KATA PENGANTAR
Diklat JFP akan dilaksanakan dengan metode distance learning yaitu teknik belajar dengan
memanfaatkan teknologi informasi (e-learning). Pelaksanaan pembelajaran akan
dilakukan dengan pendekatan andragogy atau pembelajaran orang dewasa dengan
menggunakan experiential learning approach. Dengan metode belajar ini, diasumsikan
peserta sudah mengetahui kebutuhan akan pengetahuan, keterampilan teknis dan
keterampilan sikap yang harus dikembangkan untuk menjalankan jabatannya. Dengan
demikian, Buku Peserta ini hanya sebagai acuan minimal dan peserta diklat didorong
untuk mencari informasi-informasi lain yang akan melengkapi dan memastikan
tercapainya standar kompentensi diklat yang telah ditentukan dengan memanfaatkan
fasilitas pembelajaran seperti perpustakaan, internet atau media lainnya yang tersedia.
Selamat belajar dan salam sukses.
ii
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 5
A. Deskripsi Singkat Mata Diklat ...........................................................................5
B. Tujuan Pembelajaran .........................................................................................5
C. Metodologi Pembelajaran.................................................................................5
D. Deskripsi Singkat Struktur Modul ....................................................................6
BAB I ............................................................................................................................ 8
MOTIVASI DAN KOMITMEN ANGGOTA TIM ............................................................. 8
A. TUGAS ANGGOTA TIM DALAM TIM PEMERIKSAAN .......................................9
B. MOTIVASI DAN KOMITMEN PENYELESAIAN TUGAS TIM PEMERIKSAAN ..11
SOAL LATIHAN ......................................................................................................17
BAB II .......................................................................................................................... 19
INTERAKSI DALAM TIM PEMERIKSAAN .................................................................. 19
A. SHARING INFORMASI .......................................................................................20
B. IDENTIFIKASI ANGGOTA TIM ..........................................................................22
C. SIKAP PENGEMBANGAN DIRI .........................................................................28
D. EMPATI TERHADAP ORANG LAIN ...................................................................29
SOAL LATIHAN ......................................................................................................32
BAB III .........................................................................................................................34
PERILAKU SOSIAL DALAM TIM PEMERIKSAAN ......................................................34
A. CARA BEKERJA INDIVIDU DALAM TIM ...........................................................35
B. PENYELESAIAN TUGAS TIM DAN PEMBERIAN MASUKAN KONSTRUKTIF..39
C. KERJA SAMA.....................................................................................................46
SOAL LATIHAN ......................................................................................................50
MARS DAN HYMNE BPK............................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 53
iii
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
iv
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
PENDAHULUAN
B. Tujuan Pembelajaran
Mata diklat ini diberikan agar peserta mampu menumbuhkan tim kerja
yang partisipatif dan efektif.
C. Metodologi Pembelajaran
Agar peserta mampu menyerap materi yang diberikan dengan baik,
proses belajar mengajar menggunakan pendekatan andragodi. Dengan
pendekatan ini, peserta didorong untuk berpartisipasi secara aktif melalui
komunikasi dua arah. Untk metode yang digunakan merupakan kombinasi
dari ceramah, brainstorming, role play, diskusi, serta latihan soal dan kasus.
Instruktur
membantu peserta dalam memahami materi melalui ceramah dan dalam
proses ini peserta diberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab. Agar
proses pendalaman materi dapat berlangsung dengan baik, dilakukan pula
diskusi kelompok, sehingga peserta benar-benar dapat secara aktif terlibat
dalam proses belajar mengajar. Dalam modul ini disertakan pula latihan soal
5
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan gambaran umum atas isi modul meliputi deskripsi
singkat mata diklat, tujuan umum pembelajaran, metode
pembelajaran, dan struktur modul.
BAB I Komitmen Anggota Tim dalam Pemeriksaan
Bab ini memuat tentang tugas anggota tim dalam tim pemeriksaan
dan komitmen penyelesaian tugas tim pemeriksaan.
BAB II Interaksi Dalam Tim Pemeriksaan
Bab ini memuat tentang sharing informasi, identifikasi anggota tim,
sikap pengembangan diri, dan empati terhadap anggota tim lainnya.
BAB III Perilaku Sosial Dalam Tim Pemeriksaan
Bab ini memuat tentang cara bekerja individu, kerja sama dalam tim,
dan penyelesaian tugas tim.
6
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
7
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
BAB I
MOTIVASI DAN KOMITMEN ANGGOTA TIM
DALAM PEMERIKSAAN
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat memahami bagaimana cara
membangun motivasi dan komitmen anggota tim dalam pemeriksaan.
8
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
9
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
Secara umum, aktivitas tim dapat dikelompokkan dalam aktivitas formal dalam
hal ini rapat dan aktivitas informal diantaranya diskusi. Dari 2 aktivitas tersebut
terdapat berbagai topik yang dilakukan bersama tim. Jika dilihat dalam panduan
pemeriksaan tugas tugas anggota tim seakan dapat dikerjakan sendiri setelah
adanya pembagian tugas. Namun dalam praktek penyelesaian tugas tim
pemeriksaan musti diselesaikan secara bersama.
Sebagai ilustrasi :
Dalam pemeriksaan pembagian tugas pada tahapan perencanaan pemeriksaan,
anggota tim pemeriksaan yang bukan dari bidang akuntansi bisa jadi akan
mengalami kesulitan dalam menyusun PKP untuk pemeriksaan akun tertentu.
Demikian juga anggota tim yang dari bidang keuangan, manakala menyusun
10
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
Tim (team) merupakan kumpulan individu sebagai bagian dari sebuah organisasi.
Setiap tim memiliki proses tersendiri yang memberikan kontribusi dalam
pencapaian tujuan organisasi. Proses-proses tersebut satu sama lain akan
membentuk rangkaian proses sebagai alat bagi organisasi dalam mencapai
tujuannya. Individu yang membentuk tim memiliki latar belakang dan tingkat
pendidikan yang berbeda-beda. Perbedaan ini mempengaruhi interaksi antar
anggota tim, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja tim dan kinerja organisasi.
Team building adalah suatu upaya yang dibuat secara sadar untuk
mengembangkan kerja kelompok dalam suatu organisasi. Ahli-ahli ilmu sosial
menyebut kelompok adalah suatu kumpulan orang yang terdiri dari dua atau lebih
yang berinteraksi dengan stabil, di antara mereka mempunyai tujuan yang sama,
serta menganggap kelompok itu sebagai kelompoknya sendiri (merasa memiliki).
Walaupun tak dapat disangkal, ada beberapa kegiatan/aktivitas yang mungkin lebih
efisien bila dikerjakan oleh perseorangan. Namun, banyak sekali masalah yang
11
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
bersifat terlalu luas dan terlalu kompleks untuk ditangani oleh satu orang. Dalam
hal ini kerja tim pada manajemen dapat memberikan hasil akhir yang lebih efektif
dibanding dengan kerja perorangan.
Mengacu pada Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 5/ K/I-XIII.2/10/2015 tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan Badan
Pemeriksa Keuangan, berdasarkan tahapan pemeriksaan, tugas-tugas Anggota Tim
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Pemeriksaan
Anggota tim menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan Ketua Tim untuk
menyusun LHPP dan P2 serta menyusun konsep PKP.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
Anggota tim selama pelaksanaan pemeriksaan melakukan hal berikut:
a. menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan Ketua Tim dalam berkomunikasi
dengan entitas terperiksa serta mengadministrasikannya;
b. melaksanakan P2 dan mendokumentasikannya dalam KKP;
c. menjamin kebenaran matematis dan akurasi angka dalam KKP; dan
d. menyusun konsep Temuan Pemeriksaan dan LAPPL.
3. Pelaporan Pemeriksaan
Anggota Tim berperan menyiapkan bahan penyusunan LHP dan bahan IHPS.
Pelaksanaan atas tugas-tugas tersebut membutuhkan motivasi dan
komitmen kuat dari para pemeriksa di berbagai jenjang peran. Motivasi dan
komitmen pelaksanaan atas tugas-tugas perlu dibangun bersama di dalam tim
pemeriksaan baik pada tahapan pengembangan tim, tahapan pemeriksaan
maupun pada personal tim.
Membangun Motivasi
Secara bahasa, motivasi berasal dari Basa Latin “movere” yang memiliki arti
“untuk bergerak”. Adapun menurut beberapa ahli bahasa, seperti Weiner (1990),
motivasi diartikan sebagai keadaan manusia membangkitkan serta membangun
dirinya sendiri untuk segera bertindak. Tindakan tersebut didasari atas keinginan
mencapai suatu tujuan dan agar diri kita tetap terpacu pada suatu kegiatan
tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi diartikan sebagai bentuk dorongan yang
12
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
datangnya dapat dari dalam maupun luar diri manusia yang memiliki ciri-ciri seperti
adanya dorongan, hasrat, keinginan, minat, harapan, cita-cita, penghormatan, serta
kebutuhan. Dengan demikian, secara ringkas bisa kita simpulkan bahwa motivasi
adalah sebuah kondisi dimana seseorang bersemangat dalam bertindak, atau
dorongan yang membuat seseorang melakukan sesuatu.
Berdasarkan definisi di atas, setiap orang akan memerlukan motif, yaitu alasan,
sebab, atau tujuan untuk bergerak, termasuk para anggota tim dalam sebuah tim
pemeriksaan. Namun, anggota tim memiliki keragaman latar belakang,
pengalaman, dan faktor lain yang dimiliki. Oleh karena itu, ada anggota tim yang
sangat mungkin juga memiliki motivasi yang beragam. Menurut Deci dan Ryan
(2000), terdapat 3 orientasi motivasi seseorang, yaitu:
- Autonomous Motivational Orientation (Motivasi Mandiri)
Yaitu orang yang motivasinya berasal dari diri sendiri, motivasi yang digerakkan
oleh keyakinan bahwa apa yang dilakukan betul-betul berharga dan penting.
Termasuk dalam hal ini adalah apa yang disebut identified motivation, yakni
seseorang yang telah memiliki motivasi kuat dari dalam dirinya, tetapi belum
memutuskan tindakan yang diambil.
- Controlled Motivational Orientation (Motivasi Tersetir)
Yaitu orang yang motivasinya muncul dari perasaan bahwa dirinya memiliki
kompetensi berharga untuk sukses, tetapi dorongan dalam melakukan
lebih banyak karena keinginan untuk memperoleh penilaian orang lain,
pengakuan atau pun demi memperoleh imbalan dari luar. Pun, demi
menghindari celaan dan hukuman.
- Impersonal Motivational Orientation (Tanpa Motivasi)
Yaitu orang yang mengambang, tidak ada motivasi untuk sukses, tidak pula
memiliki motivasi untuk menghindari kegagalan. Tidak bergairah ketika
diiming-imingi, tidak takut saat dihadapkan tentang kemungkinan masa depan
suram.
Tentunya kita tidak selalu bisa memilih anggota tim yang berada satu tim
dengan kita. Oleh karena itu kita juga perlu untuk bisa mengenali berbagai
13
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
karakteristik anggota tim, sehingga kita juga bisa menyikapi dengan tepat.
Setidaknya ada beberapa karakteristik anggota tim yang umum akan kita temukan:
- Tipe 1
Cenderung memiliki motivasi yang kuat dari dalam dirinya (autonomy
motivation). Namun demikian, tipe ini juga perlu memperoleh umpan balik yang
lebih baik terhadap kegiatan dan kinerjanya. Anggota tim dengan tipe seperti
ini berpotensi untuk dijadikan motivator bagi anggota tim lainnya maupun
sebagai pendamping rekan kerja.
- Tipe 2
Cenderung memiliki motivasi yang kuat dari dalam dirinya (autonomy
orientation), tetapi sangat mungkin pula controlled orientation. Tipe ini perlu
mendapat penguatan motivasi, dukungan minat dan umpan balik yang baik
terhadap kinerja dan dirinya. Anggota tim dengan tipe ini dapat diberdayakan
menjadi pendamping rekan kerja.
- Tipe 3
Memiliki motivasi yang dipengaruhi faktor-faktor dari luar (controlled
orientation). Bahkan bisa amotivation (tidak punya motivasi). Tipe ini termasuk
dalam kelompok anggota tim yang berisiko. Oleh karena itu pihak terkait
lainnya perlu pro-aktif memotivasi, serta memberikan dukunga enosional
maupun social.
Selain itu, penting agar setiap anggota tim, termasuk tipe manapun mereka,
memiliki sikap asertif dan mampu mengomunikasikannya. Kemudian komunitas,
khususnya tim dimana mereka menjadi anggota di dalamnya, perlu untuk bisa
menerima dan memberi dukungan dan motivasi kepada mereka, terutama untuk
memantapkan mereka dalam masalah ideologi dan nilai yang diyakini,
perkembangan karir masa depan, serta dalam membangun hubungan dan
kerjasama. Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memotivasi diantara
sesama anggota tim antara lain dengan berbagi kisah-kisah inspiratif, memotivasi
langsung jika diperlukan, berbagi satu sama lain, mengajak melihat ke depan
(visioning), serta saling berempati satu sama lain.
14
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
Membangun Komitmen/Engagement
Upaya membangun komitmen kerja seringkali menggunakan terminologi
engagement. Berdasarkan laman https://dictionary.cambridge.org secara harfiah
salah satu makna dari engagement adalah interest, yang diartikan sebagai berikut:
Sementara itu interest salah satu maknanya adalah involvement (keterlibatan) yang
diartikan sebagai berikut:
15
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
16
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
SOAL LATIHAN
17
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
18
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
BAB II
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat memahami interaksi dalam
tim pemeriksaan.
19
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
A. SHARING INFORMASI
Komunikasi adalah bagian integral dalam pemeriksaan. Mulai dari perencanaan
penugasan, pelaksanaan pengujian, hingga pemantauan tindak lanjut, semuanya
memerlukan keterampilan berkomunikasi untuk menghasilkan yang terbaik.
Dengan menerapkan keterampilan berkomunikasi, pelaksanaan pemeriksaan akan
berjalan secara efektif dan efisien (efektif dalam arti pemeriksaan dapat mencapai
hasil-hasil yang diinginkan; efisien karena proses pemeriksaan dapat dilaksanakan
dengan lancar sehingga sumber daya pemeriksaan benar-benar digunakan untuk
mencapai tujuan pemeriksaan). Efektifitas dan efisiensi pemeriksaan melalui
komunikasi atau berbagi informasi dapat terjadi diantaranya dalam hal:
1. Memeroleh data dan informasi yang diperlukan dalam pengujian
pemeriksaan. Pemeriksaan dapat dipandang sebagai proses pengumpulan dan
pengujian informasi untuk menghasilkan simpulan dan rekomendasi. Pemilik
data dan informasi adalah entitas, jika perolehan data dan informasi tidak
memadai, maka pemeriksaan tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.
2. Mengendalikan dan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan tim pemeriksaan.
Pemeriksaan dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari individu-individu.
Pemeriksaan juga menjalankan aktivitas-aktivitas yang saling terkait.
Komunikasi yang baik dalam tim akan membuat interaksi individu dan
rangkaian aktivitas dalam pemeriksaan dapat berjalan dengan baik. Masalah-
masalah dapat diselesaikan bersama sehingga hambatan dalam proses
pemeriksaan dapat diminimalkan.
3. Meningkatkan mutu pemeriksaan. Jika aktivitas-aktivitas dasar dalam
pemeriksaan, seperti pengumpulan informasi, pengujian, dan penyampaian
hasil pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar, maka konsentrasi tim
pemeriksaan dapat diarahkan pada usaha peningkatan mutu pemeriksaan.
Misalnya, jika perolehan informasi menjadi mudah dan cepat, maka tim
pemeriksaan dapat berkonsentrasi untuk memilih proses analisis yang lebih
tepat.
4. Memperbaiki citra pemeriksa. Selama ini, pemeriksa telah dicitrakan secara
keliru, sebagai sosok yang tidak ramah, sibuk sendiri, bahkan sering dianggap
sewenang-wenang. Citra-citra tersebut menyulitkan pemeriksa dalam menjalin
20
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
21
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
22
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
kepada orang lain yang memiliki cara berbeda. Fungsi utama dari Plant (PL)
adalah untuk membangkitkan saran-saran baru dan memecahkan
permasalahan yang kompleks. Para PL sering diperlukan pada saat permulaan
bekerja atau sebagai pencipta produk baru. Bila jumlah PL dalam perusahaan
terlalu banyak, hal ini bisa menjadi kontra produktif karena mereka terlalu
banyak menghabiskan waktu untuk menonjolkan ide-ide mereka sendiri dan
berselisih pendapat dengan orang lain.
2) Monitor Evaluator—tipe individu yang serius, bijaksana dan tidak mudah untuk
bersikap over antusiastik. Mereka lambat dalam mengambil keputusan karena
berusaha untuk mempertimbangkannya berulang kali. Biasanya mereka
memiliki kemampuan berfikir kritis yang tinggi. Mereka memiliki kapasitas
untuk berfikir bijak dengan memperhitungkan segala faktor. ME yang baik
jarang membuat kesalahan.
ME paling cocok dalam menganalisa masalah, mengevaluasi ide-ide dan saran.
Mereka paling baik dalam mempertimbangkan hal yang baik dan buruk dari
suatu pilihan. Untuk orang lain, ME mungkin dipandang sebagai orang yang
membosankan, tidak ramah atau bahkan terlalu kritis. Ada pihak yang heran
bahwa ME dapat menjadi manajer. Meski demikian, banyak ME menduduki
jabatan strategis dan sukses pada jabatan tingkat tinggi. Pada beberapa
pekerjaan, kesuksesan atau kegagalan tergantung dari sejumlah kesimpulan
penting. Hal tersebut menjadi tempat yang ideal bagi seorang ME, karena
orang yang tidak pernah salah adalah orang yang memperoleh kemenangan
pada akhirnya.
3) Specialist—individual yang berdedikasi dan membanggakan dirinya karena
memiliki keterampilan teknis dan pengetahuan spesialis. Pusat perhatian
mereka adalah untuk mempertahankan standar profesional dan untuk
meningkatkan dan mempertahankan lapangan ilmu mereka. Walau mereka
sangat bangga dengan subyeknya, biasanya mereka kurang tertarik denga
pihak lain. SP menjadi seorang ahli karena komitmen mutlak mereka pada
bidang terbatas. Hanya sedikit orang yang memiliki bakat atau kecenderungan
untuk SP terbaik.
23
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
SP memiliki peran yang tidak bisa dilepaskan dalam sejumlah tim, karena
mereka memiliki keterampilan yang diperlukan untuk pelayanan atau
produk perusahaan. Sebagai manajer, mereka dapat memperoleh
dukungan karena mereka lebih mengetahui subjeknya dibandingkan
orang lain dan mereka diandalkan untuk membuat keputusan
berdasarkan pengalamannya.
b. Action Oriented (Task Performers)
1) Shaper—orang yang memiliki motivasi tinggi dengan energi yang besar
dan kebutuhan mencapai prestasi yang tinggi. Biasanya mereka adalah
orang ekstrovet yang agresif dan memiliki semangat kuat. Tipe Shaper
(SH) senang menantang pihak lain dan keinginan mereka adalah untuk
menang. Mereka sering memimpin dan mendorong orang untuk
bertindak. Jika ada halangan mereka berusaha untuk melintasinya. Keras
kepala dan assertive, mereka cenderung utnuk menunjukkan respon
emosional yang kuat terhadap segala macam frustasi atau kekecewaan.
SH adalah orang yang senang beragumentasi dan mungkin kurang
memiliki pemahaman interpersonal. Mereka Memiliki peranan paling
kompetitif dalam tim.
SH umumnya menjadi manajer yang baik karena dapat menggerakkan
dan bertahan menghadapi tekanan. Mereka paling mampu
membangkitkan suatu tim dan paling berguna utnuk satu grup pada saat
komplikasi politis cenderung memperlambat kerja. SH cenderung utnuk
mengatasi masalah semacam ini dan terus bergerak maju. Mereka dapat
membuat perubahan yang diperlukan dan tidak takut untuk membuat
keputusan yang tidak populer. Seperti namanya, mereka mencoba untuk
memaksakan suatu bentuk atau pola pada aktivitas atau diskusi
kelompok. Mereka mungkin menjadi anggota kelompok yang paling
efektif untuk menjamin tindakan yang positif.
2) Implementer—mempunyai pemikiran yang praktis dan juga kontrol diri
serta disiplin. Mereka memilih untuk bekerja keras dan menyelesaikan
masalah dengan cara sistematis. Secara lebih luas, Implementer (IMP)
biasanya adalah orang yang memiliki minat dan kesetiaan terhadap
24
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
25
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
26
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
27
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
Ketiga domain itu diwakili oleh kognitif yang terdiri dari kelompok peran
thinking oriented (thinkers), afektif yang diwakili kelompok peran people
oriented atau communicators, serta domain konatif yang diwakili kelompok
peran action oriented atau task performers.
Untuk mendapatkan keseimbangan tim maka perlu ada unsur-unsur dalam tim
yang mewakili kelompok peran diatas sesuai dengan karakteristik pekerjaan tim.
Banyaknya peran yang sama dalam tim beresiko terjadi konflik dan
ketidakefektifan kerja. Sebagai contoh :
a. Banyaknya peran Shaper memungkinkan banyaknya kompetisi dan argumen
dikarena terlalu banyak pengaturan serta ketidaknyamanan karena konflik.
b. Terlalu banyak Plant berpotensi banyaknya ide dengan sedikit aksi dan
implementasi.
c. Dominasi Monitor-Evaluator beresiko dengan minimnya ide karena inovasi
mati sebelum berkembang.
d. Tim yang berisi dengan kelompok peran thinking oriented memunculkan
rivalitas intelektual.
Kunci dari keberhasilan tim merupakan perpaduan komposisi tim yang
seimbang dilawankan dengan kebutuhan tantangan dari pekerjaan yang
dilakukan.
28
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
29
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
30
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
31
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
SOAL LATIHAN
1. Dalam hal apa sajakah efektifitas dan efisiensi pemeriksaan melalui komunikasi
atau berbagi informasi dapat terjadi?
2. Uraikan peran tim menurut Belbin!
3. Apa sajakah kemampuan seseorang yang memiliki sikap dan perilaku
pengembangan diri ?
32
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
33
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
BAB III
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat memahami perilaku sosial
dalam tim pemeriksaan.
34
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
35
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
a) Specific-General
Gaya bekerja ini melihat seberapa besar cakupan informasi yang dapat
diolah oleh seseorang. Sebagian lebih senang melihat dari cakupan besar
sebagian lagi senang mengolah informasi dalam potongan kecil-kecil (small
chunk).
Seorang pemeriksa dengan gaya bekerja general lebih senang melihat
permasalahan besar dari topik yang diperiksa. Sementara pemeriksa dengan
gaya spesifik cenderung melihat detil permalahan yang ada pada
pemeriksaan.
b) Feeling-Thinking
Dalam bekerja sebagian orang lebih banyak menggunakan pendekatan
emosional atau perasaan sementara sebagaian yang lain lebih banyak
menggunakan pendekatan logika atau pemikiran. Semua orang memiliki
pendekatan tersebut namun preferensi mereka terhadap pendekatan
tersebut menunjukkan gaya kerja mereka.
Pendekatan perasaan memungkinkan seseorang lebih memahami orang
lain, sementara pendekatan pemikiran memungkin seseorang fokus pada
permasalahan atau topik yang di bahas. Secara umum seakan pemeriksa
harus menggunakan pendekatan pemikiran. Namun dalam pekerjaan sehari-
hari di pemeriksaan tidak selalu pendekatan tersebut membuahkan hasil
maksimal.
Tidak jarang terjadi konflik antara anggota tim dalam pemeriksaan
karena sama sama mempertahankan ego. Demikian juga ego sebagai
penyebab konflik antara anggota tim dengan pihak entitas. Kelemahan dalam
memahami dari sudut pandang orang lain merupakan bagian dari kurangnya
perasaan dalam hubungan dalam pemeriksaan. Dibutuhkan orang orang yang
preferensi terhadap perasaan lebih dibandingkan logika.
c) Independent-Cooperative
Sebagian orang lebih suka bekerja sendiri, karena kesulitan dalam
membagi pekerjaan, sementara sebagian yang lain cenderung lebih senang
dengan bekerja dengan banyak orang. Gaya ini berkaitan mengenai efekifitas
gaya bekerja, bukan mana yang lebih baik.
36
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
37
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
daripada diminta untuk melihat atau membaca sendiri. Sebagian yang lain
justru kurang percaya jika hanya sekedar membaca dan mendengar, sehingga
merasa butuh informasi dengan mengalami.
Perbedaan dalam menyerap informasi tersebut mempengaruhi gaya
bekerja seseorang. Pemeriksa yang preferensinya read cenderung
membutuhkan banyak informasi dengan cara membaca sebanyak mungkin
informasi dari dokumen dokumen yang ada. Sejalan dengan itu pemeriksa
dengan preferensi watch juga cenderung membutuhkan banyak informasi
dengan melihat informasi baik secara langsung maupun tidak langsung
seperti misalnya cek fisik, mengambil foto di lapangan objek pemeriksaan,
observasi. Tugas pemeriksaan dengan preferensi listen perlu orang lain yang
menuturkan informasi yang dibutuhkan. Yang bersangkutan akan lebih yakin
bilamana ada pihak entitas yang sewaktu-waktu dapat menjawab
pertanyaannya. Sementara pemeriksa dengan preferensi do perlu mengalami
langsung dengan uji coba, simulasi, atau datang ke lokasi untuk meyakinan
kebenaran sebuah informasi.
f) Duration-Frequency
Dalam bekerja, sebagian orang cenderung percaya bilamana informasi
yang diperoleh dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Mereka
membutuhkan waktu untuk meyakini kebenaran informasi. Waktu sebagai
variabel yang berpengaruh dalam keyakinan terhadap informasi. Sebagian
yang lain membutuhkan variabel kekerapan atau jumlah dalam meyakini
informasi. Bukan sekedar waktu, sebagian orang tersebut membutuhkan
banyak sedikitnya informasi yang masuk untuk mengukur seberapa yakinnya
ia akan informasi.
38
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
39
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
tim secara mandiri dan upaya yang bersangkutan membantu anggota tim lain
dan/atau ketua tim adalah untuk mendukung tujuan dan sasaran tim.
2. Tahapan Pengembangan Kelompok
Bruce W Tuckman, psikolog pendidikan, mengkaji lima puluh studi tentang
pengembangan kelompok pada pertengahan tahun enam puluhan dan
mensintesis persamaan umum atas studi tersebut menjadi salah satu model
pengembangan kelompok yang paling sering dikutip. Tuckman menggambarkan
tahap-tahap berbeda yang bisa dilakukan kelompok ketika menjadi bersama dan
mulai beroperasi. Proses ini bisa saja terjadi di fikiran bawah sadar, pemahaman
tentang tahapan dapat membantu kelompok mencapai keefektifan lebih cepat
dan lebih nyaman. Peneliti lain telah memberi label tahap serupa dalam
pengembangan kelompok. Tabel berikut menunjukkan hubungan antara
beberapa klasifikasi ini.
40
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
Tahap 1: Forming/Pembentukan
41
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
Tahap 2: Storming/Menyerbu
Tahap selanjutnya, yang oleh Tuckman disebut Storming, ditandai oleh
persaingan dan konflik dalam dimensi hubungan pribadi dan organisasi dalam
dimensi tugas-fungsi. Ketika anggota kelompok berusaha mengatur tugas
tersebut, konflik pasti akan dihasilkan dari hubungan antar pribadi mereka.
Individu harus membentuk perasaan, gagasan, sikap, dan keyakinan mereka
agar sesuai dengan organisasi kelompok. Karena takut terpapar atau
kelemahan atau takut gagal dalam tugas, seseorang akan ada keinginan yang
meningkat untuk klarifikasi dan komitmen terhadap struktur. Meskipun konflik
mungkin muncul sebagai isu kelompok, konflik tersebut sejatinya memang
42
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
ada. Pertanyaan akan muncul tentang siapa yang akan bertanggung jawab atas
apa, peraturannya, sistem penghargaan apa, dan kriteria evaluasi apa. Ini
mencerminkan konflik terhadap kepemimpinan, struktur, kekuasaan, dan
otoritas. Mungkin ada pergerakan yang lebar dalam perilaku anggota
berdasarkan isu persaingan dan permusuhan yang muncul. Karena
ketidaknyamanan yang ditimbulkan pada tahap ini, beberapa anggota
mungkin tetap diam sementara yang lain berusaha untuk mendominasi.
Untuk maju ke tahap berikutnya, anggota kelompok harus beralih dari
mentalitas "pengujian dan pembuktian" ke mentalitas “pemecahan masalah”.
Sifat yang paling penting dalam membantu kelompok untuk beralih ke tahap
berikutnya tampaknya adalah kemampuan untuk mendengarkan.
Tahap 3: Norming
Pada tahap Norming, hubungan interpersonal ditandai dengan kohesi.
Anggota kelompok terlibat dalam acknowledgement/pengakuan aktif atas
semua kontribusi anggota, pengembangan dan pemeliharaan komunitas, dan
pemecahan masalah kelompok. Para anggota bersedia untuk mengubah
gagasan atau pendapat mereka sebelumnya berdasarkan fakta yang
disampaikan oleh anggota lain, dan mereka secara aktif mengajukan
pertanyaan satu sama lain. Pada tahap ini, keharmonisan berkembang. Ketika
anggota mulai tahu - dan mengidentifikasi- satu sama lain, tingkat kepercayaan
dalam hubungan pribadi mereka berkontribusi pada pengembangan kohesi
kelompok. Pada tahap perkembangan ini (dengan anggapan bahwa kelompok
43
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
ini sampai sejauh ini) bahwa orang mulai mengalami rasa berkelompok dan
perasaan katarsis karena telah menyelesaikan konflik antar pribadi.
Tahap 4: Performing
Tidak semua kelompok dapat mencapai tahapan ini. Jika anggota
kelompok dapat evolve/berevolusi ke tahap empat, kapasitas, jangkauan, dan
kedalaman hubungan pribadi mereka berkembang menjadi interdependensi
sebenarnya. Pada tahap ini, orang bisa bekerja sendiri, di subkelompok, atau
sebagai unit total dengan fasilitas yang sama. Peran dan otoritas mereka
secara dinamis menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan kelompok dan
individu. Tahap keempat ditandai oleh saling ketergantungan dalam hubungan
pribadi dan pemecahan masalah di ranah fungsi tugas. Pada tahapan ini,
kelompok akan memasuki fase yang paling produktif. Anggota telah
44
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
Tahap 5: Adjourning
Tahap akhir, Adjourning, melibatkan penghentian perilaku tugas dan pelepasan
dari hubungan. Kesimpulan yang direncanakan biasanya mencakup pengakuan
atas partisipasi dan prestasi dan kesempatan bagi anggota untuk
mengucapkan selamat tinggal secara pribadi. Penutupan sebuah kelompok
dapat membuat beberapa kekhawatiran.
45
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
C. KERJA SAMA
Kerja sama adalah kemampuan menjalin, membina, mempertahankan
hubungan kerja yang efektif, memiliki komitmen saling membantu dalam
penyelesaian tugas, dan mengoptimalkan segala sumberdaya untuk mencapai
tujuan strategis organisasi. Beberapa level dalam kerja sama dapat dijelaskan dalam
tabel 5 sebagai berikut
Tabel 5. Kompetensi Kerjasama menurut Permenpan 38 tahun 2017
Level Deskripsi Indikator Perilaku
1 Berpartisipasi 1. 1. Berpartisipasi sebagai anggota tim
dalam kelompok yang baik, melakukan
kerja tugas/bagiannya, dan mendukung
keputusan tim;
1. 2. Mendengarkan dan menghargai
masukan dari orang lain dan
memberikan usulan-usulan bagi
kepentingan tim;
1. 3. Mampu menjalin interaksi sosial untuk
penyelesaian tugas
2 Menumbuhkan tim 2. 1.Membantu orang lain dalam
kerja yang menyelesaikan tugas-tugas mereka
partisipatif dan untuk mendukung sasaran tim;
efektif 2. 2.Berbagi informasi yang relevan atau
bermanfaat pada anggota tim;
mempertimbangkan masukan dan
keahlian anggota dalam tim/kelompok
kerja serta bersedia untuk belajar dari
orang lain;
2. 3. Membangun komitmen yang tinggi
untuk menyelesaikan tugas tim
3 Efektif membangun 3. 1.Melihat kekuatan/kelemahan anggota
tim kerja untuk tim, membentuk tim yang tepat,
peningkatan kinerja mengantisipasi kemungkinan
organisasi hambatan, dan mencari solusi yang
optimal
3. 2.Mengupayakan dan mengutamakan
pengambilan keputusan berdasarkan
usulan-usulan anggota tim/kelompok,
46
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
47
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
48
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
49
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
SOAL LATIHAN
50
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
51
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
MARS BPK
WAHAI SANG ABDI NEGARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
HAYATILAH DAN AMALKAN PENGABDIANMU
DENGAN MENJUNJUNG TINGGGI INDEPENDENSI INTEGRITAS DAN
PROFESIONALISME
MEMERIKSA PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA
HYMNE BPK
KAMI SANG ABDI NEGARA
MENGEMBAN TUGAS MULIA
UNTUK TANAH AIR TERCINTA
DEMI BANGSAKU INDONESIA
52
https://bpkcorpu.bpk.go.id email: bpkcorpu@bpk.go.id
TEAM BUILDING
DAFTAR PUSTAKA
Bidger, Darren, David lewis., Mind zones – think smart, act smart : 101 ways to be
effective & decisive, Duncan Baird Publishers, 2008.
Booher, Diana., Communicate with confidence : How to say it right the first time and
every time, McGrawhill Professional, 1994
B W Tuckman (1965), ‘Developmental Sequence in Small Groups’, Psychological Bulletin
63.
Couger, Jay A., The necessary art of persuasion- Harvard Business Review classics,
Harvard Business Scholl Press, 2008.
Dobson, Michael S.william Lundin, Kathleen Lundin, Working with difficult people – work
smart series, Failure to Communicate : How conversation go wrong & what you
can do to right them, amacom, 2008.
Jones, J.E. (1973). A model of group development. In J.E. Jones & J.W. Pfeiffer (Eds.),
The 1973 annual handbook for group facilitators. San Diego, CA: University
Associates.
http://www.arnoldbakker.com/workengagement.php
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/engagement
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/interest
PermenPAN RB nomor 38 tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Jabatan Aparatur
Sipil Negara
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 5/ K/I-XIII.2/10/2015
tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
Goleman, Daniel., Emotional Intelligence, Gramedia Pustaka Utama, 2015.
Richard M. Ryan and Edward L. Deci, Self-Determination Theory and the Facilitation of
Intrinsic Motivation, Social Development, and Well-Being, 2000.
https://personalexcellence.co/blog/constructive-criticism/