KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................................. 6
BAB I ................................................................................................................................................................... 9
BAB II ............................................................................................................................................................. 23
C. Penulisan Angka................................................................................................................................ 80
5
Halaman
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata Diklat Teknik Penulisan Temuan Pemeriksaan membahas Gambaran
Umum Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang meliputi unsur kualitas laporan,
gaya bahasa, dan proses penyusunan temuan pemeriksaan.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, peserta diklat diharapkan mampu
menyusun unsur- unsur temuan secara kronologis, informatif, dan efektif
dengan menggunakan kaidah bahasa yang berlaku sesuai dengan jenis
pemeriksaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, peserta diklat harus memiliki
kompetensi sebagai berikut:
C. Metodologi Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah metode
orang dewasa (andragogi), yang terdiri atas beberapa metode berikut:
§ Mengidentifikasi masalah;
6
b. Belajar secara mandiri di luar jam diklat baik secara individual maupun
kelompok.
D. Struktur Modul
Modul Keuangan Negara ini disusun dengan kerangka bahasan sebagai berikut:
PENDAHULUAN
Bab ini memuat deskripsi singkat mata diklat, tujuan pembelajaran, metodologi
pembelajaran dan struktur modul
7
Halaman
“Tanpa integritas, tidak mungkin ada
kesuksesan”
kesuksesan ”
8
Halaman
BAB I
GAMBARAN UMUM
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
Tujuan pembelajaran:
Memahami gambaran umum Laporan Hasil Pemeriksaan
9
Halaman
A. Gambaran Umum Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK RI sebagai organisasi pemeriksa keuangan negara memiliki produk laporan hasil
pemeriksaan (LHP) sebagai bentuk tanggung jawab pelaksanaan amanat undang-undang.
Laporan hasil pemeriksaan telah diatur secara sistematis dan jelas dalam peraturan perundang-
undangan. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Pasal 1 menyatakan
bahwa “Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari suatu proses penilaian kebenaran, kepatuhan,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang dilaksanakan secara independen, objektif, dan profesional
berdasarkan Standar Pemeriksaan, yang dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan sebagai
Keputusan BPK”.
Peraturan BPK RI Nomor 1 tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN), menyatakan bahwa pemeriksa membuat LHP berupa laporan tertulis yang berisi suatu
kesimpulan yang diperoleh tentang informasi hal pokok. LHP berisi hasil analisis atas pengujian
bukti yang diperoleh saat pelaksanaan pemeriksaan. Struktur dan format LHP ditetapkan lebih
lanjut dalam standar pelaporan.
Dalam menyusun LHP, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemeriksa ahli
pertama sebagai penyusun laporan, yaitu sebagai berikut.
adalah temuan pemeriksaan. Oleh karena itu, Anggota Tim berperan menyusun konsep
Halaman
temuan pemeriksaan sesuai dengan bagian yang ditetapkan di dalam Program Kerja
Perorangan (PKP)-nya dengan memperhatikan aspek kualitatif dari sebuah temuan.
Selanjutnya, konsep temuan pemeriksaan tersebut didokumentasikan sebagai kertas kerja
pemeriksaan (KKP) Anggota Tim dan didokumentasikan ke dalam Sistem Informasi
Pemeriksaan BPK. Proses penyusunan temuan yang disiapkan oleh Anggota Tim akan
ditelaah oleh Ketua Tim dan dilanjutkan secara berjenjang hingga ke Pengendali Mutu.
Konsep temuan pemeriksaan yang dianggap tidak layak oleh Ketua Tim dan/atau
Pengendali Teknis, dan dinyatakan batal berdasarkan diskusi dengan entitas yang
diperiksa, harus dilaporkan kepada Pengendali Mutu dan didokumentasikan dalam KKP.
Temuan pemeriksaan yang telah memperoleh komentar/tanggapan dari pimpinan entitas
oleh Ketua Tim, dihimpun menjadi Himpunan Temuan Pemeriksaan yang nantinya akan
dimuat dalam Konsep LHP. Dalam hal entitas menindaklanjuti temuan pemeriksaan
sebelum Tim Pemeriksaan menyelesaikan proses pelaporan pemeriksaan, temuan
pemeriksaan tersebut tetap dimuat di dalam LHP beserta dengan keterangan atas status
penyelesaian tindak lanjutnya. Temuan pemeriksaan dengan unsur pidana tetap akan
diproses sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
2. Pelaporan Pemeriksaan
LHP disampaikan kepada entitas yang diperiksa (dhi. Pihak yang bertanggung jawab)
sebagai bahan pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan dan pihak
terkait lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan. Tindak lanjut
atas rekomendasi hasil pemeriksaan merupakan kegiatan perbaikan atas pengelolaan dan
tanggung jawab negara oleh entitas. Selain dapat disampaikan secara parsial,
berdasarkan UU sekumpulan LHP disampaikan kepada lembaga perwakilan setiap 1
semester sekali yaitu menjadi lampiran IHPS. IHPS berisi ikhtisar dari LHP dan memuat
temuan-temuan signifikan untuk ditindaklanjuti lembaga perwakilan sesuai
kewenangannya. IHPS dapat diakses melalui web BPK dengan alamat:
11
www.bpk.go.id/ihps.
Halaman
LHP yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan terbuka untuk umum,
kecuali diatur lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, antara lain LHP yang
memuat rahasia negara dan/atau mengandung unsur pidana. LHP yang terbuka untuk
umum dapat diperoleh/diakses masyarakat dengan tata cara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Standar Pelaporan
Pemeriksa wajib membuat LHP, dan menyusunnya berdasarkan Standar Pelaporan
Pemeriksaan yang terdapat dalam SPKN (Pernyataan Standar Pemeriksaan/PSP 300). PSP
300 mengatur kewajiban Pemeriksa dalam menyusun LHP untuk pemeriksaan keuangan,
kinerja, dan PDTT. Ketentuan pelaporan pemeriksaan yang diatur dalam PSP 300 SPKN
2017 antara lain adalah:
b. Unsur LHP
LHP harus memenuhi unsur laporan sesuai dengan jenis pemeriksaannya. LHP
memiliki unsur-unsur sebagai berikut.
1) Pernyataan bahwa pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan standar
pemeriksaan
4) Temuan pemeriksaan
5) Rekomendasi pemeriksaan
Rekomendasi pemeriksaan harus bersifat konstruktif dan berguna untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam pemeriksaan.
Pemeriksa wajib memberikan rekomendasi dalam pemeriksaan kinerja. Dalam
pemeriksaan selain pemeriksaan kinerja, apabila Pemeriksa dapat
mengembangkan temuan pemeriksaan secara memadai, Pemeriksa dapat
membuat rekomendasi. Khusus pada PDTT dalam bentuk pemeriksaan
investigatif, Pemeriksa tidak memberikan rekomendasi.
LHP ditandatangani oleh Ketua, Wakil Ketua, atau Anggota BPK. Wewenang
penandatanganan LHP dapat didelegasikan kepada penanggung jawab
pemeriksaan yang memiliki kompetensi.
BPK harus menyerahkan LHP tepat waktu kepada lembaga perwakilan, pihak yang
bertanggung jawab, dan pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima LHP
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal yang diperiksa
merupakan informasi rahasia, pendistribusian LHP tersebut dapat dibatasi. Informasi
yang diperoleh melalui PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif merupakan
informasi rahasia.
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Pasal 7 ayat (1) menyatakan
bahwa,” BPK menyerahkan Hasil Pemeriksaan atas pengelolaaan dan tanggung jawab
keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.” Lebih lanjut,
Pasal 7 ayat (5) menyatakan bahwa hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang telah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD dinyatakan terbuka
untuk umum.
a. Lembaga Perwakilan
Lembaga perwakilan yang dimaksud yaitu DPR, DPD, dan DPRD. Lembaga perwakilan
menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan melakukan pembahasan sesuai
kewenangannya. Lembaga perwakilan dapat meminta penjelasan kepada BPK dalam
rangka menindaklanjuti hasil pemeriksaan dan/atau meminta BPK melakukan pemeriksaan
lanjutan. Lembaga perwakilan dapat meminta Pemerintah untuk melakukan tindak lanjut hasil
pemeriksaan.
b. Pemerintah
Yang dimaksud dengan pemerintah adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
c. Pihak Lain yang Berkepentingan
Yang dimaksud pihak lain yang berkepentingan antara lain masyarakat, instansi
penegak hukum, dan lembaga yang mempunyai kepentingan terhadap LHP.
1. Tepat Waktu
15
LHP harus tepat waktu agar suatu informasi bermanfaat secara maksimal. Laporan yang
Halaman
dibuat dengan hati-hati tetapi terlambat disampaikan, nilainya menjadi kurang bagi
pengguna LHP. Oleh karena itu, pemeriksa harus merencanakan penerbitan laporan tersebut
secara semestinya dan melakukan pemeriksaan dengan dasar pemikiran tersebut.
2. Lengkap
LHP harus secara lengkap memuat semua informasi dari bukti yang dibutuhkan untuk
memenuhi tujuan pemeriksaan. LHP juga harus menyajikan secara memadai detail informasi
yang dibutuhkan agar memberikan pemahaman yang memadai bagi pengguna atas hal yang
diperiksa, temuan, dan kesimpulan pemeriksa. Detail informasi yang disampaikan harus tetap
relevan dengan permasalahan yang diungkapkan.
3. Akurat
LHP harus akurat dalam menyajikan informasi, didukung oleh bukti yang cukup dan tepat.
Laporan yang akurat akan memberikan keyakinan kepada pengguna LHP bahwa hal yang
dilaporkan memiliki kredibilitas dan dapat diandalkan. Satu ketidakakuratan dalam LHP dapat
menimbulkan keraguan atas keandalan seluruh laporan tersebut dan dapat mengalihkan
perhatian pengguna LHP dari substansi laporan tersebut. Apabila terdapat data yang dapat
memengaruhi kesimpulan pemeriksaan yang tidak dapat diuji lebih lanjut oleh Pemeriksa,
Pemeriksa harus secara jelas menunjukkannya dalam LHP.
4. Objektif
LHP harus objektif. Oleh karena itu, Pemeriksa perlu memperhatikan:
a. Pemeriksa harus menyajikan LHP secara seimbang dan tidak memihak; dan
b. Pemeriksa harus menyajikan LHP sesuai dengan fakta yang ditemui di lapangan.
5. Meyakinkan
LHP harus menyajikan hubungan logis antara tujuan pemeriksaan, kriteria, temuan,
kesimpulan, dan rekomendasi (bila ada). Alur logis dapat menguatkan keyakinan pembaca
laporan. Selain itu, informasi yang disajikan harus cukup meyakinkan pengguna laporan untuk
mengakui validitas temuan tersebut dan manfaat penerapan rekomendasi. Laporan yang
disusun dengan cara ini dapat membantu pihak yang bertanggung jawab untuk memusatkan
perhatiannya dalam melakukan perbaikan sesuai rekomendasi yang diberikan.
16
Halaman
6. Jelas
Laporan harus mudah dibaca dan dipahami sehingga laporan harus ditulis dengan bahasa
yang jelas, tidak ambigu, sesederhana mungkin, dan sedapat mungkin menghindari
penggunaan istilah-istilah teknis. LHP juga harus ditulis secara logis untuk memberi kejelasan
dan pemahaman bagi pengguna LHP.
7. Ringkas
LHP harus ringkas yaitu tidak memuat informasi yang tidak perlu yaitu tidak relevan
dengan permasalahan yang sedang diungkapkan, serta tidak sesuai dengan tujuan
pemeriksaan. Laporan yang menyajikan informasi yang kurang memadai atau memuat hal-
hal yang tidak relevan akan berdampak pada kesalahpahaman pembaca atas informasi
LHP.
Pemenuhan unsur-unsur kualitas laporan yang baik tersebut di atas, dapat membantu dan
mempermudah para pengguna untuk mengambil keputusan.
b) LHP harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan SPKN. Pernyataan
17
standar ini mengacu kepada standar pemeriksaan yang berlaku, yang harus diikuti oleh
Halaman
pemeriksa selama melakukan pemeriksaan. Jika pemeriksa tidak dapat mengikuti SPKN,
pemeriksa dilarang untuk menyatakan demikian. Dalam situasi demikian, pemeriksa harus
mengungkapkan alasan tidak dapat diikutinya standar pemeriksaan tersebut dan
dampaknya terhadap hasil pemeriksaan.
c) Pemeriksa harus meminta pejabat yang bertanggung jawab untuk memberikan tanggapan
tertulis terhadap temuan, simpulan atau rekomendasi, termasuk tindakan perbaikan yang
direncanakan oleh manajemen entitas yang diperiksa.
Tanggapan yang diperoleh harus dievaluasi secara seimbang dan objektif. Tanggapan yang
berupa suatu janji atau rencana untuk tindakan perbaikan tidak boleh diterima sebagai alasan
untuk menghilangkan temuan yang signifikan atau rekomendasi yang berkaitan. Apabila
tanggapan dari entitas yang diperiksa bertentangan dengan temuan,simpulan atau rekomendasi
dalam LHP dan menurut pemeriksa tanggapan tersebut tidak benar atau apabila rencana
tindakan perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi; pemeriksa harus menyampaikan
ketidaksetujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan perbaikan tersebut beserta
alasannya. Ketidaksetujuan tersebut harus disampaikan secara tertulis dalam LHP.
Kinerja Menilai aspek ekonomi, Simpulan dan rekomendasi atas aspek kinerja
efisiensi, atau efektivitas. yang dinilai.
Pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan interim antara lain yaitu anggaran entitas
pemeriksaan, hasil pemeriksaan sebelumnya, dan pertimbangan objektif lainnya. Untuk
pemeriksaan LKPD, pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan interim yaitu:
b. Entitas tidak menjadi objek pemeriksaan DTT atas tahun anggaran yang berkesesuaian
dengan tahun anggaran laporan keuangan;
a. memberikan kesimpulan hasil reviu atas SPI dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan;
b. menguji kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) atas transaksi selama
periode yang berlangsung sampai dengan saat Pemeriksaan Interim; dan
LHP Interim tersebut bersifat internal yang disampaikan tim secara berjenjang sampai
Halaman
dengan pemberin tugas (Anggota BPK dan/atau Eselon I dan/atau Kepala Perwakilan) dan
tidak diterbitkan untuk keperluan pihak luar BPK seperti DPR atau entitas yang diperiksa,
serta tidak dilaporkan dalam IHPS.
a) Jelaskan apa yang diatur dalam standar pelaporan yang merupakan pedoman bagi
pemeriksa dalam membuat laporan hasil pemeriksaan?
21
Halaman
“Tepat waktu adalah
ciri orang profesional.”
Quot
es
22
Halaman
BAB II
PENYUSUNAN TEMUAN PEMERIKSAAN
Tujuan Pembelajaran:
Memahami Penyusunan Temuan Pemeriksaan.
23
Halaman
A. Pengertian Temuan Pemeriksaan
Temuan pemeriksaan adalah hasil dari proses evaluasi dan pembandingan bukti pemeriksaan
dengan kriteria pemeriksaan. Temuan pemeriksaan dapat menunjukkan bahwa kriteria dipenuhi
(sesuai) atau tidak dipenuhi (tidak sesuai). Temuan pemeriksaan dapat diidentifikasi dan
dikembangkan sebagai praktik terbaik atau peluang peningkatan.1
Ragam isi temuan pemeriksaan bergantung pada jenis pemeriksaan. Temuan-temuan
pemeriksaan dalam pemeriksaan keuangan dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu temuan
mengenai kelemahan pengendalian internal dan temuan mengenai ketidakpatuhan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan asersi-asersi laporan keuangan
pemerintah. Pembedaan kedua jenis temuan tersebut merupakan manifestasi dari kewajiban
pemeriksa keuangan sektor publik untuk melaporkan kelemahan pengendalian internal dan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan dalam pemeriksaan keuangan, di samping
menyajikan opini atas laporan keuangan pemerintah.2 Kedua jenis temuan tersebut diperoleh,
masing-masing, dari hasil pemahaman dan pengujian pengendalian dan pengujian substantif.
Temuan pemeriksaan dalam pemeriksaan kinerja berisi uraian kesesuaian (atau
ketidaksesuaian) hal pokok atau subject matter dengan kriteria kinerja terkait ekonomi, efisiensi,
dan keefektifan. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa temuan pemeriksaan kinerja dapat
berupa temuan positif dan temuan negatif. Temuan positif disajikan ketika organisasi atau
kegiatan yang diperiksa telah menunjukkan kesesuaiannya dengan kriteria kinerja sekaligus
memberikan hasil yang melampaui target ekonomi, efisiensi, dan keefektifan yang telah
ditetapkan dalam kriteria pemeriksan.
Temuan pemeriksaan kepatuhan berisi tentang hasil evaluasi bukti mengenai kepatuhan
(atau ketidakpatuhan) hal pokok yang diperiksa dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi kriteria hal pokok dimaksud. Temuan dalam pemeriksaan ini pada dasarnya sama dengan
temuan kepatuhan dalam pemeriksaan keuangan. Perbedaannya adalah terkait dengan hal pokok
yang diperiksa beserta kriteria yang digunakannya. Temuan pemeriksaan kepatuhan memiliki
fokus pada hasil evaluasi dan pembandingan bukti pemeriksaan berbagai macam kriteria,
bergantung pada hal pokok yang dipilih dalam pemeriksaan. Sementara itu, temuan kepatuhan
dalam pemeriksaan keuangan merupakan uraian ketidakpatuhan atas asersi manajemen dalam
laporan keuangan.
24
1
ThePD. 2015. Audit Finding. http://www.theprojectdefinition.com. Diakses 18 Oktober 2019.
Halaman
2
ISSAI 1250, Paragraf 5.
B. Anteseden, Fenomena, dan Konsekue
Suatu rangkaian peristiwa atau kondisi yang dilaporkan sebagai temuan pemeriksaan pada
hakekatnya memiliki tiga unsur utama, yaitu fenomena, anteseden, dan konsekuen. Fenomena
adalah fakta atau situasi yang diamati ada atau terjadi, yang penjelasannya dipertanyakan.
Anteseden adalah sesuatu yang mendahului munculnya fenomena yang terjadi. Anteseden juga
berbentuk peristiwa atau kondisi yang terjadi sebelum terjadinya fenomena utama. Dari sisi urutan
kejadian, anteseden mendahului fenomena sehingga anteseden bisa dikatakan sebagai suatu hal
yang membuat suatu fenomena terjadi. Dengan demikian, anteseden dan fenomena memiliki
hubungan kausalitas. Anteseden adalah faktor penyebab terjadinya fenomena. Dengan kata lain,
fenomena merupakan akibat dari anteseden.
Konsekuen adalah hasil dari suatu kondisi atau tindakan tertentu. Dalam hubungannya
dengan fenomena, konsekuen terjadi setelah fenomena terjadi. Dari sisi urutan waktu kejadian,
konsekuen merupakan peristiwa atau kondisi yang terjadi setelah adanya fenomena yang telah
terjadi sebelumnya. Dengan kata lain, fenomena dan konsekuen juga memiliki hubungan kausalitas
karena fenomena merupakan sebab dari konsekuen atau, sebaliknya, konsekuen merupakan akibat
dari fenomena.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik benang merah bahwa fenomena,
anteseden, dan konsekuen memiliki kesamaan bahwa ketiganya merupakan peristiwa atau kondisi
yang bersifat faktual. Ketiganya terjadi berurutan dan memiliki hubungan langsung. Anteseden
terjadi lebih dahulu, disusul fenomena, lalu konsekuen. Di samping itu, anteseden, fenomena, dan
konsekuen memiliki hubungan kausalitas. Anteseden mengakibatkan fenomena; fenomena
mengakibatkan konsekuen. Dari sisi lain, konsekuen disebabkan oleh fenomena; fenomena
disebabkan oleh anteseden.
Pemahaman mengenai definisi dan hubungan antara anteseden, fenomena, dan konsekuen
sangat bermanfaat bagi pemeriksa. Dari persepektif pemeriksaan, anteseden merupakan sebab;
fenomena merupakan kondisi yang dilaporkan pemeriksa; dan konsekuen merupakan akibat dari
kondisi dimaksud. Berbekal pemahaman akan ketiga unsur tersebut, pemeriksa setidaknya
memahami bahwa sebab, kondisi, dan akibat merupakan kondisi atau peristiwa faktual. Ketiganya
memiliki hubungan langsung yang bersifat kausalitas dan terjadi secara berurutan, seperti terlihat
pada bagan berikut.
25
Halaman
Anteseden Fenomena Konsekuen
26
Halaman
Gambar 3. Urutan Logika dan Korelasi Unsur Temuan Pemeriksaan dengan Klasifikasi Temuan
Dari gambar 2 di atas, fakta unsur kondisi berada di tengah sesuai dengan urutan kejadian.
Unsur sebab diletakkan pada urutan pertama sebagai anteseden yang merupakan akar dari
terjadinya permasalahan (root causes). Unsur sebab harus diperbaiki melalui rekomendasi
pemeriksaan agar masalah yang sama tidak terulang kembali.
Unsur akibat terletak pada bagian paling bawah yang mewakili fakta yang paling terakhir
terjadi setelah adanya sebab dan kondisi. Berkaitan dengan logika klasifikasi temuan pemeriksaan,
fakta yang menjadi unsur akibat (konsekuen) dalam temuan kepatuhan adalah kerugian negara,
potensi kerugian negara, kekurangan penerimaan, dan akibat yang bersifat administratif. Unsur
akibat berbentuk kerugian negara, tidak selalu ditulis dengan kalimat “kondisi tersebut
mengakibatkan kerugian negara”. Kebijakan saat ini mengharuskan pemeriksa menggunakan kata
pengganti selain kerugian seperti kelebihan pembayaran misalnya. Akibat bersifat administratif
mencakup keabsahan dokumen pertanggungjawaban maupun kegiatan/program yang terbukti
tidak ekonomis, efisien, dan efektif.
Dalam temuan SPI, unsur akibat (konsekuen) adalah ketidakefektifan SPI. Dengan kata lain,
tujuan SPI yang tertuang dalam PP No.60 Tahun 2008 tidak tercapai, yang mencakup sebagai
berikut:
a. pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara tidak efektif dan efisien
b. pelaporan keuangan tidak/kurang andal
c. pengamanan aset negara tidak berjalan optimal
d. pengendalian tidak dapat mendorong terwujudnya ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Jika dikaitkan dengan klasifikasi temuan, akibat (b) dan (c) adalah akibat dari kondisi kelemahan
sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan. Akibat (a) dan (d) adalah akibat dari kondisi
kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja. Jika akibatnya
adalah semua poin a sampai d, hal tersebut merupakan akibat dari kondisi kelemahan struktur
pengendalian (general control).
1. Judul
Judul merupakan sebuah frasa yang menggambarkan fenomena utama yang sedang
dilaporkan. Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang memiliki satu makna tertentu.
Rangkaian kata dalam sebuah frasa pada dasarnya membentuk sebuah pengertian dan
27
membentuk nomina atau kata benda. Frasa bukanlah kalimat yang memiliki komponen subjek
Halaman
dan predikat atau keterangan. Berikut ini contoh frasa dan kalimat.
Tabel 2. Perbandingan Frasa dan Kalimat
Frasa Kalimat
Kucing betina Kucing itu betina
Kucing betina hitam Kucing betina itu hitam
Kucing betina hitam dan gemuk Kucing betina itu hitam dan gemuk
Kucing betina hitam dan gemuk yang berlari Kucing betina hitam dan gemuk itu berlari
Bila pengertian mengenai frasa diterapkan dalam membuat judul, pemeriksa harus merangkai
kata-kata yang tepat agar dapat menggambarkan fenomena yang sedang dilaporkan.
Pembentukan judul temuan berbentuk frasa biasanya diawali dengan kata dengan awalan dan
akhiran ke-an atau pe-an. Kata dengan awal akhiran ke-an dipilih apabila pemeriksa ingin
melaporkan. Berikut ini contohnya judul dengan kata ke-an.
• Kelemahan Pengendalian Penerimaan Pendapatan Pajak Hotel;
• Ketidakakuratan Penghitungan Denda Keterlambatan Sebesar Rp100 Juta;
• Kekurangan Penerimaan Pendapatan Daerah Sebesar Rp200 Juta;
• Ketidaklengkapan Dokumen Pertanggungjawaban Belanja Modal Sebesar Rp300 Juta;
• Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Selama 50 Hari.
Untuk membuat sebuah judul temuan, pemeriksa harus fokus pada atribut yang menjadi
fenomena utama yang ingin dilaporkan atau sedang dipersoalkan. Dalam contoh di atas,
atribut fenomenanya adalah lemah, tidak akurat, kurang, tidak lengkap, dan terlambat.
Selanjutnya, pemeriksa harus mengubah atribut tersebut menjadi nomina dengan
menambahkan ke– dan – an.
Contoh judul yang menggunakan awalan pe– dan akhiran –an adalah sebagai berikut.
• Pelampauan Anggaran Belanja Barang dan Jasa Sebesar Rp500 Juta;
• Pengabaian Atasan Terhadap Kompetensi Pejabat Penerima Hasil Pekejaan;
• Pengurangan Kualitas Pekerjaan oleh Rekanan;
• Pemahalan Nilai Pekerjaan Sebesar Rp300 Juta.
Pembentukan kata dengan ke-an dan pe-an harus memperhatikan jenis femonenanya. Awalan
dan akhiran ke-an lebih tepat digunakan untuk melaporkan sebuah kondisi atau hasil dari
sebuah proses atau aktivitas, sedangkan pe-an digunakan uentuk melaporkan sebuah
28
juga menggunakan data anggaran dan realisasi terkait dengan akun atau transaksi yang
menjadi fokus pembasan.
Halaman
Paragraf pembuka untuk temuan pemeriksaan kinerja biasanya berisi paparan
mengenai program atau kegiatan yang menjadi fokus evaluasi. Paparan ini bisa mencakup
latar belakang program, tujuan program, komponen program, anggaran yang disediakan
dan lain sebagainya. Informasi umum mengenai program semacam ini akan memberikan
gambaran awal hasil-hasil program.
Paragraf pembuka untuk temuan kepatuhan dalam pemeriksaan kepatuhan (PDTT)
dapat juga menggunakan pola yang sama dengan paragraf pembuka pada temuan
kepatuhan dalam pemeriksaan keuangan.
Tabel 3. Isi Paragraf Pendahuluan
dilakukan. Selain itu, pemeriksa dapat menguraikan bukti pemeriksaan yang diperoleh
Halaman
dalam pengujian pengendalian maupun terinci. Oleh karena itu, pemeriksa dapat
mengembangkan paragraf dengan dua pendekatan: prosedur dan bukti.
Pendekatan prosedur dilakukan dengan mengungkapkan prosedur-prosedur yang
telah dilakukan secara kronologis. Pengembangan paragraf dengan cara ini mudah
dilakukan karena pemeriksa pada dasarnya hanya menceritakan secara runtut.
Menggunakan pendekatan ini, pemeriksa juga harus menyatakan bukti apa saja yang
diperoleh dengan menjelankan prosedur tertentu. Tabel berikut mencantumkan
berbagai jenis prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kepatuhan, dan pemeriksaan kinerja.
Tabel 5. Jenis Prosedur Pemeriksaan
Inquiry Inquiry
oleh pemeriksa.
Halaman
3. Kriteria
Kriteria adalah sesuatu yang seharusnya terjadi pada organisasi yang diperiksa (what
should be). Dalam penulisan kriteria, pemeriksa sebaiknya hanya menyatakan peraturan yang
relevan dengan jenis penyimpangan. Meskipun demikian, pemeriksa sering tergoda untuk
memasukkan sebanyak mungkin kriteria yang dilanggar oleh entitas, baik yang memiliki kaitan
langsung maupun tidak langsung dengan masalah yang diungkap. Untuk satu masalah saja,
pemeriksa terkadang menyajikan kriteria berlapis-lapis, dari peraturan tertinggi (misalnya
undang-undang) sampai dengan peraturan terendah (perjanjian/kontrak). Oleh karena itu,
halaman yang memuat kriteria menjadi lebih panjang daripada temuan itu sendiri.
Pemilihan kriteria yang relevan seharusnya bukan perkara sulit pada saat pembuatan
temuan pemeriksaan. Alasan utamanya adalah bahwa kriteria pemeriksaan hadir terlebih
dahulu sebelum temuan pemeriksaan. Dalam jenis pemeriksaan apa pun, kriteria harus sudah
tersedia pada saat perencanaan.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan temuan pemeriksaan adalah untuk
benar-benar memastikan bahwa kriteria yang berupa ketentuan peraturan perundang-
undangan yang dipilih merupakan kriteria yang masih berlaku. Dalam tata kelola pemerintahan
yang mencakup keuangan negara, kriteria berupa ketentuan peraturan perundang-undangan
adalah sesuatu yang sangat dinamis sehingga dapat berubah dengan cepat. Apabila pemeriksa
menggunakan kriteria yang sudah tidak berlaku, temuan pemeriksaan menjadi tidak valid.
Hal ini menimbulkan risiko adanya tuntutan entitas terperiksa terhadap LHP BPK (dan tentu
saja pemeriksa BPK).
Berikut adalah beberapa jenis kriteria yang digunakan berdasarkan jenis pemeriksaan:
• Dalam pemeriksaan keuangan, pemeriksa akan menggunakan Standar Akuntansi
Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah sebagai kriteria utama.
Pemeriksa dapat menggunakan kriteria lain yang terkait pengelolaan keuangan negara .
• Dalam pemeriksaan kinerja, pemeriksa akan menggunakan berbagai peraturan,
kebijakan, atau ketentuan lain yang relevan dengan evaluasi kinerja kegiatan atau
program yang sudah ditetapkan pada tahap perencanaan pemeriksaan.
• Dalam pemeriksaan kepatuhan, pemeriksa menggunakan ketentuan yang mengatur hal
pokok (subject matter) yang sudah ditetapkan pada saat merancang pemeriksaan
kepatuhan.
33
4. Akibat
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, akibat merupakan konsekuen dari sebuah fenomena.
Akibat adalah fakta yang memiliki kaitan langsung dengan dan terjadi setelah fenomena.
Akibat bukanlah hal yang spekulatif melainkan suatu hal yang secara faktual telah terjadi atau
berpotensi terjadi karena adanya fenomena.
Jenis akibat bergantung fenomena yang terjadi. Ragam akibat untuk temuan
pengendalian intern juga berbeda dengan temuan kepatuhan. Namun, dengan
mempertimbangkan berbagai kemungkinan temuan yang telah terjadi, pola akibat sebenarnya
bisa dipetakan.
a. Akibat dalam Temuan Pengendalian Internal
Pengendalian internal, sebagai sebuah sistem, memiliki serangkaian tujuan yang
hendak dicapai. Menurut INTOSAI, tujuan pengendalian intern dapat diklasifikasikan
menjadi lima kategori berikut.
1) ketertiban dan praktik etis dalam pelayanan publik;
2) keekonomisan, efisiensi dan efektivitas program dan kegiatan yang dijalankan
pemerintah;
3) pemenuhan kewajiban akuntabilitas pemerintah, khususnya dalam pelaporan
keuangan (keandalan laporan keuangan)
4) kepatuhan pada peraturan perundang-undangan;
5) keamanan kekayaan pemerintah dari kehilangan, kerusakan, dan penyalahgunaan.
34
bisa mengabstrasikan akibat logis dari tidak tercapainya tiga tujuan dimaksud, seperti
ditunjukkan dalam tabel berikut.
Halaman
Tabel 6. Rumusan Akibat Temuan Kepatuhan
Tema temuan Akibat logis Contoh temuan
kepatuhan
Tidak terpenuhinya Opini atas siklus transaksi Pengeluaran tanpa didukung bukti yang
kewajiban atau akun tidak dapat sah
akuntabilitas diberikan (disclaimer)
pemerintah dalam Akun laporan keuangan tidak Pekerjaan tidak selesai dibayar 100%
pelaporan keuangan wajar
Kegagalan Sistem. Pengendalian intern yang didesain sebaik apa pun, pada suatu saat
37
tetap saja bisa rusak, macet atau tidak berfungsi. Ada kalanya, personil yang bertanggung
jawab atas sistem itu salah dalam memahami perintah yang ada. Mereka juga bisa
Halaman
membuat penilaian yang salah. Mereka juga mungkin bisa bertindak salah karena ceroboh,
terganggu sesuatu, atau lelah. Seorang penyelia akuntansi yang bertanggung jawab untuk
mencari penyimpangan bisa saja lupa atau gagal dalam membuat tindakan perbaikan.
Karyawan pengganti sementara maupun karyawan yang cuti mungkin juga tidak bisa
melakukan tugas yang dibebankan kepadanya dengan benar. Begitu juga, sistem juga bisa
gagal berfungsi apabila implementasinya dilakukan sebelum pelatihan kepada karyawan.
Pelanggaran Manajemen. Pengendalian intern hanya dapat efektif apabila orang-
orang dalam organisasi menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Namun,
dalam entitas yang memiliki pengendalian efektif sekalipun, seorang pimpinan dapat juga
bertindak melanggar pengendalian intern. Di sini istilah “pelanggaran manajemen”
(management override) digunakan untuk menjelaskan penyimpangan atau pengabaian
kebijakan dan prosedur untuk tujuan-tujuan yang tidak benar (illigitimate purposes), demi
keuntungan pribadi atau mendongkrak kondisi keuangan atau status kepatuhan. Seorang
pimpinan entitas melanggar sistem pengendalian dengan berbagai alasan: meningkatkan
perolehan pendapatan, membelanjakan dana sesuai anggaran, memoles laporan
keuangan, menyembunyikan pelanggaran pada ketentuan perundang- undangan, dan
sebagainya.
Pelanggaran manajemen berbeda dengan “intervensi manajemen” (management
intervention). intervensi manajemen merepresentasikan tindakan penyimpangan
kebijakan dan prosedur untuk tujuan yang baik (legitimate purposes). Intervensi
manajemen diperlukan untuk mengatasi transaksi yang tidak biasa atau kejadian yang
akan diperlakukan secara berbeda oleh sistem pengendalian yang telah didesain.
Intervensi manajemen diperbolehkan dalam setiap pengendalian intern karena tidak ada
satu pun sistem yang bisa mengantisipasi semua kondisi yang ada. Intervensi tersebut
biasanya dilakukan dan didokumentasikan atau diinformasikan pada personel tertentu.
Sementara itu, tindakan pelanggaran manajemen biasanya tidak didokumentasikan atau
diinformasikan, dengan tujuan untuk menutupi tindakan tersebut.
Kolusi. Kolusi, atau permufakatan jahat, yang dilakukan oleh dua atau lebih orang
dapat menggagalkan sebuah sistem pengendalian. Orang-orang yang bertindak secara
kolektif untuk melakukan dan menyembunyikan sebuah tindakan agar tidak terdeteksi
biasanya mengubah data keuangan atau informasi manajemen lainnya sedemikian rupa
sehingga tidak bisa diidentifikasi oleh sistem pengendalian. Kolusi dapat dilakukan oleh
38
antarorang dalam organisasi, atau antara orang dalam organisasi dengan pihak lain,
Halaman
seperti rekanan dan wajib pajak.
Biaya vs Manfaat. Sumber daya selalu memiliki keterbatasan, dan entitas harus
mempertimbangkan biaya relatif dan manfaat yang diperoleh dari pengendalian yang
didesain. Dalam penentuan kebutuhan suatu pengendalian khusus, risiko kegagalan dan
dampak potensial pada entitas harus dipertimbangkan sejalan dengan biaya pembuatan
sistem pengendalian. Sebagai contoh, entitas mungkin tidak perlu membeli sebuah sistem
persediaan yang canggih apabila nilai persediaan tersebut kecil dan jarang digunakan.
Sebaliknya, entitas perlu mendesain pengendalian fisik yang ketat untuk barang-barang
yang mahal, termasuk uang.
buruk (atau baik), maka alasan kinerja yang buruk ini disebut dengan “sebab”. Dengan
mengetahui sebab suatu masalah dapat membantu pemeriksa membuat rekomendasi
Halaman
yang bersifat membangun, untuk perbaikan. Oleh karena suatu masalah dapat
merupakan akibat dari sejumlah faktor tertentu, maka rekomendasi dapat lebih
mengena jika pemeriksa secara jelas dapat menunjukkan dan menjelaskan dengan
bukti, kaitan antara masalah dan faktor-faktor yang diidentifikasi sebagai penyebab.
• Apabila tujuan pemeriksaan adalah untuk memperkirakan pengaruh program terhadap
perubahan fisik, sosial, atau ekonomi, maka pemeriksa harus mencari bukti seberapa
jauh program itu menjadi “penyebab” perubahan tersebut.
6. Tanggapan
Pemeriksa harus memperoleh tanggapan tertulis atas hasil pemeriksaan dari pihak
yang bertanggung jawab. Namun demikian, terkait dengan kerahasiaan informasi,
dalam PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif, pemeriksa tidak meminta
tanggapan. Tanggapan diberikan oleh entitas tidak hanya terkait temuan, melainkan
juga mencakup simpulan dan rekomendasi.
7. Rekomendasi
Rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil pemeriksaannya,
yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang berwenang untuk melakukan
tindakan dan/atau perbaikan. Rekomendasi yang disusun harus spesifik, terukur, dan
relevan. Rekomendasi diarahkan untuk menghilangkan sebab dan memulihkan
kerugian negara (bila ada).
BPK telah melaksanakan penilaian risiko salah saji pada transaksi Belanja Modal melalui
pemahaman entitas dan lingkungannya dan pemahaman pengendalian internal belanja tersebut3.
Hasil pemahaman atas entitas dan lingkungannya menunjukkan bahwa siklus Belanja Modal
melibatkan dua kegiatan, yaitu pelaksanaan pekerjaan dan pembayaran hasil pekerjaan4.
Selanjutnya, hasil pemahaman pengendalian internal menunjukkan bahwa setiap tahapan dalam
siklus Belanja Modal tersebut memiliki risiko-risiko yang berpotensi menimbulkan salah saji
material. Hasil pemahaman pengendalian internal juga menunjukkan bahwa Pemerintah
Kabupaten telah memiliki rancangan pengendalian untuk memitigasi risiko-risiko dimaksud.
Berbekal pemahaman pengendalian internal ini, BPK kemudian menilai risiko pengendalian
(control risks) untuk setiap tahapan siklus Belanja Modal. Ringkasan hasil pemahaman
pengendalian internal dan risiko pengendaliannya disajikan pada tabel berikut.
3
Tahapan pemeriksaan keuangan harus dilakukan melalui tahap penilaian risiko salah saji material yang dijalankan
dengan pemahaman entitas dan lingkungannya dan pengendalian internal (lihat Lampiran Bagan Proses
42
Pemeriksaan Keuangan)
4
Dua kegiatan dalam siklus ini hanya contoh saja. Pemeriksa dapat mengidentifikasi kegiatan lain yang memang
Halaman
Sebagai tanggapan atas hasil pemahaman pengendalian internal tersebut, BPK telah
melakukan pengujian pengendalian untuk setiap tahapan siklus Belanja Modal. Pengujian
dilakukan dengan uji petik berdasarkan atribut pengendalian7 yang terindentifikasi dalam
rancangan pengendalian pada setiap tahapan siklus Belanja Modal (attribute sampling).
Semua sampel yang terpilih telah diuji dengan prosedur audit yang relevan, seperti inspeksi
dokumen, inspeksi fisik, observasi, tanya jawab (inquiry), dan prosedur analitis.8 Dari pengujian
tersebut kami menilai bahwa pengendalian internal terkait pengelolaan Belanja Modal pada
Pemerintah Kabupaten lemah9 karena rancangan pengendalian untuk setiap tahapan siklus Belanja
Modal tidak diterapkan. Uraian kelemahan- kelemahan pengendalian tersebut sebagai berikut.10
5
Pada pengujian substantif (test of details of transactions), pemeriksa melakukan prosedur audit (inspeksi fisik, inquiry,
prosedur analitis) untuk memastikan kualitas pekerjaan. Kekurangan volume yang ditemukan harus dilaporkan dalam
temuan kepatuhan.
6
Apabila dalam pengujian substantif (yang dilakukan dengan attribute sampling) dengan uji petik atribut kelengkapan
dokumen disimpulkan bahwa populasi transaksi Belanja Modal tidak dapat diterima, pemeriksa harus melaporkannya
sebagai temuan kepatuhan dan dapat menjadi pertimbangan pengecualian (bila nilai material dan/atau berkaitan dengan
kecurangan).
7
Atribut pengendalian ditentukan dari kolom rancangan pengendalian. Contoh, pengendalian untuk tahap pembayaran
adalah adanya lampiran uji mutu. Keberadaan lampiran ini harus dibukti pemeriksa melalui uji petik Belanja Modal.
8
Prosedur-prosedur ini tepat digunakan untuk pemahaman dan pengujian pengendalian internal.
9
43
Simpulan ini diperoleh melalui tahapan pengujian pengendalian seperti dijelaskan pada Petunjuk Teknis Uji Petik
Pemeriksaan Keuangan.
10
Dalam contoh ini, semua pengendalian lemah. Dengan kata lain, rancangan pengendalian untuk setiap tahapan siklus
Halaman
b. Pembayaran tagihan tidak dilampiri hasil pengujian mutu pekerjaan yang otentik
BPK memilih 50 sampel transaksi pembayaran pekerjaan konstruksi untuk diuji
pengendalian terkait dengan keberadaan bukti uji mutu pekerjaan. Hasil pengujian sampel
menunjukkan bahwa sepuluh sampel pembayaran tidak dilampiri bukti uji mutu pekerjaan.
BPK telah melakukan tanya jawan dengan PPK dan memperoleh informasi bawa uji mutu
pekerjaan sebenarnya selalu dilakukan. PPK menyatakan bahwa tidak semua uji mutu yang
dilakukan oleh penyedia jasa sesuai dengan spesifikasi. Oleh karena itu, PPK memutuskan
untuk tidak melampirkan bukti uji mutu dimaksud agar pembayaran pekerjaan tetap dapat
dilakukan sesuai dengan tahapan pembayaran yang diatur dalam perjanjian.
Kriteria
Kelemahan pengendalian dalam pengelolaan Belanja Modal seperti dijelaskan di atas telah
melanggar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 80 Tahun 2006 tentang Sistem Pengendalian Inten
Pemerintah (SPIP), khususnya pasal…mengenai Kegiatan Pengendalian. Pasal tersebut menjelaskan
bahwa… . Di samping itu, tidak adanya bukti pelaksanaan kegiatan uji mutu juga bertentangan
dengan klausul dalam perjanjian yang menyatakan bahwa…. . Selanjutnya, pembayaran tagihan yang
tidak dilampiri dengan hasil uji mutu yang otentik juga tidak sesuai dengan... .
11
Anggaplah, jumlah sampel ini diperoleh secara statistik, seperti dijelaskan dalam Petunjuk Teknis Uji Petik Pemeriksaan
44
Keuangan.
12
Angka ini diperoleh dari uji pengendalian. Dalam kasus ini, anggaplah pemeriksa menemukan 8 deviasi atau exceptions,
dan dari pengujian tersebut jumlah deviasi ini melebihi tingkat deviasi yang tertoleransi (tolerable deviation rate atau
Halaman
Sebab
Penyebab kedua kelemahan pengendalian yang telah dijelaskan di atas, masing-masing,
dijelaskan sebagai berikut.15
1. Tidak dilaksanakannya uji mutu sesuai dengan tahapan kemajuan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi disebabkan oleh perintah Kepala OPD selaku Pengguna Anggaran kepada PPK
untuk membuat laporan kemajuan pekerjaan tepat waktu. Hal ini disampaikan PPK kepada
BPK melalui serangkaian tanya jawab yang dilakukan untuk menggali permasalahan
dimaksud. BPK juga telah melakukan tanya jawab kepada Kepala OPD dan memperoleh
informasi bahwa kegiatan uji mutu dan reviu mutu pekerjaan tidak diperlukan karena yang
bersangkuta telah mempercayai kualitas pekerjaan penyedia jasa.
2. Pembayaran tagihan yang tidak dilampiri bukti uji mutu pekerjaan yang otentik disebabkan
oleh perintah Kepala OPD untuk mencairkan semua tagihan sesuai dengan tahapan yang
13
Paparan akibat harus berupa fakta-fakta konsekuen dari permasalahan yang muncul. Fakta-fakta tersebut diperoleh
pemeriksa dari pelaksanaan prosedur pemeriksaan seperti inspeksi, observasi, tanya jawab dan lain sebagainya. Dengan
demikian akibat yang dinyatakan harus dapat dibuktikan kebenarannya, bukan pernyatan spekulatif. Pernyataan akibat
bukan hanya sebaris kalimat, karena harus didukung uraian mengenai buktinya.
14
Pemeriksa memberikan rujukan temuan pada Buku 2 yang telah membuktikan dugaan risiko yang telah diidentifikasi
pada tahap pemahaman dan pengujian pengendalian internal ini. Hal ini juga dimaksudkan untuk menunjukkan
hubungan antara temuan pengendalian (Buku 2) dan temuan kepatuhan (Buku 3).
15
Sama halnya urian akibat, uraian sebab juga harus didasarkan pada fakta atau bukti yang diperoleh pemeriksa dari
45
prosedur pemeriksaan. Sebab adalah fakta anteseden dari fenomena kelemahan pengendalian. Karena didasarkan pada
fakta, sebab yang dinyatakan di sini tidak boleh berupa pernyataan spekulatif atau dugaan-dugaan pemeriksa yang tidak
Halaman
disertai bukti. Pernyataan sebab juga bukan hanya sebaris kalimat, karena harus didukung uraian mengenai buktinya.
telah diatur dalam perjanjian. Hal ini dijelaskan oleh PPK dalam sesi tanya jawab dengan
BPK. PPK juga menjelaskan bahwa uji mutu yang telah dilakukan tidak selalu memenuhi
batas mutu yang diatur dalam perjanjian. Oleh karena itu, untuk memudahkan proses
pencairan, PPK tidak pernah melampirkannya sesuai arahan Kepala OPD.
Tanggapan Entitas
Terkait dua kelemahan pengendalian tersebut, Bupati menyatakan bahwa... .
Rekomendasi
Untuk memperbaiki kelemahan pengendalian tersebut, BPK memberi rekomendasi kepada
Bupati untuk melakukan hal-hal berikut.
1. Memberi sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada Kepala OPD yang telah memerintah
PPK untuk melanggar ketentuan mengenai uji mutu dan pengajuan tagihan pekerjaan;
2. Meminta Kepala OPD untuk tidak lagi memberi perintah yang melanggar ketentuan kepada
PPK dan selalu melampirkan bukti uji mutu pekerjaan yang otentik.
3. Memerintah Kepala OPD untuk membuat laporan kegiatan pengawasan pekerjaan dan
pembayaran tagihan pekerjaan dengan menyertakan bukti otentik terkait kegiatan uji mutu
pekerjaan.
46
Halaman
2. Temuan Kepatuhan dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan:
Kondisi
Pemerintah Kabupaten telah menganggarkan Belanja Modal untuk APBD tahun anggaran (TA)
2021 sebesar Rp000 miliar. Sampai dengan 31 Desember 2021, anggaran tersebut telah direalisasikan
sebesar Rp000 miliar. Belanja Modal tersebut dialokasikan untuk membiayai pengadaan berikut.
Untuk menanggapi risiko salah saji material yang disebabkan oleh kelemahan yang telah
diidentifikasi pada tahap pengujian pengendalian (lihat Buku 2, Temuan Pemeriksaan nomor…), BPK
telah melakukan pengujian terinci atas transaksi Belanja Modal. Pengujian terinci ini bertujuan untuk
mengidentifikasi salah saji material, baik yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, pada
transaksi belanja tersebut. Salah saji di sini diartikan sebagai perbedaan antara realisasi Belanja Modal
dengan nilai barang modal yang diserahkan penyedia jasa kepada Pemerintah Kabupaten. Oleh karena
itu, BPK memusatkan perhatian pada asersi ketepatan (accuracy), yaitu pernyataan bahwa laporan
keuangan telah menyajikan nilai yang didasarkan pada perhitungan yang tepat.
Pengujian asersi tersebut dilakukan dengan menggunakan sampel yang telah dipilih untuk
pengujian pengendalian, yaitu 50 transaksi pembayaran tagihan pekerjaan konstruksi.16 Pengujian
sampel tersebut dilakukan dengan melaksanakan prosedur pemeriksaan inspeksi dokumen, inspeksi
fisik, tanya jawab, penghitungan kembali dan prosedur analitis.17 Hasil pengujian terinci atas transaksi
Belanja Modal tersebut menunjukkan adanya ketidaksesuaian mutu pekerjaan dengan standar mutu
yang telah diatur dalam perjanjian. Penjelasan selengkapnya atas temuan tersebut disajikan sebagai
berikut.
16
Pengujian terinci dapat dilakukan atas sampe yang dipilih untuk pengujian pengendalian. Hal ini disebut sebagai dual
47
purpose test dan dilakukan untuk menghemat waktu sehingga kegiatan pengujian lebih efisien.
17
Jenis prosedur pemeriksaan yang dinyatakan di sini harus disesuaikan dengan prosedur yang memang telah dilaksanakan
Halaman
BPK telah melakukan uji mutu pada semua ruas jalan tersebut dengan cara mengambil dan
mengambil sampel ke laboratorium pekerjaan umum yang ditunjuk oleh BPK. Hasil pengujian sampel
tersebut menunjukkan adanya ketidaksesuaian mutu jalan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
pada lima ruas jalan, dengan rincian kekurangan sebagai berikut.
18
Jumlah item terpilih ini didasarkan pada item yang ditemukan menyimpang (deviasi) pada tahap pengujian pengendalian
(lihat kelemahan pengendalian nomor 2).
19
Anggaplah, sepuluh kegiatan terpilih semuanya berkaitan dengan pekerjaan konstruksi. Dalam praktik, pemeriksa bisa
saja memperoleh sampel kegiatan yang bervariasi, bergantung pada metode pemilihan sampelnya.
20
Anggaplah, dari sepuluh kegiatan yang diuji, pemeriksa menemukan ketidaksesuaian spesifikasi pada lima pekerjaan.
Ketidaksesuaian ini diketahui berdasarkan hasil uji laboratorium. Artinya, lima pekerjaan lainnya telah memenuhi
spesifikasi meskipun tidak dilampiri bukti uji mutu.
48
21
Dalam pengujian terinci, nilai kekurangan ini menjadi dasar penghitungan salah saji. Dengan menggunakan langkah
pengujian sesuai Petunjuk Pelaksanaan Uji Petik Pemeriksan Keuangan, pemeriksa akan memperoleh hasil evaluasi
Halaman
apakah salah saji ini berdampak material pada transaksi Belanja Modal.
Dari inspeksi dokumen pembayaran pekerjaan, BPK menemukan bahwa kelima pekerjaan tersebut
telah dibayar lunas sebesar nilai yang dimuat dalam perjanjian (lihat Tabel 1). Dengan demikian,
Pemerintah Kabupaten telah membayar Rp500 lebih besar daripada nilai pekerjaan sesungguhnya.
Kriteria
Pembayaran pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi tersebut tidak sesuai dengan klausul
perjanjian yang menyatakan bahwa ……(cari kriteria terkait dengan kelengkapan dokumen tagihan
pekerjaan yang mengharuskan dilampirkannya bukti uji mutu.
Akibat
Pembayaran pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi mengakibatkan kerugian daerah
sebesar Rp500 karena Pemerintah Kabupaten telah menerima prestasi pekerjaan dari penyedia jasa di
bawah nilai yang telah dinyatakan dalam perjanjian. Dari hasil analisis salah saji22, kelebihan
pembayaran tersebut berdampak material pada akun Belanja Modal.
Sebab
Untuk mengetahui penyebab permasalahan kelebihan pembayaran tersebut, BPK melakukan
tanya jawab dengan Bendahara Pengeluaran dan memperoleh informasi bahwa pembayaran yang
dilakukannya memang tidak melihat kelengkapan dokumen tagihan. Hal ini dilakukan karena
mengikuti arahan Kepala OPD. Dalam tanya jawab yang dilakukan secara terpisah, Kepala OPD
membenarkan pernyataan Bendahara Pengeluaran mengenai perintah Bupati terkait pembayaran
pekerjaan konstruksi di Kabupaten.
BPK menindaklanjuti pernyataan Kepala OPD dengan meminta keterangan Bupati terkait
permasalahan tersebut. Bupati menyatakan bahwa ia menjamin bahwa penyedia jasa yang terpilih
mampu memenuhi perjanjian. Namun demikian, Bupati mengakui telah memberikan arahan kepada
Kepala OPD untuk tidak mempermasalahkan bukti uji mutu dalam tagihan pembayaran.
Tanggapan Entitas
Bupati menyetujui temuan BPK… .
22
Hasil ini bisa diperoleh dengan menggunakan teknik uji petik, seperti dijelaskan dalam Petunjuk Pelaksanaan Uji Petik
49
Pemeriksaan Keuangan. Dalam contoh ini, anggaplah hasilnya menunjukkan bahwa salah saji tersebut material. Akibat
salah saji pada akun ini harus dinyatakan karena SPKN 2017 meminta pemeriksa untuk menyatakan dampak temuan
Halaman
23
Rekomendasi ini diberikan dengan asumsi bahwa ketidaksesuaian dengan spesifikasi masih dalam batas yang dapat
diterima dari perspektif ilmu teknik sipil (masih bisa ditoleransi). Namun, apabila nilai atau tingkat ketidaksesuaiannya
50
sudah melebihi batas yang ditentukan, BPK dapat meminta ahli untuk menjelaskan dampaknya. Apabila ketidaksesuaian
itu berdampak pada kekuatan struktur dan umur teknis jalan, maka rekomendasi untuk membangun kembali dapat
dilakukan. Namun, kondisi kedua ini tidak lazim di BPK, meskipun secara ilmiah pendapat ini dapat
Halaman
Kondisi
Pada tahun anggaran (TA) 2021, Pemerintah Kabupaten telah menerima bantuan dari
Pemerintah Pusat melalui Dana Alokasi Khusus sebesar Rp000,00 untuk melaksanakan Program
Masyarakat Sehat yang dilaksanakan, salah satunya, melalui kegiatan Pembangunan Fasilitas Mandi
Cuci Kakus (MCK) Umum untuk masyarakat yang tinggal di sekitar sungai. Program tersebut
bertujuan untuk menanggulangi permasalahan kesehatan yang sering diderita oleh masyarakat di
wilayah tersebut. Program ini diluncurkan sebagai tanggapan atas hasil penelitian Dinas Kesehatan
Pemerintah Kabupaten yang menemukan bahwa tingkat kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar
bantaran sungai lebih rendah dibandingkan dengan yang tinggal di wilayah lain. Penelitian itu
mengungkapkan bahwa penyakit yang diderita masyarakat di wilayah sungai berkaitan dengan
kebiasaan masyarakat yang melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mandi, cuci, dan buang hajat, di
sungai yang terletak di sekitara tempat tinggal mereka. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 90%
masyarakat di sekitar sungai tidak memiliki fasilitas MCK sendiri. Pemerintah Kabupaten berharap
bahwa peluncuran program ini dapat meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat yang tinggal di
sekitar sungai.
Pembangunan Fasilitas MCK Umum tersebut ditujukan pada 12 desa yang berada di lima
kecamatan di Kabupaten. Fasilitas MCK yang dibangun berjumlah 34 paket yang diharapkan dapat
melayani 340 orang penduduk. Dari Buku Program diketahui bahwa satu paket fasilitas MCK terdiri
dari sumur pompa, bak penampung air, lima jamban, lima kamar mandi, dan fasilitas pembuangan
kotoran. Pembangunan fasilitas MCK dijelaskan dalam rincian berikut.
7 Desa 7, Kecamatan C 4 40 11
Halaman
8 Desa 8, Kecamatan D 1 10 4
No Desa, Kecamatan Jumlah Fasilitas Jumlah Penduduk yang Jumlah Kepala
MCK Dilayani Fasilitas MCK Keluarga
9 Desa 9, Kecamatan D 3 30 14
10 Desa 10, Kecamatan E 2 20 4
11 Desa 11, Kecamatan E 3 30 7
12 Desa 12, Kecamatan E 4 40 12
Total 34 340 90
Sumber: Buku Program
Pemeriksaan atas kegiatan Pembangunan Fasilitas MCK Umum ini dilakukan BPK untuk
menilai keefektifan program tersebut. Untuk itu, pemeriksaan kinerja ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan hasil (result approach) yang menitikberatkan pada penilaian hasil sebuah
kegiatan. BPK melakukan penilaiam keefektifan program dilakuan dengan mengukur cakupan
penggunaan fasilitas MCK oleh masyarakat di desa yang memperoleh alokasi pembangunan fasilitas
tersebut. Untuk mencapai tujuan pemeriksaan ini, BPK telah mengumpulkan data primer dengan
metode observasi, inspeksi, survei, wawancara, dan diskusi fokus berkelompok. BPK juga
menggunakan data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen terkait Program. Responden yang
terlibat dalam pemeriksaan ini adalah Bupati, Kepala Dinas Kesehatan dan pelaksana program, dan
penduduk desa. Dari hasil pengumpulan dan evaluasi data yang dilakukan selama 50 hari, BPK
menyimpulkan bahwa program tersebut belum efektif. Hal ini terlihat dari tingkat penggunaan fasilitas
MCK yang masih di bawah 50 persen.
Untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan kegiatan pembangunan fasilitas MCK,
BPK telah mewawancarai Bupati dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten. Dalam wawancara tersebut,
Bupati menyatakan bahwa program ini termasuk prioritas karena kebiasaan masyarakat di bantaran
sungai untuk memenuhi kebutuhan kebersihan pribadi telah berkorelasi pada rendahnya tingkat
kesehatan pada 12 desa yang menjadi target program. Hal serupa juga di sampaikan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten. Yang bersangkutan menyatakan bahwa program ini diharapkan punya dampak
pada peningkatan derajat kesehatan setelah fasilitas MCK dibangun tahun 2018 itu. Kepala Dinas
Kesehatan optimis bahwa masyarakat akan menyambut baik kebjakan Bupati ini dengan mengubah
kebiasaan di bidang kesehatan melalui penggunaan fasilitas MCK.
BPK telah melakukan observasi untuk melihat penggunaan fasilitas MCK oleh masyarakat.
Observasi tersebut dilakukan secara tertutup (covert) dan langsung (direct). Penggunakan observasi
tertutup dan langsung dimaksudkan untuk memperoleh gambaran alamiah terkait penggunaan fasilitas
MCK oleh masyarakat. Observasi dilakukan selama tiga hari berturut-turut untuk memperoleh
gambaran mengenai konsistensi penggunaan fasilitas MCK. Observasi dilakukan oleh enam
52
pemeriksa, jadi setiap pemeriksa melakukan observasi pada dua desa. Hasil observasi menunjukkan
Halaman
tidak semua masyarakat desa aktif menggunakan fasilitas MCK. Dari 12 desa, BPK menemukan bahwa
masyarakat yang berada di Kecamatan 4 dan Kecamatan 5 tidak banyak menggunakan MCK. Dari
observasi diketahui bahwa fasilitas MCK di Desa 8, 9, 10, 11, dan 12 hanya digunakan oleh kurang
dari 5 orang per hari; sebagian besar masih pergi ke sungai untuk melakukan kegiatan MCK.
BPK juga melakukan survei kepada 90 kepala keluarga yang tersebar di seluruh desa yang
dilayani oleh fasilitas MCK. Survei tersebut dilakukan untuk menjaring pendapat masyarakat
mengenai tingkat kepuasan masyarakat atas fasilitas MCK, frekuensi penggunaan MCK, frekuensi
penggunaan sungai untuk memenuhi kebutuhan kebersihan diri. Berikut ini statistik deskriptif hasil
survei dimaksud.
PUAS TIDAK
PUAS
1 1 1 2
4 14
5 7 8 4 7 12
JUMLAH KEPALA KELUARGA
4 6 5 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12
DES
A
Grafik 1. Tingkat Kepuasan Masyarakan pada Fasilitas MCK
Grafik 1 menunjukkan ringkasan survei tingkat kepuasan masyarakat pada fasilitas MCK yang
dibangun pada 12 desa. Grafik tersebut menunjukkan bahwa 67 dari 90 kepala keluarga (KK) merasa
puas dengan pembangunan MCK di desa mereka, sedangkan sebesar 23 KK menyatakan tidak puas.
Hal yang menarik dari Grafik 1 yaitu sikap ketidakpuasan yang ditunjukkan oleh 28 KK yang
semuanya berada di Desa 8 (4 KK) dan Desa 9 (14 KK).
53
Halaman
Grafik 2 Frekuensi Penggunaan Fasilitas MCK
Ketidakpuasan masyarakat Desa 8 dan Desa 9 terhadap fasilitas MCK konsisten dengan
frekuensi penggunaan mereka pada fasilitas tersebut. Grafik 2 di bawah ini menunjukkan bahwa hanya
2 KK yang berada di Desa 9 yang menggunakan MCK, sedangkan sisanya, 4 KK di Desa 8 dan 12 KK
di Desa 9 (12 KK) sama sekali tidak pernah menggunakannya. Namun demikian, hasil survei mengenai
frekuensi penggunaan MCK juga menunjukkan fakta menarik karena penduduk di Desa 10, Desa 11,
dan Desa 12 yang semuanya menyatakan puas ternyata banyak yang tidak menggunakan fasilitas MCK
yang dibangun di desa mereka. Bahkan, semua penduduk di desa 12 tidak ada satu pun yang
menggunakan fasilitas MCK. Sama dengan penduduk di Desa 8 dan Desa 9, penduduk di Desa 10,
Desa 11, dan Desa 12 lebih sering menggunakan sungai untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci, dan
kakus. Hal ini terlihat dari hasil survei mengenai frekuensi penggunaan sungai setelah fasilitas MCK
dibangun, seperti terlihat pada Grafik 3.
Grafik 3 Frekuensi Penggunaan Sungai setelah Fasilitas MCK Dibangun
1.
2. TIDAK PERNAH JARANG SERING
3.
4.
5.
JUMLAH KEPALA KELUARGA
6.
7.
2
8.
9.
1 14
1 1 11
1 8 9 3
7
5 5 5 4
4 1 3
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
54
DESA
Kriteria
Meskipun dapat mengubah sebagian besar perilaku kesehatan masyarakat (lebih dari 75%),
kegiatan Pembangunan Fasilitas MCK Umum tersebut belum mencapai target Pemerintah Kabupaten.
Dalam Buku Program Pemerintah Kabupaten dinyatakan bahwa tahun 2019 semua atau 100%
penduduk di 12 Desa tersebut diharapkan sudah menggunakan Fasilitas MCK dan tidak lagi
55
Tabel tersebut menunjukkan bahwa tingkat kunjungan pasien dari Desa 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7
selama 2021 mengalami penurunan antara 50% sampai dengan 95% dibandingkan tahun 2018. Namun,
untuk tingkat kunjungan masyarakat dari Desa 8, 9, 10, 11, dan 12 maksimal turun 4%, bahkan ada
yang meningkat 7% dibandingkan tahun 2018.
56
24
Anggaplah kunjungan ini terkait dengan penyakit yan disebabkan oleh penggunaan air sungai.
Halaman
Sebab
Dalam pemeriksaan ini, BPK telah mengidentifikasi penyebab utama sebagian penduduk,
terutama di lima desa tersebut. Penyebab tersebut telah teridentifikasi melalui inspeksi dan wawancara.
Dari inspeksi, BPK menemukan bahwa tidak tercapainya target Pemerintah Kabupaten terkait
pemanfaatan fasilitas MCK tersebut disebabkan oleh tidak berfungsinya sepenuhnya karena adanya
kerusakan pada pompa, pintu kamar mandi, dan air yang keruh. Hal ini terjadi pada Desa 8, Desa 9,
dan Desa 10 (lihat Tabel 3).
Tabel 4. Kondisi Fisik Fasilitas MCK
No Desa, Kecamatan Jumlah Fasilitas Kondisi MCK
MCK
1 Desa 1, Kecamatan A 2 Berfungsi sepenuhnya
2 Desa 2, Kecamatan A 3 Berfungsi sepenuhnya
3 Desa 3, Kecamatan B 5 Berfungsi sepenuhnya
4 Desa 4, Kecamatan B 2 Berfungsi sepenuhnya
5 Desa 5, Kecamatan C 2 Berfungsi sepenuhnya
6 Desa 6, Kecamatan C 3 Berfungsi sepenuhnya
7 Desa 7, Kecamatan C 4 Berfungsi sepenuhnya
8 Desa 8, Kecamatan D 1 Fungsi terbatas, pompa rusak
9 Desa 9, Kecamatan D 3 Fungsi terbatas, pintu rusak
10 Desa 10, Kecamatan E 2 Fungsi terbatas, air keruh
11 Desa 11, Kecamatan E 3 Berfungsi sepenuhnya, lokasi jauh
12 Desa 12, Kecamatan E 4 Berfungsi sepenuhnya, lokasi jauh
Total 34 340
Sumber: Hasil inspeksi BPK
Di samping itu, tidak tertariknya penduduk untuk menggunakan fasilitas MCK juga
disebabkan oleh jauhnya lokasi MCK dari rumah penduduk (Desa 11 dan Desa 12) (lihat Tabel 2).
Hasil observasi BPK menunjukkan bahwa rumah penduduk di kedua desa tersebut justru lebih dekat
dengan sungai. Lima orang penduduk yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka lebih baik
menggunakan sungai karena alasan kedekatan dan airnya yang menurut mereka relatif jernih.
57
Halaman
Tanggapan
Bupati menerima hasil pemeriksaan kinerja dan berjanji akan melaksanakan semua
rekomendasi BPK. Dst…
Rekomendasi
BPK memberi rekomendasi kepada Bupati untuk melakukan hal-hal berikut.
1. Mendorong partisipasi masyarakat untuk menjaga fasilitas MCK bantuan Pemerintah Kabupaten.
2. Melakukan edukasi dan persuasi kepada masyarakat yang belum mau menggunakan fasilitas
MCK.
58
Halaman
4. Temuan dalam Pemeriksaan Kepatuhan25
Kondisi26
Pemerintah Kabupaten telah menganggarkan Belanja Modal untuk APBD Tahun Anggaran (TA)
2021 sebesar Rp000 miliar. Sampai dengan 31 Desember 2021, anggaran tersebut telah direalisasikan
sebesar Rp000 miliar. Belanja Modal tersebut dialokasikan untuk membiayai pengadaan berikut.
Untuk menanggapi risiko ketidakpatuhan yang material yang disebabkan oleh kelemahan yang
telah diidentifikasi pada tahap pengujian pengendalian (lihat Buku 2, Temuan Pemeriksaan nomor…),
BPK telah melakukan pengujian terinci atas transaksi Belanja Modal.27 Pengujian terinci ini bertujuan
untuk mengidentifikasi ketidakpatuhan yang material, baik yang disebabkan oleh kesalahan maupun
kecurangan, pada transaksi belanja tersebut. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan sampel
yang telah dipilih untuk pengujian pengendalian, yaitu 50 transaksi pembayaran tagihan pekerjaan
konstruksi. Pengujian sampel tersebut dilakukan dengan melaksanakan prosedur pemeriksaan inspeksi
25
Contoh ini pada dasarnya sama dengan contoh temuan kepatuhan pada pemeriksaan keuangan. Namun, karena tujuan
pemeriksaan kepatuhan (PDTT) adalah menilai kepatuhan subject matter pada peraturan, simpulannya akan berupa
opini mengenai tingkat kepatuhan (patuh atau tidak patuh). Oleh karena itu, temuan kepatuhan dalam PDTT lebih
berorientasi pada risiko ketidakpatuhan, bukan risiko salah saji. Ukurannya adalah peraturan tentang subject matter,
bukan SAP.
26
Proses pemeriksan kepatuhan pada dasarnya sama dengan pemeriksaan keuangan. Pemeriksa terlebih dulu harus menilai
risiko ketidakpatuhan, yang terdiri dari pemahaman entitas dan pengendalian internal, lalu dilanjutkan dengan tanggapan
atas risiko ketidakpatuhan yang dilakukan dengan pengujian pengendalian dan pengujian substantif. Untuk pengujian
substantif, pemeriksa akan mencari bukti-bukti ketidakpatuhan melalui pemilihan dan evaluasi sampel pemeriksaan
dengan berfokus pada item-item ketidakpatuhan. Dari berbagai temuan ketidakpatuhan, pemeriksa pada akhirnya juga
akan memberikan opini mengenai kepatuhan pada peraturan.
59
27
Jenis prosedur pemeriksaan yang dinyatakan di sini harus disesuaikan dengan prosedur yang memang telah dilaksanakan
selama pengujian terinci.
Halaman
dokumen, inspeksi fisik, tanya jawab, dan penghitungan kembali.28 Hasil pengujian terinci atas transaksi
Belanja Modal tersebut menunjukkan adanya ketidaksesuaian mutu pekerjaan dengan standar mutu yang
telah diatur dalam perjanjian. Penjelasan selengkapnya atas temuan tersebut disajikan sebagai berikut.
Pengujian terinci dilakukan dengan menindaklanjuti sepuluh deviasi yang ditemukan dalam
pengujian pengendalian, yaitu dokumen-dokumen pembayaran tagihan pekerjaan konstruksi yang tidak
disertai bukti uji mutu yang otentik.29 Tindak lanjut pemeriksaan dilakukan dengan inspeksi fisik yang
terkait dengan sepuluh transaksi pembayaran tersebut. Dari identifikasi BPK, sepuluh transaksi
pembayaran dimaksud berkaitan dengan sepuluh pekerjaan konstruksi yang berbeda, dengan jumlah
nilai pekerjaan sebesar Rp000,00. Rinciannya sebagai berikut.
Tabel 1 Sepuluh Pekerjaan yang Menjadi Sampel Pengujian Terinci Transaksi Belanja Modal
BPK telah melakukan uji mutu pada semua ruas jalan tersebut dengan cara mengambil dan
mengambil sampel ke laboratorium pekerjaan umum yang ditunjuk oleh BPK. Hasil pengujian sampel
tersebut menunjukkan adanya ketidaksesuaian mutu jalan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan pada
lima ruas jalan, dengan rincian kekurangan sebagai berikut.
28
Jumlah item terpilih ini didasarkan pada item yang ditemukan menyimpang (deviasi) pada tahap pengujian
60
pengendalian.
29
Anggaplah, sepuluh kegiatan terpilih semuanya berkaitan dengan pekerjaan konstruksi. Dalam praktik, pemeriksa bisa
Halaman
saja memperoleh sampel kegiatan yang bervariasi, bergantung pada metode pemilihan sampelnya
Tabel 2 Sepuluh Sampel Pekerjaan dalam Pengujian Terinci Transaksi Belanja Modal
No Nama Kegiatan Pelaksana Nilai
Penyimpangan30
1 Pembangunan Jalan 1 PT A 000,00
2 Pembangunan Jalan 2 PT B 000,00
3 Pembangunan Jalan 3 PT C 000,00
4 Pembangunan Jalan 4 PT D 000,00
5 Pembangunan Jalan 5 PT E 000,00
6 Pembangunan Jalan 6 PT F 000,00
7 Pembangunan Jalan 7 PT G 000,00
8 Pembangunan Jalan 8 PT H 000,00
9 Pembangunan Jalan 9 PT I 000,00
10 Pembangunan Jalan 10 PT J 000,00
Total 500,00
Dari inspeksi dokumen pembayaran pekerjaan, BPK menemukan bahwa kelima pekerjaan
tersebut telah dibayar lunas sebesar nilai yang tertuang dalam perjanjian (lihat Tabel 1). Pelunasan
tersebut memunculkan perbedaan antara nilai pekerjaan sesungguhnya yang lebih kecil daripada nilai
pembayaran. Dengan demikian, Pemerintah Kabupaten telah membayar Rp500 lebih besar daripada
nilai pekerjaan sesungguhnya.
Kriteria
Pembayaran pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi tersebut tidak sesuai dengan klausul
perjanjian yang menyatakan bahwa ……(cari kriteria terkait dengan kelengkapan dokumen tagihan
pekerjaan yang mengharuskan dilampirkannya bukti uji mutu.
Akibat
Pembayaran pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi mengakibatkan kerugian daerah
sebesar Rp500 karena Pemerintah Kabupaten telah menerima prestasi pekerjaan dari penyedia jasa di
bawah nilai yang telah dinyatakan dalam perjanjian. Dari hasil analisis ketidakpatuhan, kelebihan
pembayaran tersebut berdampak material pada ketidakpatuhan akun Belanja Modal.31
30
Dalam pengujian terinci, nilai kekurangan ini menjadi dasar penghitungan salah saji. Dengan menggunakan langkah
pengujian sesuai Petunjuk Pelaksanaan Uji Petik Pemeriksan Keuangan, pemeriksa akan memperoleh hasil evaluasi
61
apakah salah saji ini berdampak material pada transaksi Belanja Modal.
31
Teknik uji petik dalam Petunjuk Pelaksanaan Uji Petik Pemeriksaan Keuangan dapat digunakan untuk membuat simpulan
mengenai ketidakpatuhan material dalam pemeriksaan kepatuhan. Dalam contoh ini, anggaplah hasilnya menunjukkan
Halaman
Tanggapan Entitas
Bupati menyetujui temuan BPK… .
Rekomendasi
BPK memberi rekomendasi kepada Bupati agar:
1. menegakkan integritas pengelolaan keuangan daerah dengan mematuhi semua ketentuan yang
berlaku;
2. memerintah Kepala OPD untuk selalu mematuhi semua klausul dalam perjanjian dan peraturan
perundangan yang mengatur tentang kelengkapan syarat-syarat pembayaran pekerjaan;
3. memerintah Kepala OPD untuk mempertanggungjawabkan kelebihan pembayaran pekerjaan
dengan menyetorkan uang sejumlah Rp500,00.32
32
Rekomendasi ini diberikan dengan asumsi bahwa ketidaksesuaian dengan spesifikasi masih dalam batas yang dapat
diterima dari perspektif ilmu teknik sipil (masih bisa ditoleransi). Namun, apabila nilai atau tingkat ketidaksesuaiannya
62
sudah melebihi batas yang ditentukan, BPK dapat meminta ahli untuk menjelaskan dampaknya. Apabila
ketidaksesuaian itu berdampak pada kekuatan struktur dan umur teknis jalan, rekomendasi untuk membangun kembali
dapat dilakukan. Namun, kondisi kedua ini tidak lazim di BPK, meskipun secara ilmiah pendapat ini dapat
Halaman
Dalam pemeriksaan keuangan, pemeriksa harus dapat mengungkap penyimpangan yang dapat
mempengaruhi penyajian laporan keuangan. Kelompok temuan yang berpotensi untuk diungkap
dalam laporan hasil pemeriksaan adalah kelompok temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan kelemahan SPI. Temuan dikategorikan dalam ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, jika permasalahan yang ditemukan mengakibatkan hal-hal berikut.
1. Kerugian; mencakup permasalahan sebagai berikut.
a. Belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif
b. Rekanan pengadaan barang/jasa tidak menyelesaikan pekerjaan
c. Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang
d. Kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang
e. Pemahalan harga (Mark up)
f. Penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi
g. Pembayaran honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas ganda dan/atau
melebihi standar yang ditetapkan
h. Spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak
i. Belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan
j. Pengembalian pinjaman/piutang atau dana bergulir macet
k. Kelebihan penetapan dan pembayaran restitusi pajak atau penetapan
kompensasi kerugian
l. Penjualan/pertukaran/penghapusan aset negara/daerah tidak sesuai ketentuan
dan merugikan negara/daerah
m. Pengenaan ganti kerugian negara belum/tidak dilaksanakan sesuai ketentuan
n. Entitas belum/tidak melaksanakan tuntutan perbendaharaan (TP) sesuai
ketentuan
o. Penghapusan hak tagih tidak sesuai ketentuan
p. Pelanggaran ketentuan pemberian diskon penjualan
64
67
Halaman
D. Soal Latihan
1. Peroleh satu set LHP Keuangan, LHP Kinerja, atau LHP Kepatuhan!
2. Evaluasilah temuan berikut (baik itu temuan kelemahan pengendalian internal, temuan
kepatuhan dalam pemeriksaan keuangan, temuan pemeriksaan kinerja, atau temuan
pemeriksaan kepatuhan) dari sisi:
a. Penggunaan bahasa Indonesia;
b. Struktur dan isi temuan pemeriksaan.
Gunakan teori, konsep, panduan, dan contoh yang telah Anda pelajari pada modul ini.
3. Bila Anda menemukan kekurangan pada temuan pemeriksaan yang dievaluasi, usulkan
perbaikannya dengan menyusun kembali temuan pemeriksaan tersebut (Anda bebas
berkreasi, asumsikan Anda dapat menggunakan berbagai prosedur pemeriksaan dan
mampu memperoleh bukti yang diperlukan).
68
Halaman
“Junjung tinggi profesionalisme dalam bekerja,
apapun masalah yang dihadapi.”
69
Halaman
BAB III
GAYA BAHASA LAPORAN HASIL
PEMERIKSAAN BPK
Tujuan Pembelajaran:
Peserta memahami penerapan gaya bahasa Laporan Pemeriksaan BPK.
Tanda baca adalah tanda-tanda dalam penulisan untuk memberikan batas kata, lafal
dan kata agar pembaca dapat memahami sebuah wacana tertulis. Terdapat banyak tanda
baca yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam penulisan. Berikut aturan
penggunaan tanda baca dalam penulisan laporan di BPK.
a. Gunakan huruf kapital pada setiap kata dalam bab/judul dan sebagai huruf
pertama pada setiap kata dalam subbab/subjudul, kecuali kata sambung seperti
di, ke, dari, dan, yang, atau untuk.
b. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul baik dalam judul, bab, maupun subbab
temuan.
c. Gunakan notasi angka desimal yang ditulis dengan angka arab (bukan romawi)
sebagai kode dan notasi tersebut ditulis bertingkat sesuai dengan tingkatan topik
dansubjudul/subbab.
71
Halaman
d. Notasi setiap tingkat dipisahkan dengan tanda titik. Tanda titik tidak dipakai di
belakang angka terakhir.
a. Gunakan huruf kapital sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembagapemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Contoh:
Indonesia
Badan Pemeriksa Keuangan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
Contoh:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PT Perseroan Terbatas
KPK Komisi Pemberantasan Korupsi
72
Halaman
c. Akronim nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital.
Contoh:
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kemkominfo Kementerian Komunikasi dan Informasi
Kemenakertrans Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
d. Gunakan tanda kurung untuk mengapit singkatan/akronim yang ditulis pertama
kali.Singkatan/akronim tersebut digunakan pada penulisan selanjutnya.
Contoh:
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memeriksa manajemen aset pada Kementerian
Pertanian (Kementan) pada seluruh satuan kerja Kementan di Provinsi Jawa Barat.
Tanda baca yang digunakan dalam penulisan nama jabatan dan pangkat adalah
sebagai berikut.
a. Gunakanlah huruf kapital sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
• Rapat tersebut dihadiri oleh Sekretaris Jenderal BPK, Kepala Biro Keuangan
BPK, danPimpinan Proyek Pengembangan Website.
• Petunjuk Teknis (Juknis) Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga mengatur distribusi Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) di
antaranya disampaikan kepada menteri atau pimpinan lembaga.
b. Gunakanlah tanda titik setelah singkatan nama orang, nama gelar, sapaan,
jabatanatau pangkat.
c. Gunakan tanda koma di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga. Penulisan memprioritaskan gelar akademik baru kemudian gelar profesi.
Contoh:
73
Prof. Dr. Muhamad Ridwan Septiaji, S.S., M.A., M.H., C.H., C.Ht., LCCC
4. Tanda Baca dalam Penulisan Sumber Undang-Undang dan Peraturan
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk yang terdapat
pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Contoh:
Badan Pemeriksa Keuangan
Kementerian Keuangan
b. Gunakan huruf kapital untuk huruf pertama kata pasal, tetapi tidak pada kata ayat.
d. Gunakan tanda kurung untuk penulisan nomor ayat, tetapi tidak pada nomor
pasal.
Contoh:
• Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa “BPK bertugas memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, badan usaha
milik negara, badan layanan umum, badan usaha milik daerah, dan lembaga
atau badan lain yang mengelola keuangan negara”.
• Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Pasal 6 ayat (1) berbunyi, “BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang dilakukan oleh … badan usaha milik daerah, dan
lembaga ataubadan lain yang mengelola keuangan negara”.
Tanda baca yang digunakan dalam penulisan rincian adalah sebagai berikut:
74
a. Tanda koma dipakai dalam suatu perincian atau pembilangan lebih dari dua
Halaman
Contoh:
Aset terdiri atas:
A. Aset Lancar
a. Kas
1. Kas bendahara pengeluaran
1) Rekening BNI No. ....
2) Rekening BNI No. ....
2. Kas bendahara penerimaan
b. Piutang
B. Aset Tetap
a. Rincian yang masing-masing berisi maksimal lima kata disusun secara horizontal
dengan menggunakan ..., yaitu...,..., dan.... ; atau ...adalah ...,..., dan ....; atau
, yakni ...,..., dan....
Contoh:
• Pihak-pihak yang berwenang menerima Laporan Hasil Pemeriksaan atas
LaporanKeuangan Pemerintah Pusat adalah DPR, DPD, dan Presiden.
• Syarat-syarat yang harus dimiliki calon untuk dapat dipilih sebagai Anggota
BPK adalah (a) berwarga negara Indonesia, (b) beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YangMaha Esa, (c) berdomisili di Indonesia, dan (d) memiliki
integritas moral dan kejujuran.
b. Rincian yang masing-masing berisi lebih dari lima kata atau berupa frase panjang,
disusun secara vertikal. Pergunakan tanda titik koma untuk memisahkan bagian-
bagian kalimat yang sejenis dan setara. Pergunakanlah ...sebagai berikut atau ...di
bawah ini.
Contoh:
Keterlambatan penyampaian laporan tersebut tidak sesuai dengan
peraturan-peraturan di bawah ini:
(1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
(2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; dan
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
danKinerja Instansi Pemerintah.
BPK merekomendasikan Menteri Keuangan untuk melaksanakan tindak
lanjutsebagai berikut:
(1) peninjauan kembali peraturan-peraturan yang bertentangan dengan
undang-undang PNBP dan peraturan pelaksanaannya;
75
(2) penyusunan mekanisme koordinasi dalam hal penetapan target PNBP dan
intensifikasi penagihan piutang negara antara instansi terkait; dan
Halaman
Tanda baca yang digunakan dalam penulisan kata asing atau daerah adalah
sebagai berikut.
a. Gunakan huruf miring untuk kata bahasa asing dan bahasa daerah yang
digunakan dilaporan, kecuali untuk nama negara, lembaga, atau dokumen resmi.
Contoh:
• Pemeriksaan ditujukan untuk menilai kewajaran perhitungan volume dan nilai
lifting minyak mentah dan gas, menilai kewajaran perhitungan recoverable cost,
menilai kewajaran perhitungan bagi hasil, dan menilai kepatuhan Kontraktor
Kontrak Kerja Sama (KKKS) terhadap peraturan perundang-undangan/kontrak.
• Laporan Departemen Kehutanan menyatakan bahwa kebakaran hutan dan
lahan yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh land-clearing dengan
metode pembakaran yang sering dilakukan oleh masyarakat dan pengusaha
bidang perkebunan dan kehutanan.
b. Tanda hubung dipakai di antara imbuhan bahasa Indonesia dan kata asing atau
daerah.
Contoh:
Penyusunan laporan pinjaman luar negeri menggunakan output database utang
yang di-upload ke Sistem Akuntansi Utang Pemerintah (SAUP).
Contoh:
lender ‘pemberi pinjaman luar negeri’
a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
Contoh:
76
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimat.
Contoh:
Karena kendala pembebasan lahan, pelaksanaan proyek pembangunan jalan
tertunda.
Karena pemerintah daerah belum menerima dana alokasi khusus, program
reboisasi belum dapat dilaksanakan.
c. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan induk dan anak kalimat
apabila indukkalimat itu mendahului anak kalimat.
Contoh:
• Pelaksanaan proyek pembangunan jalan tertunda karena kendala
pembebasan lahan.
• Program reboisasi belum dapat dilaksanakan karena pemerintah daerah
belum menerima dana alokasi khusus.
d. Tanda koma digunakan di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Dalam Perhitungan DAU Tahun 2007, luas wilayah yang digunakan adalah luas
wilayahdaratan ditambah dengan 25% luas wilayah laut.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat
yangterdapat pada awal kalimat, misalnya, dengan demikian, walaupun demikian,
oleh karena itu, jadi, meskipun begitu, akan tetapi, namun, sementara itu, di samping
itu, akhirnya, bahkan, dan padahal.
Contoh:
• Menurut Pemerintah, aset bekas milik asing/Cina (ABMA/C) adalah aset
yang dikuasai negara, bukan barang milik negara. Oleh karena itu, ABMA/C
tidak dicatat pada Neraca LKPP per 31 Desember 2007, tetapi hanya dicatat
pada CALK.
• BPK telah mengonfirmasi saldo rekening pemerintah per 31 Desember 2009.
Akan tetapi, hanya lima dari sepuluh bank yang menjawab permintaan
konfirmasi tersebut.
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata-kata berikut.
77
1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, misalnya se-
Indonesia;
Halaman
g. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di
luarbangun kalimat atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
Lemahnya koordinasi antara Pemerintah dan DPR dalam mengimplementasikan
ketentuan dana perimbangan—khususnya UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan PP
Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan—sehingga penetapan alokasi
Dana Perimbangan bertentangan dengan ketentuan tersebut.
Tabel menjadi satu konversi universal untuk penyajian data. Dalam laporan BPK, peta,
grafik, diagram, dan ilustrasi dirangkum dengan satu kata, yakni gambar. Berikut panduan
penulisan tabel/gambar dalam laporan BPK.
a. Tabel dapat ditampilkan pada batang tubuh laporan apabila tabel terdiri atas maksimal
lima kolom dan/atau sepuluh baris. Apabila ukuran tabel lebih dari lima kolom dan/atau
sepuluh baris, tabel dapat dicantumkan sebagai lampiran laporan.
b. Tabel/gambar tidak boleh disisipkan di dalam paragraf dan tidak boleh dipenggal-penggal
atas beberapa halaman.
ii. Jika tabel/gambar sebagai penjelasan singkat suatu uraian, dituliskan ”Untuk
lebih jelasnya, uraian di atas dapat digambarkan dalam tabel/gambar di bawah ini.”.
i. Setiap tabel harus diberi nomor urut dan judul yang ditulis horizontal. Apabila judul
tabel lebih dari satu baris, baris kedua disusun dengan susunan piramida terbalik.
78
ii. Nomor urut yang digunakan berupa angka terdiri atas dua digit. Digit pertama
Halaman
iii. Cantumkan nomor urut dan judul di bagian atas tabel atau di bagian bawah gambar.
v. Gunakan huruf kapital sebagai huruf pertama pada setiap kata dalam judul
tabel/gambar kecuali kata sambung.
vii. Apabila dalam tabel terdapat kolom yang berisi bilangan besar, baik
menunjukkan jumlah uang atau bukan, cantumkan satuan yang digunakan
dalam tanda kurung di kanan atas tabel dengan huruf Arial ukuran 8pt dan
dicetak miring.
i. Gunakanlah huruf Arial dengan ukuran 9pt untuk judul dan ukuran 8pt
untuk isi tabel/gambar.
ii. Gunakanlah ukuran paragraf satu spasi dengan before 3 dan after 0 untuk
judul dan isi.
iii. Gunakanlah paragraf rata tengah untuk judul dan heading ’baris pertama
tabel’, rata kanan untuk isi tabel yang berupa angka, serta rata kiri untuk
isi tabel yang berupa huruf/kata. Contoh dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan
Gambar 3.1.
1. Kementerian A 523,25
2. Kementerian B 10.450,20
3. Kementerian C 89,75
4. Kementerian D 785,30
79
5. Kementerian E 9.225,88
Total 21.074,38
Halaman
Gambar 3.1 Penggunaan Dana Perimbangan oleh Provinsi
C. Penulisan Angka
b. Simbol mata uang yang digunakan adalah simbol-simbol di bawah ini tanpa diikuti
dengantanda titik.
Rp Rupiah
USD United States Dollar
JPY Japanese Yen
EUR Euro
GBP Poundsterling Inggris
c. Tulislah lengkap dengan huruf untuk bilangan dengan penyebutan satu kata, kecuali
untuk penulisan angka yang berhubungan dengan satuan pengukuran, umur, waktu,
80
tanggal, halaman, persentase, uang, atau proporsi. Tulis dengan angka untuk bilangan
dengan penyebutan lebih dari satu kata.
Halaman
Contoh:
delapan provinsi lima departemen2 km
...selama 8 jam
...dicantumkan pada halaman 5
d. Gunakanlah tanda titik sebagai pemisah bilangan ribuan dan tanda koma untuk
menunjukkan desimal bagi penulisan jumlah uang dalam mata uang rupiah. Untuk
penulisan jumlah uang dalam mata uang asing, penggunaan titik/koma sebagai
pemisah bilangan ribuan maupun desimal disesuaikan dengan ketentuan di negara
terkait.
Contoh:
• Neraca PT X per 31 Desember 2007 melaporkan saldo kas sebesar Rp890.999,25.
• PT Y melaporkan pembayaran pinjaman sebesar USD9,520.50 GBP15,000.25, dan
EUR25.450,50 pada 25 September 2008.
e. Jika dua atau lebih angka disajikan dalam satu rangkaian atau seri, tuliskanlah semua
dengan angka. Jika dalam seri tersebut tidak terdapat angka lebih dari satu kata,
pemerincian menggunakan angka.
Contoh:
Pemeriksaan dilakukan pada 15 pemerintah kabupaten/kota, 10 provinsi, dan 6 BUMD.
Gempa bumi tahun 2021 menyebabkan kerusakan pada 7 jembatan, 5 rumah ibadat,
dan 3 kantor.
f. Panduan penulisan bilangan yang dicantumkan dalam suatu kalimat diuraikan
sebagaiberikut.
i. Bilangan yang tidak menggambarkan jumlah uang, tuliskan bilangan kurang dari
satu juta dengan angka utuh, sedangkan bilangan satu juta atau lebih ditulis
dengan angka dalam juta. MContoh:
• Pemerintah akan membebaskan tanah seluas 70.750,25 m2 untuk pembangunan
pasar.
• Kementerian Kehutanan melakukan penanaman 2,5 juta pohon pada lahan seluas
5,15 hektar.
ii. Bilangan yang menggambarkan jumlah uang, tuliskan bilangan dalam angka
ribuan,misalnya, dalam ribu, juta, miliar, atau triliun.
Contoh:
• Pinjaman luar negeri yang akan jatuh tempo pada akhir tahun 2006 sebesar
USD950,23 ribu.
• Hasil cek fisik atas saldo kas per 31 Desember 2007 menunjukkan saldo kas di
bendahara pengeluaran sebesar Rp32,18 juta.
• Kementerian X seharusnya memberikan sanksi denda sebesar Rp1,25 miliar
kepadarekanan yang terlambat menyelesaikan pekerjaannya.
81
h. Bilangan yang dicantumkan dalam tabel, kolom, senarai, atau kelompok harus ditulis
konsisten dalam ribuan terkecil. Sajikan seluruh penulisan angka desimal dalam dua
digitdi belakang koma. Seperti yang tersaji pada Tabel 3.1.
1. Kementerian A 523,25
2. Kementerian B 10.450,20
3. Kementerian C 89,75
4. Kementerian D 785,30
5. Kementerian E 9.225,88
Total 21 .074,38
82
Halaman
D. Penggunaan Diksi
Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresioleh
penulis atau pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan seni
berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan
ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripadapemilihan
kata dan gaya.
Dalam bidang penulisan, diksi merupakan upaya menetapkan kata yang dipilih untuk
menyampaikan suatu gagasan atau ide tertentu. Diksi juga mencakup pengertian bagaimana
membentuk pengelompokan kata yang tepat, menggunakan ungkapan yang tepat, dan memilih
gaya yang paling baik yang sesuai dengan situasi, nuansa makna, dan nilai rasa yang dimiliki
lingkungan penutur bahasa yang bersangkutan.
Pertimbangan yang menjadi dasar pemilihan kata adalah perbandingan antarkata yang akan
digunakan, yaitu fakta bahwa ada kata lain yang lebih tepat dan adanya perbedaanantara pilihan
kata-kata yang akan digunakan. Pemilihan kata yang tepat dapat menyampaikan pikiran dan ide
secara sederhana, langsung, dan efektif. Dalam hal ini, diperlukan kompetensi untuk menguasai
sejumlah besar kosakata (perbendaharaan kata) serta mampu menggerakkan penguasaan atas
kosakata tersebut menjadi rangkaian kalimatyang efektif dan sesuai dengan kaidah kebahasaan.
Penulisan laporan di lingkungan BPK RI memerlukan penguasaan diksi yang baik agar
memudahkan pembaca memahami tujuan dan isi laporan. Penguasaan kosakata untuk mewakili
gagasan atau ide yang ingin disampaikan merupakan salah satu syarat dasar dalam penulisan
laporan. Adapun yang dimaksud dengan perbendaharaan kata atau kosakata suatu bahasa adalah
keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa. Uraian penjelasan berikut ini merupakan
petunjuk pemilihan makna/diksi dalam penulisan laporan.
83
Halaman
a. Makna Denotatif
Penulis laporan harus memilih kata yang sesuai dengan apa yang dirujuk
(denotatif) dan menghindari kata yang bermakna konotasi.
Misi dunia usaha perbankan adalah menerima simpanan, baik berupa giro maupun jenis
tabungan lainnya.
Kata “simpanan” mengandung makna lain (konotatif) sehingga perlu dilakukan penyuntingan
dengan kata denotatif (tidak mempunyai makna lain), misalnya “dana pihak ketiga” atau
“tabungan”
Misi dunia usaha perbankan adalah menerima tabungan, baik berupa giro maupun jenis
Hipernimi atau makna atasan adalah kata-kata yang mewakili sejumlah makna
bawahan kata. Kata hipernimi dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata
lainnya, sedangkan hiponimi atau makna bawahan adalah kata-kata yang memiliki
ukuran. Makna hiponimi bersifat khusus. Umumnya kata-kata hipernimi adalah suatu
kategori, sedangkan hiponimi merupakan anggota kata hipernimi, secara khusus dan
terukur.
Contoh:
Hipernimi : Laporan Keuangan
Hiponimi : Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas laporan keuangan.
Hipernimi : aset
Hiponimi : tanah, gedung, kendaraan roda empat, kendaraan roda dua, dan
sebagainya. 84
Halaman
Penulis laporan harus lebih banyak menggunakan hiponimi atau makna bawahan
daripada hipernimi. Jika menggunakan hipernimi, penulis harus memberikan makna
hiponimi sebagai rincian atau contoh. Makin khusus pilihan kata sebuah laporan,
makin bermakna laporan itu.
Dalam bahasa laporan, kata-kata yang terlalu umum atau terlalu kabur
pengertiannya diusahakan diganti dengan kata-kata khusus. Semakin khusus sebuah
makna kata, semakin dekat titik persamaan persepsi atas gagasan atau ide antara
penulis dan pembaca laporan. Namun, tidak berarti bahwa kata-kata umum tidak
boleh dipakai dalam penulisan laporan. Dalam hal ini apabila menggunakan kata-kata
umum, sebaiknya disertai dengan contoh konkret dan khusus sehingga pembaca
laporan memahami laporan tersebut.
Contoh:
Aset tetap belum dapat diyakini kewajarannya à aset tetap belum dinilai
kembali
Penulis laporan sedapat mungkin menggunakan kata populer yang sudah lazim
digunakan, sedangkan penggunaan kata-kata profesional hanya terbatas pada kata
yang berhubungan dengan objek pemeriksaan. Misalnya, istilah-istilah bidang
keuangan, perbankan, dan sebagainya. Apabila akan menggunakan kata profesional,
penulis perlu menjelaskan makna kata profesional dimaksud.
Contoh:
Contoh:
87
Halaman
beda (kata dasar) > kebedaan
beda (membedakan) > pembedaan
beda (berbeda) > perbedaan
Sementara itu, bentuk terikat yang berasal dari bahasa asing barat, dengan
beberapa pengecualian, langsung diserap bersama-sama dengan kata lain yang
mengikutinya. Contoh gabungan bentuk asing barat dengan kata Melayu-Indonesia
adalah sebagai berikut:
asusila nonpegawai
antiperang proto-Melayu
88
inframerah subbagian
metabahasa superberat
Halaman
multijutawan ultrakiri
g. Penyesuaian Imbuhan Awalan Serapan
im-, in-, il- ‘tidak’, ‘di dalam’, ‘ke dalam’ tetap im-, in-, il-,
immigration imigrasi
induction induksi
illegal ilegal
primary primer
secundair, secondary sekunder
Halaman
-al (Inggris) menjadi -al
minimal minimal
national nasional
-anda, -end, -andum, -endum (Belanda, Inggris) menjadi -anda, -en, -andum, -endum
propaganda propaganda
dividend dividen
memorandum memorandum
referendum referendum
Contoh:
Halaman
Kosakata yang tidak terukur Sebaiknya
1. sesuai peraturan yang berlaku 1. sebutkan peraturan itu (pasal dan ayat)
10. peraturan tidak memadai 10. sebutkan peraturan dan apa yang tidak
memadai
12 ..... dalam waktu yang tidak terlalu lama. 12. sebutkan waktunya
25. melebihi harga pasar yang wajar 25.apa ukuran yang wajar
Contoh:
Lingkup bahasan subbab ini meliputi permasalahan umum yang dihadapi pemeriksa
dalam pengembangan kalimat dan penggunaan kohesi pada laporan, surat, atau bentuk
dokumentasi lainnya serta panduan untuk hal tersebut. Pengembangan kalimat dan
penggunaan kohesi merupakan bagian penting dalam penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan,
surat, dan dokumen lainnya.
a. Permasalahan Umum
iv. Hubungan antar kalimat dalam satu paragraf tidak memiliki hubungan yang jelas
Paragraf merupakan satu bentuk wacana atau cerita yang terkecil dalam sebuah uraian
apapun bentuk uraian itu. Penulisan paragraf ditandai dengan bentuk pengetikan atau
penataan yang disebut alinea atau baris baru. Pemeriksa sering menuliskan suatu kalimat
yang tidak memiliki tema atau cerita yang berkesinambungan dengan kalimat lainnya
dalam paragraf tersebut.
Paragraf satu dengan paragraf yang lain merupakan satu rangkaian dalam laporan.
Halaman
Pemeriksa dan penyusun laporan harus menulis kalimat yang efektif dalam laporan
atau tulisannya. Kalimat efektif bersifat komunikatif, informatif, konsisten, koheren, dan
logis sehingga memudahkan pembaca memahami pesan yang disampaikan dalam kalimat
tersebut. Ukuran kalimat efektif terletak pada kejelasan dan kesamaan persepsi atas
informasi dalam laporan atau tulisan antara penulis dan pembaca. Agar efektif, penulis
harus mengembangkan kalimat yang lengkap, baik kalimat aktif, kalimat yang memiliki
kosakata maupun klausa yang terbatas.
i. Pemeriksa menulis kalimat dengan subjek yang jelas dan lengkap yang terdiri atas
paling tidak subjek dan predikat. Apabila predikat memerlukan objek, kalimat harus
terdiri dari subjek, predikat, dan objek. Unsur kalimat lain berupa keterangan atau
sifat dapat ditambahkan sesuai dengan keperluan.
ii. Pemeriksa atau penyusun laporan mengutamakan penggunaan kalimat aktif yang jelas
unsur kalimatnya dan membatasi penggunaan kalimat pasif. Kalimat aktif bahasa
Indonesia berbentuk dengan awalan men-kan, men-i dan awalan ber-kan. Apabila
menggunakan kalimat pasif, unsur subjek harus jelas, kecuali pembaca diperkirakan
memiliki kesamaan persepsi tentang subjek tersebut.
Contoh kalimat aktif:
a. Pelaksanaan program pemberian MP-ASIlokal TA 2006
kurang memberikan manfaat secara maksimal.
dan logis sehingga memudahkan pembaca memahami pesan yang disampaikan dalam
kalimat tersebut. Ukuran kalimat efektif terletak pada kejelasan dan kesamaan persepsi
Halaman
atas informasi dalam laporan atau tulisan antara penulis dan pembaca.
Contoh yang kurang baik:
Pemeriksaan ditujukan untuk menilai apakah (1) sistem pengendalian intern atas
penetapan alokasi, penyaluran, dan penerimaan dana perimbangan telah memadai dan
(2) penetapan waktu, penyaluran, dan penerimaan dana perimbangan telah dilakukan
secara tepat jumlah, waktu, dan rekening, sertasesuai dengan peraturan perundangan.
Suntingan
Pemeriksaan dana perimbangan bertujuan untuk menilai apakah (1) sistem pengendalian
intern atas penetapan alokasi, penyaluran, dan penerimaan dana perimbangan telah
memadai dan (2) Pemerintah Pusat dan pemda telah menetapkan alokasi, menyalurkan,
dan menerima dana perimbangan secara tepat jumlah, waktu, dan rekening, serta sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Tanah yang dikuasai Balai Monitoring (BalMon) Kelas II Makassar seluas 2.560
m2 senilai Rp2,04 miliar selain digugat oleh pihak ketiga juga bukti hak atas
tanah masih berupa girik/rincik, sehingga tanah tersebut belum ada kepastian
penguasaan hak atas tanah oleh Balmon.
Suntingan
Pihak ketiga menggugat tanah seluas 2.560 m2 yang dikuasai Balai Monitoring
Kelas II Makassar. Selain itu, bukti hak atas tanah masih berupa girik sehingga
Balmon belum mempunyai kepastian penggunaan hak atas tanah tersebut.
Kalimat tersebut terlalu panjang dengan kohesi sehingga, dan, yang. Kalimat
97
laporan ini harus dipenggal-penggal atas beberapa kalimat. Penyunting, jika perlu,
Halaman
bertanya kepada penulis laporan apa yang mau dilaporkan. Selain membatasi jumlah
kosakata, penulis juga harus mengusahakan satu kalimat terdiri atas dari satu induk
kalimat dan satu anak kalimat dengan kohesi tertentu sesuai dengan konteks.
c. Penggunaan Kohesi
Kohesi atau ‘organisasi sintaktik’ merupakan aspek formal bahasa yang berisi
kalimat-kalimat yang disusun secara padu dan padat guna menghasilkan tuturan, baik
dari segi tingkat gramatikal maupun dari segi tingkat leksikal tertentu. Kohesi juga
merupakan konsep semantik yang juga merujuk kepada perkaitan kebahasaan yang
didapati pada suatu ujaran yang membentuk tulisan. Kohesi merupakan satu set
kemungkinan yang terdapat dalam bahasa untuk menjadikan suatu 'teks' itu memiliki
kesatuan. Hal ini berarti bahwa hubungan makna, baik makna leksikal maupun makna
98
gramatikal perlu diwujudkan secara terpadu dalam kesatuan yang membentuk teks.
Halaman
Dengan penguasaan dan juga pengetahuan kohesi yang baik, seorang penulis akan
dapat menghasilkan tulisan yang baik.
Penulis perlu membedakan dua kelompok kohesi, yakni kohesi antarklausa dan
kohesi antarkalimat. Kohesi antarklausa menggabungkan induk kalimat dan anak
kalimat, atau dua induk kalimat menjadi satu kalimat yang panjang. Dua klausa itu
setara.Kohesi antarklausa bahasa Indonesia adalah dan, tetapi, dan melainkan.
• Kalimat ini hanya melaporkan satu fokus, yakni “pengadaan SIA” belum
dicatat. Kalimat dengan yang merupakan anak kalimat. Jadi, tidak menjadi
bahan laporan.Jika penulis hendak melaporkan dua fokus, maka penulis harus
memakai kohesi dan.
d. Rujukan Anaforis
Dalam kalimat sering terdapat anaforis. Rujukan anaforis merujuk kepada apa
yang telah disebut di depan. Kohesi yang mengatakan rujukan anaforis ialah hal
tersebut,hal itu, seperti dilaporkan di depan,...di atas.
Contoh:
100
Halaman
F. Penyusunan Paragraf Temuan
Lingkup bahasan subbab ini meliputi jenis dan penggunaan paragraf dalam laporan BPK.
Penggunaan paragraf dalam laporan BPK perlu diberikan panduan sehingga memudahkan
pemeriksa dalam mengembangkan paragraf. Pembaca laporan akan lebih mudah memahami
maksud penulis yang tertuang dalam paragraf yang baik.
1. Definisi Paragraf
Paragraf berasal dari bahasa Yunani, paragrafos, yang artinya "menulis di samping"
atau "tertulis di samping" yang bermakna penulisan yang dimulai dari sisi kiri.
Paragraf bermakna suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Paragraf bisa juga
bermakna satu bentuk wacana atau cerita yang terkecil dalam
sebuah uraian, apa pun bentuk uraian itu. Sebuah wacana atau
cerita terdiri atas beberapa paragraf.
Paragraf yang digunakan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK adalah paragraf
deduktif. Dimulai dengan kalimat fokus/topik pada awal paragraf selanjutnya
dikembangkan dalam kalimat-kalimat pengembang atau kalimat-kalimat cerita. Struktur
tersebut adalah:
Paragraf dalam suatu laporan dapat berupa narasi, eksposisi, dan argumentasi.
Paragraf narasi menunjukkan runtun kronologi dan proses pemeriksaan, kejadian, atau
peristiwa dengan tujuan agar pembaca dapat mengikuti proses suatu laporan. Paragraf
eksposisi menunjukkan suatu hubungan sebab akibat, memberikan perbandingan,
memerinci sesuatu, atau memberikan contoh agar pembaca memahami laporan.
Paragraf argumentasi memberikan penjelasan, bukti, dan fakta agar pembaca yakin
terhadap isi laporan.
102
Halaman
a. Pengembangan Paragraf Narasi
Paragraf narasi menjelaskan uraian laporan secara runtun kronologi. Paragraf narasi
menggunakan pemarkah bahasa, antara lain mula-mula, lalu, kemudian, sesudah itu,
akhirnya, pada hari…, tanggal…, tahun…, pada awalnya, pada akhirnya, sesudah,
setelah, sebelum, ketika, waktu itu, pada waktu…, bermula dari…, sampai dengan…
103
Halaman
b. Pengembangan Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi menguraikan pembandingan, pengelompokan, perincian, dan
hubungan kausal. Paragraf eksposisi pembandingan menggunakan pemarkah bahasa,
antara lain sebaliknya, membedakan, tetapi, walaupun, namun, dan melainkan. Paragraf
eksposisi pengelompokan menggunakan pemarkah bahasa, seperti dibagi,
dikelompokkan, kategori, jenis, macam, kelas, aspek, kualitas, dan tipe. Paragraf
eksposisi perincian menggunakan kata-kata, misalnya pertama, kedua, ketiga, misalnya,
dan umpamanya. Paragraf eksposisi hubungan kausal menggunakan pemarkah,
misalnya sebab, lantaran, karena, oleh…, dengan…, sehingga, oleh karena itu, oleh
sebab itu, karena itu, sampai, menyebabkan, disebabkan, penyebab, dan lain- lain.
Hasil Inventarisasi dan Penilaian (IP) menurut data Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara (DJKN) menunjukkan adanya koreksi yang menambah nilai Aset Tetap
sebesar Rp388,51 triliun. Terdapat permasalahan dalam pencatatan hasil IP
sebagai berikut.
(1) DJKN belum dapat merekonsiliasi hasil IP sebesar Rp55,39 triliun dengan
catatan pada KL;
(3) DJKN belum melakukan IP atas aset tetap dengan nilai perolehan minimal
sebesar Rp6,63 triliun.
Nilai aset tetap di neraca dapat berbeda jika pemerintah telah menyelesaikan IP
atas seluruh aset dan menyelesaikan rekonsiliasi hasil IP dengan KL terkait.
105
Halaman
d. Format Paragraf
4. Penyusunan Judul
Judul merupakan unsur awal dalam penyusunan TP, judul memberikan gambaran awal
kepada pembaca TP untuk memperoleh informasi yang singkat dan jelas tentang
permasalahan yang dimuat dalam TP tersebut. Salah satu teknik pengungkapan Judul yaitu
memberikan simpulan/gambaran atas kondisi permasalahan yang terjadi, atau dapat juga
mengkombinasikan antara kondisi dengan akibat, menggunakan bahasa yang singkat dan
jelas. Judul diutamakan dalam bentuk frase yang panjang.
▶ Terdapat Pekerjaan Pembangunan Gedung Pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan
Inspektorat Mengalami Kekurangan Volume Sebesar Rp505.334.310,00
Hasil suntingan:
Dalam subbab ini diatur ukuran kertas, bidang kerja, pengetikan, dan penomoran
halaman.
a. Kertas
Kertas yang digunakan dalam penulisan laporan adalah HVS 70 atau 80 gram ukuran A4
(21,00 cm x 29,70 cm atau 8,27” x 11,69”).
b. Bidang Kerja
Bidang kerja yang digunakan pada kertas laporan adalah 4 cm (1,58”) dari sisi kiri dan 3 cm
(1,18”) masing-masing dari sisi kanan, sisi atas, dan sisi bawah kertas.
c. Pengetikan
Laporan BPK harus diketik dengan komputer menggunakan program pengolah kata. Jenis
huruf yang digunakan adalah Times New Roman dengan ukuran (font size) 11. Laporan
diketik dengan spasi exactly 14pt dengan paragraf sebelum dan sesudah (beforeand after)
adalah 0. Untuk hal-hal khusus spasi dapat disesuaikan dengan kondisi. Awal paragraf
dimulai 0,5 inchi ke dalam. Judul dan subjudul, termasuk judul tabel dan judul gambar,
diketik satu spasi.
d. Ilustrasi
Ilustrasi seperti gambar, tabel, ataupun bagan harus ditulis pada kertas naskah. Ilustrasi
tersebut tidak boleh menggunakan kertas grafik atau kertas lain yang ditempelkan pada
kertas naskah.
e. Nomor Halaman
Sampul dan halaman pancir (sampul dalam) tidak dinomori. Halaman kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar bagan atau gambar diberi nomor dengan angka romawi kecil i, ii dan
seterusnya. Nomor halaman kata pengantar, daftar isi, daftar bagan atau gambar
diletakkan di tengah bawah naskah. Untuk halaman naskah, yakni dari halaman
pendahuluan sampai halaman daftar pustaka serta lampiran-lampiran diberi nomor dengan
angka arab tanpa menggunakan titik. Nomor halaman untuk naskah (pendahuluan sampai
daftar pustaka dan lampiran) diletakkan di sudut kanan bawah naskah. Setiap judul bab
harus dimulai pada halaman baru.
107
Halaman
Soal Latihan
108
Halaman
4. Pilihlah kalimat yang menurut Saudara benar!
A. Aset tetap tidak dapat diyakini kewajarannya karena belum dilakukan inventarisasi.
B. Nilai aset tetap tidak dapat diyakini kewajarannya karena belum diinventarisasi.
C. Karena belum dilakukan inventarisasi Pemeriksa tidak dapat meyakini kewajaran
nilai aset tetap.
D. Karena belum diinventarisasi, Pemeriksa tidak dapat meyakini kewajaran aset
tetap.
8. Diksi dalam penulisan yang tepat adalah dengan menggunakan pilihan kata ... .
A. konotatif, atasan, khusus, dan ilmiah.
109
10. Judul temuan yang paling mudah dipahami pembaca laporan adalah:
A. Pembangunan gedung SMAN 99 tidak sesuai dengan ketentuan.
B. Pembangunan gedung SMAN 99 tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
C. Pembangunan gedung SMAN 99 bertentangan dengan Perpres No. 54 Tahun 2010.
D. Pembangunan gedung SMAN 99 tidak dilaksanakan secara tender.
110
Halaman
Latihan 2
Suntinglah paragraf berikut sehingga sesuai dengan Pedoman Penulisan Laporan BPK!
Paragraf berikut bersumber dari LHP atas Pelaksanaan Anggaran Kegiatan Tahun
Anggaran 2007dan 2008 pada Kanwil Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Depkumham) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Kanwil
Depkumham Provinsi Papua di Jayapura.
Laporan tersebut terdiri atas tiga bab yaitu pendahuluan, gambaran umum obyek
pemeriksaan,dan hasil pemeriksaan. Paragraf berikut merupakan bagian dari bab
III.
apapun
”
.
111
Halaman
Teknik Penulisan Temuan Pemeriksaan Buku Peserta
PENUTUP
Hasil pemeriksaan adalah hasil akhir dari suatu proses penilaian kebenaran,
kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/ informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilaksanakan secara
independen, objektif, dan professional berdasarkan Standard Pemeriksaan, yang
dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai keputusan BPK. Untuk dapat
menyajikan laporan hasil pemeriksaan yang baik, pemeriksa harus mengetahui kualitas
laporan yang baik. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat,
objektif, meyakinkan, serta jelas, dan seringkas mungkin.
Laporan yang baik adalah laporan yang mudah dipahami bagi pembaca
laporan. Tujuan utama atas penulisan laporan adalah untuk mengkomunikasikan suatu
pesan di dalam laporan. Untukitu diperlukan gaya bahasa yang baik dalam menyusun
suatu laporan hasil pemeriksaan, dalam hal ini gaya bahasa yang berlaku di BPK. Berikut
merupakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaidah bahasa laporan
pemeriksaan:
5. Penulisan Angka
113
Halaman
Teknik Penulisan Temuan Pemeriksaan Buku Peserta
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia No.15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan.
Arens, dkk. 2012. Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach, 14th Edition.
New Jersey: Pearson Education Inc.
Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2017. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia No.01 Tahun 2017: Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta:
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2010. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia No.05 Tahun 2010: Petunjuk Teknis Temuan Pemeriksaan. Jakarta:
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2017. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia No.05Tahun 2015: Pedoman Manajemen Pemeriksaan. Jakarta: Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2020. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2020. JKS-P.102.000/2020: Petunjuk Teknis Pemeriksaan
LKPP/LKKL/LKBUN. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2020. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2021. JKS-P.103.000/2021: Petunjuk Teknis Pemeriksaan
LKPD. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2020. AKN V: Kebijakan Pemeriksaan LKPD. Jakarta:
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2008. Pedoman Penulisan Laporan BPK RI (Gaya
Selingkung). Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Tahun 2005. 2005. Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Blake, Gary, dan Robert W. Bly. 1993. The Elements of Technical Writing. New York:
Macmillan GeneralReference.
Colin-Jones, Graham. 1992. The Complete Asian Report Writer. Singapore: Times Books
International.
Findlay, Bruce M. 1996. How to write a Psychology Laboratory Report. Second Edition.
Englewood Clifts, New Jersey: Prentice-Hall.
Fletcher, J.A., dan GF. Gowing. 1987. The Business Guide to Effective Writing. Revised,
second edition.New Delhi: New Light Publishers.
Julianto, Eko. 2016. Diktat tidak diterbitkan. Temuan Pengendalian Intern dan Temuan
Kepatuhan: Hubungan, Perbedaan, dan Struktur Penulisan.
114
Halaman
Teknik Penulisan Temuan Pemeriksaan Buku Peserta
Keithley, Erwin, dan Philip J. Schreiner. 1971. A Manual of Style for the Preparation
of Papers andReports. Cincinnati, Ohio: South-Western Publishing Co.
Matejka, Ken, and Diane P. Ramos. 1996. Hook’em: Speaking and Writing to Cacth and
Keep a BusinessAudience. New York: American Management Association.
May, Claire, dan Gordon S. May. 1996. Effective Writing: A Handbook for Accountans.
Upper SaddleRiver, New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
Parera, Jos. Daniel. 2004. Belajar Mengemukakan Pendapat. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga. Parera, Jos. Daniel. 2004. Teori Semantik. Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
_______________. 2004. Menulis Tertib dan Sistematik. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
_______________. 2004. Keberbahasaan dan Keperluan Bahasa Indonesia: untuk
Menulis danPenyunting Buku Pelajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
Pattow, Donald dan William Wrech. 1998. Communicating Technical Information: A
Guide for theElectronic Age. Second Edition. Upper Saddle River, New Jersey:
Prentice-Hall.
Pusat Bahasa. 2001. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: PT Balai Pustaka.
115
Halaman
Teknik Penulisan Temuan Pemeriksaan Buku Peserta
© 2022 Hak Cipta pada Bidang Kurikulum, Silabus, dan Bahan Ajar
116
Halaman
Teknik Penulisan Temuan Pemeriksaan Buku Peserta
LAMPIRAN
MATRIKS KODERING
TIAP JENIS TEMUAN
117
Halaman
Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan Perundang-undangan yang Mengakibatkan Nilai penyerahan aset atau
penyetoran ke kas
negara/daerah atas temuan
Kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah yang terjadi di perusahaan yang telah ditindak lanjuti
Kerugian dalam proses pemeriksaan
negara/ pembayaran honorarium
daerah atau dan/atau biaya perjalanan penyetoran
kerugian Belanja atau pengadaan ke kas
dinas ganda dan atau penyetoran ke
negara/ barang/jasa fiktif Penjualan/ negara/
melebihi standar yang Kelebihan Penentuan kas negara/
daerah yang Kelebihan ditetapkan pertukaran/ daerah atas
spesifikasi penetapan HPP terlalu daerah atas
terjadi di Rekanan pembayaran penghapusan temuan yang
Kekurangan penggunaan barang/jasa Pengembalian dan Pelanggaran rendah temuan yang
perusahaan pengadaan selain Biaya Belanja tidak aset negara/ Penghapusan telah ditindak
volume Pemahalan uang/barang yang pinjaman/ pembayaran ketentuan sehingga telah ditindak
barang/jasa kekurangan Perjalanan pembayaran sesuai atau daerah tidak hak tagih tidak lanjuti dalam
pekerjaan harga (Mark untuk diterima piutang atau restitusi pemberian penentuan Lain-lain lanjuti dalam
III. a tidak volume Dinas honorarium melebihi sesuai sesuai proses
dan/atau up) kepentingan tidak sesuai dana bergulir pajak atau diskon harga jual proses
Belanja Belanja atau menyelesaika pekerjaan ganda dan ganda dan ketentuan ketentuan dan ketentuan pemeriksaan
barang pribadi dengan macet penetapan penjualan lebih rendah pemeriksaan
Kodering : Perjalanan pengadaan n pekerjaan dan/atau atau atau merugikan untuk temuan
kontrak kompensasi dari yang untuk temuan
101 Dinas Fiktif fiktif lainnya barang melebihi melebihi negara/ lainnya
kerugian seharusnya perjalanan
standar standar yang daerah (selain
dinas
yang ditetapkan perjalanan
ditetapkan dinas)
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml penjel Jml Jml
Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus asan Kasus Kasus
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
101 01 01 101 01 02 101 02 101 03 101 04 101 05 101 06 101 07 01 101 07 02 101 08 101 09 101 10 101 11 101 12 101 15 101 16 101 17 101 99
Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan yang Mengakibatkan Nilai penyetoran ke kas negara/daerah atas temuan yang
Kekurangan Penerimaan telah ditindak lanjuti dalam proses pemeriksaan
Penerimaan Negara/Daerah atau denda keterlambatan pekerjaan
Kekurangan belum/tidak ditetapkan atau dipungut/diterima/disetor ke Kas
Penerimaan Negara/Daerah atau perusahaan milik negara/daerah penyetoran ke kas
Dana penyetoran ke kas
Penggunaan Penerimaan negara/daerah atas
III. C Denda keterlambatan Perimbangan Pengenaan tarif Koreksi Kelebihan negara/daerah atas temuan
Penerimaan Negara/Daerah lainnya langsung Negara/ daerah temuan yang telah ditindak
pekerjaan belum/tidak yang telah pajak/PNBP perhitungan pembayaran yang telah ditindak lanjuti
(selain denda keterlambatan) Penerimaan diterima oleh Lain-lain lanjuti dalam proses
Kodering : ditetapkan atau ditetapkan lebih rendah bagi hasil subsidi oleh dalam proses pemeriksaan
103 belum/tidak ditetapkan atau Negara/ instansi yang pemeriksaan untuk
dipungut/diterima/disetor ke belum masuk dari ketentuan dengan KKKS pemerintah untuk temuan denda
dipungut/diterima/disetor ke Kas Daerah tidak berhak temuan lainnya (selain
Kas Negara/Daerah atau ke Kas Daerah keterlambatan pekerjaan
Negara/Daerah atau perusahaan milik denda keterlambatan)
perusahaan milik
negara/daerah
negara/daerah
Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Penjelasan Temuan Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
103 01 01 103 01 02 103 02 103 03 103 04 103 05 103 06 103 07 103 99
Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan yang Mengakibatkan
Administrasi
Pertanggungjawaban tidak Penyimpangan
akuntabel (bukti tidak Proses terhadap Penyimpangan Pembentukan Pertanggungj
Administrasi
lengkap/tidak valid) peraturan terhadap Penyetoran Sisa kas
pengadaan cadangan awaban/ Pengeluaran
III. c pertanggung- Pekerjaan Pemecahan perundang - peraturan Koreksi Penerimaan dibendahara Kepemilikan
Pertanggung- barang/jasa piutang, penyetoran investasi
jawaban tidak dilaksanakan kontrak undangan perundang - perhitungan Negara/ pengeluaran aset Pengalihan
jawaban tidak sesuai Pelaksanaan perhitungan uang pemerintah
Kodering: akuntabel mendahului untuk bidang undangan susbsidi/ Daerah akhir Tahun tidak/belum anggaran
perjalanan ketentuan lelang secara penyusutan persediaan tidak Lain-lain
(bukti tidak kontrak atau menghindari pengelolaan bidang tertentu kewajiban melebihi Anggaran didukung antar MAK
dinas tidak (tidak proforma atau melebihi didukung
104 lengkap/tidak penetapan ketentuan perlengkapan lainnya seperti pelayanan batas waktu belum/ tidak bukti yang tidak sah
akuntabel menimbulkan amortisasi batas waktu bukti yang
valid) lainnya anggaran pelelangan atau Barang kehutanan, umum yang disetor ke kas sah
(bukti tidak kerugian tidak sesuai yang sah
(selain Milik Negara/ pertambangan, ditentukan negara/daerah
lengkap/tidak negara) perpajakan, dll. ketentuan ditentukan
perjalanan Daerah/
valid) Perusahaan
dinas)
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Penjelasan
Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Nilai Jml Kasus Nilai Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Nilai Nilai Nilai
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Temuan
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
104 01 01 104 01 02 104 02 104 03 104 04 104 05 104 06 104 07 104 08 104 09 104 10 104 11 104 12 104 13 104 14 104 15 104 99
Penyimpangan
Kelemahan Mekanisme terhadap Penetapan/
SPI Sistem pemungutan, peraturan pelaksanaan Penetapan/ SOP yang Satuan
Sistem Informasi penyetoran dan perundang- kebijakan pelaksanaan Entitas tidak
undangan Pelaksana- tidak tepat ada pada Entitas Pengawas
III. e Pencatatan Proses Informasi Akuntasi pelaporan serta kebijakan memiliki Tidak ada
Entitas bidang teknis an belanja entitas tidak tidak Intern yang
tidak/ belum penyusunan Akuntansi dan Perencanaan penggunaan atau belum tidak tepat SOP formal pemisahan
Kodering : terlambat tertentu atau di luar berjalan memiliki ada tidak
dilakukan laporan tidak dan Pelaporan Lain-lain kegiatan tidak penerimaan
ketentuan mekanisme
dilakukan atau belum Lain-lain untuk suatu tugas dan Lain-lain
201 menyampai memadai negara/daerah/ berakibat dilakukan secara Satuan memadai
atau tidak sesuai Pelaporan belum intern APBN/ prosedur fungsi yang
202 kan laporan perusahaan hilangnya berakibat optimal Pengawas atau tidak
akurat ketentuan tidak didukung organisasi APBD atau memadai
203 dan hibah tidak potensi peningkatan atau tidak Intern berjalan
memadai SDM yang yang diperiksa keseluruhan
sesuai dengan tentang penerimaan/ biaya/belanja ditaati optimal
memadai
ketentuan pendapatan pendapatan
dan belanja
Penje
Penje
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml lasan
Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Penjelasa Nilai Jml Kasus Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai lasan Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Temua
n Temuan Temuan
n
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
201 01 201 02 201 03 201 04 201 05 201 99 202 01 202 02 202 03 202 04 202 05 202 06 202 99 203 01 203 02 203 03 203 04 203 05 203 99
ketidakekonomisan,
Ketidakekonomisan, Ketidakefisienan, dan Ketidakefektifan
ketidakefisienan, Ketidakhematan/pemborosan/ketidakekonomisan Ketidakefisienan Ketidakefektifan
dan ketidakefektifan Penggunaan Pemanfaatan Pelaksanaan Fungsi atau
Penetapan Penggunaan Pemanfaatan
kuantitas input Penggunaan barang/ jasa kegiatan tugas instansi
kualitas dan Pemborosan kualitas input barang/jasa Pelayanan yang diperiksa Penggunaan
III. f Pengadaan untuk satu anggaran Barang yang dilakukan tidak terlambat/
kuantitas keuangan negara/ untuk satu dilakukan kepada tidak biaya
barang/ jasa satuan output tidak tepat dibeli belum/ berdampak terhambat
Kodering : barang/jasa daerah/ Lain-lain satuan output Lain-lain tidak sesuai masyarakat diselenggarakan promosi/ Lain-lain
melebihi lebih sasaran/ tidak tidak dapat terhadap sehingga dengan baik,
301 yang digunakan perusahaan atau lebih tinggi dari dengan tidak pemasaran
kebutuhan besar/tinggi sesuai dimanfaatkan pencapaian mempengaruhi termasuk target
302 tidak sesuai kemahalan harga yang rencana yang tujuan pencapaian optimal tidak efektif
dari yang peruntukan penerimaan tidak
303 standar seharusnya ditetapkan organisasi tujuan organisasi tercapai
seharusnya
Penje- Penje- Penje-
Jml Jml Jml
Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Nilai lasan Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Nilai lasan Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Jml Kasus Nilai Nilai lasan
Kasus Kasus Kasus Temuan
Temuan Temuan
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
301 01 301 02 301 03 301 99 302 01 302 02 302 99 303 01 303 02 303 03 303 04 303 05 303 06 303 07 303 08 303 99
KELOMPOK TEMUAN KOLOM KODERING KLASIFIKASI TEMUAN
5/6 101 01 01 Belanja Perjalanan Dinas Fiktif
7/8 101 01 02 Belanja atau pengadaan fiktif lainnya
9/10 101 02 Rekanan pengadaan barang/jasa tidak menyelesaikan pekerjaan
11/12 101 03 Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang
13/14 101 04 Kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang
15/16 101 05 Pemahalan harga (Mark up)
17/18 101 06 penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi
19/20 101 07 01 Biaya Perjalanan Dinas ganda dan atau melebihi standar yang ditetapkan
21/22 101 07 02 pembayaran honorarium ganda dan atau melebihi standar yang ditetapkan
23/24 101 08 spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak
KERUGIAN
25/26 101 09 Belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan
27/28 101 10 Pengembalian pinjaman/ piutang atau dana bergulir macet
29/30 101 11 Kelebihan penetapan dan pembayaran restitusi pajak atau penetapan kompensasi kerugian
31/32 101 12 Penjualan/ pertukaran/ penghapusan aset negara/ daerah tidak sesuai ketentuan dan merugikan negara/ daerah
33/34 101 15 Penghapusan hak tagih tidak sesuai ketentuan
35/36 101 16 Pelanggaran ketentuan pemberian diskon penjualan
37/38 101 17 Penentuan HPP terlalu rendah sehingga penentuan harga jual lebih rendah dari yang seharusnya
39/40 101 99 Lain-lain
42/43 penyetoran ke kas negara/ daerah atas temuan yang telah ditindak lanjuti dalam proses pemeriksaan untuk temuan perjalanan dinas
44/45 penyetoran ke kas negara/ daerah atas temuan yang telah ditindak lanjuti dalam proses pemeriksaan untuk temuan lainnya (selain perjalanan dinas)
Di samping menyusun modul untuk Badan Diklat BPK, penulis juga telah menerbitkan
dua buku tentang teknik audit berbantuan komputer, yaitu Menggunakan Microsoft
Excel sebagai Software Audit dan Menggunakan Microsoft Access sebagai Software
Audit. Kedua buku tersebut terbit 2018.
Pria yang akrab disapa Coach (Koh) Rudi saat ini berkedudukan sebagai
Widyaiswara Madya. Coach Rudi lahir di Sukabumi pada Tanggal 27 Juni 1976.
Rudi menempuh pendidikan dari SD hingga SLTA di Kota Sukabumi. Setelah
lulus dari dari SMA Negeri 1 Sukabumi pada Tahun 1995, pendidikan yang
ditempuh selanjutnya berturut-turut adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (1998), FE
Universitas Brawijaya Malang Jurusan Akuntansi (2001), MAKSI Universitas Indonesia Konsentrasi
Manajemen Keuangan Publik (2004).
Adapun pendidikan profesi yang pernah ditempuh antara lain adalah Certified Corporate Coach,
Approved Coach Specific Training Hours (ACSTH) 66 hours dari International Coach Federation
(ICF).