Anda di halaman 1dari 3

Resume Sistem Pengendalian Manajemen

Nama : Rizqi Sasgia Putri

NPM : 16130310312

Kelas : Akuntansi 7A-5

Penentuan Harga Transfer

Pemikiran organisasi modern berorientasi kepada desentralisasi. Salah satu tantangan utama
dalam mengoperasikan sistem yang terdesentralisasi adalah merancang suatu metode
akuntansi yang memuaskan untuk transfer barang dan jasa dari pusat laba yang satu ke pusat
laba yang lain.

A. Tujuan Penentuan Harga Transfer


1. Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk
menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita perusahaan.
3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
4. Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.
B. Menentukan Metode Harga Transfer
1. Prinsip Dasar. Prinsip dasar dari harga transfer adalah bahwa harga transfer
sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut
dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar.
2. Situasi Ideal. Akan tercipta harga transfer yang ideal apabila terdapat orang-orang
yang kompeten baik manajer maupun staf, atmosfer yang baik, harga pasar yang
normal, kebebasan dalam memperoleh sumber daya, adanya informasi yang bisa
diakses secara penuh, serta lancarnya negosiasi.
3. Hambatan-hambatan dalam Perolehan Sumber Daya. Adanya hambatan-
hambatan dalam perolehan sumber daya terjadi ketika pasar bagi pusat laba penjual
atau pembeli sangat terbatas. Selain itu, adanya kelebihan atau kekurangan kapasitas
industri pada perusahaan.
4. Harga Transfer Berdasarkan Biaya. Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka
harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba. Dua keputusan
yang harus dibuat dalam sistem harga transfer berdasarkan biaya : (1) bagaimana
menetukan besarnya biaya dan (2) bagaimana menghitung mark up laba.
a. Dasar Biaya. Dasar yang umum adalah biaya standard.
b. Markup Laba. Dalam menghitung markup laba, terdapat dua keputusan : (1) apa
dasar laba tersebut dan (2) tingkat laba yang diperbolehkan.
5. Biaya Tetap dan Laba Hulu. Penetapan harga transfer dapat menimbulkan
permasalahan yang cukup serius dalam perusahaan yang terintregasi. Pusat laba yang
pada akhirnya menjual produk ke pihak luar mungkin tidak menyadari jumlah biaya
tetap dan laba bagian hulu yang terkandung di dalam harga pembelian internal.
Bahkan jika pusat laba terakhir menyadari adanya biaya tetap dan laba tersebut, pusat
laba itu mungkin enggan untuk mengurangi labanya guna mengoptimalkan laba
perusahaan.
C. Penentuan Harga Jasa Korporat
Terdapat dua jenis transfer :
a. Untuk jasa pusat yang harus diterima oleh unit penerima di mana unit penerima
dapat mengendalikan jumlah yang digunakna paling tidak secara parsial.
b. Untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan digunkannya
atau tidak.
1. Pengendalian atas Jumlah Jasa. Unit usaha mungkin diharuskan untuk
menggunakan staf korporat untuk jasa-jasa seperti teknologi informasi dan
pengembangan. Ada tiga teori pemikiran mengenai jasa-jasa seperti ini, yaitu :
 Teori pertama menyatakan bahwa suatu unit usaha harus membayar biaya
variable standard dari jasa yang diberikan.
 Teori kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variable standard
ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap standar, yaitu biaya penuh.
 Teori ketiga menyarankan harga yang sama dengan harga pasar, atau biaya
penuh standard ditambah dengan margin labanya.
2. Pilihan Penggunaan Jasa. Dalam beberapa kasus, pihak manajemen mungkin
memutuskan bahwa unit-unit usaha dapat memilih apakah akan menggunakan unit
jasa sentral atau tidak.
3. Kesederahaan dari Mekanisme Harga. Harga yang dibebankan untuk jasa
korporat tidak akan mencapai tujuan yang dimaksudkan, kecuali jika metode untuk
menghitungnya dapat dimengerti dan dipahami dengan cukup mudah oleh manajer
unit usaha.
D. Administrasi Harga Transfer
1. Negosiasi. Di hampir semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer
satu sam lain, maksudnya harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok pusat.
Alasan yang paling penting untuk hal ini adalah keprcayaan bahwa dengan
menetapkan harga jual dan mencapai kesepakatan atas harga pembelian yang paling
sesuai merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen lini.
2. Arbitrase dan Penyelesaian Konflik. Arbitase dapat dilakukan dengan bebrapa
cara. Dalam sistem formal, kedua pihak menyerahkan kasus secara tertulis kepada
pihak penengah/ pendamai (arbitrator). Arbitrator akan meninjau posisi mereka
masing-masing dan memutuskan harga yang akna ditetapkan, kadang kala dengan
bantuan staf kantor yang lain. Adalah penting bahwa sekecil apa pun arbitrase yang
terjadi harus diselesaikan. Jika banyak arbitrase yang terjadi, hal ini menunjukkan
bahwa peraturan yang ada masih kurang spesifik atau sulit dilaksankan, atau
pengelolaan usahanya tidak rasional.
Selain tingkat formalitas arbitase, jenis proses penyelesaian konflik yang
digunkana juga mempengaruhi elektivitas suatu sistem transfer. Terdapat empat
cara untuk menyelesaikan konflik.: memaksa (forcing), membujuk (smoothing),
menawarkan (bargaining), dan penyelesaian masalah (problem solving).
3. Klasifikasi Produk. Beberapa perusahaan membagi produknya ke dalam dua kelas:
 Kelas I meliputi seluruh produk untuk mana manajemen senior ingin
mengendalikan perolehan sumber daya.
 Kelas II meliputi seluruh produk lainnya.

Perolehan sumber daya untuk produk Kelas I dapat diubah hanya dengan izin
dari manajemen pusat. Perolehan sumber daya untuk produk Kelas II ditentukan oleh
unit-unit pembelian dan penjualan dapat dengan bebas bertransaksi dengan pihak
dalam ataupun luar perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai