Literature Review:
Tantangan terhadap Ancaman Disruptif dari Financial Technology dan
Peran Pemerintah dalam Menyikapinya
Abstract. Indonesian people have been familiar with online shopping activities, so that consumers can meet the
needs of goods and services instantly and quickly. As a result, there is a need for access of fast and efficient financial
services that can disrupt the financial services of conventional banking. This paper want to see the need of modern
financial services through financial technology (fintech) as an opportunity and challenges. Because this is a new
topic, the research method is literature review from various sources, especially from the Financial Services
Authority (OJK) and Central Bank of Indonesia (BI). The development of fintech in Indonesia is still in its early
stages, many industries are unspoiled, and many opportunities that have not been maximally explored.
Collaboration needs to develop for fintech in Indonesia, both by incumbent players, new fintech players and
regulators, for the mutual benefit.
Keywords: Central Bank of Indonesia (BI); Financial Technology (Fintech); Disruptive Innovation; Financial
Services; Financial Fervices Authority (OJK)
Abstrak. Masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas belanja online sehingga konsumen dapat memenuhi
kebutuhan barang dan jasa secara instan dan cepat. Sebagai kelanjutannya muncul kebutuhan untuk akses layanan
keuangan yang cepat dan efisien yang dapat mengganggu/men-disrupt layanan keuangan konfensional perbankan
nasional. Paper ini ingin melihat kebutuhan akan layanan keuangan modern yang muncul melalui financial
technology (fintech) sebagai suatu peluang dan tantangan. Karena hal ini termasuk topik yang baru, maka metode
penelitian yang dilakukan adalah kajian literatur dari berbagai sumber pustaka terutama dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia. Perkembangan fintech di Indonesia masih dalam tahap awal, banyak
industri yang belum terjamah dan banyak peluang yang belum terkesplorasi maksimal. Perlu kolaborasi secara
bersama-sama mengembangkan fintech di Indonesia, baik oleh pemain lama (incumbent) pemain baru fintech dan
regulator demi kemaslahatan bersama.
Kata Kunci: Bank Indonesia; Financial Technology (Fintech); Inovasi Disruptif; Jasa Keuangan; Otoritas Jasa
Keuangan.
Corresponding author. Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang, Jakarta 13630, Indonesia. posmahutasoit@gmail.com
Copyright©2017. Prosiding Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI). Program Studi Akuntansi Fakultas
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia
171
1
Latar belakang paper ini terinspirasi dari Sambutan dalam Launching Bank Indonesia Fintech Office,
Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo, Jakarta, 14 November 2016.
kurang penting bagi penguasa pasar, namun technology that serves the clients of financial
inovasinya bersifat breakthrough dan mampu institutions, covering not only the back and
meredefinisi sistem atau pasar yang eksisting. middle offices but also the coveted front office
Munculnya Inovasi Disruptif jika tidak that for so long has been human-driven.
diantisipasi dengan baik oleh dunia usaha dapat Kantox-FX menjelaskan FinTech is a
menyebabkan contraction of "finance" and "technology" -
kejatuhan. (Hadad, 2017) refers to companies that provide financial
Revolusi digital mengubah wajah services through the engagement of technology
semua industri di seluruh negara. Transformasi . Arner (2016) menyatakan bahwa FinTech
terjadi menyeluruh pada sistem produksi, refers to the use of technology to deliver
manajemen dan tata kelola industri. Disruptive financial solutions.
innovations bermunculan, yaitu berbagai Iman (2016) juga mengambil beberapa
inovasi baru yang berhasil mengubah, definisi Fintech dari berbagai sumber. The
mengganti atau memperbaharui model bisnis, Oxford Dictionary mendifinisikan sebagai:
aturan main, struktur dan lingkungan “Computer programs and other technology
kompetisi. Imbasnya di sektor jasa keuangan used to support or enable banking and
mengemuka fenomena financial technology financial services”. Wikipedia menyebutkan
(fintech). PricewaterhouseCoopers (PwC) bahwa : “Financial technology, also known as
dalam laporan "Financial Service Technology FinTech, is a line of business based on using
2020 on Beyond: Embracing Disruption", software to provide financial services.
menempatkan fintech sebagai tema kunci Financial technology companies are generally
teratas. PwC mengungkapkan bahwa fintech startups founded with the purpose of
akan mengarahkan industri jasa keuangan pada disrupting incumbent financial systems and
model bisnis baru. (Mahersi, 2017) corporations that rely less on software.”
Fenomena inovasi disruptif juga terjadi FinTech Weekly menuliskan bahwa : “A
di Industri Jasa Keuangan yang telah men- business that aims at providing financial
disrupsi landscape Industri Jasa Keuangan services by making use of software and modern
secara global. Mulai dari struktur industrinya, technology.” Iman (2016) merangkum
teknologi intermediasinya, hingga model definisi fintech sebagai implementasi dan
pemasarannya kepada konsumen. Keseluruhan pemanfaatan teknologi untuk peningkatan
perubahan ini mendorong munculnya layanan jasa perbankan dan keuangan.
fenomena baru yang disebut Financial Umumnya dilakukan oleh perusahaan rintisan
Technology (Fintech). (Hadad, 2017) Hadad (startup), tetapi tidak sama. Memanfaatkan
menyimpulkan beberapa definisi Fintech dari teknologi software, internet, komunikasi, dan
beberapa ahli. Fitntech Weekly medefinisikan komputasi terkini. Bersifat “merusak”
FinTech is a line of business based on using (disruptive) pasar/industri yang sudah mapan
software to provide financial services. (established) .
Financial technology companies are generally Catradiningrat (2017) mendefinisikan
startups founded with the purpose of disrupting fintech yang diartikan sebagai entitas yang
incumbent financial systems and corporations memadukan teknologi dengan fitur jasa
that rely less on software. PWC menjelaskan keuangan sehingga menjadi creative disruption
FinTech is a dynamic segment at the di pasar keuangan karena merubah tatanan
intersection of the financial services and yang berlaku. Sebenarnya fintech menyerupai
technology sectors where technology-focused lembaga keuangan konvensional, namun tidak
start-ups and new market entrants innovate the memiliki gedung fisik. Fintech dapat
products and services currently provided by the dikategorikan menjadi empat jenis: Deposits,
traditional financial services industry. Lending, and Capital Raising; Market
ValueStream mendefinisikan FinTech is the Provisioning; Payments, Clearing, &
dapat menjadi momentum yang baik. Namun yang berbisnis inti di UMKM dengan FinTech
persyaratan pemenuhan seluruh informasi yang menyediakan platform UMKM digital.
customer di dalam SLIK dapat menjadi (Hadad, 2017)
kesulitan tersendiri bagi perusahaan fintech Inklusi keuangan dan kontribusi fintech
khususnya start-up yang memiliki basis akan lebih banyak ditentukan oleh peran
pengguna yang luas. Oleh sebab itu sistem ini pemerintah, bukan hanya melalui dukungan
pun perlu memastikan inklusi bagi penyedia formal regulasi, tapi diikuti dengan sinergi
jasa fintech non-bank. Sebagai solusi, seluruh pemangku kepentingan terkait
perusahaan fintech dapat diberikan kemudahan sehingga tercipta ekosistem yang mendukung
awal integrasi SLIK dalam batas waktu inklusi keuangan – bukannya fragmentasi.
pemenuhan persyaratan formal setelah menjadi (Kristy, 2017)
anggota SLIK. Selain itu kemudahan integrasi
SLIK juga sebaiknya diberikan kepada biro
informasi kredit swasta atau disebut Lembaga Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK)2
Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) agar
Sesuai dengan kewenangannya yang
bisa memberikan informasi perkreditan yang diatur dalam UU No.21/2011, OJK
lebih komprehensif. Untuk itu OJK perlu menyiapkan sejumlah aturan untuk mengatur
bersinergi dengan BI, mengingat LPIP diatur
dan mengawasi perkembangan jenis usaha
oleh BI. Pertumbuhan LPIP perlu didorong
sektor jasa keuangan yang menggunakan
karena akan berkontribusi terhadap indikator
kemajuan teknologi atau disebut financial
akses kredit Bank Dunia yang akan technology (Fintech). OJK membentuk “Tim
meningkatkan peringkat Indonesia secara
Pengembangan Inovasi Digital Ekonomi dan
internasional. (Kristy, 2017)
Keuangan” yang terdiri dari
Hadad menyatakan untuk gabungan sejumlah satuan kerja di OJK untuk
mengoptimalkan peran fintech di Indonesia, mengkaji dan mempelajari perkembangan
perlu dibangun sinergi bisnis fintech dengan Fintech dan menyiapkan peraturan serta
Industri Incumbents (Bank dan Lembaga strategi pengembangannya. Waluyanto
Keuangan Non Bank). Upaya ini dapat menyatakan, “OJK secara intensif terus
ditempuh dalam beberapa bentuk antara lain : mempelajari perkembangan fenomena Fintech
Pertama, kolaborasi jalur informasi antara ini, agar OJK dapat mengawal evolusi ekonomi
FinTech dan lembaga keuangan yang ada ini supaya mampu mendukung perkembangan
dengan memanfaatkan data nasabah yang industri jasa keuangan ke depan dan terus
banyak dan jalur distribusi (distribution menjamin perlindungan konsumen,”.
channel) yang sudah dibangun., pemanfaatan Kehadiran Fintech, bagi OJK sebagai otoritas
fungsi FinTech diharapkan dapat di industri jasa keuangan merupakan peluang
meningkatkan efisiensi bisnis bank dan untuk terus meningkatkan perkembangan
lembaga keuangan; Kedua, kolaborasi produk sektor jasa keuangan termasuk mendorong
yang menjadi solusi bagi konsumen. Untuk ini, program inklusi keuangan. Namun juga
pelaku FinTech bersama bank dan lembaga menjadi tantangan bagi OJK untuk memastikan
keuangan perlu melakukan proses desain keandalan, efisiensi dan keamanan dari
(desain thinking) untuk membuat produk transaksi online tersebut agar tidak merugikan
(bundling product) yang bermanfaat bagi kedua konsumen.
pihak. Sinergi ini bisa dilakukan oleh bank
2
Fithri Hadi, Siaran Pers: OJK Siapkan Aturan OJK,
Pengembangan Financial Technology, SP
99/DKNS/OJK/10/2016, Jakarta 6 Oktober 2016,
Direktorat Operasional dan Sarana Sistem Informasi
3
Agus D.W. Martowardojo, Sambutan Gubernur Bank
Indonesia dalam Launching Bank Indonesia Fintech
Office, Jakarta, 14 November 2016.
180 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 171-182
Bank Indonesia terus mengikuti dan Sandbox. Inisiatif ini dapat dianalogikan
mendalami perkembangan inovasi teknologi sebagai sebuah laboratorium yang digunakan
pada layanan jasa keuangan yang ditawarkan bersama oleh pelaku Fintech dan regulator
oleh fintech. Dengan pesatnya untuk menguji model bisnis dan
perubahanperubahan yang terjadi, regulasi produk/layanan sebelum masuk ke dalam rezim
tidak seharusnya mendahului inovasi. Namun perizinan secara penuh. Pengujian ini
regulasi perlu selalu berada di dekat inovasi. dilakukan dalam lingkungan terbatas untuk
Sambil mencermati berbagai potensi risiko memastikan identifikasi dan mitigasi seluruh
yang timbul, iklim berusaha yang kondusif risiko yang mungkin timbul. Pembatasan
perlu diwujudkan. Dalam hal ini, pendirian tersebut diberikan dalam bentuk perizinan
BIFTO (BI Fintech Office) adalah sebagai terbatas pada layanan, jangka waktu, dan/atau
upaya untuk menjaga level of playing field wilayah penyelenggaraan. Melalui Regulatory
melalui rezim regulasi yang berimbang dan Sandbox, regulator dapat memonitor secara
proporsional tanpa harus mematikan laju intensif keberlangsungan fintech dalam
inovasi. Sebagai gugus tugas yang diposisikan perimeter risiko yang terjaga. Selain digunakan
dekat dengan industri, terdapat 4 fungsi utama untuk evaluasi, hal ini juga akan memberikan
yang akan dilakukan oleh BI-FTO, yaitu: ruang bagi regulator untuk mengambil langkah
1. Sebagai katalisator/fasilitator bagi antisipatif dan korektif di waktu yang tepat
pertukaran ide inovatif pengembangan apabila diperlukan. Lebih lanjut, data yang
Fintech di Indonesia. dihasilkan sepanjang proses monitoring dan
2. Sebagai business intelligence, dimana pendampingan dapat dioptimalkan untuk
BIFTO akan secara rutin memberikan meningkatkan kualitas respon kebijakan.
update melalui diseminasi hasil kajian dan Karena ditengah tren pertumbuhannya yang
pertemuan termasuk dengan kementerian eksponensial, data telah menjadi aset utama
dan otoritas terkait serta lembaga bagi regulator maupun pelaku industri sebagai
internasional. dasar pengambilan keputusan.
3. Fungsi asesmen. Dalam hal ini, BI-FTO Bank Indonesia mencermati kuatnya inovasi
akan melakukan pemantauan dan pemetaan teknologi dalam area perdagangan.
atas potensi manfaat sekaligus risiko dari Pertumbuhan dan adopsi e-commerce oleh
inovasi model bisnis dan produk yang masyarakat Indonesia begitu luar biasa.
ditawarkan. Hasil asesmen tersebut akan Terminologi “pasar” sebagai tempat
menjadi dasar bagi perumusan kebijakan di bertemunya penjual dan pembeli saat ini
Bank Indonesia. sepenuhnya telah dapat diwujudkan secara
4. Fungsi koordinasi dan komunikasi, yang maya. Meskipun tidak lagi harus dilakukan
berperan memberikan pemahaman atas dengan tatap muka secara fisik, namun
kerangka pengaturan yang ada, dan kebutuhan transaksi melalui sistem
mendorong harmonisasi regulasi lintas pembayaran tetap menjadi bagian yang tidak
otoritas. terpisahkan dari aktivitas jual-beli. Oleh karena
Seiring dengan adanya BI-FTO diharapkan itu, Bank Indonesia memandang perlu untuk
ikatan jejaring pelaku fintech dengan otoritas melengkapi ketentuan pada area sistem
akan semakin erat. Dengan secara konsisten pembayaran yang sudah ada, khususnya
meningkatkan basis pengetahuan atas proses melengkapi ketentuan mengenai Alat
dan fungsi yang dilakukan oleh fintech, BI- Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK),
FTO akan dapat berkontribusi dalam Uang Elektronik, dan Transfer Dana yang telah
menciptakan industri fintech yang sehat. lebih dulu ada.
Sebagai bagian dari fungsi asesmen yang Peraturan Bank Indonesia mengenai
dilakukan BI-FTO, diperkenalkan didalamnya Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi
sebuah inisiatif yang dinamakan Regulatory
181| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
POSMA SARIGUNA JOHNSON KENNEDY/ Tantangan terhadap Ancaman Disruptif dari Financial Technology
dan Peran Pemerintah dalam Menyikapinya
Pembayaran (PBI No. 18/40/PBI/2016) kami kepada seluruh instansi terkait, termasuk Bank
terbitkan sebagai wujud komitmen kami atas Indonesia untuk dapat mendukung
4 hal utama, yaitu (1) Mengakomodir inovasi; pengembangan ekonomi digital di Indonesia.
(2) Meningkatkan keamanan, termasuk Dukungan perlu diberikan agar
pemenuhan standar dan audit keamanan secara Generasi Muda Indonesia yang mempersiapkan
berkala; (3) Menjaga level of playing field; dan perusahaan Start-Up dan berbagai inisiatif di
(4) Perlindungan konsumen, ditengah ancaman bidang ekonomi digital dapat dibantu. Bank
fraud dan cyber security yang berkejaran Indonesia bersama dengan kementerian dan
dengan inovasi. Ketentuan ini mengatur dua otoritas terkait selalu mendukung
subjek utama dalam suatu aktivitas pemrosesan perkembangan ekonomi digital di Indonesia,
transaksi pembayaran, yaitu: Penyelenggara termasuk dunia usaha, khususnya yang
Jasa SP, sebagai pihak yang bertanggung jawab berskala kecil dan menengah.
atas tahapan Otorisasi, Kliring, dan Setelmen. Dengan kolaborasi dan dukungan regulasi
Pihak ini yaitu penyelenggara Switching, yang tepat, pelaku fintech dapat berjalan
Payment Gateway, dan Dompet Elektronik (e- beriringan dengan institusi keuangan
Wallet) diwajibkan untuk memiliki izin dari BI; tradisional yang lebih dulu ada. Adaptasi yang
dan Penyelenggara Penunjang Transaksi dilakukan oleh institusi keuangan
Pembayaran, seperti perusahaan penyedia konvensional, serta bergabungnya Fintech
kartu, ATM, EDC, dan data center. Dalam hal menjadi bagian sistem keuangan kami yakini
ini, Penyelenggara Jasa SP perlu meminta akan mendorong kompetisi yang sehat dan
persetujuan kerjasama dan bertanggungjawab memberikan nilai tambah serta alternatif bagi
untuk memastikan keamanan dan kelancaran masyarakat. Gelombang inovasi datang tidak
pemrosesan transaksi yang difasilitasi mereka. terbendung dan menciptakan kompetisi yang
Dalam rangka meningkatkan ketahanan dan semakin ketat. Hanya pelaku yang memiliki
daya saing industri sistem pembayaran model bisnis yang solid dan adaptif yang dapat
nasional, ketentuan ini juga mengatur struktur tumbuh secara berkesinambungan di masa
kepemilikan dari penyelenggara jasa sistem yang akan datang. Diharapkan kolaborasi
pembayaran. Seluruh pengaturan ini selaras antara pelaku dengan otoritas, dan antar
dengan berbagai inisiatif lintas Kementerian otoritas dapat semakin erat dan produktif,
dan Otoritas terkait, terutama dengan Roadmap sehingga tren positif perkembangan fintech dan
e-Commerce. Roadmap tersebut akan menjadi e-commerce di Indonesia dapat terus
pedoman yang komprehensif baik bagi dipertahankan.
regulator maupun industri. Mulai dari aspek
pendanaan, kualitas SDM, sampai dengan
aspek perlindungan konsumen serta
infrastruktur menjadi fokus bahasan. Hemat
kami penerbitannya amat tepat waktu dan tepat
sasaran guna mendukung pertumbuhan
ecommerce dan juga Fintech di Indonesia.
Bank Indonesia mendukung penerbitan
Roadmap eCommerce sebagai Paket Kebijakan
Ekonomi Jilid XIV di tanggal 10 November
2016.ini.
Langkah ini sejalan dengan Arahan Presiden RI
dalam Rapat Terbatas tanggal 27 September
2016 perihal Pengembangan Ekonomi Digital.
Presiden melihat kemajuan ekonomi digital
yang sangat menakjubkan, dan mengarahkan
Sumber: Bank Indonesia & Otoritas Jasa Keuangan dalam Iman (2016) Gambar
2. Visi Ekonomi Digital Pemerintah
183| Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
POSMA SARIGUNA JOHNSON KENNEDY/ Tantangan terhadap Ancaman Disruptif dari Financial Technology
dan Peran Pemerintah dalam Menyikapinya
November 2016 .
Kristy, Pandu Aditya. (2017). FinTech di
Indonesia: Antara Fragmentasi vs Inklusi
Keuangan,
Asosiasi FinTech Indonesia, PT
Sampoerna Wirausaha (Mekar)