DINAS KESEHATAN
PUSKEMAS BAMBU KEC. MAMUJU
Jl.Poros Mamuju-Kalukku Km. 14 Desa Bambu 91514
TENTANG
PROGRAM PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS BAMBU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA PUSKESMAS BAMBU,
Menimbang : a. bahwa mutu pelayanan, keselamatan pasien, manajemen risiko,
dan pencegahan pengendalian infeksi di Puskesmas Bambu perlu
selalu diupayakan untuk ditingkatkan dalam memberikan pelayanan
yang terbaik bagi masyarakat;
b. bahwa dalam upaya peningkatan mutu sebagaimana dimasud dalam
huruf a, perlu disusun rencana program mutu yang menjadi acuan
dalam pelaksanaan peningkatan mutu;
Mengingat : 1. Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (LembaranNegara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6557);Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
39 Tahun 2016
4. Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1223);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1423);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 308); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
Tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 857);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2018 tentang Aplikasi
Sarana, Prasarana Dan Alat Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1012);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 19);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 68);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 272);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2019 Tentang
PenerapanManajemen Risiko Terintegrasi di LingkunganKementiaran
Kesehatan;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2019 tentang Sistem
Informasi Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 999);
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1335);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2022 tentang Indikator
Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit,
Laboratorium Kesehatan, Dan Unit Transfusi Darah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 1054);
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022 tentang Akreditasi
Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit
Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Mandiri
Dokter Gigi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor
1207);
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KEPALA PUSKESMAS BAMBU TENTANG
PROGRAM PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BAMBU
.
Kesatu : Keputusan Kepala Puskesmas Bambu Tentang Program
Peningkatan Mutu Puskesmas Bambu
.
Kedua Program
: Mutu disusun sebagai Kerangka Acuan Program
Mutu sebagaimana dalam lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini
Ketiga : Program Mutu sebagaimana dimaksud pada diktum
kesatu disusun oleh Tim Mutu bersama dengan Kepala
Puskesmas, Tata Usaha, dan para penanggung jawab
dan terintegrasi dalam perencanaan puskesmas.
Keempat :
Kelima : Program Mutu sebagaimana dimaksud pada dictum
kesatu menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan
peningkatan mutu, keselamatan pasien, manajemen risiko,
dan PPI. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkannya
NUNING KURNIATI
NIP : 19821023 200312 2 004
Tembusan:
Kepala Dinas Kesehatan Kab. Mamuju di Mamuju
Arsip.
a. Tujuan
Tujuan umum:
Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas Bambu
Tujuan khusus:
1. Meningkatkan mutu pelayanan klinis
2. Meningkatkan mutu pelayanan Upaya Kesehatan Masayarakat
3. Meningkatkan mutu manajemen
4. Meningkatkan pemenuhan sasaran keselamatan pasien
5. Meminimalkan resiko dalam pemberian pelayanan
6. Mengimplementasikan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Melakukan Koordinasi
dengan Lintas Program
dan Lintas Sektor
Melaksanakan indikator
kinerja kestrad :
Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Tanaman Obat di
puskesmas
6. Peningkatan Kinerja Meningkatkan Kinerja Tim Mutu Memantau
Program PTM Melalui : Program PTM dan kegiatan : Meningkatkan
1). peningkatan Capaian Kinerja Puskesmas skrining
Penduduk usia ≥ 15 PTM dengan melakukan
tahun yang melakukan melakukan Kerjasama
deteksi dini faktor risiko dengan lintas sector,
PTM kader dengan mengajak
masyarakat ke
Posyandu/posbindu
Melaksanakan skrining
PTM pada instansi,
kelompok masyarakay dll
Melaksanakan skirining
pada pasien dan keluarga
yang berkunjung ke Faskes
Meningkatkan sosialisasi
kepada Masyarakat
tentang Penyakit Tidak
Menular
Meningkatkan
pengetahuan petugas
dengan mengikuti
pelatihan tentang
penyakit tidak menular
2). Meningkatkan Tim Mutu Memantau
Penderita DM Pelaksanaan Kegiatan:
mendapatkan
Meningkatkan Koordinasi
pengobatan sesuai Dengan LP,kader
standar masyarakat dan Lintas
Sektor agar membantu
dalam memotivasi
Masayarakat yang
menderita DM dan HT
untuk mlakukan
Pengobatan secara teratur
di Fasilitas
Kesehatan
Meningkatkan
penyuluhan tentang
penyakit HIpertensi dan
DM
Melaksanakan Terlaksanya
skirining pada skirining pada pasien
pasien dan dan keluarga yang
keluarga yang berkunjung ke
berkunjung ke Faskes
Faskes
Meningkatkan Terlaksanya
sosialisasi kepada sosialisasi kepada
Masyarakat Masyarakat tentang
tentang Penyakit Penyakit Tidak
Tidak Menular Menular
Monitoring dan
mengevaluasi
diklat PMKP
10 Program Tim Mutu Mutu
Manajemen Memantau
Resiko Pelaksanaan :
Penanganan Resiko
yang telah
teridentifikasi
Melaporkan Hasil
penanganan
Resiko
11 Program Memantau Terlaksananya Koordinator
Keselamatan Pelaksanaan Diterapkannya koordinator
Pasien kegiatan program program
keselamatan keselamatan pasien
pasien dalam
upaya
menerapkan 6
sasaran
keselamatan
pasien :
Pengukuran dan
Evaluasi
Indikator
Keselamatan
Pasien
Melakukan
Analisis dan
Investigasi Insiden
serta Tindak
Lanjut Perbaikan
untuk mencegah
terjadinya insiden
secara berulang
Pelaporan insiden
keselamatan
pasien
Pengembangan
budaya
keselamatan
12 Program PPI Memantau Penerapan Terlaksananya Koordinator PPI
standar PPI di Program PPI
Puskesmas Bambu
d. Sasaran Program
Sasaran program kegiatan ini adalah :
a. Tenaga Kesehatan
b. Non Tenaga Kesehatan
c. Masyarakat
d. Lintas Sektor
e. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Melakukan Koordinasi √
dengan Lintas Program dan
Lintas Sektor
Melaksanakan indikator
kinerja kestrad :
Ruang Terbuka Hijau (RTH) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tanaman Obat di
puskesmas
6. Peningkatan Kinerja Meningkatkan skrining √ √ √ √
Program PTM Melalui PTM dengan melakukan
: melakukan Kerjasama
1). peningkatan dengan lintas sector, kader
Capaian Penduduk dengan mengajak
usia ≥ 15 tahun yang masyarakat ke
melakukan deteksi Posyandu/posbindu
dini faktor risiko PTM
Melaksanakan skrining √ √ √ √
PTM pada instansi,
kelompok masyarakay dll
Melaksanakan skirining √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pada pasien dan keluarga
yang berkunjung ke Faskes
Meningkatkan sosialisasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kepada Masyarakat
tentang Penyakit Tidak
Menular
Pelatihan dalam √
Meningkatkan pengetahuan
petugas dengan mengikuti
pelatihan tentang penyakit
tidak menular
2). Meningkatkan Meningkatkan Koordinasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Penderita DM Dengan LP,kader
mendapatkan masyarakat dan Lintas
pengobatan sesuai Sektor agar membantu
standar dalam memotivasi
Masayarakat yang
menderita DM dan HT
untuk mlakukan
Pengobatan secara teratur di
Fasilitas Kesehatan
Meningkatkan penyuluhan √ √ √ √
tentang penyakit HIpertensi
dan DM
Ditetapkan : Bambu
Tanggal : Januari 2022
NUNING KURNIATI
NIP : 19821023 200312 2 004
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU
DINAS KESEHATAN
PUSKEMAS BAMBU KEC. MAMUJU
Jl.Poros Mamuju-Kalukku Km. 14 Desa Bambu 91514
TENTANG
PENETAPAN INDIKATOR MUTU PRIORITAS PUSKESMAS
KEPALA PUSKESMAS BAMBU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA PUSKESMAS BAMBU,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien
berdasarkan prioritas masalah kesehatan diwilayah kerja
Puskesmas Bambu perlu ditetapkan mutu prioritas puskesmas
(IMPP) Puskesmas Bambu;
b. bahwa untuk melaksnakan sebagaiman dimaksud pada poin a.
perlu ditetapkan Keputusan kepala Puskesmas Bambu;
Mengingat : 1. Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (LembaranNegara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6557);Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016
4. Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat
Dengan Pendekatan Keluarga (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1223);
5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Manajemen Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1423);
6 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 308); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
Tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 857);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2018 tentang
Aplikasi Sarana, Prasarana Dan Alat Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1012);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 19);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 68);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 272);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2019 Tentang
PenerapanManajemen Risiko Terintegrasi di
LingkunganKementiaran Kesehatan;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2019 tentang Sistem
Informasi Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 999);
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 1335);
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2022 tentang
Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik
Mandiri Dokter dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan
Masyarakat, Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan, Dan Unit
Transfusi Darah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 1054);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022 tentang
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter,
dan Tempat Mandiri Dokter Gigi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 1207);
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Indikator Mutu Prioritas Puskesmas ( IMPP) di Puskesmas Bambu.
Kedua : Indikator Mutu Prioritas Puskesmas ( IMPP) di Puskesmas Bambu Tahun
2022 sebagaiman dimaksud bpada Diktum KESATU terlampir,dan menjadi
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari keputusan ini ;
NUNING KURNIATI
NIP : 19821023 200312 2 004
Tembusan:
Kepala Dinas Kesehatan Kab. Mamuju di Mamuju
Arsip.
1
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BAMBU
NOMOR:048/SK/I/2022/PKM-BM
NO Indikator Target
1
Kelengkapan SKP ASN 90 %
2 Desa STBM
25 %
3
Dasar Pemikiran Peraturan menteri PANRB tentang sistem manajemen kinerja PNS
Deniminator (Penyebut) Jumlah total ASN Puskesmas Bambu dalam periode satu tahun
Target Pencapaian ≥90%
3
Satuan Pengukuran Persentase
Jumlah penyelengaraan rekam medis yang mengikuti alur
Nemerator (Pembilang) pelayanan rekam medis
Deniminator (Penyebut) Jumlah rekam medis yang di observasi dalam periode observasi
Formula
Metode Pengumpulan
Data Observasi
Sumber Data Hasil Observasi
Instrumen Pengambilan
Data Formulir observasi kepatuhan alur rekam medis
Periode Pengumpulan
Data Bulanan
Penanggung Jawab Penanggung Jawab Mutu
Mengetahui
Kepala Puskesmas Bambu
NUNING KURNIATI
Nip.198210232003122004
4
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU
DINAS KESEHATAN
PUSKEMAS BAMBU KEC. MAMUJU
Jl.Poros Mamuju-Kalukku Km. 14 Desa Bambu 91514
TENTANG
TIM PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA PUSKESMAS BAMBU,
Menimbang : a. bahwa mutu pelayanan, keselamatan pasien, manajemen risiko, dan
pencegahan infeksi di Puskesmas Bambu perlu selalu di upayakan
untuk ditingkatkan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat;
b. bahwa komunikasi dan koordinasi di perlukan dalam pelaksanaan
peningkatan mutu tersebut diperlukan mulai sejak perencanaan,
pelaksanaan, sampai dengan pengawasan, pengendalian dan
penilaian;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan b, perlu menetapkan Tim Mutu Puskesmas Bambu
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063); sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
2. Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573); Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6557);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016
5
TentangPedoman Penyelenggaraan Program Indonesia
Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1223);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016
TentangPedoman Manajemen Puskesmas (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1423);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 308);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
TentangPencegahan dan Pengendalian Infeksi Di
FasilitasPelayanan Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 857);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2018 tentang
Aplikasi Sarana, Prasarana Dan Alat Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1012);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 19);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 68);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 272);
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2019 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan
Kementiaran Kesehatan;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2019 tentang Sistem
Informasi Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 999);
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 1335); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun
2022 tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan
Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi, Klinik,
Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan,
Dan Unit Transfusi Darah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 1054);
6
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022 tentang
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter,
dan Tempat Mandiri Dokter Gigi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 1207);
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Pelaksanaan sasaran keselamatan pasien di Puskesmas Bambu
Kedua : Sasaran keselamatan pasien yang dimaksud pada dictum Kesatu meliputi :
1. Identifikasi pasien
2. Komunikasi Efektif
3. Keamanan obat
4. Tepat pasien,tepat prosedur,tepat posisi
5. Pasien Jatuh
Ketiga : Dengan berlakunya keputusan ini maka pasien harus ditetap selalu dijaga
keselamatannya
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkannya.
NUNING KURNIATI
NIP : 19821023 200312 2 004
Tembusan :
1. Masing-masing yang bersangkutan di Tempat
2. Arsip.
Ditetapkan di Bambu
Tanggal 3 Januari 2022
NUNING KURNIATI
Nip.198210232003122004
7
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU
DINAS KESEHATAN
PUSKEMAS BAMBU KEC. MAMUJU
Jl.Poros Mamuju-Kalukku Km. 14 Desa Bambu 91514
TENTANG
TIM PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS BAMBU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA PUSKESMAS BAMBU,
Menimbang : d. bahwa mutu pelayanan, keselamatan pasien, manajemen risiko, dan
pencegahan infeksi di Puskesmas Bambu perlu selalu di upayakan
untuk ditingkatkan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat;
e. bahwa komunikasi dan koordinasi di perlukan dalam pelaksanaan
peningkatan mutu tersebut diperlukan mulai sejak perencanaan,
pelaksanaan, sampai dengan pengawasan, pengendalian dan
penilaian;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan b, perlu menetapkan Tim Mutu Puskesmas Bambu
Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063); sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
2 Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573); Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6557);
4 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016
8
TentangPedoman Penyelenggaraan Program Indonesia
Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1223);
5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016
TentangPedoman Manajemen Puskesmas (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1423);
6 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 308);
7 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
TentangPencegahan dan Pengendalian Infeksi Di
FasilitasPelayanan Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 857);
8 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2018 tentang
Aplikasi Sarana, Prasarana Dan Alat Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1012);
9 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 19);
10 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 68);
11 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 272);
12 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2019 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan
Kementiaran Kesehatan;
13 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2019 tentang Sistem
Informasi Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 999);
14 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 1335); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun
2022 tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan
Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi, Klinik,
Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan,
Dan Unit Transfusi Darah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 1054);
9
15 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022 tentang
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter,
dan Tempat Mandiri Dokter Gigi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 1207);
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BAMBU TENTANG
TIM PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS BAMBU .
Kesatu : Keputusan Kepala Puskesmas Bambu Tentang Tim Mutu Puskesmas Bambu
Kedua : Susunan Tim Mutu Puskesmas Bambu sebagaimana dalam Lampiran 1 yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.
Ketiga : Uraian tugas, tanggung jawab, dan wewenang Tim Mutu Puskesmas Bambu
sebagimana dalam Lampiran 2 yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari keputusan ini.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkannya
NUNING KURNIATI
NIP : 19821023 200312 2 004
Tembusan :
1. Masing-masing yang bersangkutan di Tempat
2. Arsip.
10
LAMPIRAN :1
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMA BAMBU NOMOR : /
/ /2022
TANGGAL : JANUARI 2022
TENTANG
TIM PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS BAMBU
Ditetapkan di Bambu
Tanggal 3 Januari 2022
NUNING KURNIATI
Pangkat : Penata Muda TK.I/IIIb
Nip.198210232003122004
13
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU
DINAS KESEHATAN
PUSKEMAS BAMBU KEC. MAMUJU
Jl.Poros Mamuju-Kalukku Km. 14 Desa Bambu 91514
TENTANG
TIM PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI (PPI)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA PUSKESMAS BAMBU,
Menimbang : g. bahwa mutu pelayanan, keselamatan pasien, manajemen risiko, dan
pencegahan infeksi di Puskesmas Bambu perlu selalu di upayakan
untuk ditingkatkan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat;
h. bahwa komunikasi dan koordinasi di perlukan dalam pelaksanaan
peningkatan mutu tersebut diperlukan mulai sejak perencanaan,
pelaksanaan, sampai dengan pengawasan, pengendalian dan
penilaian;
i. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan b, perlu menetapkan Tim Mutu Puskesmas Bambu
Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063); sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik
2 Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573); Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5038);
3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
14
Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6557);
4 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016
TentangPedoman Penyelenggaraan Program Indonesia
Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1223);
5 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016
TentangPedoman Manajemen Puskesmas (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1423);
6 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 308);
7 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
TentangPencegahan dan Pengendalian Infeksi Di
FasilitasPelayanan Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 857);
8 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2018 tentang
Aplikasi Sarana, Prasarana Dan Alat Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1012);
9 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 19);
10 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 68);
11 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 272);
12 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2019 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan
Kementiaran Kesehatan;
13 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2019 tentang
Sistem Informasi Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 999);
14 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 1335); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
30 Tahun 2022 tentang Indikator Nasional Mutu
15
Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit,
Laboratorium Kesehatan, Dan Unit Transfusi Darah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 1054);
15 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022 tentang
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri
Dokter, dan Tempat Mandiri Dokter Gigi (Berita Negara
Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 1207);
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Menetapkan tim pengendalian dan pencegahan ineksi (PPI) Puskesmas
Bambu dengan susunan tim terlampir,dan menjadi satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dan keputusan ini
Kedua : Tim Pengendalian dan pencegahan infeksi (PPI) sebagaiamana dalam
dictum kesatu bertugas menyusun kebijakan dan melaksanakan
pengendalian dan pencegahan infeksi dilingkungan Puskesmas Bambu
Ketiga : Dengan berlakukanya keputusan ini,Maka Berlaku Pengendalian dan
pencegahan infeksi dipuskesmas Bambu.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkannya.
NUNING KURNIATI
NIP : 19821023 200312 2 004
Tembusan :
1. Masing-masing yang bersangkutan di Tempat
2. Arsip.
Ditetapkan di Bambu
Tanggal 3 Januari 2022
NUNING KURNIATI
16
Nip.198210232003122004
LAMPIRAN :1
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMA BAMBU NOMOR : /
/ /2022
TANGGAL : JANUARI 2022
TENTANG
TIM PEGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI (PPI) PUSKESMAS BAMBU
Pembina : Nuning Kurniati,S.Kep.Ns
Ketua : dr.Astri Ayu Pertiwi Bakhtiar
Sekertaris : Marslyndasari,A.Md.Keb
Anggota :
1. Muh.Tahir
2. Hasmawia
3. Marlianti
4. Mustafa
5. Magfhira Samiran
6. Alya Rahman
7. Jasdiman
NUNING KURNIATI
Nip.198210232003122004
17
PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU
DINAS KESEHATAN
PUSKEMAS BAMBU KEC. MAMUJU
Jl.Poros Mamuju-Kalukku Km. 14 Desa Bambu 91514
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat yang dikategorikan tidak
aman dan berisiko terjadinya kejadian yang tidak diharapkan , baik dari dari ruang
lingkup yang paling kecil bahkan sampai dengan Rumah sakit sekalipun.
Risiko mungkin saja dialami oleh setiap orang yang berada dalam sarana
pelayanan kesehatan mulai dari pasien atau pengunjung sarana kesehatan maupun
petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan. Risiko atau kejadian
yang tidah diharapkan terjadi bukan arena ada unsur kesengajaan, tetapi karena
rumitnya pelayanan kesehatan. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya risiko atau kejadian yang tidak diharapkan sebagai contoh tidak
tersdeianya sumber daya manusia yang kompeten, kondisi fasilitas, maupun
ketersediaan obat dan peralatan kesehatan yang tidak memenuhi standar.
Tidak hanya pelayan klinis saja yang berisiko terhadap pasien, pengunjung,
lingkungan, tetapi kegiatan-kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat juga berisiko terhadap keselamatan sasaran kegiatan,masyarakat
maupun lingkungan.
Pasien, pengunjung, dan masyarakat dapat mengalami cedera atau kejadian
yang tidak diharapkan terkait dengan infeksi, kesalahan pemberian obat, kesalahan
identifikasi, kondisi fasilitas pelayanan yang tidak aman, maupun akibat
penyelenggaraan kegiatan pada upaya kesehatan masyarakat yang tidak
memperhatikan aspek keselamatan.
Risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pelayanan kesehatan perlu
diidentifikasi dan dikelola dengan baik untuk mengupayakan keselamatan pasien,
pengunjung dan masyarakat yang dilayani.
B. Tujuan Pedoman
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akutanbilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas.
18
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
C. Sasaran Pedoman
Sasaran Pedoman ini adalah:
1. Kepala Puskesmas Bambu
2. Ka Subag Tata Usaha Puskesmas Bambu
3. Tim Keselamatan Pasien
4. Seluruh staf lingkup Puskesmas Bambu
D. Ruang Lingkup Pedoman
Ruang lingkup kegiatan Keselamatan Pasien meliputi Kegiatan di dalam
gedung, yaitu sebagai berikut :
1. Sosialisasi kepada pasien dan keluarganya tentang Risiko KTD, KTC, KPC dan KNC.
2. Pelatihan bagi staf Puskesmas tentang Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko
KTD, KTC, KPC dan KNC.
3. Pembuatan Standar Operasional Prosedur tentang Risiko KTD, KTC, KPC dan KNC.
4. Membuat analisis terkait dengan Risiko KTD, KTC, KPC dan KNC.
5. Membuat pencatatan dan pelaporan Risiko KTD, KTC, KPC dan KNC.
E. Batasan Operasional
1. Keselamatan pasien adalah upaya yang dirancang untuk mencegah terjadinya
outcome yang tidak diharapkan sebagai akibat tindakan yang tidak aman atau
kondisi laten di sarana pelayanan kesehatan.
2. Manajemen risiko adalah metode penangan sisetematis formal dimana
dikonsetrasikan pada mengindentifikasikan dan pengontrolan peristiwa atau
kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.
3. Risiko adalah hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu
kegiatan/aktifitas yang dilakukan oleh manusia (probalitas insiden).
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah cedera yang diakibatkan oleh
tatakelola klinis bukan karena latar belakang kondisi pasien.
5. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah terjadi penanganan klinis yang tidak sesuai
pada pasien, tetapi tidak terjadi cedera.
6. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah kejadian atau situasi yang sebenarnya
dapat menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi karena secara kebetulan
diketahui atau upaya pencegahan segera dilakukan.
7. Kondisi Potensi Cedera (KPC) suatu keadaan yang mempunyai potensi
menimbulkan cedera.
19
E. Landasan Hukum
1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
20
BAB II STANDAR
KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Nama Petugas Kualifikasi SDM Tanggung Jawab
Drg. Frederika Raya.T S.1 Kedokteran Gigi Sosialisasi kepada pasien
Risfan DIII Analis Kesehatan dan keluarganya tentang
Muh.Tahir S1- Ners
Risiko KTD, KTC, KPC
DIII Keperawatan
S1- Apoteker dan KNC.
DIII Keperawatan gigi
Marslyndasari,A.Md.Keb DIII Kebidanan
Pelatihan bagi staf
Puskesmas tentang
Keselamatan Pasien dan
Manajemen Risiko KTD,
KTC, KPC dan KNC.
Pembuatan Standar
Operasional Prosedur
tentang Risiko KTD, KTC,
KPC dan KNC.
Membuat pencatatan
dan pelaporan Risiko
KTD, KTC, KPC dan
KNC
21
C. Jadwal Kegiatan
Tempat Waktu Petugas
Dalam Gedung Senin – Sabtu Seluruh Staf Puskesmas Bambu
22
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
GEDUNG
Depan
Ruang tunggu
Apotik UGD
Loket
RM Ruang KIA
Ruang Ruang
Pemeriksaan
kesehatan Bersalin
umum
Ruang
Pemeriksaan Ruang Linen
Gigi
Taman
Ruang
Ruang Tata
Pemeriksaan Usaha
Prioritas
Ruang
Koseling
Laboratorium
Ruang UKM
Ruang TB Ruang Kapus
B. Standar Fasilitas
Standar Sarana Prasarana :
1. Komputer
2. WiFi
3. Meja
4. Kursi
5. Lemari
6. Kipas angin
7. ATK
23
BAB IV
TATALAKSANA MANAJEMEN RISIKO
PELAYANAN KLINIS
24
Laboratorium - Kegagalan pengambilan sampel sehingga
menimbulkan perlukaan
- Kesalahan pengambilan sampel
- Kesalahan pemberian label sampel laboratorium
- Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang
- Sampel rusak atau hilang
25
Proses penilaian manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:
1. Identifikasi
Identifikasi resiko dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan
jenis-jenis insiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan dalam table
berikut:
Error Kategori Hasil
No Error A Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya
kesalahan (KPC)
Error, No B Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai pasien (KNC)
Harm
C Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum atau
digunakan pasien tetapi tidak membahayakan pasien
(KTC)
D Terjadinya kesalahan sehingga monitoring ketat harus
dilakukan tetapi tidak membahayakan pasien (KTC)
Error, E Terjadi kesalahan sehingga terapi dan intervensi lanjut
Harm diperlukan dan kesalahan ini memberikan efek yang
buruk yang sifatnya sementara (KTD)
F Terjadi kesalahan dan mengakibatkan pasien harus
dirawat lebih lama di Puskesmas serta memberikan
efek buruk yang sifatnya sementara (KTD)
G Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk yang
bersifat permanen (KTD)
H Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa pasien
contoh shock anafilaktif (KTD)
Error I Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia
Death (Sentinel)
2. Analisis Risiko
Analisa dilakukan dengan menentukan skore resiko atau insiden tersebut
untuk menentukan prioritas penanganan
a. Peluang
Tingkat Resiko Deskripsi Peluang / Frekuensi
1 Sangat jarang/rare( > 5 tahun / kali )
2 Jarang/unlikely ( >2-5 tahun / kali )
3 Mungkin/Possible1 - 2 tahun / kali )
4 Sering/likely ( beberapa kali /tahun )
5 Sangat sering / almost certain(tiap minggu / bulan)
b. Dampak
Tingkat Deskripsi Peluang Dampak
Resiko / Frekuensi
1 Tidak significant Tidak ada cedera
2 Minor Cedera ringan, mis iuka lecet Dapat
diatasi dengan P3K
3 Moderat Cedera sedang, mis Iuka robek
Berkurangnya fungsi
motoric/sensorik/psikologis
/intelektual (reversible),tidak
berhubungan dengan penyakit)
26
Setiap kasus yang memperpanjang
perawatan
4. Kelola Resiko
Level Tindakan
Ekstrem Memerlukan tindakan segera, paling lambat 2 x 24 jam
Tinggi Kaji dengan detail dan perlu tindakan segera, sampai 2 minggu
Sedang Dilakukan penelitian sederhana paling lama 2 minggu.
Sebaiknya menilai dampak terhadap bahaya dan kelola resiko.
Traget waktu pengendalian sampai 6 minggu
Rendah Dilakukan penelitian sederhana paling lama 1 minggu,
diselesaikan dengan prosedur rutin. Target waktu pengendalian
sampai 12 minggu
27
BAB V
LOGISTIK
28
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
30
i. Saat pasien menyebutkan tanggal lahirnya, Petugas Puskesmas mencocokkan
dengan gelang identitas pasien.
j. Petugas Puskesmas dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan diberikannya
bila kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai dengan yang tercantum
dalam gelang identitas,
k. Petugas Puskesmas melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah satu
identitas yang disebutkan pasien tidak sesuai dengan yang tercantum dalam
gelang identitas,
l. Petugas Puskesmas menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan medis yang
akan diberikannya.
m. Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi misalnya pada pasien tidak
sadar , tidak dapat berkomunikasi karena terhalang masalah bahasa dan tidak
ada penterjemah, karena usia (bayi), gangguan kognitif (dementia atau kelainan
mental), Identifikasi dilakukan dengan memeriksa Nama lengkap pasien dan
Identitas lain (seperti tanggal lahir, KTP) pada gelang identitas pasien, dicocokan
dengan informasi yang telah dimiliki ruang rawat inap (rekam medis, resep, atau
tabung specimen).
n. Petugas Puskesmas yang memasang gelang identitas pasien harus menuliskan
tanggal dan jam masuk Puskesmas pada gelang identitas, untuk identifikasi
pasien terlantar/ tidak ada keluarga.
o. Petugas Puskesmas dalam mengidentifikasi pasien terlantar/ tidak ada keluarga
(Mr X1, Mr, X2, dst) dengan mencocokkan gelang identitas pasien yang meliputi
nama, tanggal dan jam masuk UGD dan nomor rekam medis,
p. Dalam mengidentifikasi bayi baru lahir petugas Puskesmas memberikan gelang
identitas bayi lahir dengan memberikan nama lengkap ibu (Contoh: By Ny. Ana
Suryana) dan nomor rekam medis ibu. Dalam waktu 24 jam pada gelang
identitas bayi ditambahkan nomor rekam medis bayi dan dibuatkan rekam
medik baru dan terpisah dari ibu,
q. Petugas Puskesmas memberikan gelang identitas sesuai waktu bayi lahir dengan
memberikan nama ibu dan nomor rekam medis ibu ditambah nomor urut
kelahiran (Contoh: By Ny. Ana Suryana 1, By. Ny Ana Suryana 2) untuk
mengidentifikasi bayi kembar baru lahir,
r. Koordinator rawat inap dan PONED melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan identifikasi pasien di tiap-tiap unit masing-masing,
s. Koordinator rawat inap dan PONED merencanakan tindak lanjut jika
pelaksanaan tidak sesuai dengan tujuan.
31
2. Penerapan 7 benar dalam menunjang medication safety
Prosedur
a. Benar Pasien:
1) Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam mengidentifikasi
pasien,
2) Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi
tertulis,
3) Petugas menganamnesis riwayat alergi pasien,
4) Petugas menganamnesis kehamilan/ menyusui,
5) Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini
dan membuat daftar obat- obat tersebut,
6) Petugas membandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang
digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian,
kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).
7) Petugas mengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan
kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten double check.
32
b. Benar Obat
1) Petugas memberi label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat,
baskom obat), dan larutan lain.
2) Petugas menuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas,
pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak
digunakan dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.
3) Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang
secara verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang
memberikannya ke pasien,
4) Petugas melakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah
obat disiapkan jika tidak segera diberikan,
5) Petugas memberi label pada syringes setelah obat disiapkan/diisi ( jangan
pada saat syringe masih kosong)
6) Petugas menyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya
untuk satu obat atau larutan pada satu saat,
7) Petugas membuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya,
8) Saat pergantian tugas/ jaga, petugas mereview semua obat dan larutan oleh
petugas lama dan petugas baru secara bersama,
9) Petugas mengubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat,
10) Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang perlu
kewaspadaan tinggi ,
c. Benar Dosis
1) Dua orang yang berkompeten mengngecek dan menghitung (double cek)
jika ada untuk dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan
kewaspadaan tinggi,
2) Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika
ragu,.
3) Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk menghindari
gangguan.
d. Benar Waktu
1) Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang
ditentukan:
sebelum makan, setelah makan, saat makan.
Perhatikan waktu pemberian:
3 x sehari → tiap 8 jam.
33
2 x sehari → tiap 12 jam. Sehari sekali → tiap 24 jam. Selang
sehari →
tiap 48 jam
2) Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh dokter,
3) Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa
kadaluarsa.
e. Benar Cara/ Route Pemberian
1) Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk dan
jenis obat :
Slow-Release tidak boleh digerus
Enteric coated tidak boleh digerus.
Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/
sirup,
2) Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin berjarak dan jadwal
pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
1) Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien
setelah mendapat obat,
2) Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/ paraf setelah
memberikan obat pada dokumen rekam medik,
3) Petugas/ dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan jenis/
dosis/ jadwal/ cara pemberian obat
4) Dokter memberikan coretan dan terakhir garis( ujungnya) diberi paraf jika
penulisan resep salah,
Contoh: Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd Lasix inj, 1 x 40 mg iv.
5) Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek
Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden
+ Formulir Pelaporan Efek Samping Obat
6) Petugas melaporkan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit
Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke Komite
Farmasi dan Terapi,
7) Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan, :
Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan
Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi
1) Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/ pengobatan harus
dikomunikasikan pada pasien & atau keluarganya,
34
2) Petugas menjelaskan tujuan & cara mengkonsumsi obat yang benar,
3) Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
4) Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien,
Pengkajian resep obat
Prosedur :
a. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik :
1) Petugas memeriksa identitas pasien: nama pasien, nomor rekam medis,
penjamin, ruang rawat, berat badan (terutama pada pasien pediatri),
2) Petugas memeriksa kelengkapan resep: diagnosis, nama dokter yang
merawat, nama obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, dan aturan pakai,
3) Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu), maka
petugas mengkonfirmasi ke dokter yang bersangkutan untuk mengetahui
dosis maksimal sehari sehingga etiket bisa dilengkapi dan diketahui jumlah
obat yang dibutuhkan,
4) Petugas memeriksa adanya masalah lain seperti masalah keuangan atau
kelengkapan persyaratan resep jaminan,
5) Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman
pelayanan/peraturan yang berlaku,
b. Pengkajian dari aspek klinik
1) Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat,
terutama untuk pasien pediatri dan geriatric,
2) Petugas memeriksa adanya duplikasi obat,
3) Petugas memeriksa adanya alergi pada pasien disesuaikan dengan rekam
medic,
4) Petugas memeriksa adanya interaksi obat,
5) Petugas memeriksa adanya kontraindikasi,
6) Petugas mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan resep/
instruksi pengobatan,
c. Penanganan Resep yang Bermasalah
1) Apoteker/ asisten apoteker menghubungi dokter penulis resep/ perawat
sesuai dengan instruksi Kerja Penanganan Resep Tidak Jelas ,
2) Dokter / perawat mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan menulis
perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan parafdan tidak boleh
menindih dengan tulisan yang baru,
3) Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep apoteker/asisten
apoteker/ perawat dapat mengubah resep dokter dengan memberi catatan
nama dokter dan waktu (tanggal dan jam) dilakukannya konfirmasi,
35
4) Jika dalam menulis resep dokter/ perawat terdapat lebih dari 2 (dua)
coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru,
5) Jika dokter / perawat dalam menulis tanggal pada resep harus diganti
dengan resep baru.
Melakukan tindakan skin test sebelum memberikan injeksi antibiotik
Prosedur :
a. Dokter mencatat terapi obat injeksi di dalam rekam medis
b. Petugas selalu melakukan skin test dengan memasukkan obat yang akan
diberikan secara intra kutan
c. Petugas mengecek hasil test setelah 3-5 menit
d. Jika terdapat tanda – tanda alergi misal durasi membesar, kemerahan dan pasien
merasakan gatal disekeliling tempat suntikan, maka dinyatakan hasil skin test
positif
e. Jika tanda-tanda di atas tidak ada, maka dinyatakan negatif dan obat bisa
diberikan melalui intra vena.
3. Tidak Terjadi Kesalahan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan
Penerapan SOP pada setiap tindakan medis dan keperawatan dapat
menurunkan tingkat kesalahan prosedur tindakan. Selain itu penerapan kontrol
mutu secara terus menerus harus tetap dijalankan pada setiap level layanan klinis.
4. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas
Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial:
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
36
a. HANDWASH – dengan air mengalir, waktunya : 40 – 60 detik
b. HANDRUB – dengan gel berbasis alcohol, waktunya : 20 – 30 detik
Prosedur cuci tangan :
a. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan sebelum
kontak dengan pasien,
b. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan sebelum
melakukan tindakan aseptik,
c. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan pasien,
d. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
terpajan dengan cairan tubuh pasien,
e. Semua petugas dan Mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan area sekitar pasien,
f. Keluarga, pegunjung, relawan dan individu yang berkunjung harus melakukan
kebersihan tangan sebelum makan, setelah makan, setelah dari kamar mandi,
setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien,
g. Koordinator rawat inap mengecek ketersediaan adanya handrub , poster
tentang kebersihan tangan didinding setiap ruangan pasien,
h. Semua petugas dan Mahasiswa melepaskan perhiasan atau jam tangan saat
mencuci tangan,
i. Semua petugas dan mahasiswa harus memotong kuku jika kuku panjang,
j. Semua petugas dan mahasiswa Mencuci tangan dengan air yang mengalir
dibutuhkan waktu 40-60 detik dengan handrub cukup 20-30 detik,
k. Semua petugas dan mahasiswa melakukan kebersihan tangan dengan enam
langkah sesuai dengan langkah yang sudah ditetapkan.
37
BAB VII KESELAMATAN
KERJA
38
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya
kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin kesehatan
dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun
masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di UGD merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
sekitar.
Tujuan umum
Tujuan pengelolaan program keselamatan kerja adalah terciptanya lingkungan
kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas, aman dan sehat bagi
pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar sehingga
proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancar.
Tujuan khusus
1. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja)
dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
2. Peningkatan mutu, citra dan UGD puskesmas Kahu.
Alat Keselamatan Kerja
1. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
2. APD (Alat Pelindung Diri)
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plaster pembalut
7. Pembersih tangan Antiseptik di depan tiap-tiap ruangan pasien.
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja,
39
b. Pakailah APD saat bekerja,
c. Orientasi pada petugas baru,
d. Melakukan audit permasalahan yang ada di UGD,
e. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran,
f. Harus mengetahui cara mencuci tangan dengan benar,
g. Buanglah sampah pada tempatnya,
h. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik,
i. Dilarang merokok.
40
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
41
Lingkungan yaitu kebijakan, manajemen, budaya, respon dan tingkat pendidikan
pegawai
Pengendalian mutu Keselamatan Pasien dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Adapun kegiatan pengendalian mutu pada Keselamatan Pasien
meliputi :
1. Perencanaan (P1)
Perencanaan adalah kegiatan menyusun rencana kerja baik rencana kerja harian,
bulanan maupun tahunan. Hal ini bertujuan agar kegiatan yang akan dilaksanakan
tidak bertolak belakang dari apa yang telah direncakan sebelumnya sehingga hasil
yang dicapai sesuai dengan yang diinginkan atau sesuai standar kebutuhan. Salah satu
contoh perencanaan program Keselamatan Pasien di Puskesmas Bambu dalah
Perencanaan .................
2. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
Penggerakan atau pelaksanaan adalah melaksanakan semua hal yang telah
direncanakan sesuai dengan ketentuan dan jadwal yang telah dibuat.
3. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja (P3)
Pengawasan, pengendalian dan penilaian Kinerja adalah salah satu cara monitoring
dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja (membandingkan anatara capaian dengan
rencana kerja), Melakukan perbaikan kualitas program Keselamatan Pasien sesuai
standar.
Hubungan dan mekanisme kerja antar posisi jabatan dan fungsi organisasi
Puskesmas tergambar dalam proses yang berkesinambungan yang meliputi
Pelayanan Medis (Poli Umum,Poli Gigi,KIA)Dan Penunjang Medis (Laboratorium, Gizi,
Pelayanan Obat, Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan) di dukung dengan sarana dan
prasarana dalam lingkup ketatausahaan (Pelatihan SDM, Penempatan dan Mutasi
SDM) pemeliharaan sarana prasarana, Pengendalian alat ukur, pengadaan barang,
Penyimpanan barang, pemeliharaan lingkungan kerja) dimana ada sistem kontrol
pelayanan Puskesmas melalui tinjauan manajemen meliputi penanganan keluhan
pelanggan, survey kepuasan pelanggan, Audit klinis, pengendalian layanan tidak
sesuai dan tindakan pencegahan – perbaikan.
42
BAB IX
PENUTUP
NUNING KURNIATI
NIP : 19821023 200312 2 004
43
44