Disusun Oleh:
Abd. Yahya
D021211007
No. Absen 20
Etika profesi teknik adalah studi tentang prinsip-prinsip moral dan nilai-
nilai yang mengatur perilaku para profesional di bidang teknik. Etika profesi teknik
melibatkan pertimbangan moral dalam pengambilan keputusan, tanggung jawab
terhadap masyarakat dan lingkungan, integritas dalam melaksanakan tugas, serta
kewajiban profesional yang berkaitan dengan keahlian teknis.
d. Teknik Kimia
Prinsip-prinsip etika profesi dalam jurusan Teknik Kimia mencakup
aspek moral, tanggung jawab profesional, dan kepatuhan terhadap
standar etika yang relevan. Berikut adalah beberapa prinsip etika
profesi yang umum diterapkan dalam konteks Teknik Kimia:
1.) Keselamatan dan Kesehatan: Insinyur Teknik Kimia memiliki
tanggung jawab utama dalam memastikan keselamatan dan
kesehatan masyarakat serta pekerja di lingkungan kerja mereka.
Mereka harus mempertimbangkan dan menerapkan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mencegah risiko dan melindungi
individu serta lingkungan dari bahaya yang terkait dengan proses
kimia.
2.) Kepatuhan Terhadap Regulasi: Insinyur Teknik Kimia
diharapkan untuk mematuhi regulasi dan standar yang berlaku
dalam praktik dan proyek-proyek mereka. Mereka harus memiliki
pemahaman yang baik tentang peraturan lingkungan, keselamatan
kerja, dan etika profesional yang berkaitan dengan bidang mereka.
3.) Integritas dan Kejujuran: Profesional di bidang Teknik Kimia
diharapkan untuk bertindak dengan integritas dan kejujuran.
Mereka harus menjaga tingkat kepercayaan masyarakat dengan
berkomitmen pada prinsip-prinsip etika, termasuk melindungi
kerahasiaan informasi yang sensitif.
4.) Kualitas dan Keandalan: Insinyur Teknik Kimia diharapkan untuk
mengutamakan kualitas dan keandalan dalam desain, produksi, dan
penggunaan produk kimia. Mereka harus memastikan bahwa proses
dan produk yang mereka kembangkan memenuhi standar mutu
yang ditetapkan.
5.) Keberlanjutan dan Lingkungan: Profesional di bidang ini
diharapkan untuk mempertimbangkan dampak lingkungan dari
proses kimia dan produk yang mereka hasilkan. Mereka harus
memperhatikan keberlanjutan, mengurangi dampak negatif
terhadap lingkungan, dan mempertimbangkan penggunaan sumber
daya secara efisien.
6.) Komunikasi dan Kolaborasi: Insinyur Teknik Kimia diharapkan
untuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif dengan kolega, klien,
dan masyarakat umum. Mereka juga diharapkan untuk
berkolaborasi dengan profesional dari disiplin ilmu lain untuk
memastikan keselarasan proyek dengan kepentingan yang lebih
luas.
Prinsip-prinsip etika profesi ini membantu mengarahkan perilaku
dan keputusan para insinyur Teknik Kimia dalam melaksanakan tugas
mereka dengan integritas, tanggung jawab, dan perhatian terhadap
kesehatan, keselamatan, dan lingkungan.
e. Teknik Pertambangan
1.) Keamanan dan Kesehatan: Insinyur Pertambangan memiliki
tanggung jawab utama dalam memastikan keamanan dan kesehatan
pekerja di lingkungan pertambangan. Mereka harus mematuhi
peraturan dan praktik terbaik untuk mencegah kecelakaan,
melindungi pekerja dari bahaya, dan mempromosikan kondisi kerja
yang aman.
2.) Keberlanjutan dan Lingkungan: Profesional di bidang Teknik
Pertambangan diharapkan mempertimbangkan dampak lingkungan
dari kegiatan pertambangan. Mereka harus bekerja untuk
meminimalkan dampak negatif, menjaga keberlanjutan sumber
daya alam, mengurangi polusi, dan melaksanakan praktik ramah
lingkungan.
3.) Kepatuhan Terhadap Regulasi: Insinyur Pertambangan
diharapkan untuk mematuhi peraturan dan undang-undang yang
berlaku dalam praktik pertambangan. Mereka harus memahami dan
mematuhi standar etika dan regulasi yang berkaitan dengan
keselamatan kerja, lingkungan, dan pengelolaan sumber daya.
4.) Integritas dan Kejujuran: Profesional di bidang ini diharapkan
untuk bertindak dengan integritas dan kejujuran. Mereka harus
mempertahankan tingkat kepercayaan masyarakat dengan menjaga
standar etika, melindungi kerahasiaan informasi, dan menghindari
konflik kepentingan.
5.) Partisipasi Masyarakat dan Tanggung Jawab Sosial: Insinyur
Pertambangan diharapkan untuk berkomunikasi secara efektif
dengan masyarakat terkait dampak kegiatan pertambangan. Mereka
harus melibatkan masyarakat secara adil, mempertimbangkan
kepentingan masyarakat setempat, dan mempraktikkan tanggung
jawab sosial.
f. Teknik Kelautan dan Pertambangan
1.) Keselamatan dan Kesehatan: Insinyur Kelautan dan Perkapalan
memiliki tanggung jawab utama dalam memastikan keselamatan
dan kesehatan manusia di lingkungan kelautan dan perkapalan.
Mereka harus memprioritaskan keselamatan dalam desain,
konstruksi, operasi, dan pemeliharaan kapal, serta mematuhi
standar keselamatan yang berlaku.
2.) Keberlanjutan dan Lingkungan: Profesional di bidang Teknik
Kelautan dan Perkapalan diharapkan mempertimbangkan dampak
lingkungan dari kegiatan mereka. Mereka harus bekerja untuk
menjaga keberlanjutan sumber daya kelautan, mengurangi polusi,
melindungi keanekaragaman hayati, dan mematuhi peraturan
lingkungan yang berlaku.
3.) Kepatuhan Terhadap Regulasi: Insinyur Kelautan dan Perkapalan
diharapkan untuk mematuhi peraturan dan undang-undang yang
berlaku dalam industri maritim. Mereka harus memahami dan
mematuhi standar etika dan regulasi terkait keamanan maritim,
perlindungan lingkungan, dan perlindungan hak asasi manusia.
4.) Integritas dan Kejujuran: Profesional di bidang ini diharapkan
untuk bertindak dengan integritas dan kejujuran. Mereka harus
menjaga standar etika, melindungi kerahasiaan informasi, dan
menghindari konflik kepentingan dalam praktik dan pengambilan
keputusan mereka.
5.) Kolaborasi dan Kemitraan: Insinyur Kelautan dan Perkapalan
diharapkan untuk bekerja secara kolaboratif dengan rekan kerja,
pemangku kepentingan, dan komunitas maritim lainnya. Mereka
harus membangun kemitraan yang kuat, mendengarkan perspektif
yang berbeda, dan berkontribusi pada perkembangan industri secara
menyeluruh.
D. PERATURAN YANG MENGATUR ETIKA PROFESI TEKNIK
Peraturan yang mengatur tentang etika profesi teknik dapat berbeda-beda di
setiap negara atau yurisdiksi. Namun, beberapa peraturan dan kode etik yang
umum digunakan dalam banyak negara adalah:
1. Kode Etik Profesi: Organisasi dan lembaga profesional teknik biasanya
memiliki kode etik yang ditetapkan untuk anggotanya. Kode etik ini berisi
prinsip-prinsip, norma, dan aturan yang mengatur perilaku dan tanggung
jawab profesional dalam praktik teknik.
2. Undang-Undang Profesi: Di beberapa negara, ada undang-undang yang
mengatur praktek dan kualifikasi profesional dalam bidang teknik.
Undang-undang ini menetapkan standar minimum yang harus dipenuhi
oleh para insinyur dalam melaksanakan pekerjaan mereka.
3. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan: Di banyak negara, ada
peraturan keselamatan dan kesehatan yang mengatur industri teknik,
terutama dalam lingkup proyek-proyek besar dan berpotensi berbahaya.
Peraturan ini bertujuan untuk melindungi pekerja dan masyarakat dari
risiko dan bahaya yang terkait dengan pekerjaan teknik.
4. Peraturan Lingkungan: Lingkungan hidup juga menjadi perhatian
penting dalam praktik teknik. Oleh karena itu, ada peraturan lingkungan
yang mengatur aspek-aspek seperti pengelolaan limbah, penggunaan
sumber daya alam, dan perlindungan lingkungan dalam konteks pekerjaan
teknik.
5. Standar Profesi: Selain kode etik, ada juga standar profesi yang
dikembangkan oleh organisasi dan badan pengatur profesional. Standar ini
mencakup aspek-aspek seperti desain, kualitas, keamanan, dan
keberlanjutan yang harus dipatuhi oleh para insinyur dalam pekerjaan
mereka.
Peraturan-peraturan ini dapat bervariasi dalam bentuk, nama, dan
lingkupnya tergantung pada negara atau yurisdiksi tertentu.
E. KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI TEKNIK
Hampir 5 tahun telah berlalu sejak terjadinya kecelakaan pesawat Lion Air dengan
nomor penerbangan JT- 610, rute Jakarta-Pangkal Pinang. Sebanyak 189 orang
yang terdiri dari 179 penumpang dewasa, 1 penumpang anak, 2 bayi, 2 pilot, 5 kru
dinyatakan meninggal dunia. Pesawat dengan jenis Boeing 737 MAX 8 itu
merupakan pesawat jenis baru asal Amerika Serikat.
Empat tahun berselang, media sosial kembali dibuat geger dengan unggahan
TikTok yang memperdengarkan rekaman isi black box pesawat nahas tersebut.
Video yang sama kemudian kembali diunggah di akun Instagram @viral62com.
Terdengar pembicaraan pilot Bhavye Suneja dan co-pilot Harvino di rekaman
tersebut. Tertangkap jelas suasana kalut di kokpit kala menyadari pesawat tidak lagi
bisa dikendalikan dengan benar. "Pesawat tidak mau dikendalikan sejak ditarik
naik, dia pasti akan turun lagi," kata pilot yang diiyakan oleh partner kerjanya.
Empat tahun berselang, media sosial kembali dibuat geger dengan unggahan
TikTok yang memperdengarkan rekaman isi black box pesawat nahas tersebut.
Video yang sama kemudian kembali diunggah di akun Instagram @viral62com.
Terdengar pembicaraan pilot Bhavye Suneja dan co-pilot Harvino di rekaman
tersebut. Tertangkap jelas suasana kalut di kokpit kala menyadari pesawat tidak lagi
bisa dikendalikan dengan benar. "Pesawat tidak mau dikendalikan sejak ditarik
naik, dia pasti akan turun lagi," kata pilot yang diiyakan oleh partner kerjanya.
Untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus jatuhnya pesawat Lion Air JT-
610 Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akhirnya menuntaskan
investigasi dan penelitian kecelakaan Lion Air JT-610 yang jatuh di Tanjung Pakis,
Karawang, 20 Oktober 2018 lalu. Dari penyelidikan yang dilakukan, KNTK
mengatakan setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan kecelakaan ini terjadi
pada pesawat buatan Boeing jenis Jet 737 MAX tersebut. Diantaranya adalah:
1. Asumsi terkait reaksi pilot yang dibuat pada saat proses desain dan
sertifikasi pesawat Boeing 737-8 (MAX) di pabrik Boeing. Meskipun
dikatakan sesuai dengan referensi yang ada namun ternyata tidak tepat.
2. Mengacu asumsi yang telah dibuat atas reaksi pilot dan kurang lengkapnya
kajian terkait efek-efek yang dapat terjadi di cockpit, sensor tunggal yang
diandalkan untuk Maneuvering Characteristics Augmentation
Systemdianggap (MCAS/fitur otomatisasi dalam pesawat) cukup dan
memenuhi ketentuan sertifikasi.
3. Desain MCAS yang mengandalkan satu sensor saja sangat rentan terhadap
kesalahan.
4. Pilot mengalami kesulitan melakukan respon yang tepat terhadap
pergerakan MCAS karena tidak adanya petunjuk dalam buku panduan dan
pelatihan
5. Indikator Angle of Attack (AOA) Disagree (sensor pesawat dalam bahaya)
tidak tersedia di pesawat Boeing 737-8 (MAX). Ini berakibat ada informasi
ini tidak muncul pada penerbangan, terkait sudut AOA yang berbeda antara
kiri kanan pesawat, sehingga tidak dicatat oleh pilot. Yang akhirnya
menyebabkan teknisi tidak dapat mengidentifikasi kerusakan sensor AOA.
6. Sensor AOA pengganti mengalami kesalahan kalibrasi yang tidak terdeteksi
pada saat perbaikan sebelumnya.
7. Investigasi tidak dapat menentukan pengujian sensor AOA setelah terpasang
di pesawat yang mengalami kecelakaan dilakukan dengan benar. Sehingga
kesalahan kalibrasi tidak terdeteksi
8. Informasi mengenai stick shaker (indikator pesawat mengalami kehilangan
daya angkat) dan penggunaan prosedur non-normal Runaway Stabilizer
pada penerbangan sebelumnya tidak tercatat pada buku catatan penerbangan
dan perawatan pesawat. Ini mengakibatkan baik pilot maupun teknisi tidak
mengambil tindakan yang tepat.
Dengan jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 yang memakan korban jiwa
sebanyak 189 orang, hal ini tentunya telah melanggar Undang-undang republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2014 tentang keinsinyuran terkait pasal 51 yang
berbunyi “Setiap Insinyur atau Insinyur Asing yang melaksanakan tugas
profesi tidak memenuhi standar Keinsinyuran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 huruf c sehingga mengakibatkan kecelakaan, cacat, hilangnya nyawa
seseorang, kegagalan pekerjaan Keinsinyuran, dan/atau hilangnya harta
benda dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
pidana denda palingbanyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
DAFTAR PUSTAKA
"Codes of Ethics and the Defense Industry: Engineering a Code" oleh Daniel A.
Vallero (Science and Engineering Ethics, 2003).
"Engineering Ethics: Balancing Cost, Schedule, and Risk - Lessons Learned from
the Space Shuttle" oleh Joseph R. Herkert (Science and Engineering Ethics,
2005).
"Ethics and the Extractive Industries: Introduction" oleh John McMillan dan Liv
Solveig Olafsdottir (Journal of Business Ethics, 2017).
"Ethics in Naval Architecture and Marine Engineering" oleh John Carlton
(Transactions of the Royal Institution of Naval Architects, 2015).
"Ethics and Technology: Engineers in the Aerospace Industry" oleh Wade Robison
(Science and Engineering Ethics, 2001).
"Professional Ethics and Obligations in Civil Engineering" oleh R.C. Sharma dan
Sudhir K. Sharma (International Journal of Engineering Sciences &
Research Technology, 2013).
"The Virtuous Engineer: The Role of Virtue in Engineering Ethics" oleh Michael
Davis (Science and Engineering Ethics, 1998).