Anda di halaman 1dari 13

POSMA SARIGUNA JOHNSON KENNEDY/ Tantangan terhadap Ancaman Disruptif dari Financial Technology

dan Peran Pemerintah dalam Menyikapinya

Literature Review:
Tantangan terhadap Ancaman Disruptif dari Financial Technology dan
Peran Pemerintah dalam Menyikapinya

Posma Sariguna Johnson Kennedy


Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia, Jakarta Jl.
Mayjen Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta 13630, Indonesia.
posmahutasoit@gmail.com

Abstract. Indonesian people have been familiar with online shopping activities, so that consumers can meet the
needs of goods and services instantly and quickly. As a result, there is a need for access of fast and efficient financial
services that can disrupt the financial services of conventional banking. This paper want to see the need of modern
financial services through financial technology (fintech) as an opportunity and challenges. Because this is a new
topic, the research method is literature review from various sources, especially from the Financial Services
Authority (OJK) and Central Bank of Indonesia (BI). The development of fintech in Indonesia is still in its early
stages, many industries are unspoiled, and many opportunities that have not been maximally explored.
Collaboration needs to develop for fintech in Indonesia, both by incumbent players, new fintech players and
regulators, for the mutual benefit.

Keywords: Central Bank of Indonesia (BI); Financial Technology (Fintech); Disruptive Innovation; Financial
Services; Financial Fervices Authority (OJK)

Abstrak. Masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas belanja online sehingga konsumen dapat memenuhi
kebutuhan barang dan jasa secara instan dan cepat. Sebagai kelanjutannya muncul kebutuhan untuk akses layanan
keuangan yang cepat dan efisien yang dapat mengganggu/men-disrupt layanan keuangan konfensional perbankan
nasional. Paper ini ingin melihat kebutuhan akan layanan keuangan modern yang muncul melalui financial
technology (fintech) sebagai suatu peluang dan tantangan. Karena hal ini termasuk topik yang baru, maka metode
penelitian yang dilakukan adalah kajian literatur dari berbagai sumber pustaka terutama dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia. Perkembangan fintech di Indonesia masih dalam tahap awal, banyak
industri yang belum terjamah dan banyak peluang yang belum terkesplorasi maksimal. Perlu kolaborasi secara
bersama-sama mengembangkan fintech di Indonesia, baik oleh pemain lama (incumbent) pemain baru fintech dan
regulator demi kemaslahatan bersama.

Kata Kunci: Bank Indonesia; Financial Technology (Fintech); Inovasi Disruptif; Jasa Keuangan; Otoritas Jasa
Keuangan.

Corresponding author. Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta 13630, Indonesia. posmahutasoit@gmail.com
Copyright©2017. Prosiding Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI). Program Studi Akuntansi Fakultas
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia

171

174 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017


FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 171-182

PENDAHULUAN1 Generasi “melek teknologi” ini juga sedikit


enggan berhadapan dengan kekakuan yang
Masyarakat saat ini tengah mengalami
mungkin dirasakan dari lembaga keuangan
perubahan besar dalam pola dan gaya hidup.
formal, sehingga semakin mendorong
Melalui kemajuan teknologi dengan adanya
pertumbuhan fintech. Dengan terobosan oleh
penetrasi internet yang sangat masif,
fintech, aktivitas yang mungkin satu dekade
masyarakat dapat secara instan terhubung satu
lalu belum terpikirkan oleh konsumen, saat ini
dengan yang lain. Hal ini mengubah cara
sudah dapat dilakukan. Contohnya ialah
masyarakat dalam berkomunikasi, bekerja, dan
pembayaran yang cukup dilakukan via
bertransaksi membelanjakan pendapatannya.
smartphone, mengakses pembiayaan via situs
Di Indonesia, masyarakat telah begitu
online dengan skema peer to peer lending atau
mengenal aktivitas belanja online, atau sering
crowdfunding, dan bahkan mendapatkan
disebut sebagai e-commerce. Dengan
rekomendasi investasi secara otomatis via
kemungkinan konsumen dapat mendapatkan
kecerdasan buatan (artificial intelligence).
kebutuhan barang dan jasa secara instan, maka
muncul kebutuhan untuk akses layanan
keuangan. Harapan akan akses layanan METODOLOGI PENELITIAN
keuangan yang lebih terjangkau, cepat, dan
mudah, serta secara personal terhubung dengan Paper ini ingin melihat kebutuhan akan
berbagai aktivitas seseorang di dunia maya layanan keuangan modern yang muncul
telah menjadi tuntutan yang perlu dijawab oleh melalui financial technology (fintech) sebagai
penyedia layanan jasa keuangan modern. suatu peluang sekaligus sebagai tantangan.
Karena hal ini termasuk topik yang baru, maka
Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun metode penelitian yang dilakukan adalah
2008 telah mengguncang tingkat kepercayaan literature review/kajian literatur dari berbagai
masyarakat akan sistem keuangan formal. sumber pustaka terutama dari Otoritas Jasa
Peristiwa menyebabkan respons dari otoritas Keuangan (OJK) dan Bank
dengan memperketat rezim pengaturan Indonesia.
lembaga keuangan. Kombinasi keduanya
kemudian menciptakan financing gap yang
lebar. Ditengah kondisi tersebut, lahirlah KAJIAN LITERATUR
perusahaan Financial Technology (FinTech
atau fintech dalam penulisan selanjutnya) Inovasi Disruptif
sebagai solusi alternatif untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan layanan jasa Inovasi disrutif atau disruptive
keuangan. Dengan ide kreatif dan inovasi inovation merupakan inovasi yang berhasil
teknologi, fintech menawarkan pilihan baru mentransformasi suatu sistem atau pasar yang
bagi konsumen dalam melakukan aktivitas eksisting, dengan memperkenalkan
pembayaran, pengiriman uang, intermediasi kepraktisan, kemudahan akses, kenyamanan,
dana, dan investasi. dan biaya yang ekonomis. Istilah ini
dilontarkan pertama kalinya oleh Clayton M.
Pertumbuhan fintech sangat pesat dalam Christensen dan Joseph Bower di tahun 1995.
beberapa tahun terakhir, dibarengi dengan era "Disruptive Technologies: Catching the Wave",
generasi millenial yang telah beranjak dewasa, Harvard Business Review (1995). Inovasi
sehingga menjadi pasar yang amat potensial. Disruptif ini biasanya mengambil segmen pasar
tertentu yang kurang diminati atau dianggap

1
Latar belakang paper ini terinspirasi dari Sambutan dalam Launching Bank Indonesia Fintech Office,
Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo, Jakarta, 14 November 2016.

175| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017


POSMA SARIGUNA JOHNSON KENNEDY/ Tantangan terhadap Ancaman Disruptif dari Financial Technology
dan Peran Pemerintah dalam Menyikapinya

kurang penting bagi penguasa pasar, namun technology that serves the clients of financial
inovasinya bersifat breakthrough dan mampu institutions, covering not only the back and
meredefinisi sistem atau pasar yang eksisting. middle offices but also the coveted front office
Munculnya Inovasi Disruptif jika tidak that for so long has been human-driven.
diantisipasi dengan baik oleh dunia usaha dapat Kantox-FX menjelaskan FinTech is a
menyebabkan contraction of "finance" and "technology" -
kejatuhan. (Hadad, 2017) refers to companies that provide financial
Revolusi digital mengubah wajah services through the engagement of technology
semua industri di seluruh negara. Transformasi . Arner (2016) menyatakan bahwa FinTech
terjadi menyeluruh pada sistem produksi, refers to the use of technology to deliver
manajemen dan tata kelola industri. Disruptive financial solutions.
innovations bermunculan, yaitu berbagai Iman (2016) juga mengambil beberapa
inovasi baru yang berhasil mengubah, definisi Fintech dari berbagai sumber. The
mengganti atau memperbaharui model bisnis, Oxford Dictionary mendifinisikan sebagai:
aturan main, struktur dan lingkungan “Computer programs and other technology
kompetisi. Imbasnya di sektor jasa keuangan used to support or enable banking and
mengemuka fenomena financial technology financial services”. Wikipedia menyebutkan
(fintech). PricewaterhouseCoopers (PwC) bahwa : “Financial technology, also known as
dalam laporan "Financial Service Technology FinTech, is a line of business based on using
2020 on Beyond: Embracing Disruption", software to provide financial services.
menempatkan fintech sebagai tema kunci Financial technology companies are generally
teratas. PwC mengungkapkan bahwa fintech startups founded with the purpose of
akan mengarahkan industri jasa keuangan pada disrupting incumbent financial systems and
model bisnis baru. (Mahersi, 2017) corporations that rely less on software.”
Fenomena inovasi disruptif juga terjadi FinTech Weekly menuliskan bahwa : “A
di Industri Jasa Keuangan yang telah men- business that aims at providing financial
disrupsi landscape Industri Jasa Keuangan services by making use of software and modern
secara global. Mulai dari struktur industrinya, technology.” Iman (2016) merangkum
teknologi intermediasinya, hingga model definisi fintech sebagai implementasi dan
pemasarannya kepada konsumen. Keseluruhan pemanfaatan teknologi untuk peningkatan
perubahan ini mendorong munculnya layanan jasa perbankan dan keuangan.
fenomena baru yang disebut Financial Umumnya dilakukan oleh perusahaan rintisan
Technology (Fintech). (Hadad, 2017) Hadad (startup), tetapi tidak sama. Memanfaatkan
menyimpulkan beberapa definisi Fintech dari teknologi software, internet, komunikasi, dan
beberapa ahli. Fitntech Weekly medefinisikan komputasi terkini. Bersifat “merusak”
FinTech is a line of business based on using (disruptive) pasar/industri yang sudah mapan
software to provide financial services. (established) .
Financial technology companies are generally Catradiningrat (2017) mendefinisikan
startups founded with the purpose of disrupting fintech yang diartikan sebagai entitas yang
incumbent financial systems and corporations memadukan teknologi dengan fitur jasa
that rely less on software. PWC menjelaskan keuangan sehingga menjadi creative disruption
FinTech is a dynamic segment at the di pasar keuangan karena merubah tatanan
intersection of the financial services and yang berlaku. Sebenarnya fintech menyerupai
technology sectors where technology-focused lembaga keuangan konvensional, namun tidak
start-ups and new market entrants innovate the memiliki gedung fisik. Fintech dapat
products and services currently provided by the dikategorikan menjadi empat jenis: Deposits,
traditional financial services industry. Lending, and Capital Raising; Market
ValueStream mendefinisikan FinTech is the Provisioning; Payments, Clearing, &

176 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017


FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 171-182

Settlement; dan Investment & Risk diperkuat dengan momentum pertambahan


Management. jumlah middle-class and affluent consumer
Fintech mewujud sebagai tren lahirnya (MAC), yang diprediksi oleh Boston
perusahaan-perusahaan yang menyediakan Consulting Group (BCG) akan melonjak dari
teknologi untuk memfasilitasi layanan 74 juta orang pada 2013, menjadi 141 juta
keuangan (startup) secara independen di luar orang pada 2020. MAC merupakan kelompok
lembaga keuangan konvensional. Siapa saja masyarakat yang secara sosial-ekonomi akan
yang mampu berinovasi dengan menciptakan mulai menggunakan
aplikasi baru layanan keuangan berbasis
teknologi, maka serta merta menjadi pemain 2
Yogie Maharesi, Fintech dan Transformasi Industri
fintech. Pergeseran pun terjadi dari bank driven Keuangan, Departemen Komunikasi dan Internasional
menjadi consumer driven, yang membuka Otoritas Jasa Keuangan, industry.co.id, 2 August
ruang bagi sedemikian banyak pemain baru di 2017. http://www.pwc.com/
sektor jasa keuangan. (Mahersi, 2017) id/en/mediacentre/pwc-in-
Bill Gates (1994) menyatakan bahwa di news/2017/indonesian/fintech-dantransformasi-industri-
keuangan.html
masa depan industri perbankan akan bergerak
kearah virtual banking tanpa kehadiran bank
uangnya antara lain untuk kebutuhan rumah
secara fisik. Masyarakat tidak dapat lagi
tangga, kendaraan dan layanan keuangan.
dilayani dengan industri keuangan tradisional
karena Perbankan terikat aturan yang ketat dan Fintech disambut baik oleh pemerintah
keterbatasan industri perbankan dalam dan regulator. Presiden Joko Widodo berharap
melayani masyarakat di daerah tertentu. fintech dapat berperan untuk memfasilitasi
Sehingga masyarakat mencari alternative pembiayaan usaha mikro dan mengkoneksikan
pendanaan selain jasa industry keuangan kebutuhan pembiayaan usaha di berbagai
tradisional. Masyarakat memerlukan penjuru tanah air, yang muaranya untuk
alternative pembiayaan yang lebih demokratis meningkatkan inklusi keuangan. Perhatian
dan transparan. Biaya layanan keuangan yang besar pemerintah terhadap pentingnya
efisien dan menjangkau masyarakat luas.. peningkatan inklusi keuangan dapat dipahami
(Hadad, 2017) karena merujuk pada hasil Survei Nasional
Literasi dan Inklusi Keuangan yang dilakukan
Kini fintech menjadi isu dunia yang menyerap
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2016,
perhatian para pelaku ekonomi, khususnya di
diketahui Indeks Literasi Keuangan sebesar
industri jasa keuangan. Hingga 2015, Silicon
29,66% dan Indeks Inklusi Keuangan sebesar
Valley Bank mencatat volume investasi pada
67,82%. Brodjonegoro dalam Maharesi (2017)
fintech di dunia mencapai lebih dari US$12
memaparkan tiga prioritas pembangunan yang
miliar. (Mahersi, 2017)
dapat digerakkan melalui pemanfaatan fintech.
Pertama, mobilisasi modal untuk
Perkembangan Fintech Indonesia2 meningkatkan aktivitas ekonomi kelompok
masyarakat yang kurang terlayani, seperti
Sebagai negara dengan populasi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
terbesar di Asia Tenggara dan terbesar keempat dan UKM. Kedua, mobilisasi dana yang ada di
di dunia, Indonesia merupakan pasar besar bagi masyarakat untuk membiayai infrastruktur
fintech. Menurut Indonesia's Fintech dasar seperti sanitasi dan listrik. Ketiga,
Association (IFA), jumlah pemain fintech di mobilisasi dana untuk mendorong
Indonesia tumbuh 78% pada tahun 2015-2016. pembangunan infrastruktur yang
Sampai November 2016, IFA mencatat sekitar berkelanjutan, seperti pembiayaan inovasi
135 hingga 140 perusahaan startup yang penting untuk meningkatkan produksi
terdata. Kehadiran fintech di Indonesia pertanian dan perikanan.
177| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
POSMA SARIGUNA JOHNSON KENNEDY/ Tantangan terhadap Ancaman Disruptif dari Financial Technology
dan Peran Pemerintah dalam Menyikapinya

Dari sisi regulator, OJK memandang management, pangsa aktivitas Fintech di


teknologi informasi telah digunakan untuk Indonesia pada tahun 2016 didominasi sebesar
mengembangkan industri keuangan dan dapat 56% oleh kelompok pertama. Berdasarkan data
mendorong tumbuhnya alternatif pembiayaan statistik, pada tahun 2016 nilai transaksi
bagi masyarakat. OJK juga mendukung Fintech di Indonesia diperkirakan telah
pertumbuhan lembaga jasa keuangan berbasis menembus angka USD 14,5 Miliar. Perlu
teknologi informasi sehingga dapat lebih pengaturan yang memadai mengingat risiko
berkontribusi terhadap perekonomian nasional. yang mungkin ditimbulkan. Fintech akan terus
Untuk itu OJK telah menerbitkan Peraturan berkembang dan mendukung pencapaian tiga
OJK Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang sasaran sesuai Master Plan Sektor Jasa
Layanan Pinjam Meminjam Uang Keuangan Indonesia
Berbasis Teknologi Informasi atau Peer-toPeer 2015-2019, yaitu: Kontributif, mengotimalkan
(P2P) Lending, yang akan disusul dengan Peran SJK dalam mendukung percepatan
ketentuan lain terkait fintech agar regulasi kian pertumbuhan ekonomi nasional; Stabil,
jelas dan lengkap. Besarnya potensi yang menjaga stabilitas sistem keuangan sebagai
dimiliki membuat fintech perlu diberikan ruang landasan bagi pembangunan yang
untuk bertumbuh. berkelanjutan; Inklusif, membuka akses
keuangan sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan kalangan masyarakat. (Hadad,
2017)
Sinergi Dari Ekosistem Fintech
Industri keuangan harus terus
berinovasi dalam mengembangkan teknologi,
terlebih dengan massifnya perkembangan
fintech sebagai pembiayaan alternatif di luar
lembaga keuangan konvensional. Untuk itu
kolaborasi antara industri keuangan dengan
perusahaan startup perlu didorong. Kolaborasi
merupakan faktor kunci dalam menciptakan
Sumber: Fintech News Singapore dalam Iman (2016) nilai tambah fintech bagi pertumbuhan bisnis
Gambar 1. Distribusi Fintech di Indonesia lembaga keuangan konvensional dan startup.
Kolaborasi yang penting adalah terkait
pemanfaatan data yang dimiliki lembaga
Peran fintech di Indonesia menurut Hadad keuangan konvensional untuk
adalah sangat penting, yaitu mendorong mengembangkan solusi melalui inovasi fintech
pemerataan tingkat kesejahteraan penduduk, bersama perusahaan startup. Edukasi dan
mendorong kemampuan ekspor UMKM yang sosialisasi mengenai produk dan layanan
saat ini masih rendah, membantu pemenuhan fintech kepada masyarakat juga mendasar
kebutuhan pembiayaan dalam negeri yang untuk dilakukan. Dengan berkolaborasi,
masih sangat besar, meningkatkan Inklusi ekspansi pemanfaatan fintech bagi masyarakat
keuangan nasional, dan mendorong distribusi luas kian bernilai guna dan berdampak
pembiayaan nasional yang masih belum signifikan dalam menggerakkan perekonomian
merata di 1700 pulau. Untuk itu, terdapat empat hingga ke lapisan bawah. (Maharesi, 2017)
kategori utama fintech yang dikembangkan, Sinergi antar pemangku kepentingan
yaitu (1) payment, clearing, settlement; (2) dibutuhkan untuk mendorong peran fintech
deposit, lending, capital raising; (3) market dalam inklusi keuangan. Pembangunan Sistem
provisioning; serta (4) investment & risk Layanan Informasi Keuangan (SLIK) oleh OJK

178 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017


FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 171-182

dapat menjadi momentum yang baik. Namun yang berbisnis inti di UMKM dengan FinTech
persyaratan pemenuhan seluruh informasi yang menyediakan platform UMKM digital.
customer di dalam SLIK dapat menjadi (Hadad, 2017)
kesulitan tersendiri bagi perusahaan fintech Inklusi keuangan dan kontribusi fintech
khususnya start-up yang memiliki basis akan lebih banyak ditentukan oleh peran
pengguna yang luas. Oleh sebab itu sistem ini pemerintah, bukan hanya melalui dukungan
pun perlu memastikan inklusi bagi penyedia formal regulasi, tapi diikuti dengan sinergi
jasa fintech non-bank. Sebagai solusi, seluruh pemangku kepentingan terkait
perusahaan fintech dapat diberikan kemudahan sehingga tercipta ekosistem yang mendukung
awal integrasi SLIK dalam batas waktu inklusi keuangan – bukannya fragmentasi.
pemenuhan persyaratan formal setelah menjadi (Kristy, 2017)
anggota SLIK. Selain itu kemudahan integrasi
SLIK juga sebaiknya diberikan kepada biro
informasi kredit swasta atau disebut Lembaga Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK)2
Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) agar
Sesuai dengan kewenangannya yang
bisa memberikan informasi perkreditan yang diatur dalam UU No.21/2011, OJK
lebih komprehensif. Untuk itu OJK perlu menyiapkan sejumlah aturan untuk mengatur
bersinergi dengan BI, mengingat LPIP diatur
dan mengawasi perkembangan jenis usaha
oleh BI. Pertumbuhan LPIP perlu didorong
sektor jasa keuangan yang menggunakan
karena akan berkontribusi terhadap indikator
kemajuan teknologi atau disebut financial
akses kredit Bank Dunia yang akan technology (Fintech). OJK membentuk “Tim
meningkatkan peringkat Indonesia secara
Pengembangan Inovasi Digital Ekonomi dan
internasional. (Kristy, 2017)
Keuangan” yang terdiri dari
Hadad menyatakan untuk gabungan sejumlah satuan kerja di OJK untuk
mengoptimalkan peran fintech di Indonesia, mengkaji dan mempelajari perkembangan
perlu dibangun sinergi bisnis fintech dengan Fintech dan menyiapkan peraturan serta
Industri Incumbents (Bank dan Lembaga strategi pengembangannya. Waluyanto
Keuangan Non Bank). Upaya ini dapat menyatakan, “OJK secara intensif terus
ditempuh dalam beberapa bentuk antara lain : mempelajari perkembangan fenomena Fintech
Pertama, kolaborasi jalur informasi antara ini, agar OJK dapat mengawal evolusi ekonomi
FinTech dan lembaga keuangan yang ada ini supaya mampu mendukung perkembangan
dengan memanfaatkan data nasabah yang industri jasa keuangan ke depan dan terus
banyak dan jalur distribusi (distribution menjamin perlindungan konsumen,”.
channel) yang sudah dibangun., pemanfaatan Kehadiran Fintech, bagi OJK sebagai otoritas
fungsi FinTech diharapkan dapat di industri jasa keuangan merupakan peluang
meningkatkan efisiensi bisnis bank dan untuk terus meningkatkan perkembangan
lembaga keuangan; Kedua, kolaborasi produk sektor jasa keuangan termasuk mendorong
yang menjadi solusi bagi konsumen. Untuk ini, program inklusi keuangan. Namun juga
pelaku FinTech bersama bank dan lembaga menjadi tantangan bagi OJK untuk memastikan
keuangan perlu melakukan proses desain keandalan, efisiensi dan keamanan dari
(desain thinking) untuk membuat produk transaksi online tersebut agar tidak merugikan
(bundling product) yang bermanfaat bagi kedua konsumen.
pihak. Sinergi ini bisa dilakukan oleh bank

2
Fithri Hadi, Siaran Pers: OJK Siapkan Aturan OJK,
Pengembangan Financial Technology, SP
99/DKNS/OJK/10/2016, Jakarta 6 Oktober 2016,
Direktorat Operasional dan Sarana Sistem Informasi

179| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017


POSMA SARIGUNA JOHNSON KENNEDY/ Tantangan terhadap Ancaman Disruptif dari Financial Technology
dan Peran Pemerintah dalam Menyikapinya

Otoritas Jasa Keuangan memiliki beberapa kematangan/kesiapan penanganan


rencana untuk mendukung berkembangnya keamanan informasi selalu terjaga guna
industri fintech, antara lain: menekan risiko serta ancaman keamanan
1. Peluncuran Fintech Innovation Hub informasi pada industri jasa keuangan
sebagai sentra pengembangan dan menjadi Perkembangan sementara dari kajian yang
one stop contact Fintech nasional untuk dilakukan oleh OJK menyebutkan klasifikasi
berhubungan dan bekerjasama dengan perusahaan Fintech yang masuk dalam otorisasi
institusi dan lembaga yang menjadi OJK bisa terdiri dari berbagai jenis usaha
pendukung ekosistem keuangan digital. . seperti perbankan, asuransi, investasi,
Inisiatif ini bertujuan antara lain untuk pembiayaan, pinjam meminjam (peer to peer
mengefektifkan koordinasi lintas lending), crowd funding, chanelling kredit dan
kementerian dan lembaga, pengembangan lain sebagainya.“Klasifikasi perusahaan
industri fintech yang sesuai kebutuhan Fintech itu di luar jenis usaha Fintech di bidang
masyarakat, pengembangan model bisnis sistem pembayaran yang akan diatur Bank
fintech yang baru dan potensial, serta Indonesia,” Sedangkan ruang lingkup aturan
penyediaan sarana komunikasi antara yang sedang disiapkan di bidang fintech ini,
regulator dan industri fintech. sementara ini adalah aturan di bidang
2. Menyiapkan CA (certificate authority) di permodalan, aturan model bisnis, aturan
sektor jasa keuangan sebagai tindak lanjut perlindungan konsumen dan aturan manajemen
perjanjian bersama KOMINFO. CA risiko minimal. Saat ini OJK telah
sebagai penerbit sertifikat suatu tanda mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa
tangan digital pelaku jasa keuangan, dapat Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang
menjamin bahwa suatu transaksi Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
elektronik yang ditandatangani secara Teknologi Informasi.
digital telah diamankan dan berkekuatan
hukum sesuai ketentuan yang ada di Peran Bank Indonesia3
Indonesia.
Bank Indonesia oleh Undang-Undang
3. Penerbitan Sandbox Regulatory untuk
Negara Republik Indonesia ditugaskan selaku
Fintech. Peraturan ini mengatur hal-hal
Otoritas Sistem Pembayaran
yang minimal agar tumbuh kembang
mengambil beberapa inisiatif guna memastikan
Fintech memiliki landasan hukum untuk
tren pertumbuhan fintech dapat memberi
menarik investasi, efisiensi, melindungi
manfaat yang optimal bagi masyarakat, tidak
kepentingan konsumen dan tumbuh
menciptakan gejolak pada sistem keuangan,
berkelanjutan.
dan senantiasa didukung kerangka pengaturan
4. Kajian mengenai implementasi standar yang memadai. Hal ini juga erat kaitannya
pengamanan data dan informasi dalam dengan tugas Bank Indonesia untuk senantiasa
pengelolaan industri Fintech dan menjaga efektivitas transimisi kebijakan
kebutuhan Pusat Pelaporan Insiden moneter dan memelihara stabilitas sistem
Keamanan Informasi di Industri jasa keuangan. Karena kredibilitas seluruh sistem
keuangan. keuangan dapat terganggu apabila kepercayaan
5. Kajian Vulnerability Assessment (VA) masyarakat tidak dijaga dengan baik oleh
Tersentralisasi di industri jasa keuangan fintech yang melakukan aktivitas layaknya
untuk memastikan postur serta bank atau lembaga keuangan nonbank.

3
Agus D.W. Martowardojo, Sambutan Gubernur Bank
Indonesia dalam Launching Bank Indonesia Fintech
Office, Jakarta, 14 November 2016.
180 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 171-182

Bank Indonesia terus mengikuti dan Sandbox. Inisiatif ini dapat dianalogikan
mendalami perkembangan inovasi teknologi sebagai sebuah laboratorium yang digunakan
pada layanan jasa keuangan yang ditawarkan bersama oleh pelaku Fintech dan regulator
oleh fintech. Dengan pesatnya untuk menguji model bisnis dan
perubahanperubahan yang terjadi, regulasi produk/layanan sebelum masuk ke dalam rezim
tidak seharusnya mendahului inovasi. Namun perizinan secara penuh. Pengujian ini
regulasi perlu selalu berada di dekat inovasi. dilakukan dalam lingkungan terbatas untuk
Sambil mencermati berbagai potensi risiko memastikan identifikasi dan mitigasi seluruh
yang timbul, iklim berusaha yang kondusif risiko yang mungkin timbul. Pembatasan
perlu diwujudkan. Dalam hal ini, pendirian tersebut diberikan dalam bentuk perizinan
BIFTO (BI Fintech Office) adalah sebagai terbatas pada layanan, jangka waktu, dan/atau
upaya untuk menjaga level of playing field wilayah penyelenggaraan. Melalui Regulatory
melalui rezim regulasi yang berimbang dan Sandbox, regulator dapat memonitor secara
proporsional tanpa harus mematikan laju intensif keberlangsungan fintech dalam
inovasi. Sebagai gugus tugas yang diposisikan perimeter risiko yang terjaga. Selain digunakan
dekat dengan industri, terdapat 4 fungsi utama untuk evaluasi, hal ini juga akan memberikan
yang akan dilakukan oleh BI-FTO, yaitu: ruang bagi regulator untuk mengambil langkah
1. Sebagai katalisator/fasilitator bagi antisipatif dan korektif di waktu yang tepat
pertukaran ide inovatif pengembangan apabila diperlukan. Lebih lanjut, data yang
Fintech di Indonesia. dihasilkan sepanjang proses monitoring dan
2. Sebagai business intelligence, dimana pendampingan dapat dioptimalkan untuk
BIFTO akan secara rutin memberikan meningkatkan kualitas respon kebijakan.
update melalui diseminasi hasil kajian dan Karena ditengah tren pertumbuhannya yang
pertemuan termasuk dengan kementerian eksponensial, data telah menjadi aset utama
dan otoritas terkait serta lembaga bagi regulator maupun pelaku industri sebagai
internasional. dasar pengambilan keputusan.
3. Fungsi asesmen. Dalam hal ini, BI-FTO Bank Indonesia mencermati kuatnya inovasi
akan melakukan pemantauan dan pemetaan teknologi dalam area perdagangan.
atas potensi manfaat sekaligus risiko dari Pertumbuhan dan adopsi e-commerce oleh
inovasi model bisnis dan produk yang masyarakat Indonesia begitu luar biasa.
ditawarkan. Hasil asesmen tersebut akan Terminologi “pasar” sebagai tempat
menjadi dasar bagi perumusan kebijakan di bertemunya penjual dan pembeli saat ini
Bank Indonesia. sepenuhnya telah dapat diwujudkan secara
4. Fungsi koordinasi dan komunikasi, yang maya. Meskipun tidak lagi harus dilakukan
berperan memberikan pemahaman atas dengan tatap muka secara fisik, namun
kerangka pengaturan yang ada, dan kebutuhan transaksi melalui sistem
mendorong harmonisasi regulasi lintas pembayaran tetap menjadi bagian yang tidak
otoritas. terpisahkan dari aktivitas jual-beli. Oleh karena
Seiring dengan adanya BI-FTO diharapkan itu, Bank Indonesia memandang perlu untuk
ikatan jejaring pelaku fintech dengan otoritas melengkapi ketentuan pada area sistem
akan semakin erat. Dengan secara konsisten pembayaran yang sudah ada, khususnya
meningkatkan basis pengetahuan atas proses melengkapi ketentuan mengenai Alat
dan fungsi yang dilakukan oleh fintech, BI- Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK),
FTO akan dapat berkontribusi dalam Uang Elektronik, dan Transfer Dana yang telah
menciptakan industri fintech yang sehat. lebih dulu ada.
Sebagai bagian dari fungsi asesmen yang Peraturan Bank Indonesia mengenai
dilakukan BI-FTO, diperkenalkan didalamnya Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi
sebuah inisiatif yang dinamakan Regulatory
181| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
POSMA SARIGUNA JOHNSON KENNEDY/ Tantangan terhadap Ancaman Disruptif dari Financial Technology
dan Peran Pemerintah dalam Menyikapinya

Pembayaran (PBI No. 18/40/PBI/2016) kami kepada seluruh instansi terkait, termasuk Bank
terbitkan sebagai wujud komitmen kami atas Indonesia untuk dapat mendukung
4 hal utama, yaitu (1) Mengakomodir inovasi; pengembangan ekonomi digital di Indonesia.
(2) Meningkatkan keamanan, termasuk Dukungan perlu diberikan agar
pemenuhan standar dan audit keamanan secara Generasi Muda Indonesia yang mempersiapkan
berkala; (3) Menjaga level of playing field; dan perusahaan Start-Up dan berbagai inisiatif di
(4) Perlindungan konsumen, ditengah ancaman bidang ekonomi digital dapat dibantu. Bank
fraud dan cyber security yang berkejaran Indonesia bersama dengan kementerian dan
dengan inovasi. Ketentuan ini mengatur dua otoritas terkait selalu mendukung
subjek utama dalam suatu aktivitas pemrosesan perkembangan ekonomi digital di Indonesia,
transaksi pembayaran, yaitu: Penyelenggara termasuk dunia usaha, khususnya yang
Jasa SP, sebagai pihak yang bertanggung jawab berskala kecil dan menengah.
atas tahapan Otorisasi, Kliring, dan Setelmen. Dengan kolaborasi dan dukungan regulasi
Pihak ini yaitu penyelenggara Switching, yang tepat, pelaku fintech dapat berjalan
Payment Gateway, dan Dompet Elektronik (e- beriringan dengan institusi keuangan
Wallet) diwajibkan untuk memiliki izin dari BI; tradisional yang lebih dulu ada. Adaptasi yang
dan Penyelenggara Penunjang Transaksi dilakukan oleh institusi keuangan
Pembayaran, seperti perusahaan penyedia konvensional, serta bergabungnya Fintech
kartu, ATM, EDC, dan data center. Dalam hal menjadi bagian sistem keuangan kami yakini
ini, Penyelenggara Jasa SP perlu meminta akan mendorong kompetisi yang sehat dan
persetujuan kerjasama dan bertanggungjawab memberikan nilai tambah serta alternatif bagi
untuk memastikan keamanan dan kelancaran masyarakat. Gelombang inovasi datang tidak
pemrosesan transaksi yang difasilitasi mereka. terbendung dan menciptakan kompetisi yang
Dalam rangka meningkatkan ketahanan dan semakin ketat. Hanya pelaku yang memiliki
daya saing industri sistem pembayaran model bisnis yang solid dan adaptif yang dapat
nasional, ketentuan ini juga mengatur struktur tumbuh secara berkesinambungan di masa
kepemilikan dari penyelenggara jasa sistem yang akan datang. Diharapkan kolaborasi
pembayaran. Seluruh pengaturan ini selaras antara pelaku dengan otoritas, dan antar
dengan berbagai inisiatif lintas Kementerian otoritas dapat semakin erat dan produktif,
dan Otoritas terkait, terutama dengan Roadmap sehingga tren positif perkembangan fintech dan
e-Commerce. Roadmap tersebut akan menjadi e-commerce di Indonesia dapat terus
pedoman yang komprehensif baik bagi dipertahankan.
regulator maupun industri. Mulai dari aspek
pendanaan, kualitas SDM, sampai dengan
aspek perlindungan konsumen serta
infrastruktur menjadi fokus bahasan. Hemat
kami penerbitannya amat tepat waktu dan tepat
sasaran guna mendukung pertumbuhan
ecommerce dan juga Fintech di Indonesia.
Bank Indonesia mendukung penerbitan
Roadmap eCommerce sebagai Paket Kebijakan
Ekonomi Jilid XIV di tanggal 10 November
2016.ini.
Langkah ini sejalan dengan Arahan Presiden RI
dalam Rapat Terbatas tanggal 27 September
2016 perihal Pengembangan Ekonomi Digital.
Presiden melihat kemajuan ekonomi digital
yang sangat menakjubkan, dan mengarahkan

182 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017


FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 171-182

Seluruh pihak diharapkan dapat membimbing SIMPULAN


para Pelaku Start-Up agar mereka siap. Para Kehadiran layanan keuangan berbasis
Pelaku Start-Up untuk dapat duduk bersama teknologi fintech di Indonesia tidak dapat
dengan Regulator untuk membicarakan aspek ditolak dan dihindari sejalan dengan
pemenuhan regulasi dari berbagai Kementerian perkembangan teknologi informasi dan
dan Otoritas terkait. Segenap upaya diharapkan komunikasi. Meningkatnya konektivitas
agar usaha-usaha yang baru berdiri tidak terus Internet dan perangkat mobile mendorong
menjadi usaha kecil. Dalam kurun waktu 10 perkembangan infrastruktur layanan keuangan
sampai 15 tahun, usaha-usaha tersebut dapat yang memadai. Perkembangan fintech di
menjadi usaha yang besar. Bank Indonesia Indonesia masih dalam tahap awal dan
bersama para regulator terkait berkomitmen perkembangan dimana banyak industri yang
ingin melihat Generasi Muda Indonesia belum terjamah dan banyak peluang yang
bangkit, dan akan diberikan dukungan dan belum terkesplorasi maksimal. Sesuai dengan
pendampingan yang diperlukan. Dengan konsep Masterplan Sektor Jasa Keuangan
sinergi untuk meningkatkan efisiensi, Indonesia (MPSJKI), fintech harus mampu
mendorong inklusi, dan bersinergi dengan industri keuangan yang ada
menumbuhkembangkan inovasi, maka revolusi untuk memberikan manfaat yang besar kepada
digital diharapkan akan dapat mengeluarkan masyarakat. Regulator perlu menyusun
seluruh potensi nyatanya bagi kehidupan kebijakan strategis untuk menangkap peluang
masyarakat Indonesia yang lebih baik dan dan menghadapi tantangan perkembangan
sejahtera. fintech untuk memberikan perlindungan
kepada masyarakat.

Sumber: Bank Indonesia & Otoritas Jasa Keuangan dalam Iman (2016) Gambar
2. Visi Ekonomi Digital Pemerintah
183| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
POSMA SARIGUNA JOHNSON KENNEDY/ Tantangan terhadap Ancaman Disruptif dari Financial Technology
dan Peran Pemerintah dalam Menyikapinya

Bank Indonesia mendirikan BI-FTO


(BI Fintech Office) sebagai
upaya memunculkan regulasi yang berimbang
dan proporsional tanpa harus mematikan laju
inovasi dari pelaku fintech. Bank Indonesia
dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga
melakukan inisiatif melalui Regulatory
Sandbox, dimana regulator dapat memonitor
secara intensif keberlangsungan fintech dalam
perimeter risiko yang terjaga. Selain
digunakan untuk evaluasi, hal ini juga akan
memberikan ruang bagi regulator untuk
mengambil langkah antisipatif dan korektif di
waktu yang tepat apabila diperlukan. Data
yang dihasilkan sepanjang proses monitoring
dan pendampingan dapat dioptimalkan untuk
meningkatkan kualitas respon kebijakan.
Karena ditengah tren pertumbuhannya yang
eksponensial, data telah menjadi aset utama
bagi regulator maupun pelaku industri sebagai
dasar pengambilan keputusan.
OJK meluncurkan Fintech Innovation
Hub sebagai sentra pengembangan dan menjadi
one stop contact Fintech nasional untuk
berhubungan dan bekerjasama dengan institusi
dan lembaga yang menjadi pendukung
ekosistem keuangan digital. Inisiatif ini
bertujuan antara lain untuk mengefektifkan
koordinasi lintas kementerian dan lembaga,
pengembangan industri fintech yang sesuai
kebutuhan masyarakat, pengembangan model
bisnis fintech yang baru dan potensial, serta
penyediaan sarana komunikasi antara regulator
dan industri fintech. Saat ini OJK telah
mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis DAFTAR PUSTAKA
Teknologi Informasi. Arner, Douglas W; Barberist, Janos & Buckley,
Ross P. (2016). The Evolution of Fintech:
A New Post-Crisis Paradigm?,
GEORGETOWN JOURNAL OF
INTERNATIONAL LAW, Vol. 47
2016.
Catradiningrat, R. M. Yusuf. (2017). Towards
Financial Inclusiveness
Through Financial Technology, National
Seminar Development Economics Event
2017, Research and

184 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017


FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 171-182

Development of Academics HMPSEP


2016/2017.

Hadad, Muliaman D. (2017). Financial


Technology (Fintech) di Indonesia, Kuliah
Umum tentang FinTech – IBS, OJK
Jakarta, 2 Juni 2017.
Hadi, Fithri. (2016). Siaran Pers: OJK
Siapkan Aturan Pengembangan Financial
Technology, SP 99/DKNS/OJK/10/2016,
Jakarta 6 Oktober 2016, Direktorat Operasional dan Sarana
Sistem Informasi
OJK.

Iman, Nofie . (2016). Financial Technology


dan Lembaga Keuangan , Gathering Mitra
Linkage Bank Syariah Mandiri
Hotel Grand Aston Yogyakarta, 22

November 2016 .
Kristy, Pandu Aditya. (2017). FinTech di
Indonesia: Antara Fragmentasi vs Inklusi
Keuangan,
Asosiasi FinTech Indonesia, PT
Sampoerna Wirausaha (Mekar)

Maharesi, Yogie. (2017) Fintech dan


Transformasi Industri Keuangan,
Departemen Komunikasi dan
Internasional Otoritas Jasa Keuangan,
industry.co.id, 2 August 2017.
http://www.pwc.com/ id/en/media-
centre/pwc-in-
news/2017/indonesian/fintech-dan-
transformasi-industri-keuangan.html

Martowardojo, Agus D.W. (2016) Sambutan


Gubernur Bank Indonesia, dalam Launching Bank Indonesia Fintech
Office, Jakarta, 14 November 2016.

185| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017


POSMA SARIGUNA JOHNSON KENNEDY/ Tantangan terhadap Ancaman Disruptif
dari Financial Technology dan Peran Pemerintah dalam Menyikapinya

186 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017

Anda mungkin juga menyukai