Anda di halaman 1dari 83

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRISAKTI

SKRIPSI

PENGARUH SELF EFFICACY, JOB EMBEDDEDNESS, HAPPINESS AT

WORK TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

PADA KARYAWAN BCA JAKARTA BARAT DAN CIMB NIAGA

JAKARTA SELATAN

Diajukan oleh:

AISYAH GAYATRI

NIM: 022001902004

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT

GUNA MENCAPAI GELAR

SARJANA EKONOMI

2023
FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS

UNIVERSITAS TRISAKTI

HALAMAN JUDUL

THESIS

THE EFFECT OF SELF EFFICACY, JOB EMBEDDEDNESS, HAPPINESS

AT WORK ON ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR OF

BANKING EMPLOYEES IN BCA AND CIMB NIAGA BANK JAKARTA

Submitted by:

AISYAH GAYATRI

Student ID: 022001902004

SUBMITTED AS PARTIAL FULFILLMENT OF

THE REQUIREMENT FOR THE AWARD

BACHELOR OF MANAGEMENT

2023
UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

1. Nama : Aisyah Gayatri

2. NIM : 022001902004

3. Program Studi : Manajemen

4. Bidang/Konsentrasi Skripsi : Manajemen Sumber Daya Manusia dan

Organisasi

5. Judul Skripsi : Pengaruh Self Efficacy, Job Embeddedness,

Happiness at Work terhadap Organizational

Citizenship Behavior pada Karyawan BCA di

Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta

Selatan

Jakarta, November 2023

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Manajemen Pembimbing Skripsi

(Dr. Sri Vandayuli Riorini, MM, CIQnR, CMP, CMA, CPMA) (Dr. Justine Tanuwijaya MBA, CHRMP)

i
UNIVERSITAS TRISAKTI
FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS

THESIS APPROVAL FORM

1. Name : Aisyah Gayatri

2. Student ID : 022001902004

3. Majoring : Management

4. Subject/Thesis Concentration: Human Resource Management and

Organizational

5. Thesis Title : The Effect of Self Efficacy, Job

Embeddednes, Happiness at Work on

Organizational Citizenship Behavior of

Banking Employees In BCA and CIMB Niaga

Bank Jakarta

Jakarta, November 2023

Acknowledge by, Approved by


Head of Management Department Thesis Advisor

(Dr. Sri Vandayuli Riorini, MM, CIQnR, CMP, CMA, CPMA) (Dr. Justine Tanuwijaya MBA, CHRMP)

ii
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

1. Nama : Aisyah Gayatri


2. NIM : 022001902004
3. Program Studi : Manajemen
4. Bidang/Konsentrasi Skripsi : Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Organisasi
5. Judul Skripsi : Pengaruh Self Efficacy, Job Embeddedness,
Happiness at Work terhadap Organizational
Citizenship Behavior pada Karyawan
Perbankan di BCA di Jakarta Barat dan CIMB
Niaga di Jakarta Selatan

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Tanggal: Desember 2023 Ketua :..........................................................


(Netania Emilisa, SE, MM, CHCM, CHRMP)
Tanggal: Desember 2023 Pembimbing :..................................................
(Dr. Justine Tanuwijaya MBA, CHRMP)
Tanggal: Desember 2023 Anggota :..........................................................
(Dr. Andreas Wahyu Gunawan, MBA, CHRMP)

Telah disetujui dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Manajemen.

Jakarta, Desember 2023


Ketua Program Studi Manajemen

iii
(Dr. Sri Vandayuli Riorini, MM, CIQnR, CMP, CMA, CPMA)

iv
UNIVERSITAS TRISAKTI
FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS

THESIS ENDORSEMENT

1. Name : Aisyah Gayatri


2. Student ID : 022001902004
3. Majoring : Management
4. Subject/Thesis Concentration: Human Resource Management and
Organizational
5. Thesis Title : The Effect of Self Efficacy, Job
Embeddednes, Happiness at Work on
Organizational Citizenship Behavior of
Banking Employees In BCA and CIMB Niaga
Bank Jakarta

COMMITTEE OF THESIS ASSIGNMENT

Date: Desember 2023 Leader :...........................................................


( Netania Emilisa, SE, MM, CHCM, CHRMP)
Date: Desember 2022 Advisor :............................................................
(Dr. Justine Tanuwijaya MBA, CHRMP)
Date: Desember 2023 Member :............................................................
( Dr. Andreas Wahyu Gunawan, MBA,
CHRMP)

Approved and accepted to fulfill some requirements in obtaining Bachelor Degree


of Management.

Jakarta, Desember 2023


Head of Management Department,

v
(Dr. Sri Vandayuli Riorini, MM, CIQnR, CMP, CMA, CPMA)

vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Aisyah Gayatri

NIM : 022001902004

Program Studi : Manajemen

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila

saya mengutip dari karya orang lain maka saya mencantumkan sumbernya sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Saya bersedia dikenakan sanksi pembatalan

skripsi ini apabila terbukti melakukan tindakan plagiat.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, Desember 2023

(Aisyah Gayatri)

NIM: 022001902004

vii
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN UNTUK DIPUBLIKASIKAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Aisyah Gayatri

NIM : 022001902004

Program Studi : Manajemen

Menyatakan bahwa saya bersedia untuk mempublikasikan skripsi ini atas

nama saya dan Dosen Pembimbing setelah dilakukan penulisan kembali (rewrite).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, Desember 2023

(Aisyah Gayatri)

NIM: 022001902004

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesikan, yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Trisakti.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
adanya keterbatasan. Dengan selesainya skripsi ini menyampaikan rasa terima
kasih yang tulus kepada Ibu Dr. Justine Tanuwijaya MBA, CHRMP selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk
selalu memberikan petunjuk, bimbingan, nasihat dan saran dengan sabar hingga
selesainya penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, dengan tulus hati memberikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Yolanda Masnita Siagian, MM, CIRR, CMA, CPM (Asia)
sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti.
2. Ibu Dr. Sri Vandayuli Riorini, MM, CIQnR, CMP, CMA, CPMA
sebagai Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Trisakti.
3. Segenap dosen dan staf Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Trisakti yang telah membekali ilmu
pengetahuan yang bermanfaat.
4. Segenap karyawan BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta
Selatan yang telah membantu dalam pengisian kuesioner.
5. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, restu dan dukungan
baik secara moral maupun materil selama masa perkuliahan dan proses
penyelesaian skripsi ini.
6. Jannatan Ahmad sebagai adik tercinta yang selalu dengan senang hati
direpotkan untuk pengerjaan skripsi ini.
7. Segenap direksi dan karyawan PT. Bentareka Cipta yang telah
memberi izin dan dukungan dalam bentuk toleransi waktu kerja dalam
masa pembuatan skripsi ini.
8. Kemas Aqil sebagai saudara yang selalu memotivasi dan turut
membantu pembuatan skripsi ini.
Jakarta, Desember 2023

(Aisyah Gayatri)

ix
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh self efficacy, job


embeddedness, happiness at work terhadap organizational citizenship behavior.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan
membagikan kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan
bantuan software AMOS 22. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari 310
karyawan BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan, dengan
metode penarikan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil uji hipotesis
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh self efficacy, job embeddedness,
happiness at work terhadap organizational citizenship behavior. Dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi manajer perusahaan
agar dapat memperhatikan karyawannya dengan memberikan dukungan yang baik
serta memberikan motivasi dan membimbing karyawan agar meningkatkan
organizational citizenship behavior karyawan.
Kata Kunci: Self Efficacy, Job Embeddednes, Happiness At Work,
Organizational Citizenship Behavior.

x
ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of self efficacy, job embeddedness and
happiness at work on organizational citizenship behavior. The research
conducted was descriptive quantitative research by distributing questionnaires.
This study uses the hypothesis testing method. Hypothesis testing uses the
Structural Equation Model (SEM) with AMOS 22 software. The data in this study
were collected from 310 employees of Banking in Region Jakarta, by using
purposive sampling. The results of hypothesis testing in the study showed that
there are effects of self efficacy, job embededdness, happiness at work on
organizational citizenship behavior. From the results of this study it is hoped that
it can provide input for company managers so that they can pay attention to their
employees by providing good support and providing motivation and guiding
employees to improve employees citizenship behavior.
Keywords: Self Efficacy, Job Embeddednes, Happiness At Work, Organizational
Citizenship Behavior.

xi
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penelitian

Pada kemajuan dunia sekarang memasuki revolusi industri 5.0, sumber daya

manusia (SDM) perlu menambah keahlian individu yang menjadikannya bukan

hanya bekerja repetitif, namun dapat berpemikiran strategis dalam meningkatkan

performanya (Kementerian Keuangan RI, 2023). Upaya perbaikan pendidikan dan

pelatihan vokasi menjadi penting bagi pemerintah yang menargetkan Indonesia

menjadi setara negara maju dengan pendapatan perkapita yang bertambah menjadi

USD23.199 dengan persiapan dan akselerasi pembangunan industri, terutama

menyiapkan talenta muda untuk menghasilkan produktifitas yang optimal

(Kementerian Perindustrian RI, 2022). Talenta muda sebagai faktor internal yang

mempunyai kedudukan vital bagi korporasi untuk meraih tujuan. Perusahaan perlu

untuk mempersatukan persepsi karyawan dan manajemen perusahaan dalam

rangka meraih tujuan perusahaan, di antaranya dengan membentuk mentalitas

karyawan yang baik, berkoordinasi secara tepat terkait pekerjaan dengan rekan

kerja, mengingat peran penting SDM dalam membantu pencapaian prestasi

(Taufiq dan Tanuwijaya, 2023). SDM yang berkontribusi menjadi pegawai yang

bisa menjalankan pekerjaan dengan efektif mampu meningkatkan OCB di


(Agustina et al., 2020)
perusahaan yang dapat menyejahterakan karyawannya .

OCB yang baik dari seorang karyawan akan sangat membantu perusahaan

atau institusi dalam mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan. Perusahaan yakin

1
2

dengan adanya OCB yang baik dapat meningkatkan kinerja karyawan. Faktanya,

tidak semua karyawan memiliki OCB yang baik di tempat kerja (


Fatoni et al., 2018)
. Sementara OCB yang baik dari seorang karyawan dapat meningkatkan
).
keunggulan kompetitif perusahaan (Emilisa et al., 2018

Emilisa et al. (2018) menjabarkan OCB sebagai pilihan dan inisiatif

seorang individu dalam berperilaku terhadap organisasi yang dapat meningkatkan

efektivitas organisasi. Berkaitan dengan hal tersebut, variabel seperti self efficacy,

job embeddedness dan happiness at work menjadi variabel independen pada riset

tersebut, sebab variabel yang diamati dalam penelitian ini merupakan kapasitas

dasar dari diri seorang individu, memicu motivasi diri dan kemauan untuk

berjuang serta menunjukkan kinerja yang baik di tempat kerja (Peterson et al.,

2011).

Self efficacy dipilih sebagai variabel independen karena pada penelitian

sebelumnya dinilai berdampak terhadap organizational citizenship behavior. Hal

tersebut dikarenakan self efficacy sendiri muncul sebagai kerangka dalam

menjelaskan hubungan antara karakteristik individu, keyakinan dengan kinerja


(Tayal et al., 2022).
tugas yang dikerjakan Selanjutnya, job embeddedness sebagai

variabel independen lain yang dianggap memiliki dampak yang signifikan

terhadap organizational citizenship behavior yang memperlihatkan kebebasan

bertindak seorang karyawan (William et al., 2014). Dikaitkan dengan individu

yang memiliki keyakinan positif dan kemelekatan dalam pekerjaan, hal tersebut

dapat mendorong kesadaran karyawan untuk bekerja lebih keras (Ullah et al.,

2021). Adapun happiness at work sebagai variabel independen ketiga, dinilai

memainkan peran dalam memotivasi dan mempertahankan posisi karyawan di


3

organisasi manapun (Fisher, 2010). Konsep happiness at work populer di negara-

negara maju, tetapi kurang mendapat perhatian di negara-negara berkembang. Hal

menarik dapat diamati dari happiness at work karena terjadi ketika karyawan

mendapati lingkungan kerja yang menyenangkan di tempat karyawan bekerja


(Salas-Vallina et al., 2018)
.

Tantangan menumbuhkan organizational citizenship behavior di perusahaan telah

memberikan tekanan kepada karyawan di sektor perbankan, hal ini dapat

meningkatkan kecemasan karyawan karena akan berdampak pada pekerjaan


(Tayal et al., 2022).
Perbankan sendiri berperan penting untuk membangun

perekonomian bangsa. Berdasarkan data OJK pada tahun 2022 mencatat jika aset

bank Indonesia dapat meningkat sejumlah Rp11.113 triliun, sehingga sektor

perbankan harus dapat berinovasi dalam teknologi, berinvestasi dan bekerjasama

dengan lembaga asing yang akan menciptakan lingkungan kerja global


(Singh dan Banerji, 2022)
. Menurut Jayne dan Dipboye (2004), mengelola tenaga kerja yang

kompeten menghasilkan manfaat yang signifikan dan memberikan kontribusi

positif bagi keberhasilan organisasi, sedangkan jika perusahaan tidak dapat

mengelola tenaga kerja dengan tepat dapat menyebabkan tingkat OCB rendah.

Faktor itu membuktikan jika efektivitas dan keberlangsungan sektor perbankan

secara signifikan bergantung pada tenaga kerja yang kompeten dan melampaui
(Tayal et al., 2022)
tugasnya serta melakukan upaya ekstra . Para karyawan yang

bekerja di sektor perbankan seringkali dituntut untuk dapat bersikap profesional

dalam menyelesaikan urusan pekerjaannya. Namun di balik semua itu, para

karyawan bank tidak dapat menikmati fleksibilitas dari apa yang mereka lakukan

secara penuh, dan hal ini merupakan salah satu faktor resiko dari profesi yang
4

mereka jalani (Hossain et al., 2018). Karyawan yang bekerja di bank berusaha

keras untuk melayani berbagai kebutuhan nasabahnya. Tenggat waktu kerja yang

semakin padat dan target pekerjaan yang berat membuat karyawan sulit

menyeimbangkan profesionalitas kerja. Jika hal demikian terjadi, maka kinerja

bergantung pada kualitas masing-masing sumber daya manusia (Wibowo &

Hartono, 2020). Hasil kerja yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam

melakukan suatu pekerjaan dapat dievaluasi dari tingkat kinerjanya. Kinerja

berhubungan erat dengan kerjasama antara pemimpin dengan pegawai dan antar

sesama pegawai. Harus adanya keselarasan kegiatan yang saling terkait antar

karyawan untuk kelancaran proses kerja dan untuk terpeliharanya ketentraman

serta solidaritas antar karyawan. Oleh sebab itu, hal yang perlu diperhatikan dalam

menciptakan SDM berkinerja baik guna untuk menunjang mutu perusahaan ialah

adanya organizational citizenship behavior (OCB) yang melekat pada diri

karyawan (Damayanti, 2022).

Pengamatan organizational citizenship behavior (OCB) dalam

penelitian ini dilakukan terhadap karyawan BCA (Bank Central Asia) dan

bank CIMB Niaga. BCA memiliki posisi yang solid di industri perbankan

nasional. Namun demikian seluruh industri tak terkecuali perbankan dan

termasuk BCA kini berada di tengah revolusi digital yang semakin pesat.

BCA melihat teknologi digital menawarkan kemudahan, kenyamanan, dan

kecepatan bagi masyarakat di seluruh dunia untuk menyelesaikan berbagai

hal. BCA mengikuti perubahan tren yang sedang berlangsung di teknologi

digital, perilaku konsumen, dan lingkungan bisnis. Pada tahun 2022, BCA

juga memperkuat infrastruktur usaha melalui pengembangan sumber daya


5

manusia, berbagai otomasi, maupun penyesuaian prosedur perkreditan

(bca.co.id). Sementara, Bank CIMB Niaga adalah Bank yang didirikan

pada tahun 1955. CIMB Niaga kini menawarkan nasabahnya layanan

perbankan yang komprehensif di Indonesia dengan menggabungkan

kekuatan di bidang perbankan ritel, UKM dan korporat dan juga layanan

transaksi pembayaran (api.cimbniaga.co.id).

Oleh karena itu, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi dan menganalisis tentang bagaimana OCB yang dimiliki para

karyawan sektor perbankan terutama pada karyawan BCA di Jakarta Barat dan

CIMB Niaga di Jakarta Selatan. Studi ini membahas faktor yang mempengaruhi

OCB suatu organisasi yang bergerak di sektor perbankan. Dari uraian di atas,

maka judul penelitian ini ialah: “Pengaruh Self Efficacy, Job Embeddedness,

Happiness at Work terhadap Organizational Citizenship Behavior Pada Karyawan

BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan”.

I.2 Perumusan Masalah

Yang menjadi perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

“Apakah terdapat pengaruh self efficacy, job embeddedness, happiness at

work terhadap organizational citizenship behavior pada karyawan BCA di

Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan?”.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


6

1. Untuk menganalisis self efficacy, job embeddedness, happiness at work

dan OCB pegawai BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta

Selatan.

2. Untuk menganalisis pengaruh self efficacy terhadap OCB pegawai BCA di

Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan.

3. Untuk menganalisis pengaruh job embeddedness terhadap OCB pegawai

BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan.

4. Untuk menganalisis pengaruh happiness at work terhadap OCB pada

pegawai BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan.

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi:

1. Industri perbankan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada manajer

agar dapat memaksimalkan efektivitas karyawan dengan cara

meningkatkan OCB.

2. Peneliti Selanjutnya

Penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan

mengenai variabel-variabel yang diamati yaitu, self efficacy, job

embeddedness, happiness at work, dan OCB.


7

I.5 Sistematika Penulisan

Dalam rangka memberikan pandangan secara menyeluruh tentang

perihal yang dijelaskan pada penelitian tersebut, dibuat sistematika

penulisan yang terdiri dari 5 bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Membahas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Membahas mengenai tinjauan pustaka dari variabel self efficacy,

job embeddedness, happiness at work dan OCB, rerangka

konseptual, serta pengembangan hipotesis.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Membahas mengenai rancangan penelitian, variabel dan

pengukuran, prosedur pengumpulan data, teknik pengumpulan

data, teknik pengambilan sampel uji instrumen, uji goodness of fit

dan metode analisis data.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Membahas mengenai deskripsi data yang terdiri dari karakteristik

responden dan statistik deskriptif variabel, pengujian hipotesis, dan

pembahasan hasil penelitian.

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN, SARAN

UNTUK PENELITIAN SELANJUTNYA


8

Membahas mengenai simpulan, implikasi manajerial, keterbatasan,

dan saran untuk penelitian selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Self Efficacy

II.1.1.1 Definisi Self Efficacy

Penjelasan self-efficacy didalam penelitian Lianto (2019) yang

menjelaskan self-efficacy sebagai keyakinan individu akan kemampuannya

dalam mengerjakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Semakin tinggi self-

efficacy, semakin tinggi pula keyakinan diri tentang kemampuannya untuk

mencapai keberhasilan. Mukaromah et al, (2018) menjelaskan bahwa self-

efficacy berkaitan dengan keyakinan individu yang mana membuatnya mampu

memegang kendali terhadap situasi dan kondisi serta memanifestasikan sesuatu

yang positif. Sementara menurut Hutasoit (2018) menjelaskan bahwa self-

efficacy mengacu pada keyakinan individu (atau konfidensi) mengenai

kemampuannya untuk memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif, dan

tindakan yang diperlukan agar berhasil melaksanakan tugas dalam konteks

Eka et al. (2016),


tertentu. Menurut self efficacy yaitu sebuah kepercayaan diri

akan keberhasilan untuk menyelesaikan sebuah keadaan. Self efficacy ialah

sebuah keyakinan yang timbul dikarenakan kepercayaan diri dari potensi yang

dimiliki saat melakukan sebuah pekerjaan agar dapat meraih kesuksesan.

Keyakinan berkaitan motivasi pegawai yang percaya diri dan berkeyakinan atas
Menurut Niu (2020),
kemampuannya. self efficacy atau efikasi diri adalah hasil

dari sebuah interaksi antara lingkungan eksternal, kemampuan personal,


9

mekanisme penyesuaian diri, dan pendidikan serta pengalaman.

Dapat disimpulkan self efficacy merupakan sebuah keyakinan diri atau

kepercayaan individu terhadap kemampuan mereka dalam melakukan suatu hal,

menghasilkan sesuatu, mengorganisasi, mencapai tujuan mereka, dan juga

mengimplementasikan tindakan guna mewujudkan keahlian tertentu.

II.1.1.2 Dimensi Self Efficacy


Menurut Eka et al. (2016) dalam menilai tingkat self efficacy individu bisa

melalui tiga dimensi yaitu :

1. Level, berhubungan dengan tingkat kesulitan tugas.

2. Generality, terkait dengan keyakinan individu untuk menyelesaika tugas-

tugas tertentu secara baik dan tuntas.

3. Strength, mengacu pada derajat dan kemantapan terhadap keyakinannya.

Sedangkan menurut Chen et al. (2011), dimensi self efficacy dapat dibagi

menjadi tiga yaitu:

1. The Magnitude, artinya dimensi “besaran” yang mengacu kepada tingkat

kesulitan dari tugas yang seseorang percaya dapat diselesaikan atau

dicapai.

2. The Strength, artinya dimensi “kekuatan” yang mengacu kepada seberapa

kuat keyakinan seseorang terhadap penilaiannya.

3. Generalizability, atau generalisabilitas mengacu kepada sejauh mana

keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatasi berbagai

situasi atau konteks yang berbeda.


10

Sejalan dengan penjelasan yang diberikan Hutasoit (2018) didalam

penelitiannya mengenai dimensi self-efficacy dengan penjelasan yang berbeda

yaitu:

1. Dimensi Tingkat/Besaran (Magnitude), pada dimensi ini efikasi diri

seseorang diukur berdasarkan tingkat kesulitan tugas yang di terima

individu tersebut, dimana seseorang yang memiliki efikasi diri yang

rendah cenderung menyerah pada tugas-tugas yang mudah atau

sedang, sedangkan seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi

akan terus berusaha sampai pada tugas-tugas yang sulit, bahkan diluar

kemampuan yang dimiliki.

2. Dimensi Luas Bidang (Generality), dimensi ini mengukur efikasi diri

seseorang berdasarkan keterbatasan kemampuan yang dimiliki

individu dalam bidang atau kondisi-kondisi tertentu saja. Orang yang

efikasi dirinya rendah akan merasa nyaman dalam bidang-bidang atau

situasi tertentu saja, sebaliknya seseorang yang memiliki efikasi diri

yang tinggi akan mencoba dan memaksimalkan kemampuannya

bahkan dalam bidang atau kondisi-kondisi diluar kemampuannya.

3. Dimensi Kekuatan (Strenght), pada dimensi ini efikasi diri seseorang

diukur berdasarkan tingkat kekuatan dari keyakinan yang dimiliki

individu. Seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan

memiliki keyakinan yang tinggi akan kemampuan dirinya, sebaliknya

seseorang yang memiliki efikasi diri yang rendah cenderung tidak

yakin dan menyerah akan kemampuan yang dimiliki.


11

II.1.1.3 Faktor – faktor Self Efficacy

Haq et al. (2016) menjelaskan sejumlah faktor atas self efficacy yang

mempengaruhi tindakan pekerja di perusahaan, Faktor-faktor tersebut

adalah:

1. Kemahiran

Mengimplementasikan pengalaman yang relevan dengan tugas atau

pekerjaan. Jika individu dapat melaksanakan tugas dan berhasil di

masa lalu, maka individu tersebut semakin yakin bahwa dirinya akan

mampu melakukannya di masa mendatang.

2. Modeling

Akan menimbulkan kepercayaan diri sebab seseorang akan

menyaksikan individu lainnya sebagai acuan saat menjelaskan tugas.

Permodelan yang baik ialah saat seseorang yang menyaksikan

individu lain secara langsung.

3. Persuasi

Menjadikan kepercayaan diri yang tinggi sebab orang akan

memastikan jika seseorang tersebut berketerampilan yang dibutuhkan

dalam meraih keberhasilan.

4. Stimulan

Stimulasi menimbulkan kondisi yang semangat sehingga akan

menambah dorongan seseorang dalam melakukan suatu hal dengan

baik.
12

Adapun faktor-faktor self efficacy menurut Carey dan Forsyth (2009)

sebagai berikut :

1. Pengalaman akan keberhasilan

Salah satu faktor paling penting untuk mengembangkan rasa efikasi yang

kuat adalah pengalaman penguasaan. Contohnya, berhasil mengerjakan

suatu tugas dengan baik bisa memperkuat self efficacy. Namun,

sebaliknya, gagal menangani tugas atau tantangan secara memadai bisa

merusak dan melemahkan sistem diri tersebut.

2. Pemodelan sosial

Menyaksikan orang lain berhasil menyelesaikan tugas merupakan faktor

penting lain dalam membangun self efficacy. Melihat orang lain berhasil

dengan usahanya, bisa meningkatkan keyakinan diri bahwa individu juga

bisa memiliki kemampuan tersebut dan berhasil.

3. Persuasi sosial

Seseorang dapat dibujuk untuk percaya bahwa dirinya memiliki

keterampilan dan kemampuan untuk berhasil. Seperti mengatakan sesuatu

yang positif atau suportif yang akhirnya individu untuk mencapai tujuan.

Tindakan suportif atau kalimat positif dari orang lain membantu individu

untuk mengatasi keraguan diri dan bisa membuat diri lebih fokus untuk

memberikan upaya terbaik.

4. Respons Psikologis

Respons dan reaksi emosional diri sendiri terhadap situasi memainkan

peran penting dalam membangun self efficacy. Suasana hati, keadaan


13

emosional, reaksi fisik, dan tingkat stres semuanya bisa mempengaruhi

perasaan seseorang tentang kemampuan pribadinya dalam situasi tertentu.

Seseorang yang merasa sangat gugup sebelum berbicara di depan umum,

bisa mengembangkan rasa self efficacy yang lemah dalam situasi ini.

II.1.1.4 Peranan Self-Efficacy


Secara psikologis, persepsi tentang kemampuan diri akan memengaruhi

pikiran, perasaan, dan tindakan. Kekuatan self-efficacy akan menjadi penentu

perilaku. Berikut ini diuraikan beberapa peranan dari terciptanya self-efficacy

yang dimuat dalam penelitian (Lianto, 2019) sebagai berikut:

1. Menentukan pemilihan perilaku: individu akan cenderung memilih

melakukan tugas di mana ia merasa memiliki kemampuan yang lebih

tinggi untuk menjalankannya, alih-alih tugas lainnya. Hal ini menunjukkan

bahwa self-efficacy menjadi pemicu munculnya suatu perilaku.

2. Menentukan besarnya upaya dan daya juang terhadap hambatan. Menurut

Bandura, self-efficacy menentukan kekuatan dan daya tahan individu

dalam mengatasi hambatan dan situasi yang tidak menyenangkan. Self-

efficacy yang tinggi akan menurunkan kecemasan tentang kemampuan

menyelesaikan tugas sehingga individu akan lebih tabah ketika mengalami

hambatan dalam menjalankan tugasnya. Upayanya pun akan lebih banyak

dikerahkan karena keyakinan bahwa usahanya tidak akan sia-sia.

3. Menentukan cara pikir dan reaksi emosional. Individu dengan self-efficacy

yang rendah cenderung menganggap dirinya tidak akan mampu

menghadapi tantangan pekerjaannya. Dalam menjalankan tugasnya,

mereka cenderung membesar-besarkan masalah yang akan timbul jauh


14

lebih berat daripada kenyataannya. Mereka lebih sering merasa pesimis,

mudah putus asa, dan tertekan. Sebaliknya, orang dengan self-efficacy

yang tinggi akan menganggap tugas-tugas beratnya sebagai tantangan

yang menarik untuk diatasi. Pikiran dan perasaannya lebih terbuka untuk

menemukan solusi bagi permasalahan yang dihadapi.

4. Prediksi perilaku yang akan muncul. Orang dengan self-efficacy yang

tinggi cenderung lebih berminat melibatkan diri dalam aktivitas organisasi.

Interaksinya dengan lingkungan kerja lebih intensif. Dalam kerja sama

tim, mereka lebih kreatif menemukan berbagai solusi dan ikhlas bekerja

keras karena keyakinan yang tinggi tentang kemampuannya. Sebaliknya

individu dengan self-efficacy yang rendah cenderung lebih tertutup dan

kurang terlibat dalam kerja sama tim karena persepsi mereka tentang

masalah dan kesulitan lebih besar ketimbang peluang untuk merubah

keadaan).

II.1.2 Job Embeddenes

II.1.2.1 Definisi Job Embeddedness


Menurut Astamarini (2019), job embeddedness adalah suatu keterikatan

antara karyawan dengan perusahaannya. Di mana jalinan hubungan keterikatan

yang kuat antara karyawan dengan perusahaan akan membuat karyawan berpikir

lagi untuk meninggalkan tempat itu. Menurut Nielsen dan Daniel (2012), job

embeddedness adalah "konstruk keseluruhan yang dikonseptualisasikan sebagai

kumpulan sifat yang berhubungan dalam diri individu yang menjadi kekuatan

yang mencegah seseorang meninggalkan pekerjaannya". Dengan demikian,

karyawan dengan tingkat job embeddedness yang tinggi tetap bekerja di


15

perusahaan bahkan di lingkungan kerja yang kurang memadai. Menurut Reitz dan

Anderson (2011), job embeddedness adalah keterikatan pada pekerjaan yang

menjadikan individu loyal dan tetap bekerja pada perusahaan. Keterikatan kerja

akan menjadikan individu loyal dan tetap bekerja pada perusahaannya. Banyak

hal yang dapat membuat karyawan tersebut bertahan seperti faktor keluarga,

teman di dalam dan di luar area kerja, atau masyarakat tempat di mana individu

tinggal dan menetap (Tayal et al., 2022). Selanjutnya, para peneliti menganggap

job embeddedness sebagai variabel independen lain yang merupakan elemen

penghubung dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap organizational

citizenship behavior. Sedangkan menurut Robinson et al. (2013), job

embeddedness adalah sesuatu dari diri seorang individu yang membuatnya tetap

ingin berada pada pekerjaan. Pendapat lain menjelaskan job embeddedness

merupakan satu hubungan mengenai seberapa baik karyawan menyesuaikan diri

dengan pekerjaan dan komunitasnya; juga mengenai interaksi dengan orang di

dalam pekerjaan maupun diluar pekerjaan dan apa yang akan merekaa korbankan

bila meninggalkan perusahaan (Felps et al, 2009).

Dapat disimpulkan job embeddedness merupakan kemelekatan pada

pekerjaan yang menjadikan individu loyal dan tetap bekerja pada perusahaan.

Individu tersebut selalu bersedia untuk mencurahkan tenaganya untuk

menghidupkan perusahaan karena kesadaran bahwa perusahaan

membutuhkannya.

II.1.2.2 Dimensi Job Embeddenes


Diketahui dan menjadi diskusi di antara para ahli bahwa ada tiga dimensi

yang berbeda dari job embeddedness (Kiazad et al., 2015), yaitu:


16

1. Hubungan-hubungan formal dan informal dengan sesama pekerja dan

aktivitas baik di dalam perusahaan maupun dengan masyarakat yang

lebih luas.

2. Tingkat kesesuaian pekerjaan karyawan dan pekerjaan yang lebih luas

seperti masyarakat dengan aspek kehidupan lainnya.

3. Pengorbanan akan hal yang harus dikorbankan oleh pekerja untuk

meninggalkan organisasi.

Qalbi et al. (2016) menjelaskan bahwa terdapat 3 dimensi job

embeddedness yaitu:

1. Fit

Fit didefinisikan sebagai kenyamanan yang dirasakan karyawan

terhadap organisasi dan komunitas. Berdasarkan teori tersebut, nilai

pribadi, aspirasi karir, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan

karyawan harus sesuai dengan budaya organisasi, dan dengan

persyaratan pekerjaannya secara khusus. Selain itu, seseorang akan

mempertimbangkan kesesuaiannya dengan komunitas dan

lingkungannya seperti iklim, kondisi cuaca, budaya umum yang

berlaku, keyakinan agama, dan kegiatan hiburan.

2. Link

Link didefinisikan sebagai koneksi formal atau informal antara

seseorang, lembaga, atau orang lain. Link dalam organisasi seperti

rekan kerja atau tim kerja karyawan, sedangkan link dalam satu

komunitas, seperti sanak keluarga, teman-teman dan kelompok sosial.

3. Sacrifice
17

Sacrifice digambarkan sebagai kerugian yang dirasakan karyawan

seperti kehilangan materi atau manfaat psikologis saat meninggalkan

suatu pekerjaan.

II.1.2.3 Faktor-Faktor Job Embeddedness


Menurut Reslawati et al, (2022) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

job embeddedness diantaranya yaitu sebagai berikut:

1. Budaya Kolektif

Budaya Kolektivitas merupakan keadaan anggota masyarakat yang

memiliki ikatan kelompok kuat serta terikat sepanjang kehidupan

mereka untuk saling menjaga satu sama lain. Masyarakat dengan

tingkat kolektivisme yang tinggi biasanya ditunjukkan dengan sikap

dan rasa empati yang tinggi terhadap individu lain dalam kelompok

yang sama dan mengharapkan adanya kepedulian yang ditunjukkan

kelompok kepada dirinya.

2. Persepsi dukungan dari organisasi, yang kurang akan menurunkan job

embeddeness pada diri karyawan. Persepsi dukungan dari organisasi

dibutuhkan dalam rangka mewujudkan kesiapan organisasi untuk

meningkatkan upah kerja dan memenuhi kebutuhan akan pujian dan

persetujuan, karyawan mengembangkan keyakinan global tentang

sejauh mana organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli

tentang kesejahteraan mereka.

3. Persepsi Dukungan Atasan

Persepsi dukungan atasan mempunyai hubungan yang mempunyai

pengaruh mutual atasan pun tidak hanya menuntut pada bawahan


18

untuk meningkatkan kinerjanya, tetapi juga memberikan imbalan yang

pantas yang sesuai dengan standar yang telah disepakati bersama.

4. Human resources practices atau praktek-praktek sumber daya manusia

salah satunya kompensasi berkorelasi secara signifikan positif terhadap

job embeddedness. Artinya ketika karyawan mendapatkan kompensasi

yang tinggi maka tingkat job embeddedness akan tinggi.

Menurut Osman et al, (2013) terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi job embeddedness pada seseorang, antara lain yaitu sebagai

berikut:

1. Demografi. Faktor demografi seperti usia, gender, dan tingkat

pendidikan seorang karyawan dapat mempengaruhi tingkat

embeddedness.

2. Self efficacy. Self-efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai

kemampuan yang dimilikinya untuk menghasilkan tingkatan performa

yang telah terencana, di mana kemampuan tersebut dilatih, digerakkan

oleh kejadian-kejadian yang berpengaruh dalam hidup seseorang.

3. Job satisfaction. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang

menyenangkan dan mencintai pekerjaannya.

4. Career barriers. Career barriers adalah hambatan atau rintangan

karyawan dalam meningkatkan jenjang kariernya. Dengan adanya

hambatan, banyak individu tidak bisa melanjutkan proses

pengembangan karier dari establishment stage. Career barriers

membuat individu menjadi kurang optimis dalam melakukan

pekerjaannya.
19

5. Organizational trust. Organizational trust merupakan sebagai

keyakinan bahwa organisasi akan memberikan keuntungan bagi

karyawan yang terbentuk melalui sikap terbuka, menerima,

mendukung, berbagi, dan kerjasama di antara anggota organisasi.

6. Organizational commitment. Komitmen organisasi adalah semua

perasaan dan sikap karyawan terhadap segala sesuatu yang berkaitan

dengan organisasi dimana tempat karyawan bekerja termasuk pada

pekerjaan karyawan itu sendiri.

II.1.3 Happiness At Work

II.1.3.1 Definisi Happiness At Work


Menurut Wulandari dan Widyastuti (2014) happiness at work

didefinisikan sebagai kondisi emosi positif dan aktivitas positif yang dirasakan

oleh individu secara subyektif dalam menilai diri sebagai individu yang bahagia

atau tidak dalam melakukan aktivitas pekerjaan di tempat kerja. Adapaun

penjelasan happiness at work menurut Marliya (2015) merupakan bentuk dari

pola piker kebahagiaan yang secara relatif stabil dalam periode mingguan atau

bulanan. Akan tetapi konsep tesebut bersifat sensitif sehingga dapat berubah

karena faktor lingkungan dan intervensi yang telah difokuskan. Menurut Pryce

Jones (2019) happiness at work adalah perilaku yang bisa mendukung

seseorang untuk menambah performa kinerja dengan menggunakan keahlian

yang optimal secara sadar dalam melaksanakan pekerjaan. Happiness at work

ditentukan oleh komitmen, kepuasan dan keterlibatan kerja karyawan yang

berpengaruh pada perilaku karyawan. Komitmen mencerminkan keterikatan


(Singh dan Banerji, 2022)
emosional atau perasaan memiliki karyawan terhadap organisasi
20

. keterlibatan kerja mengacu pada berbagai cara yang memberi

energi kepada karyawan untuk berkontribusi terhadap organisasi dan

menghasilkan peningkatan kinerja yang ditandai dengan dedikasi dan semangat


(Salas-Vallina et al., 2018)
di tempat kerja . Pada akhirnya mengukur

kebahagiaan di tempat kerja dapat dilakukan di antaranya dengan melihat

keterlibatan, kepuasan kerja dan komitmen terhadap organisasi (Salas-Vallina


.
et al., 2017)

Happiness at work merupakan suatu keadaan dimana individu menilai

baik keseluruhan kualitas hidupnya. Happiness merupakan hasil dari proses dan

peningkatan seseorang, baik secara cepat maupun lambat, untuk mencapai

tujuan (Bestari dan Prasetyo, 2019). Happiness at work merupakan hal yang

dirasakan karyawan yang bersumber dari psikologi positif yang memiliki fokus
(Agustina et al., 2020).
pada solusi daripada mengkritik masalah Hal - hal yang

terkait dengan konstruksi positif di benak karyawan seperti kesenangan,

kepuasan, kesejahteraan dan kebahagiaan, menunjukan aspek positif dari


(Agustina et al., 2020).
kehidupan manusia dibandingkan dengan aspek negatif

Agustien dan Drahen (2020) menjelaskan bahwa happiness at work adalah

suatu keadaan yang tampak ketika karyawan memiliki loyalitas, kepuasan kerja,

daya tahan, dan produktivitas yang tinggi sehingga dapat menuntun organisasi

dalam mencapai tujuannya.

Dapat disimpulkan happiness at work dapat dimaknai sebagai suatu

keadaan yang berkontribusi positif dengan produktivitas suatu organisasi.

Ketika karyawan dalam suatu organisasi bahagia di tempat kerjanya, maka

produktivitas organisasi tersebut juga akan meningkat.


21

II.1.3.2 Dimensi Happiness At Work


Abdallah et al. (2017) menjelaskan dimensi yang terdapat dalam happiness

at work, yaitu:

1. Keterlibatan Karyawan

Keterlibatan anggota organisasi dengan peran pekerjaan yang diberikan

kepada individu dalam bentuk keterlibatan secara fisik, kognitif dan

emosional memanfaatkan dan mengartikulasikan diri sendiri selama

menjalankan peran.

2. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja sebagai konsep yang memiliki keterkaitan dengan

sudut pandang yang rasional. Sudut pandang yang rasional

memperlihatkan bahwa tingkat kepuasan karyawan terkait dengan

sejauh mana karyawan menerima perlakuan yang adil dan tepat dalam

organisasi.

3. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi digambarkan sebagai asosiasi seseorang dengan

suatu organisasi, keyakinannya pada tujuan yang ditetapkan oleh

organisasi, dan bekerja untuk mencapai tujuan tersebut dengan menjadi


.
bagian dari organisasi itu

Menurut Garcia et al. (2019), happiness at work dapat dibagi dalam dua

dimensi, yakni:

1. Lingkungan kerja
22

Segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas karyawan di dalam

organisasi. Hal tersebut mulai dari budaya organisasi, lingkungan fisik,

hingga fasilitas-fasilitas pendukung, seperti asuransi kesehatan,

tunjangan, program pengembangan dan sebagainya.

2. Faktor instrinsik pekerja

Faktor yang berasal dari dalam diri karyawan/pegawai, sedangkan

faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari luar diri

karyawan/pegawai.

2.1.3.3 Faktor-Faktor Happiness at Work

. Menurut Wulandari dan Widyastuti (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi

individu happiness at work yakni:

1. Budaya

Budaya organisasi merupakan sebuah sistem makna bersama yang dianut

oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-

organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan

karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.

2. Dukungan sosial

Dukungan sosial merupakan informasi atau umpan balik dari orang lain

yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan diperhatikan, dihargai,

dan dihormati, serta dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban

yang timbal balik.

3. Kerjasama
23

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara individu atau kelompok

sosial untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dilakukan sejak

manusia berinteraksi dengan sesamanya.

II.1.4 Organizational Citizenship Behavior

II.1.4.1 Definisi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

OCB adalah tindakan sukarela, bukan bagian dari peran formal yang

dimainkan karyawan, tetapi memungkinkan organisasi berfungsi lebih efektif dan


(Emilisa et al., 2018)
efisien . OCB mencakup pekerjaan yang dilakukan karyawan

di luar tugas yang diberikan. OCB sebagai perilaku yang merupakan pilihan dan

inisiatif individu, bukan sistem penghargaan formal yang terkait dengan

organisasi, tetapi yang meningkatkan efektivitas keseluruhan organisasi


(Emilisa et al., 2018)
. Adapun definisi lain menurut Hartini dan Tanuwijaya (2022), OCB

merupakan perilaku individu yang bebas yang tidak secara langsung atau eksplisit

dapat mendorong fungsi efektif organisasi. Menurut penjelasan Windhani & Dewi

(2016) dalam penelitiannya menjelaskan OCB sebagai perilaku individu yang

memberikan kontribusi pada terciptanya efektivitas organisasi dan tidak berkaitan

langsung dengan sistem reward organisasi. Sejalan dengan penelitian Titisari

(2014); dalam Fathiyah (2021) yang menjelaskan bahwa OCB merupakan

perilaku yang bukan bagian dari deskripsi kerja formal karyawan (misalnya,

membantu rekan kerja, bersikap sopan kepada orang lain), atau perilaku karyawan

yang tidak secara resmi mendapat penghargaan. Penjelasan OCB didalam

penelitian Fathiyah (2021) didefinisikan sebagai perilaku individu yang bebas,


24

tidak berkaitan secara langsung atau eksplisit dengan sistem reward dan bisa

meningkatkan fungsi efektif organisasi.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa organizational citizenship

behavior adalah perilaku yang ditampilkan oleh karyawan yang tidak hanya

melakukan kewajiban dan tanggung jawabnya, tetapi karyawan juga melakukan

lebih dari apa yang menjadi tanggung jawabnya tanpa imbalan apapun dari

organisasi dan semata-mata untuk kepentingan organisasi. Salah satu contoh

organizational citizenship behavior adalah ketika karyawan bersedia membantu

karyawan lain yang tidak dapat hadir dan bekerja lembur untuk menyelesaikan
)
pekerjaan (Emilisa et al., 2018 .

II.1.4.2 Dimensi Organizational Citizenship Behavior


Menurut Emilisa et al. (2018) , organizational citizenship behavior

memiliki lima dimensi sebagai berikut:

1. Altruism

Altruism adalah sikap bersedia membantu pihak atau rekan kerja

lainnya. Hal ini merupakan sikap yang mengarah pada tindakan, baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk membantu rekan kerja

lain dalam mengatasi dan menyelesaikan masalah atau tugas. Perilaku

ini tentunya akan mendorong solidaritas yang sangat dibutuhkan

dalam tim kerja. Di samping itu, pekerjaan yang dibebankan akan

lebih mudah diselesaikan.

2. Courtesy

Courtesy adalah perilaku karyawan yang menjaga hubungan baik

dengan rekan kerja agar terhindar dari masalah interpersonal.


25

Seseorang yang memiliki perilaku ini adalah orang yang menghargai

dan peduli pada orang lain.

3. Sportmanship

Sportmanship adalah perilaku karyawan yang menoleransi keadaan

yang kurang ideal dalam organisasi tanpa mengajukan keberatan.

Seseorang yang memiliki tingkat sportivitas yang tinggi akan

memperbaiki keadaan secara positif antar pegawai, pegawai lebih

santun dan bekerjasama dengan orang lain sehingga akan tercipta

lingkungan kerja yang lebih menyenangkan.

4. Conscientiousness

Conscientiousness merupakan sikap yang mengarahkan perilaku

karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk mentaati

aturan. Misalnya, berusaha menjaga tingkat kehadiran tetap di atas

batas minimal, tiba di tempat kerja dan menyelesaikan pekerjaan

tepat waktu. Perilaku ini akan mendorong efisiensi dan efektivitas

karyawan.

5. Civic Virtue

Civic Virtue merupakan sikap yang mengarah pada tanggung jawab

untuk terlibat dan berpartisipasi dalam kehidupan organisasi.

Misalnya, keinginan untuk mengikuti isu-isu penting yang

berkembang di sekitar organisasi. Dengan demikian karyawan tidak

akan merasakan antipati terhadap organisasi, bahkan akan tumbuh

rasa memiliki dan loyalitas terhadap organisasi karyawan.


26

II.1.4.3 Faktor-faktor Organizational Citizenship Behavior


Bestari dan Prasetyo (2019) berpendapat bahwa terdapat tiga faktor yang

dapat mempengaruhi OCB, diantaranya yaitu:

1. Afek positif (positive affect)

Menunjuk pada pengertian bahwa seseorang merasa bersemangat, penuh

konsentrasi dan kenyamanan; sedangkan Afek Positif yang rendah ditandai

oleh kesedihan dan keletihan.

2. Evaluasi Kognitif

Merupakan proses pengumpulan informasi tentang kemampuan berpikir

seseorang, yang terintegrasi dengan penguasaan pengetahuannya.

3. Disposisi

Pandangan atau petunjuk seseorang mengenai suatu masalah dalam

pernyataan yang biasanya diberikan langsung atau dalam catatan terpisah.

Menurut Fathiyah (2021) peningkatan OCB dipengaruhi oleh faktor internal

dari diri karyawan yaitu:

1. Kepuasan Kerja, karyawan yang puas berkemungkinan lebih besar untuk

berbicara positif tentang organisasinya, membantu rekan kerjanya, dan

membuat kinerja pekerjaan mereka melampaui target.

2. Komitmen Organisasi, sebagai keinginan karyawan untuk tetap

mempertahankan keanggotaan dirinya dalam organisasi, bersedia

melakukan usaha yang tinggi demi mencapai sasaran organisasi.

3. Moral Karyawan, berisikan ajaran atau ketentuan mengenai baik dan

buruk suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja. Moral merupakan

kewajiban susila seseorang terhadap masyarakat atau organisasinya.


27

4. Motivasi, sebagai kesediaan untuk melakukan usaha yang tinggi demi

mencapai sasaran organisasi sebagaimana di persyaratkan oleh

kemampuan usaha itu untuk memuaskan sejumlah kebutuhan individu.

Sementara adapun faktor eksternal menurut Fathiyah (2021) mengenai faktor

yang dapat meningkatkan OCB yaitu:

1. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah kecenderungan orientasi aktifitas pemimpin

ketika mempengaruhi aktifitas bawahan untuk mencapai tujuan dan

sasaran organisasi.

2. Budaya Organisasi

Budaya organisasi mengacu kesistem makna bersama yang dianut oleh

anggota untuk membedakan organisasi dengan organisasi yang lain.

Budaya organisasi adalah seperangkat karakteristik utama yang dihargai

anggota organisasi.

II.2 Rerangka Konseptual

Dalam menjamin keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan, perusahaan harus dapat meningkatkan organizational citizenship

behavior karyawannya. Untuk meningkatkan OCB karyawan, perlu

diperhatikan sejumlah faktor di antaranya : self efficacy, job embeddedness dan

happiness at work. Penelitian ini mengacu kepada penelitian sebelumnya yang


Singh dan Banerji (2022); ).
bersumber pada penelitian Tayal et al. (2022

Dari penjelasan di atas, maka rerangka konseptual pada penelitian sebagai

berikut:
28

Gambar 2.1
Rerangka Konseptual
Sumber : Singh dan Banerji (2022); Tayal et al. (2022).

II.3 Pengembangan Hipotesis

1. Self Efficacy dan OCB.

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh


Abdullah et al. (2019)
, rendahnya organizational citizenship behavior dapat dipengaruhi

oleh rendahnya self efficacy. Individu yang merasa puas dengan

pekerjaanya akan cenderung ingin terlibat lebih dalam pekerjaan

walaupun tidak ada penghargaan. Hal ini mencerminkan aspek OCB yaitu

altruism, civic virtue, conscientiousness, courtesy, dan sportsmanship


(Prasetyo et al., 2022)
. Hasil serupa konsisten dengan penelitian Choong

et al. (2019) yang menegaskan bahwa self efficacy berhubungan positif

dengan OCB. Serupa juga dengan hasil penelitian Ozyilmaz et al. (2017)

yang memperlihatkan adanya pengaruh self efficacy dengan OCB.

Dengan demikian dikembangkan hipotesis bahwa:


29

H1: Self efficacy berpengaruh positif terhadap organizational citizenship

behavior.

2. Job Embeddenes dan OCB.

Hasil penelitian Tayal et al. (2022) memperlihatkan adanya

pengaruh positif job embeddedness terhadap OCB. Penelitian lain

memperlihatkan hasil yang mendukung hubungan job embeddedness

dengan organizational citizenship behavior, temuan yang diperoleh

mengkonfirmasi hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan

job embeddedness sebagai prediktor dari organizational citizenship

behavior (Nguyen et al., 2017). Ketika seorang individu secara sosial

terikat dalam organisasi, individu akan merasa bahwa menjadi bagian dari

jaringan sosial tersebut dan akan bertindak sesuai citizenship behaviours

di dalam organisasi (Kapil dan Rastogi, 2018). Kesimpulan sejumlah

besar peneliti juga menyarankan bahwa para karyawan yang memiliki

keyakinan positif dan kemelekatan dalam pekerjaan dapat mendorong

karyawan untuk bekerja keras dan lebih cepat dari tugasnya di sektor

perbankan (Ullah et al., 2021). Dengan demikian, diajukan hipotesis

bahwa:

H2: Job embeddedness berpengaruh positif terhadap organizational

citizenship behavior.

3. Happiness at Work dan OCB.

Penelitian yang dilakukan Singh dan Banerji (2022) didasarkan

pada
30

argumen bahwa happiness at work mengarah ke OCB. Hasil penelitian

sebelumnya menjabarkan penjelasan mengenai kondisi karyawan ketika

mengalami happiness at work di perusahaan, karyawan cenderung

menunjukkan organizational citizenship behavior (Salas-Vallina et al.,


Adi Prakoso dan Listiara (2017)
2017). Berdasarkan penelitian

menyatakan bahwa happiness at work berpengaruh positif signifikan

terhadap OCB. Dengan demikian, penelitian ini dirumuskan hipotesis

bahwa:

H3: Happiness at work berpengaruh positif terhadap organizational

citizenship behavior.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian sebelumnya yang


Singh dan Banerji (2022); Tayal et al. (2022)
dilakukan oleh dalam pengaturan

budaya yang berbeda. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dan menguji hipotesis (hypothesis testing).

Uji hipotesis yang dilakukan untuk menguji pengaruh self efficacy, job

embeddedness dan happiness at work terhadap organizational citizenship

behavior pada karyawan BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta

Selatan. Time horizon penelitian ini menggunakan data cross-sectional karena

dikumpulkan hanya pada satu waktu untuk menemukan hubungan antara variabel.

Unit analisis yang digunakan adalah individu, yaitu di karyawan perbankan di

Jakarta.

III.2 Variabel dan Pengukuran

Penelitian ini melibatkan empat variabel yang terdiri dari variabel

bebas dan terikat yaitu: self efficacy, job embeddedness dan happiness at work

sebagai independent variable dan OCB sebagai dependent variable.

Semua variabel berskala interval; yang diukur menggunakan skala

Likert 5 poin, yaitu:

1. Nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS).

21
22
22

2. Nilai 2 untuk jawaban tidak setuju (TS).

3. Nilai 3 untuk jawaban cukup setuju (CS).

4. Nilai 4 untuk jawaban setuju (S).

5. Nilai 5 untuk jawaban sangat setuju (SS).

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel self efficacy diukur dengan indikator yang diadaptasi dari


Tayal et al. (2022)
penelitian yang berisi 8 item pernyataan. Sementara variabel

job embeddedness diukur dengan indikator yang diadaptasi dari penelitiaan


Tayal et al. (2022)
yang berisi 7 item pernyataan. Variabel happiness at work diukur
Singh dan Banerji. (2022)
dengan indikator yang diadaptasi dari penelitiaan yang

berisi 31 item pernyataan. Item-item kuesioner sebagai berikut:

1. Self Efficacy

1. Saya mampu meraih semua tujuan yang sudah diterapkan.

2. Ketika dihadapkan dengan pekerjaan sukar, saya yakin dapat

menyelesaikannya.

3. Saya pikir mampu memperoleh hasil terpenting.

4. Saya percaya bisa sukses untuk setiap usaha yang dijalankan.

5. Saya dapat sukses menyelesaikan berbagai hambatan.

6. Saya yakin mampu melakukan banyak pekerjaan yang berbeda dengan

efektif.

7. Dibandingkan dengan orang lain, saya mampu menjalankan mayoritas

pekerjaan secara baik.


23

8. Bahkan saat dihadapkan persoalan sukar, saya mampu tampil dengan

baik.

2. Job embeddedness

1. Saya merasa terikat dengan organisasi.

2. Saya sulit meninggalkan organisasi ini.

3. Akan sukar untuk saya dalam mengundurkan diri dari perusahaan ini.

4. Saya tak dapat pergi dari perusahaan ini.

5. Tidak mudah untuk saya untuk meninggalkan perusahaan ini.

6. Saya terikat erat dengan perusahaan ini.

7. Saya merasakan hubungan yang erat dengan perusahaan ini.

3. Happiness At Work

1. Di tempat kerja, saya merasa penuh dengan energi.

2. Saya menemukan pekerjaan yang dilaksanakan penuh dengan

pemahaman atas tujuan.

3. Waktu berjalan cepat saat saya bekerja

4. Ketika bekerja, saya merasakan kekuatan dan bersemangat

5. Saya berantusias terhadap pekerjaan

6. Saat bekerja, saya melupakan seluruh perihal lainnya

7. Pekerjaan menginspirasi saya

8. Saat terbangun di pagi hari, saya merasakan ingin kembali kerja

9. Saya merasakan senang saat kerja dengan intens

10. Saya bangga atas pekerjaan yang dilakukan

11. Saya merasa tenggelam saat bekerja

12.Saya dapat selalu bekerja dalam waktu yang lama


24

13. Menurut saya, pekerjaan ini menantang

14. Saya terbawa suasana saat bekerja

15. Di pekerjaan, saya sangatlah kuat secara psikis

16. Saya sukar dalam melepas diri dari pekerjaan

17. Di tempat bekerja saya akan bertahan, saat seluruh halnya tak

berlangsung secara baik

18. Saya sangatlah senang untuk berkarir di organisasi ini

19. Saya senang mendiskusikan perusahaan di lingkup eksternal

20. Saya menganggap permasalahan perusahaan ialah persoalan personal

21. Saya berpikir sulit terikat terhadap perusahaan lainnya seperti dengan

perusahaan ini

22. Saya merasa bersama keluarga di organisasi ini

23. Saya merasakan terikat secara emosional dengan perusahaan ini

24. Organisasi ini berarti untuk saya

25. Saya merasakan memiliki sense of belonging yang kuat pada

perusahaan ini

26. Saya puas dengan pekerjaan.

27. Saya puas terhadap atasan

28. Saya puas dengan hubungan rekan kerja

29. Saya puas dengan gaji yang diterima untuk pekerjaan ini

30. Saya puas dengan peluang pertumbuhan (promosi) yang ada

31. Dengan mempertimbangkan semua hal, saya puas dengan situasi

pekerjaan saat ini


25

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

OCB sebagai variabel terikat pada penelitian ini menggunakan


Tayal et al. (2022)
kuesioner yang diadaptasi dari dengan 16 item

pernyataan. Item-item tersebut yaitu:

4. Organizational Citizenship Behaviour

1. Saya membantu karyawan lain dengan pekerjaannya ketika mereka

tidak hadir.

2. Saya menunjukkan ketepatan waktu tiba di tempat di pagi hari,

sesudah makan siang serta beristirahat.

3. Saya secara suka rela senang akan menjalankan hal-hal yang tak

formal diwajibkan oleh pekerjaan.

4. Saya beristirahat kerja dengan layak.

5. Saya berinisiatif dalam mengorientasikan pekerja baru pada program,

walaupun hal ini bukanlah bagian atas deskripsi pekerjaan formal.

6. Saya menunjukkan kehadiran di tempat kerja di luar jam normal.

7. Saya membantu orang lain ketika beban kerja mereka bertambah.

8. Saya bekerja sampai penghujung hari.

9. Saya memberitahukan terlebih dahulu jika tidak dapat masuk kerja.

10. Saya tidak pernah menghabiskan waktu dalam percakapan telepon

pribadi.

11. Saya tidak mengambil cuti kerja.

12. Saya membantu orang lain dalam tugasnya.


26

13. Saya membuat saran inovatif untuk meningkatkan kualitas program

secara keseluruhan.

14. Saya tidak mengambil istirahat ekstra.

15. Saya bersedia menghadiri acara-acara yang tidak diwajibkan oleh

organisasi, tetapi membantu secara keseluruhan.

16. Saya tidak menghabiskan banyak waktu menganggur dalam

percakapan kosong.

III.3 Prosedur Pengumpulan Data

III.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data diperoleh dari beberapa teknik, yaitu:

1. Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan untuk memperoleh data primer dalam

penelitian. Kuesioner dapat diberikan kepada responden secara

langsung atau dibagikan secara online. Daftar pertanyaan berisi data

pribadi responden yang bersifat umum dan pernyataan-pernyataan

mengenai variabel pengaruh self efficacy, job embeddedness,

happiness at work, dan organizational citizenship behavior. Kemudian

responden menjawab sesuai dengan persepsinya dengan tujuan untuk

memperoleh data yang relevan.

2. Studi Pustaka

Dalam studi pustaka, informasi yang didapat berasal dari literatur

jurnal ilmiah, buku, artikel, internet maupun penelitian sebelumnya


27

mengenai self efficacy, job embeddedness, happiness at work, dan

organizational citizenship behavior.

III.3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di bank BCA

Jakarta Barat dan CIMB Niaga Jakarta Selatan. Metode dalam mengambil sampel

yang dipergunakan yaitu non probability sampling yakni suatu prosedur penarikan

sampel, di mana probabilitas pemilihan anggota-anggota populasi tak bisa

ditetapkan, sebab tiap anggota populasinya tak berpeluang sama untuk diputuskan

menjadi sampel. Sampel yang diteliti yaitu berjumlah 310 karyawan BCA di

Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan. Jumlah sampel yang digunakan
(Hair et al., 2019)
adalah 5 sampai 10 kali jumlah dari item pertanyaan . Penelitian

ini memiliki 62 item pertanyaan, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini

ialah:

- Sampel minimum = 62 x 5 = 310

- Sampel maksimum = 62 x 10 = 620

III.4 Uji Instrumen Penelitian

Setiap pernyataan diuji validitasnya dengan tujuan untuk memberi

kepastian indikator yang dipergunakan memang tapat untuk mengukur variabel.

Pengujian reliabilitas yang dipergunakan memastikan konsistensi jawaban

responden tetap akurat.

III.4.1 Uji Validitas

Sampel yang dipergunakan 310 responden, maka diperlukan nilai factor

loading sebesar 0,3 untuk menyatakan valid tidaknya suatu indikator. Menurut
28

Hair et al. (2018) perbandingan nilai factor loading dan tingkat signifikansi

menjadi dasar pengambilan keputusan dalam uji validitas.

Tabel 3.1
Factor Loading Based on Sample
Factor Loading Jumlah Sampel
0,30 350
0,35 250
0,40 200
0,45 150
0,50 120
0,55 100
0,60 85
0,65 70
0,70 60
0,75 50
Sumber: Hair et al. (2018)

Adapun dasar pengambilan keputusan uji validitas sesuai dengan jumlah

sampel adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai factor loading ≥ 0,3 maka item pernyataan dinyatakan valid.

2. Jika nilai factor loading < 0,3 maka item pernyataan dinyatakan tidak

valid.

Tabel 3.2
Uji Validitas
Self Efficacy
No Item Pertanyaan Factor Keputusan
Loading
1. Saya mampu meraih semua 0.708 Valid
tujuan yang sudah diterapkan.
2. Ketika dihadapkan dengan 0.616 Valid
pekerjaan sukar, saya yakin dapat
menyelesaikannya.
3. Saya pikir mampu memperoleh 0.662 Valid
hasil terpenting.
4. Saya percaya bisa sukses untuk 0.724 Valid
setiap usaha yang dijalankan.
5. Saya dapat sukses menyelesaikan 0.700 Valid
29

berbagai hambatan.
6. Saya yakin mampu melakukan 0.666 Valid
banyak pekerjaan yang berbeda
dengan efektif.
7. Dibandingkan dengan orang lain, 0.677 Valid
saya mampu menjalankan
mayoritas pekerjaan secara baik.
8. Bahkan saat dihadapkan 0.680 Valid
persoalan sukar, saya mampu
tampil dengan baik.
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS 26

Berdasarkan tabel di atas, variabel self efficacy dinyatakan valid, sebab

factor loading > 0,30 artinya semua pernyataan yang dipergunakan dalam

pengukuran self efficacy adalah tepat dan dapat dilanjutkan pada tahap

selanjutnya.

Tabel 3.3
Uji Validitas
Job Embeddedness
No Item Pertanyaan Factor Keputusan
Loading
1. Saya merasa terikat dengan 0.781 Valid
organisasi.
2. Saya sulit meninggalkan 0.851 Valid
organisasi ini.
3. Akan sukar untuk saya dalam 0.861 Valid
mengundurkan diri dari
perusahaan ini.
4. Saya tak dapat pergi dari 0.855 Valid
perusahaan ini.
5. Tidak mudah untuk saya untuk 0.815 Valid
meninggalkan perusahaan ini.
6. Saya terikat erat dengan 0.866 Valid
perusahaan ini.
7. Saya merasakan hubungan yang 0.866 Valid
erat dengan perusahaan ini.
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS 26
30

Dari tabel tersebut, variabel job embeddedness dinyatakan valid, sebab

factor loading > 0,30 artinya semua pernyataan yang dipergunakan dalam

pengukuran variabel tepat, sehingga dapat dilanjutkan untuk tahap selanjutnya.

Tabel 3.4
Uji Validitas
Happiness At Work
No Item Pertanyaan Factor Keputusan
Loading
1. Di tempat kerja, saya merasa 0.566 Valid
penuh dengan energi.
2. Saya menemukan pekerjaan yang 0.608 Valid
dilaksanakan penuh dengan
pemahaman atas tujuan.
3. Waktu berjalan cepat saat saya 0.453 Valid
bekerja.
4. Ketika bekerja, saya merasakan 0.652 Valid
kekuatan dan bersemangat.
5. Saya berantusias terhadap 0.669 Valid
pekerjaan
6. Saat bekerja, saya melupakan 0.642 Valid
seluruh perihal lainnya.
7. Pekerjaan menginspirasi saya. 0.719 Valid
8. Saat terbangun di pagi hari, saya 0.704 Valid
merasakan ingin kembali kerja.
9. Saya merasakan senang saat kerja 0.673 Valid
dengan intens.
10. Saya bangga atas pekerjaan yang 0.625 Valid
dilakukan.
11. Saya merasa tenggelam saat 0.691 Valid
bekerja.
12. Saya dapat selalu bekerja dalam 0.646 Valid
waktu yang lama.
13. Menurut saya, pekerjaan ini 0.652 Valid
menantang.
14. Saya terbawa suasana saat 0.658 Valid
bekerja.
15. Di pekerjaan, saya sangatlah kuat 0.579 Valid
secara psikis.
16. Saya sukar dalam melepas diri 0.671 Valid
dari pekerjaan.
17. Di tempat bekerja saya akan 0.554 Valid
31

bertahan, saat seluruh halnya tak


berlangsung secara baik.
18. Saya sangatlah senang untuk 0.714 Valid
berkarir di organisasi ini.
19. Saya senang mendiskusikan 0.604 Valid
perusahaan di lingkup eksternal.
20. Saya menganggap permasalahan 0.657 Valid
perusahaan ialah persoalan
personal.
21. Saya berpikir sulit terikat 0.713 Valid
terhadap perusahaan lainnya
seperti dengan perusahaan ini.
22. Saya merasa bersama keluarga di 0.756 Valid
organisasi ini.
23. Saya merasakan terikat secara 0.717 Valid
emosional dengan perusahaan ini.
24. Organisasi ini berarti untuk saya. 0.753 Valid
25 Saya merasakan memiliki sense 0.772 Valid
of belonging yang kuat pada
perusahaan ini.
26. Saya puas dengan pekerjaan. 0.654 Valid
27. Saya puas terhadap atasan. 0.669 Valid
28. Saya puas dengan hubungan 0.673 Valid
rekan kerja.
29. Saya puas dengan gaji yang 0.647 Valid
diterima untuk pekerjaan ini.
30. Saya puas dengan peluang 0.678 Valid
pertumbuhan (promosi) yang ada.
31. Dengan mempertimbangkan 0.712 Valid
semua hal, saya puas dengan
situasi pekerjaan saat ini.
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS 26

Dari tabel tersebut, variabel happiness at work dinyatakan valid, sebab

factor loading > 0,30 artinya semua indikator yang dipergunakan dalam

pengukuran variabel tepat, sehingga dapat dilanjutkan untuk tahap selanjutnya.

Tabel 3.5
Uji Validitas
Organizational Citizenship Behavior
No Item Pertanyaan Factor Keputusan
Loading
1. Saya membantu karyawan lain 0.631 Valid
32

dengan pekerjaannya ketika


mereka tidak hadir.
2. Saya menunjukkan ketepatan 0.425 Valid
waktu tiba di tempat di pagi hari,
sesudah makan siang serta
beristirahat.
3. Saya secara suka rela senang 0.743 Valid
akan menjalankan hal-hal yang
tak formal diwajibkan oleh
pekerjaan.
4. Saya beristirahat kerja dengan 0.521 Valid
layak.
5. Saya berinisiatif dalam 0.706 Valid
mengorientasikan pekerja baru
pada program, walaupun hal ini
bukanlah bagian atas deskripsi
pekerjaan formal.
6. Saya menunjukkan kehadiran di 0.675 Valid
tempat kerja di luar jam normal.
7. Saya membantu orang lain ketika 0.705 Valid
beban kerja mereka bertambah.
8. Saya bekerja sampai penghujung 0.733 Valid
hari.
9. Saya memberitahukan terlebih 0.312 Valid
dahulu jika tidak dapat masuk
kerja.
10. Saya tidak pernah menghabiskan 0.562 Valid
waktu dalam percakapan telepon
pribadi.
11. Saya tidak mengambil cuti kerja. 0.577 Valid
12. Saya membantu orang lain dalam 0.690 Valid
tugasnya.
13. Saya membuat saran inovatif 0.632 Valid
untuk meningkatkan kualitas
program secara keseluruhan.
14. Saya tidak mengambil istirahat 0.567 Valid
ekstra.
15. Saya bersedia menghadiri acara- 0.725 Valid
acara yang tidak diwajibkan oleh
organisasi, tetapi membantu
secara keseluruhan.
16. Saya tidak menghabiskan banyak 0.570 Valid
waktu menganggur dalam
percakapan kosong.
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS 26

Dari tabel tersebut, variabel organizational citizenship behavior dikatakan


33

valid, sebab factor loading > 0,30 artinya semua indikator pengukuran variabel

tepat, sehingga dapat dilanjutkan untuk tahap selanjutnya.

III.4.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan terhadap akurasi, prediktabilitas serta konsistensi

suatu alat ukur. Dalam pengujian reliabilitas dapat dilihat Coefficient Cronbach’s

Alpha. Kriteria reliabilitas, yaitu sebagai berikut:

1. Apabila Cronbach’s Alpha ≥ 0,60 sehingga construct reliable.

2. Apabila Cronbach’s Alpha < 0,60 sehingga construct unreliable.

Tabel 3.6
Uji Reliabilitas
No Variabel Jumlah Item Cronbach’s Keterangan
Pertanyaan Alpha
1. Self Efficacy 8 0,833 Reliabel
2. Job Embeddedness 7 0,932 Reliabel
3. Happiness At Work 31 0,957 Reliabel
4. Organizational 16 0,886 Reliabel
Citizenship Behavior
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS versi 26

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua penyataan yang

dipergunakan dalam melakukan pengukuran variabel self efficacy, job

embeddedness, happiness at work dan organizational citizenship behavior

dikatakan reliabel, sebab Cronbach’s Alpha > 0,60 artinya semua pernyataan

dinyatakan layak digunakan atau reliabel.


34

III.5 Metode Analisis Data

1. Untuk menganalisis variabel self efficacy, job embeddedness,

happiness at work dan OCB digunakan metode statistik deskriptif yaitu

dengan menghitung rata-rata (mean) jawaban responden.

2. Untuk menganalisis pengaruh self efficacy terhadap organizational

citizenship behavior menggunakan Structural Equation Modeling

(SEM) dengan software AMOS 22 karena penelitian melibatkan

pengujian pengaruh antar variabel dan variabel yang bersifat

unobservation variabel.

3. Untuk menganalisis pengaruh job embeddedness terhadap

organizational citizenship behavior menggunakan Structural Equation

Modeling (SEM) dengan software AMOS 22 karena penelitian

melibatkan pengujian pengaruh antar variabel dan variabel yang

bersifat unobservation variabel.

4. Untuk menganalisis pengaruh happiness at work terhadap

organizational citizenship behavior menggunakan Structural Equation

Modeling (SEM) dengan software AMOS 22 karena penelitian

melibatkan pengujian pengaruh antar variabel dan variabel yang

bersifat unobservation variabel.


35

Gambar 3.1
Structural Equation Model
Sumber: Hasil Output AMOS 2
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.1 Deskripsi Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data

primer yang diambil untuk penelitian ini adalah hasil jawaban responden dari

kuesioner yang telah disebarkan. Pada penelitian ini menggunakan responden

sebanyak 310 sampel karyawan BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta

Selatan dengan penyebaran kuesioner melalui g-form. Karakteristik responden

dalam penelitian ini dapat diketahui berdasarkan jender, usia, pendidikan terakhir,

dan lama bekerja. Untuk mengetahui statistik mengenai karakteristik responden

yang menjadi objek penelitian berikut ini disajikan analisis deskriptif responden

pada tabel sebagai berikut:

IV.1.1 Profil Jender Responden

Berikut ini merupakan tabel karakteristik responden yang disebarkan

kepada 310 responden berdasarkan jender sebagai berikut:

Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jender
Jender Karyawan
Frekuensi Presentase (%)
Laki-Laki 101 32.6
Perempuan 209 67.4
Total 310 100%
Sumber: Data kuesioner diolah menggunakan SPSS versi 26

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden

berdasarkan jender didominasi oleh perempuan sebanyak 209 orang dengan

persentase sebesar 67,4% dari total sampel 310 orang karyawan. Sementara paling

36
37

sedikit laki-laki sebanyak 101 responden dengan persentase 32,6%. Berdasarkan

data yang dijelaskan menunjukkan BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di

Jakarta Selatan lebih banyak memiliki karyawan perempuan dibandingkan laki-

laki, hal ini disebabkan karena pekerja dituntut untuk lebih teliti dan memiliki

mental sebagai karyawan lini depan, BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di

Jakarta Selatan menganggap karyawan perempuan punya mental yang baik dan

lebih teliti dalam bekerja saat melakukan pekerjaannya.

IV.1.2 Profil Usia Responden

Berikut ini merupakan tabel karakteristik responden yang

disebarkan kepada 310 responden berdasarkan usia sebagai berikut:

Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Karyawan
Frekuensi Presentase (%)
≤ 25 tahun 161 51.9
> 25-30 tahun 88 28.4
> 30-35 tahun 33 10.6
> 35-40 tahun 14 4.5
45 tahun 14 4.5
Total 310 100%
Sumber: Data kuesioner diolah menggunakan SPSS versi 26

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden

berdasarkan usia didominasi oleh usia ≤ 25 tahun sebanyak 161 orang dengan

persentase sebesar 51,9% dari total sampel 310 orang karyawan. Sementara paling

sedikit > 35-40 tahun dan ketegori 45 tahun sebanyak 14 responden pada masing-

masing kategori dengan persentase 4,5%.


38

Berdasarkan data tersebut, bahwa mayoritas usia responden ≤ 25 tahun. Hal ini

karena BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan mempunyai

banyak karyawan yang baru saja

menyelesaikan pendidikan (fresh graduate). Karyawan dengan usia 20-25 tahun

masih dalam masa produktif, umumnya memiliki tingkat produktivitas yang lebih

tinggi, secara fisik lebih kuat dan memilki semangat dalam bekerja sehingga

karyawan tersebut dapat memberikan kontribusi yang lebih baik terhadap

perusahaan.

IV.1.3 Profil Pendidikan Responden

Berikut ini merupakan tabel karakteristik responden yang

disebarkan kepada 310 responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagai

berikut:

Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan Karyawan
Frekuensi Presentase (%)
SMA/Sederajat 96 31.0
Diploma 30 9.7
Strata 1 168 54.2
Strata 2 13 4.2
Strata 3 3 1.0
Total 310 100%
Sumber: Data kuesioner diolah menggunakan SPSS versi 26

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden

berdasarkan tingkat pendidikan didominasi oleh Strata 1 sebanyak 168 orang

dengan persentase sebesar 54,2% dari total sampel 310 orang karyawan.

Sementara paling sedikit Strata 3 sebanyak 3 responden dengan persentase 1%.


39

Berdasarkan data menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir paling banyak

yaitu Strata 1. Hal ini disebabkan banyaknya fresh graduate yang dibutuhkan di

bank BCA Jakarta Barat dan CIMB Niaga Jakarta Selatan, pekerjaan yang

memerlukan kualifikasi sarjana diharapkan menempuh pendidikan yang cukup

untuk memiliki tingkat kemampuan yang dapat menunjang perkembangan

perusahaan.

IV.1.4 Profil Lama Bekerja Responden

Berikut ini merupakan tabel karakteristik responden yang disebarkan kepada 310

responden berdasarkan lama bekerja sebagai berikut:

Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama bekerja Karyawan
Frekuensi Presentase (%)
≤ 5 tahun 176 56.8
> 5-10 tahun 99 31.9
> 11-15 tahun 21 6.8
> 15-20 tahun 7 2.3
25 tahun 7 2.3
Total 310 100%
Sumber: Data kuesioner diolah menggunakan SPSS versi 26

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden

berdasarkan lama bekerja didominasi oleh < 5 tahun sebanyak 176 orang dengan

persentase sebesar 56,8% dari total sampel 310 orang karyawan. Sementara paling

sedikit > 15 – 20 tahun dan 25 tahun masing-masing sebanyak 7 responden

dengan persentase 2,3%.

Berdasarkan data lebih banyak memiliki karyawan dengan kurang dari 5 tahun

masa kerja. Hal ini disebabkan karena perusahaan banyak melakukan penerimaan

untuk para karyawan muda yang baru lulus dari masa kuliah.
40

IV.2 Statistik Deskriptif

Pengujian statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan

menggambarkan suatu data secara terinci. Pengujian statistik deskriptif

pada penelitian ini ditinjau berdasarkan nilai mean. Nilai mean merupakan

nilai rata-rata dari jawaban responden. Berikut ini merupakan hasil

perhitungan statistik deskriptif dari setiap variabel yang dapat dilihat

dalam tabel-tabel di bawah ini:

IV.2.1 Analisis Statistik Deskriptif Self Efficacy

Statistik deskriptif untuk variabel self efficacy dalam penelitian ini secara

keseluruhan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.5
Statistik Deskriptif Self Efficacy
No Self Efficacy Mean
1. Saya mampu meraih semua tujuan yang sudah diterapkan. 4,23

2. Ketika dihadapkan dengan pekerjaan sukar, saya yakin 4,33


dapat menyelesaikannya.

3. Saya pikir mampu memperoleh hasil terpenting. 4,29

4. Saya percaya bisa sukses untuk setiap usaha yang 4,25


dijalankan.

5. Saya dapat sukses menyelesaikan berbagai hambatan. 4,29

6. Saya yakin mampu melakukan banyak pekerjaan yang 4,22


berbeda dengan efektif.

7. Dibandingkan dengan orang lain, saya mampu menjalankan 4,24


mayoritas pekerjaan secara baik.

8. Bahkan saat dihadapkan persoalan sukar, saya mampu 4,27


tampil dengan baik.

Mean 4,36
41

Sumber: Data kuesioner diolah menggunakan SPSS versi 26

Berdasarkan hasil tabel statistik deskriptif di atas, nilai mean variabel self

efficacy sebesar 4,36 yang menunjukkan bahwa karyawan mempersepsikan

dirinya memiliki self efficacy. Artinya karyawan merasa dapat mencapai sebagian

tujuan yang telah ditetapkan, yakin dapat menyelesaikan tugas yang dinilai sulit,

dapat memperoleh hasil yang penting, juga merasa dapat berhasil untuk setiap

usaha. Di sisi yang sama, karyawan merasa dapat berhasil mengatasi setiap

tantangan, dapat melakukan banyak tugas yang berbeda secara efektif, dapat

tampil cukup baik ketika ada hal-hal sulit, serta merasa lebih baik dibandingkan

orang lain ketika mengerjakan tugas.

Nilai mean tertinggi dari hasil di atas sebesar 4,33 mengartikan saat

karyawan menghadapi tugas yang sulit karyawan yakin akan dapat

menyelesaikannya. Adapun nilai mean terendah dari hasil di atas sebesar 4,22

mengartikan saat karyawan yakin dapat melakukan banyak tugas yang berbeda

secara efektif.

IV.2.2 Analisis Statistik Deskriptif Job Embeddedness

Statistik deskriptif untuk variabel job embeddedness dalam penelitian ini

secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Job Embeddedness
No Job Embeddedness Mean
1. Saya merasa terikat dengan organisasi. 4,03

2. Saya sulit meninggalkan organisasi ini. 3,98

3. Akan sukar untuk saya dalam mengundurkan diri dari 3,98


perusahaan ini.
42

4. Saya tak dapat pergi dari perusahaan ini. 3,82

5. Tidak mudah untuk saya untuk meninggalkan perusahaan 3,97


ini.

6. Saya terikat erat dengan perusahaan ini. 4,03

7. Saya merasakan hubungan yang erat dengan perusahaan ini. 3,97

Mean 3,97
Sumber: Data kuesioner diolah menggunakan SPSS versi 26

Berdasarkan hasil tabel statistik deskriptif di atas, nilai mean variable job

embeddedness sebesar 3,97. Hal tersebut menunjukkan bahwa karyawan

mempunyai job embeddedness. Artinya karyawan merasa terikat dengan

perusahaan, merasa sulit meninggalkan perusahaan, tidak mudah untuk berpindah

ke perusahaan lain, merasa terikat erat dengan tempat kerja.

Nilai mean tertinggi dari hasil di atas sebesar 4,03 mengartikan saat bekerja

karyawan merasa terikat dengan organisasi. Adapun nilai mean terendah dari hasil

di atas sebesar 3,82 mengartikan karyawan merasa tidak bisa meninggalkan

organisasi.

IV.2.3 Analisis Statistik Deskriptif Happiness At Work

Statistik deskriptif untuk variabel happiness at work dalam penelitian ini

secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.7
Statistik Deskriptif Happiness At Work
No Happiness At Work Mean
1. Di tempat kerja, saya merasa penuh dengan energi. 4,20

2. Saya menemukan pekerjaan yang dilaksanakan penuh 4,27


dengan pemahaman atas tujuan.

3. Waktu berjalan cepat saat saya bekerja. 4,35


43

4. Ketika bekerja, saya merasakan kekuatan dan bersemangat. 4,15

5. Saya berantusias terhadap pekerjaan. 4,28

6. Saat bekerja, saya melupakan seluruh perihal lainnya. 4,01

7. Pekerjaan menginspirasi saya. 4,25

8. Saat terbangun di pagi hari, saya merasakan ingin kembali 3,92


kerja.

9. Saya merasakan senang saat kerja dengan intens. 4,21

10. Saya bangga atas pekerjaan yang dilakukan. 4,35

11. Saya merasa tenggelam saat bekerja. 4,00

12. Saya dapat selalu bekerja dalam waktu yang lama. 4,08

13. Menurut saya, pekerjaan ini menantang. 4,28

14. Saya terbawa suasana saat bekerja. 4,19

15. Di pekerjaan, saya sangatlah kuat secara psikis. 4,18

16. Saya sukar dalam melepas diri dari pekerjaan. 4,05

17. Di tempat bekerja saya akan bertahan, saat seluruh halnya 4,18
tak berlangsung secara baik.

18. Saya sangatlah senang untuk berkarir di organisasi ini. 4,09

19. Saya senang mendiskusikan perusahaan di lingkup 4,20


eksternal.

20. Saya menganggap permasalahan perusahaan ialah persoalan 3,90


personal.

21. Saya berpikir sulit terikat terhadap perusahaan lainnya 3,97


seperti dengan perusahaan ini.

22. Saya merasa bersama keluarga di organisasi ini. 4,21

23. Saya merasakan terikat secara emosional dengan 4,16


perusahaan ini.

24. Organisasi ini berarti untuk saya. 4,15

25. Saya merasakan memiliki sense of belonging yang kuat 4,16


44

pada perusahaan ini.

26. Saya puas dengan pekerjaan. 4,31

27. Saya puas terhadap atasan. 4,23

28. Saya puas dengan hubungan rekan kerja. 4,33

29. Saya puas dengan gaji yang diterima untuk pekerjaan ini. 4,19

30. Saya puas dengan peluang pertumbuhan (promosi) yang ada 4,16

31. Dengan mempertimbangkan semua hal, saya puas dengan 4,22


situasi pekerjaan saat ini.

Mean 4,18
Sumber: Data kuesioner diolah menggunakan SPSS versi 26

Berdasarkan hasil tabel statistik deskriptif di atas, nilai mean variabel

happiness at work sebesar 4,18 mengartikan responden telah merasakan adanya

happiness at work. Artinya karyawan merasa penuh energi di tempat kerja,

bersemangat, antusias, bangga, bekerja intens, merasa penuh makna dan tujuan,

serta terinspirasi juga tenggelam dengan pekerjaan yang dijalankan. Di sisi yang

sama karyawan merasa dapat terus bekerja, pekerjaan membuat karyawan merasa

tertantang, terbawa suasana dan sulit melepaskan diri dari pekerjaan. Hal tersebut

membuat karyawan merasa tangguh secara mental, ingin bertahan dan senang

menghabiskan sisa karir di perusahaan. Menjadikan karyawan senang

mendiskusikan perusahaan dengan orang luar, peduli dengan masalah perusahaan,

merasa bagian juga terikat secara emosional dengan perusahaan dan sulit terikat

dengan perusahaan lain. Hal lain yang dirasakan karyawan adalah perusahaan

memiliki banyak arti, puas dengan pekerjaan yang dijalankan juga terhadap

atasan, rekan kerja, gaji yang didapat, serta peluang pertumbuhan (promosi) yang

ada. Akhirnya dengan semua pertimbangan yang ada diperusahaan, karyawan


45

merasa puas dengan situasi pekerjaan di BCA Jakarta Barat dan CIMB Niaga

Jakarta Selatan.

Nilai mean tertinggi dari hasil di atas sebesar 4,35 menunjukkan karyawan

merasa waktu berjalan cepat saat bekerja dan bangga atas pekerjaannya. Adapun

nilai mean terendah dari hasil di atas sebesar 3,90 mengartikan karyawan

menganggap masalah perusahaan ialah persoalan personal.

IV.2.4 Analisis Statistik Deskriptif Organizational Citizenship Behavior

Statistik deskriptif untuk variabel organizational citizenship behavior

dalam penelitian ini secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.8
Statistik Deskriptif Organizational Citizenship Behavior
No Organizational Citizenship Behavior Mean
1. Saya membantu karyawan lain dengan pekerjaannya ketika 4,10
mereka tidak hadir.

2. Saya menunjukkan ketepatan waktu tiba di tempat di pagi 4,28


hari, sesudah makan siang serta beristirahat.

3. Saya secara suka rela senang akan menjalankan hal-hal 4,07


yang tak formal diwajibkan oleh pekerjaan.

4. Saya beristirahat kerja dengan layak. 4,34

5. Saya berinisiatif dalam mengorientasikan pekerja baru pada 4,07


program, walaupun hal ini bukanlah bagian atas deskripsi
pekerjaan formal.

6. Saya menunjukkan kehadiran di tempat kerja di luar jam 4,04


normal.

7. Saya membantu orang lain ketika beban kerja mereka 4,16


bertambah.

8. Saya bekerja sampai penghujung hari. 4,23

9. Saya memberitahukan terlebih dahulu jika tidak dapat 4,36


masuk kerja.
46

10. Saya tidak pernah menghabiskan waktu dalam percakapan 4,15


telepon pribadi.

11. Saya tidak mengambil cuti kerja. 3,61

12. Saya membantu orang lain dalam tugasnya. 4,13

13. Saya membuat saran inovatif untuk meningkatkan kualitas 4,17


program secara keseluruhan.

14. Saya tidak mengambil istirahat ekstra. 4,03

15. Saya bersedia menghadiri acara-acara yang tidak 4,01


diwajibkan oleh organisasi, tetapi membantu secara
keseluruhan.

16. Saya tidak menghabiskan banyak waktu menganggur dalam 4,15


percakapan kosong.

Mean 4,19
Sumber: Data kuesioner diolah menggunakan SPSS versi 26

Berdasarkan hasil tabel statistik deskriptif di atas, nilai mean

variabel organizational citizenship behavior sebesar 4,19 mengartikan

responden dirinya memiliki OCB. Artinya karyawan merasa dapat

membantu karyawan lain dalam pekerjaan, dapat menunjukkan ketepatan

waktu tiba di tempat kerja, sukarela melakukan hal-hal yang tidak

diwajibkan secara formal, mengambil istirahat kerja sesuai yang

ditetapkan, berinisiatif mengorientasikan karyawan baru ke program,

bersedia lembur kerja, dan bersedia membantu karyawan lain yang

memiliki beban kerja yang bertambah. Di sisi lain karyawan juga merasa

harus memberitahu perusahaan jika tidak dapat masuk kerja, tidak menyita

waktu dengan keperluan pribadi seperti telepon pribadi, merasa belum

memerlukan cuti kerja, dan mau menbantu karyawan lain dalam tugasnya.

Hal lain yang dirasakan karyawan adalah dapat membuat saran inovatif

yang meningkatkan kualitas program secara keseluruhan, merasa tidak


47

perlu mengambil istirahat ekstra, mau menghadiri acara-acara yang tidak

diwajibkan perusahaan, serta tidak mau menghabiskan waktu dalam

percakapan kosong saat bekerja di bank BCA di Jakarta Barat dan CIMB

Niaga di Jakarta Selatan.

Nilai mean tertinggi dari hasil di atas sebesar 4,36 mengartikan karyawan

akan memberitahukan organisasinya terlebih dahulu jika tidak dapat masuk kerja.

Adapun nilai mean terendah dari hasil di atas sebesar 3,61 dari indicator karyawan

merasa tidak akan mengambil cuti kerja.

IV.3 Hasil Uji Hipotesis

Pengajuan hipotesis pada penelitian menggunakan metode Structrual

Equation Modeling (SEM). Dasar pengambilan dalam pengambilan keputusan uji


Sekaran (2017)
hipotesis menurut sebagai berikut:

1. Jika nilai p-value ≤ 0,05 maka Ho tidak didukung, Ha didukung yang

artinya terdapat pengaruh signifikan antara kedua variabel yang diuji.

2. Jika nilai p-value > 0,05 maka Ho didukung, Ha tidak didukung yang

artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antara kedua variabel yang diuji.

IV.3.1 Hipotesis 1

Hipotesis pertama menguji pengaruh self efficacy terhadap

organizational citizenship behavior, di mana bunyi hipotesis null (Ho) dan

hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat pengaruh positif self efficacy terhadap organizational

citizenship behavior
48

Ha: Terdapat pengaruh positif self efficacy terhadap organizational citizenship

behavior

Tabel 4.9
Hasil Uji Hipotesis 1
Hipotesis Estimasi p value Keputusan
(β)
Self efficacy berpengaruh 0,374
0,002 H1
positif terhadap Didukung
organizational citizenship
behavior
Sumber: Data kuesioner diolah menggunakan AMOS

Dari tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05

dengan nilai estimasi (β) sebesar 0,374, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh positif self efficacy terhadap organizational citizenship

behavior. Artinya jika tingkat self efficacy yang dirasakan karyawan tinggi di

tempat kerja, maka akan meningkatkan organizational citizenship behavior

karyawan.

IV.3.2 Hipotesis 2

Hipotesis kedua menguji pengaruh job embeddedness terhadap

organizational citizenship behavior, dimana bunyi hipotesis null (Ho) dan

hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat pengaruh positif job embeddedness terhadap organizational

citizenship behavior

Ha: Terdapat pengaruh positif job embeddedness terhadap organizational

citizenship behavior

Tabel 4.10
Hasil Uji Hipotesis 2
Hipotesis Estimasi p value Keputusan
(β)
Job embeddedness pengaruh 0,252 0,000 H2
49

positif terhadap Didukung


organizational citizenship
behavior
Sumber: Data kuesioner diolah menggunakan AMOS

Dari tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05

dengan nilai estimasi (β) sebesar 0,252 sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh positif job embeddedness terhadap organizational citizenship

behavior. Artinya jika job embeddedness yang dirasakan karyawan naik, maka

organizational citizenship behavior karyawan juga akan naik.

IV.3.3 Hipotesis 3

Hipotesis ketiga menguji pengaruh happiness at work terhadap

organizational citizenship behavior, di mana bunyi hipotesis null (Ho) dan

hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat pengaruh positif happiness at work terhadap organizational

citizenship behavior

Ha: Terdapat pengaruh positif happiness at work terhadap organizational

citizenship behavior

Tabel 4.11
Hasil Uji Hipotesis 3
Hipotesis Estimasi p value Keputusan
(β)
Happiness at work 0,4060,024 H3
berpengaruh positif terhadap Didukung
organizational citizenship
behavior
Sumber: Data kuesioner diolah menggunakan AMOS

Dari tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,024 < 0,05

dengan nilai estimasi (β) sebesar 0,406 sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh positif happiness at work terhadap organizational citizenship


50

behavior. Artinya jika tingkat happiness at work yang dirasakan karyawan tinggi

di tempat kerja, maka akan meningkatkan organizational citizenship behavior

karyawan.

IV.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap hasil pengujian hipotesis,

setelah melakukan pengujian terhadap masing-masing hipotesis. Adapun

pembahasannya dari setiap hipotesis sebagai berikut:

H1: Self efficacy berpengaruh positif terhadap organizational citizenship

behavior

Pada pengujian hipotesis pertama diketahui untuk nilai signifikansi

pengaruh self efficacy terhadap organizational citizenship behavior sebesar 0,002

< 0,05 yang menunjukkan bahwa Ha didukung (Ho tidak didukung) dengan nilai

estimasi (β) sebesar 0,374. Hal ini menunjukkan bahwa self efficacy yang

dirasakan karyawan BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan

akan memberikan pengaruh positif serta signifikan terhadap organizational

citizenship behavior karyawan di tempat kerja. Mengartikan apabila karyawan

dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan berkaitan dengan pekerjaannya,

karyawan merasa yakin dapat menyelesaikan tugas-tugas yang sulit, yakin dapat

memperoleh hasil yang penting, merasa dapat berhasil untuk setiap usaha, dapat

bekerja secara multitasking dengan efektif, serta merasa percaya diri mengerjakan

tugas lebih baik dibandingkan orang lain, akan membuat karyawan secara

sukarela melakukan lebih dari apa yang menjadi tanggung jawabnya tanpa

imbalan apapun dari perusahaan karena karyawan melakukan semata-mata untuk


51

kepentingan perusahaan yaitu bank BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di

Jakarta Selatan dimana tempat karyawan bekerja.

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan hipotesis

pertama didalam penelitian ini didukung. Hasil penelitian ini mendukung

penelitian sebelumnya oleh Tayal et al. (2022) yang menjelaskan bahwa

terdapat pengaruh positif dan signifikan self efficacy terhadap

organizational citizenship behavior. Hasil serupa konsisten dengan

penelitian Choong et al. (2019) yang menegaskan bahwa self efficacy

berhubungan positif dengan OCB. Serupa juga dengan hasil penelitian

Ozyilmaz et al. (2017) yang memperlihatkan adanya pengaruh efikasi diri

dengan OCB. Dengan adanya peningkatan self efficacy tempat kerja dapat

meningkatkan organizational citizenship behavior.

H2: Job embeddedness berpengaruh positif terhadap organizational

citizenship behavior

Pada pengujian hipotesis kedua diketahui untuk nilai signifikansi pengaruh

job embeddedness terhadap organizational citizenship behavior sebesar 0,000 <

0,05 yang menunjukkan bahwa Ha didukung (Ho tidak didukung) dengan nilai

estimasi (β) sebesar 0,252. Hal ini menunjukkan bahwa job embeddedness yang

dirasakan karyawan BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan

akan memberikan pengaruh positif serta signifikan terhadap organizational

citizenship behavior karyawan di tempat kerja. Mengartikan apabila saat bekerja

karyawan dapat merasa terikat dan merasakan hubungan yang erat dengan
52

perusahaan, serta merasa sulit untuk meninggalkan, mengundurkan diri ataupun

berpisah dari perusahaan, akan membuat karyawan secara sukarela melakukan

lebih dari apa yang menjadi tanggung jawabnya tanpa imbalan apapun dari

perusahaan karena karyawan melakukan semata-mata untuk kepentingan

perusahaan.

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan hipotesis kedua

dalam penelitian ini didukung. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

sebelumnya oleh Tayal et al. (2022) yang menjelaskan bahwa terdapat

pengaruh positif dan signifikan job embeddedness terhadap organizational

citizenship behavior. Tayal et al. (2022) berpendapat bahwa dengan

adanya peningkatan job embeddedness tempat kerja dapat meningkatkan

organizational citizenship behavior. Hasil penelitian serupa dengan hasil

penelitian Nguyen et al. (2017) menyatakan adanya hubungan positif job

embeddedness terhadap OCB. Serupa juga dengan penelitian Holtom dan

Sekiguchi. (2016) bahwa job embeddedness menjadi salah satu prediktor

utama OCB.

H3: Happiness at work berpengaruh positif terhadap organizational

citizenship behavior

Pada pengujian hipotesis ketiga diketahui untuk nilai signifikansi pengaruh

happiness at work terhadap organizational citizenship behavior sebesar 0,024 <

0,05 yang menunjukkan bahwa Ha didukung (Ho tidak didukung) dengan nilai

estimasi (β) sebesar 0,406. Hal ini menunjukkan bahwa happiness at work yang

dirasakan karyawan di perbankan di Jakarta akan memberikan pengaruh positif


53

serta signifikan pada organizational citizenship behavior karyawan ditempat

kerja. Mengartikan apabila saat bekerja karyawan dapat merasa terikat dan

merasakan hubungan yang erat dengan perusahaan, serta merasa sulit untuk

meninggalkan, mengundurkan diri ataupun berpisah dari perusahaan, akan

membuat karyawan secara sukarela melakukan lebih dari apa yang menjadi

tanggung jawabnya tanpa imbalan apapun dari perusahaan karena karyawan

melakukan semata-mata untuk kepentingan perusahaan.

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan hipotesis ketiga

didalam penelitian ini didukung. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

sebelumnya oleh Singh dan Banerji (2022) yang menjelaskan bahwa

terdapat pengaruh positif dan signifikan antara happiness at work terhadap

organizational citizenship behavior. Singh dan Banerji (2022) berpendapat

bahwa dengan adanya peningkatan happiness at work tempat kerja dapat

meningkatkan organizational citizenship behavior. Hasil serupa dengan

penelitian Mousa et al. (2020) yang menyatakan happiness at work

berpengaruh positif terhadap OCB. Demikian juga sejalan dengan

penelitian Sabir et al. (2019) bahwa happiness at work merupakan aspek

penting yang mempengaruhi OCB.

Dari ketiga variabel independen, ternyata happiness at work

memiliki pengaruh terbesar terhadap OCB yang ditunjukkan oleh nilai

estimasi sebesar 0,406. Selanjutnya dalam penelitian ini, variabel self-

efficacy memiliki pengaruh terbesar kedua setelah happiness at work

dengan nilai estimasi 0,374 dan terakhir adalah job embeddedness dengan

nilai estimasi 0,252.


BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN, SARAN UNTUK

PENELITIAN SELANJUTNYA

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab sebelumnya maka dapat

disimpulkan bahwa semua hipotesis dapat didukung. Happiness at work

memberikan dampak terbesar terhadap OCB, diikuti oleh self efficacy dan job

embeddedness. Secara rinci dapat disimpulkan bahwa :

1. Karyawan BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan

dirinya memiliki self efficacy, sehingga merasa dapat berhasil mengatasi

setiap tantangan dan dapat melakukan banyak tugas yang berbeda secara

efektif.

Karyawan BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan

memiliki job embeddedness, sehingga merasa terikat dengan perusahaan

dan merasa sulit meninggalkan bank tempat karyawan bekerja.

Karyawan perbankan di wilayah Jakarta memiliki happiness at work,

sehingga merasa senang dan merasa puas dengan situasi pekerjaan di BCA

Jakarta Barat dan CIMB Niaga Jakarta Barat.

Karyawan BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan

memiliki OCB yang tinggi. Karyawan BCA di Jakarta Barat dan CIMB

Niaga di Jakarta Selatan merasa sukarela melakukan hal-hal yang tidak

diwajibkan secara formal dan menbantu karyawan lain dalam tugasnya.

56
57

2. Terdapat pengaruh positif self efficacy terhadap organizational citizenship

behavior. Artinya karyawan yang merasakan self efficacy akan semakin

meningkatkan organizational citizenship behavior.

3. Terdapat pengaruh positif job embeddedness terhadap organizational

citizenship behavior. Artinya karyawan yang memiliki job embeddedness

akan semakin meningkatkan organizational citizenship behavior.

4. Terdapat pengaruh positif happiness at work terhadap organizational

citizenship behavior. Artinya jika karyawan memiliki happiness at work,

maka akan meningkatkan organizational citizenship behavior.

5.2 Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini

diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan diterapkan secara nyata oleh

perusahaan perbankan di Jakarta. Adapaun implikasi manajerial dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam upaya mempertahankan self efficacy karyawan BCA di Jakarta

Barat dan CIMB Niaga di Jakarta Selatan, diharapkan perusahaan dapat

mendukung karyawan dalam penyelesaian tugas yang menjadi beban kerja

karyawan dengan memberikan penugasan dan beban kerja yang sesuai

dengan kapasitas masing-masing karyawan. Pihak perusahaan harus dapat

berkomunikasi dengan karyawan secara personal untuk dapat mengetahui

sejauh mana karyawan ingin terlibat dengan pekerjaan dan bersedia

mengerjakan tugas-tugas yang berbeda secara efektif.


58

2. Dengan tujuan perusahaan meningkatkan job embeddedness karyawan

perbankan di Jakarta, diharapkan dapat memberikan penawaran yang

membuat karyawan dengan senang hati terlibat dan merasa terikat dengan

perusahaan, seperti memberikan jaminan masa depan karir yang baik

apabila bertahan dan bekerja di BCA di Jakarta Barat dan CIMB Niaga di

Jakarta Selatan sebagai bentuk pengembangan karir karyawan. Serta dapat

menawarkan berbagai kompensasi seperti uang tunjangan dan uang

pensiun yang layak.

3. Untuk mempertahankan happiness at work diharapkan dapat membuat

karyawan merasa lebih terlibat dengan perusahaan yang membuat

karyawan juga turut perihatin dan memikirkan hal yang menjadi masalah

bagi perusahaan. Seperti melibatkan karyawan di banyak kegiatan yang

diadakan perusahaan diluar pekerjaan yang bersifat formal, seperti outing

dan lainnya.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ada beberapa keterbatasan yang

dimiliki penelitian ini, di antaranya sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya terbatas pada sebagian karyawan di perbankan di

Jakarta. Responden penelitian berjumlah 310 karyawan yang bekerja di

perbankan Jakarta.

2. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan hanya empat variabel, yaitu

self efficacy, job embeddedness, happiness at work dan organizational

citizenship behavior.
59

5.4 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya

Berikut adalah beberapa saran yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian

selanjutnya:

1. Penelitian ini tidak hanya dilakukan pada satu perusahaan saja, melainkan

bisa dilakukan di perusahaan lainnya atau membandingkan dengan

beberapa perusahaan.

2. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti variabel lain yang

berpengaruh terhadap OCB seperti servant leadership dan trust in

leadership menurut Perdana dan Surya (2017) atau diversity management

yang ada dalam penelitian Singh dan Banerji. (2022)

Anda mungkin juga menyukai