Anda di halaman 1dari 3

LUKA CITA

Cerita ini di persembahkan untuk mereka yang sudah menggapai cita-cita, berhasil di puji
karena keputusan yang mereka ambil, mendapat pengakuan atas apa yang mereka kerjakan
dengan keras. Sedangkan aku disini masih penuh tanda tanya mau kemana aku setelah ini?

Waktu kecil, aku sempat bercita-cita jadi dokter hewan. kebetulan waktu SD, di seberang
sekolah tentu banyak penjual kaki lima yang punya skill lebih jago dari perusahaan SCBD.

“DAMMM! INI KEONG NYA STOK LAGI!!”

Aku memangilnya bang safari, karena dia jualan berbagai binatang hampir setiap minggu
ganti. ada kelinci, ayam, ikan mas, sampai keong pun ada.

Minggu lalu, aku membeli kelinci. Dan aku memberinya nama singa. tapi entah kenapa
singa tak bertahan lama. Singa mati terserempet motor ibu-ibu. Beberapa hari setelahnya aku
juga membeli ikan, tak lama setelah ku tinggal ambil makan dia sudah hilang dalam wadah
nya. Sepertinya aku tidak berbakat menjadi majikan yang baik.

Keyakinan ku terus tumbuh demikian sampai duduk di bangku SMP. Sayangnya, setelah
sadar jiwa perhewanan ku ini tidak bisa berkembang, dengan berat hati ku ungkapkan.

“Dokter hewan bukan takdir mu dam. Ayo cari cita-cita yang lain.”

Begini lah, jadinya…

“Astronot? Nanti aku bisa keluar angkasa bertemu bulan dan antariksa”

Dan sebetulnya, dua profesi di atas hanya sebagian kecil dari banyaknya cita-cita yang aku
punya dari guru, arsitek, aktor, pramugara, konsultan bahasa asing, penerjemah, bahkan
masinis sekalipun. Sayangnya, gak ada satu pun yang bisa aku lakukan dengan baik.

“Udah bapak bilang kan, coba latih fisik mu. Siapa tahu nanti kamu bisa jadi abdi negara.”

Dan aku memutuskan kalau aku tidak akan memilih menjadi dokter hewan lagi melainkan
aku ingin menjadi abdi negara yaitu polisi, dari smp aku telah banyak mengikuti organisasi
yaitu OSIS dan pramuka untuk mencari banyak pengetahuan dan melatih kemandirianku.

Aku banyak mengikuti perlombaan di SMP, aku juga pernah menjadi salah satu
perwakilan dari SMP ku untuk mengikuti jambore tingkat provinsi. Aku berkali-kali
mengikuti latihan untuk perlombaan tingkat SMP, pulang sekolah hampir menjelang malam.
Bandan capek tapi aku tetap tidak menyerah begitu saja. Sampai orang tua bertanya.

“Apa enggak cape km harus pulang menjelang malam.”


“Semua aku lakukan untuk jadi abdi negara!”

“Tapi tetap ingat kesehatanmu dam.”

“Iya buk, doa in Adam ya.”

Selama aku duduk dibangku SMP aku mempunyai teman yang memiliki cita cita yang
sama denganku, aku bersemangat melatih fisikku, aku sering lari bareng, renang, dll. Waktu
demi waktu aku lewati dengan penuh rasa kepercayaan diri bahwa aku bisa menggapainya.

Waktu menginjak kelas tiga SMP semuanya perjuangan ku terasa sia-sia karena aku tidak
biasa melakukan aktivitas selain hanya berbaring diatas tempat tidur dikarenakan ada virus
yang mematikan waktu itu. Sempat juga keluarga ku terinfeksi virus tersebut dan aku di
evakuasi ke rumah nenek ku agar aku tidak ikut tertular virus. Semua aktivitasku hanya
bermain HP hingga badan ku menjadi tidak ideal lagi.

Pada hari raya Idul fitri dan waktu itu lagi meningkatnya virus yang mematikan aku dan
keluargaku hanya dapat berdiam di dalam rumah karena semua tempat ditutup untuk
mencegah peningkatan penularan virus.

Penyakit itu pun kian lama makin menurun akhirnya saya bisa kembali melatih fisik saya,
walaupun kegiatan dilaur masih dibatasi waktu itu aku hanya bisa olahraga sebisanya, dan
akhirnya aku pun sakit, beberapa hari kemudian aku pun sehat dan kembali beraktivitas.

Tak terasa aku pun sudah duduk dibangku SMA, waktu itu sekolah pun diperbolehkan
oleh pemerintah setelah libur selama dua tahun karena virus, tetapi tidak bisa semuanya
masuk hanya setengah yang diperbolehkan masuk sekolah. Semester satu dilalui tidak terasa
belum kenal dengan teman sekelas.

Cita cita ku terhalang sebentar oleh virus yang mematikan aku pun tidak bisa melakukan
aktivitas, dan tak terasa aku pun naik kelas dua SMA, virus sudah hilang dan semua kegiatan
pun bisa kembali normal.

Aku mengejar cita-cita ku kembali dari nol dikarenakan badan ku yang tidak ideal dan
gara-gara virus mematikan aku malas untuk melakukan kegiatan, aku berlatih sekuat dan
semampu ku walau kadang sempat merasa bermalas-malasan, aku sering menyemangati diri
ku sendiri.

“ SEMANGAT!!!!, KALAU INGIN CITA CITA MU TERCAPAI “

Aku orang yang sampai detik ini, masih sering sedih setiap kali mengingat beberapa hal.
Sekarang kelas tiga SMA, aku semakin bersemangat dan termotivasi untuk mengapai cita cita
ku karena ada teman kelas ku memilih cita cita yang sama dengan ku, sempat beberapa kali
aku ditanya oleh orang tua ku.
“ kamu yakin mau masuk polisi ? “

“ aku yakin aku bisa pak/buk,“ aku meyakinkan orang tuaku untuk menyemangatiku.

“ yaudah nak semangat ya”

Dan aku sampai detik ini terus mengejar cita cita ku dengan sangat bersemangat, walau aku
tidak tahu apakah aku setelah lulus SMA bisa diterima jadi abdi negara.

Anda mungkin juga menyukai