebenaran,
pandai, mengerti dengan mendalam.
Istilah philosophos pertama kali digunakan
oleh Pythagoras.
• Ketika Pythagoras ditanya, apakah engkau
seorang yang bijaksana?
• Dengan rendah hati Pythagoras menjawab,
‘saya hanyalah philosophos, yakni orang
yang mencintai pengetahuan’.
Karenanya dapat dikatakan bahwa filsafat adalah usaha untuk menjawab
pertanyaan terakhir yang tidak secara dangkal mendapatkan solusi.
Artinya, filsafat itu ilmu yang menggambarkan bagaimana manusia melalui akal
pikiran dan pengalaman dapat menemukan kebenaran dan kenyataan yang
akan dijadikan obyeknya melalui metode atau cara kritis, mendasar, radikal,
integral dan universal.
KESADARAN AKAN
KETERBATASAN
PROSES BERFIKIR
FILSAFAT
-Mendasar.
-Sifat yang Menyeluruh (universal),
yaitu pemahaman terhadap hasil filsafat
Karakteristik Berfikir berlaku secara umum.
Filsafat -Radikal, yaitu menganalisis terhadap
ilmu secara mendalam.
-Sistematis, yaitu pengelolaan
terhadap suatu ilmu sistematis, atau runtut.
-Obyektif, ada suatu obyek berfikir seorang filsafat,
Artinya seorang filsuf dalam berfikir tidak
berangkat dari suatu yang hampa.
Unsur-unsur filsafat
Pengetahuan, Suatu hasil pengamatan Indera manusia berdasarkan
pengalaman, sehingga pengetahuan secara benar dapat diperoleh
melalui akal dan pengalaman.
Logika, Pengkajian untuk berfikir secara tepat dalam bentuk
penalaran yang menghasilkan konklusi.
Penalaran, suatu Proses berfikir dalam menarik suatu konklusi
untuk membuahkan ilmu pengetahuan.
Berfikir, suatu kegiatan akal untuk menemukan pengetahuan dan
ilmu yang benar.
Kebenaran, sesuatu yang dapat diinterpretasi sesuai dengan logika
manusia.
Teori Pragmatis
Kebenaran Tuhan
Kebenaran Agama
Kebenaran Ilmu
Bentuk Kebenaran
Kebenaran Indera
Kebenaran Logika
Kebenaran Hukum
Obyektif, kebenaran yang
bersifat universal
SISTEM (SYSTEMIC)
Adalah Filsafat Yang Mempelajari Dan
Mengkaji Pancasila Secara Baik Dan Benar,
Baik Dalam Tatanan Teoritis,
Praksis Dan Implementatif
FILSAFAT PANCASILA / Empirik (Ndr)
Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan,
nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi
dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas
sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila
sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa,
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena
Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the faounding father
kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan
Abdul Gani).
Filsafat tentang Pancasila,artinya
pancasila ditinjau dari aspek sosial yang
bermakna nilai pancasila
harus diaplikasikan sesuai dengan
kebenaran filsafat
Negara Berkedaulatan
Faham negara persatuan Negara Hukum (rechstaat)
Rakyat/demokrasi
(negara kesatuan RI). (vide M. Noor Syam)
Pancasila
Filsafat Pancasila adalah filsafat hidup bangsa, yakni nilai
pilihan sebagai kebenaran terbaik yang disahkan oleh PPKI
sebagai dasar negara Yang digali dari pandangan hidup bangsa.
kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai filsafat hidup dan
filsafat negara diakui pula sebagai sumber cita, jiwa dan
kepribadian (jati diri) bangsa, asas kerokhanian negara ; mulai
kepercayaan kepada Tuhan YME (keagamaan,); kekeluargaan,
musyawarah mufakat, sampai gotong royong, sebagai sari dan
puncak sosio-budaya.
filsafat Pancasila secara mendasar tersirat dalam sila-sila
Pancasila seutuhnya.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistem filsafat.
Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-
bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama
untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya,
antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran
dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran
tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan,
dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat
bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia
Dasar Ontologis Kesatuan Sila-sila
Pancasila
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat sesuatu
atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya
dengan metafisika.
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar
ontologis, epistemulogis, dan aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem
filsafat lainnya seprti liberalisme, komunisme, individualisme, dll.
Dasar Ontologis Pancasila pada hakekatnya manusia yang memiliki hakekat
mutlak monopluralis.
Subyek pendukung pokok sila-sila Pancasila adalah manusia.
Contoh :
Yang berketuhanan YME;
Yang berkemanusiaan yang adil dan Beradab;
Yang berpersatuan;
Yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan;
Yang berkeadilan sosial pada hakekatnya manusia. Vide
Notonagoro, 1975)
Dari segi Falsafah negara, Pancasila merupakan
dasar filsafat negara.
Sedangkan pendukung pokok negara adalah manusia (rakyat).
Maka hakekat dasar antropologis
sila-sila Pancasila adalah Manusia.
Dasar Epistemologi Sila-sila
Pancasila