Anda di halaman 1dari 17

MODUL 5

MEDAN MAGNETIK

Nama Praktikan : Gamaliel Shalom Linggi

Nama anggota kelompok:

1. ROBERT DANILLO SANTOSO (101322029)


2. HAFIZH ARDIANSYAH (101322031)
3. DERIK EIRINO NATALIKO (101322033)
4. CANINO DAFFA PRABOWO (101322035)
5. GAMALIEL SHALOM LINGGI (101322037)

NIM : 101322037

Kelas : PE-2A

Tanggal Praktikum : 22 Mei 2023

Pimpinan Praktikum: Isna Rizkydianita Septrima


I. INTISARI

Praktikum Modul 5 yang berjudul Medan Magnetik bertujuan untuk menentukan arah arus
medan magnet di sekitar kawat berarus 2, menentukan besar nilai sudut dan arah simpangan
jarum kompas , menghitung besar nilai tegangan (Vp dan Vs) pada percobaan transformator.
Medan magnet adalah daerah yang ada di sekitar magnet dimana objek-objek magnetik lain
dapat terpengaruh oleh gaya magnetismenya. Dalam modul ini dilakukan tiga percobaan,
yaitu; medan magnet di sekitar kawat lurus dan melingkar, elektromagnetika, dan
tranformator. Pada percobaan kali ini kita akan menggunakan bantuan transformator, yaitu
suatu alat untuk mengubah tegangan AC menjadi lebih besar atau lebih kecil bersama dengan
kumparan. Medan magnet dapat timbul karena adanya magnet permanen dan kawat yang di
aliri oleh arus listrik. Arah medan magnet di gambarkan dengan garis gaya magnet. Untuk
medan magnet oleh magnet permanen arah garis gaya magnet berawal dari kutub utara menuju
kutub selatan. Solenoid merupakan lilitan kawat yang berbentuk pegas dan dialiri arus listrik.
Secara umum bagian tengah solenoid dapat diisi suatu inti atau dibiarkan kosong (inti
udara/vakum). Transformator (trafo) merupakan alat untuk mengubah tegangan AC menjadi
lebih besar atau lebih kecil. Trafo terdiri dari dua buah kumparan: primer dan sekunder dengan
inti besi berlapis. Kumparan primer dihubungkn ke input tegangan. Pengaturan besar kecilnya
perubahan tegangan pada trafo bergantung dari jumlah lilitan pada kumparan primer dan
sekundernya. Trafo yang digunakan untuk menaikkan tegangan disebut trafo step-up,
sedangkan untuk menurunkan tegangan disebut trafo step-down. Pada percobaan pertama kami
menyusun rangkaian menjadi tiga bagian yaitu: Bagian A. Medan Magnet di Sekitar Kawat
Lurus, Bagian B. Medan Magnet di Sekitar Kawat Melingkar dan Bagian C. Medan Magnet di
Sekitar Solenoid. Setelah itu kami meletakan Kompas di masing-masing bagian dan mengamati
arah Kompas tersebut, tidak lupa kami juga mencatatnya. Pada percobaan 2 kami
menggunakan kumparan 500 lilitan dan 1000 lilitan dan mencatat arus yang dilalui rangkaian.
Pada percobaan 3 kami memasang kumparan 500 lilitan sebagai kumparan primer, dan
1000 lilitan sebagai kumparan sekunder, lalu mencatat tegangan kumparan primer dan
sekunder.

II. PENDAHULUAN

2.1 Tujuan

1. Menentukan arah medan magnet pada kawat berarus


2. Menentukan arus pada kumparan
3. Menentukan tegangan pada kumparan primer dan sekunder.

2.2 Dasar Teori

Medan magnet adalah daerah yang ada di sekitar magnet dimana objek- objek magnetik lain
dapat terpengaruh oleh gaya magnetismenya. Definisi lainnya merupakan suatu ruang yang
disekitar benda-bendanya terdapat gaya magnet. Benda magnetik selalu mencoba untuk
mengarahkan diri selaras dengan pengaruh medan magnet disekitarnya. Makin kuat gaya
megnetisme yang dimiliki oleh suatu benda, maka makin luas pula cangkupan medan
magnetnya. Sedangkan gaya magnet sendiri adalah dorongan atau tarikan yang dihasilkan oleh
magnet itu sendiri.[1]
Hubungan antara listrik dan kemagnetan pertama kali teramati oleh seorang ilmuwan
Denmark bernama Hans Christian Oersted pada tahun 1820, ketika dia melakukan percobaan
yang menunjukkan bahwa jarum kompas dibelokkan oleh arus listrik. Sebulan setelah
temuan Oersted ini menyebar di Paris, dua orang ilmuwan Prancis bernama Jean Babtiste
Biot dan Felix Savart berhasil menentukan bentuk medan magnet yang ditimbulkan oleh arus
listrik yang stabil. Besar induksi magnetik berdasarkan geometri dalam gambar yang dikenal
sebagai hukum Biot- Savart adalah sebagai berikut:[2]

a. Sebanding dengan kurat arus listrik I


b. Sebanding dengan panjang elemen penghantar 𝑑ℓ
c. Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak r antara titik P dengan elemen penghantar
𝑑ℓ
d. Sebanding dengan sinus sudut apit 𝜃 antara arah arus pada 𝑑ℓ dengan garis
penghubung titik P dengan 𝑑ℓ

Eksperimen medan magnetik juga melibatkan penggunaan alat yang disebut magnetometer.
Magnetometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah medan
magnetik. Salah satu jenis magnetometer yang sering digunakan adalah magnetometer Hall.
Eksperimen medan magnetik menggunakan magnetometer Hall telah dilakukan oleh Edwin
Hall pada tahun 1879. Dalam percobaannya, Hall mengamati bahwa medan magnet yang
diberikan tegangan listrik akan menghasilkan potensial Hall, yang sebanding dengan kekuatan
medan magnet yang diberikan. [3]

Salah satu percobaan medan magnetik yang terkenal adalah percobaan Cavendish. Percobaan
ini dilakukan oleh Henry Cavendish pada tahun 1791. Dalam percobaannya, Cavendish
memanfaatkan gaya magnetik untuk menentukan massa benda. Ia menggunakan sebuah jarum
magnetik yang dihubungkan dengan benda yang ingin ditentukan massanya. Gaya magnetik
yang dialami oleh jarum magnetik mengindikasikan massa benda tersebut. Percobaan ini
membantu dalam pengembangan metode-metode pengukuran massa yang akurat. [4]
2.3 Daftar Alat
Tabel 1. Daftar alat

2.4. Prosedur Percobaan


Percobaan 1. Medan magnet di sekitar kawat lurus, melingkar dan solenoid
1. Alat-alat disiapkan
2. Rangkaian disusun seperti pada gambar masing-masing Bagian berikut. Catu daya
dipastikan mati dan saklar rangkaian terbuka. Tegangan output dari catu daya dipilih
sebesar 2V DC.
Gambar 1. Medan mangnet di sekitar kawat lurus

Gambar 2. Medan magnet di sekitar kawat melingkar

Gambar 3. Medan magnet di sekitar solenoid

3. Pada posisi catu daya dan saklar yang masih OFF, beberapa Kompas kecil
ditempatkan pada permukaan kotak transparan sebagai berikut:
• Bagian A: mengitari kawat lurus vertikal.
• Bagian B: mengitari kawat melingkar, tempatkan pula 1 buah kompas kecil di
tengah-tengah lingkaran.
• Bagian C: di tengah-tengah solenoid.
4. Catu daya dinyalakan dan set saklar ON. Amati baik-baik perubahan arah jarum
kompas, kemudian di catat.
5. Sketsa pola garis-garis medan magnet di sekitar kawat lurus vertical digambarkan
berdasarkan arah jarum kompas.
6. Catu daya dimatikan. Kemudian kabel penghubung antara 2 port catu daya ditukar
sehingga polaritasnya terbalik.
7. Catu daya dinyalakan kembali dan diamati baik-baik perubahan arah jarun jam
kompas, kemudian dicatat.
Percobaan 2. Elektromagnetika
1. Susun rangkaian disususn seperti Susun rangkaian seperti Gambar, catu daya dan
saklar dipastikan dalam posisi OFF.
• Menggunakan kumparan 500 lilitan dan 1000 lilitan.
• Menggunakan multimeter digital sebagai ammeter dengan batas ukur 10 A
DC.
• Kompas besar diletakan pada salah satu ujung kumparan, dan atur Kompas
dan kumparan agar jarum kompas tegak lurus terhadap sumbu kumparan.

Gambar 4. Rangkaian percobaan elektromagnetika

2. Output tegangan catu daya dipilih sebesar 12 V DC.


3. Catu daya dinyalakan dan diset saklar ON.
4. Knob Potensiometer diputar pada skala kasar pertama, dan diamati arus yang melalui
rangkaian pada Multimeter. Kemudian dicatat besar arusnya.
5. Sudut dan arah simpangan diamati (searah jarum jam (SJ) atau berlawanan (BJ)) dan
catat hasilnya untuk kasus-kasus berikut:
• 500 lilitan dengan inti udara.
• 500 lilitan dengan inti besi berbentuk I.
6. Langkah (5) diulangi untuk kumparan 1000 lilitan.
7. Ujung-ujung kabel yang terpasang pada catu daya ditukar agar polaritasnya terbalik.
Kemudian diulangi langkah (5) dan (6).
8. Knob Potensiometer diputar agar nilai arus yang terbaca di Multimeter berubah.
Kemudian dicatat besar arusnya.
9. Langkah (5) sampai (7) diulangi untuk beberapa nilai arus yang melalui rangkaian.
dicatat Hasilnya.
Percobaan 3. Transformator
1. Rangkaian disusun seperti Gambar, catu daya dan saklar dipastikan dalam posisi OFF.
• Kumparan 500 lilitan dipasang sebagai kumparan primer, dan 1000 lilitan
sebagai kumparan sekunder.
• Dua Multimeter digunakan dengan batas ukur 20V AC
2. Output tegangan catu daya dipilih sebesar 2 V AC.

Gambar 5. Rangkaian percobaan transformator

3. Catu daya dinyalakan dan saklar diset ON, kemudian tegangan kumparan primer dan
sekunder dibaca pada masing-masing multimeter dan dicatat hasilnya.
4. Saklar diset OFF, kemudian langkah (3) diulangi untuk tegangan catu daya 4V dan 6V
AC.
5. Set saklar OFF, kemudian posisi kumparan ditukar (kumparan 1000 lilitan sekarang
menjadi kumparan primer.
6. Langkah (3) diulangi untuk tegangan catu daya 8V, 10V dan 12V AC.
III. DATA DAN PERCOBAAN

Percobaan 1.

Tabel 2. Hasil pemngamatan percobaan medan magnetic di sekitar kawat berarus


Percobaan 2.
Kumparan Simpangan Jarum Kompas

No Arus (A) Jumlah Inti Sudut Arah (SJ/BJ)


lilitan (derajat)

500 Udara 60° BJ


0,0226
500 Besi 40° BJ
1
1000 Udara 80° BJ
0,0239
1000 Besi 60° SJ
500 Udara 100° BJ
0,0155
500 Besi 80° BJ
2
1000 Udara 50° SJ
0,01992
1000 Besi 40° SJ
Tabel 3. Hasil pengamatan percobaan elektromagnetika

Percobaan 3.
Tegangan Jumlah Lilitan

Catu Daya Kumparan Kumparan Vp (V) Vs (V)


(V) Primer, Np Sekunder, Ns

Kasus 1. Kumparan primer 500 dan Kumparan sekunder 1000


2V 500 1000
2,258 3,60
4V 500 1000
4,53 7,54
6V 500 1000
6,80 11,42

Kasus 2. Kumparan primer 1000 dan Kumparan sekunder 500


8V 1000 500
9,10 3,764
10V 1000 500
11,36 4,74
12 V 1000 500
13,63 5,71
Tabel 4. Hasil pengamatan percobaan transformator
IV. PEMBAHASAN
Hukum Biot-Savart menyatakan bahwa medan magnetik (B) di suatu titik dalam
ruang dapat ditentukan dengan mengintegrasi kontribusi medan magnetik yang dihasilkan
oleh setiap elemen arus (dl) dalam konduktor. Ditulis dalam persamaan: B = 𝜇0 4𝜋 ∫ I x r
r 3 di mana μ0 adalah permeabilitas ruang hampa, I adalah arus dalam konduktor, r adalah
vektor posisi titik pengamatan, dl adalah elemen panjang konduktor, dan ×× adalah
produk vektor. Persamaan ini menyatakan bahwa medan magnetik pada suatu titik
tergantung pada besar, arah, dan jarak elemen arus di sekitarnya.
Pengaruh perubahan polaritas pada percobaan pertama terhadap arah medan magnet.
Padapercobaan ini terlihat bahwa arah medan magnet yang semula searah jarum jam
berubah menjadi berlawanan arah jarum jam. Hal ini dapat ditentukan dengan aturan yang
tepat, yaitu menentukan arah medan magnet sehingga mengubah arah arus yang mengalir.
Beberapa faktor yang memengaruhi besar medan magnet dan efek yang
ditimbulkannya: 1.) Jumlah lilitan kawat pada kumparan: Jumlah lilitan kawat pada
kumparan mempengaruhi besar medan magnet yang dihasilkan. Semakin banyak lilitan
kawat, semakin besar medan magnet yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh adanya
kumulasi kontribusi medan agnetic dari setiap lilitan kawat, sehingga jumlah medan
agnetic yang dihasilkan akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah lilitan. 2.)
Besar arus yang mengalir pada kawat: Besar arus yang mengalir pada kawat juga
memengaruhi besar medan magnet yang dihasilkan. Semakin besar arus yang mengalir,
semakin besar pula medan magnet yang dihasilkan. Hubungan ini ditunjukkan oleh
Hukum Biot-Savart, yang menyatakan bahwa medan agnetic berbanding lurus dengan
besarnya arus. 3.) Bentuk geometri kumparan: Bentuk geometri kumparan juga dapat
memengaruhi besar medan magnet yang dihasilkan. Misalnya, jika kumparan berbentuk
lingkaran atau toroid, medan magnet yang dihasilkan akan lebih terkonsentrasi di dalam
kumparan dan memiliki pola medan yang lebih homogen. Sedangkan jika kumparan
memiliki bentuk yang tidak teratur, distribusi medan magnet dapat menjadi tidak merata.
4.) Jarak antara kumparan dengan titik pengamatan: Jarak antara kumparan dengan titik
pengamatan juga memengaruhi besar medan magnet yang terdeteksi. Semakin dekat titik
pengamatan dengan kumparan, semakin besar medan magnet yang dihasilkan. Namun,
seiring dengan meningkatnya jarak, medan magnet akan melemah secara invers
kuadratik.
Kuat medan magnet dipengaruhi oleh tegangan dan jumlah lilitan. Ketika tegangan
tinggi, medan magnet juga tinggi dan sebaliknya. Panjang kumparan juga berperan,
karena semakin panjang kumparan maka semakin kuat medan magnet yang dihasilkan.
Semakin tinggi jumlah kumparan, semakin tinggi medan magnetnya, semakin rendah
jumlah kumparannya, semakin rendah medan magnetnya. Selain itu, luas penampang juga
merupakan faktor yang mempengaruhi kekuatan medan magnet.
Hubungan antara perbandingan jumlah kumparan primer-sekunder dengan
perbandingan tegangan primer-sekunder pada transformator (trafo) dapat dijelaskan
dengan hukum transformator. Hukum ini menyatakan bahwa perbandingan tegangan
antara sisi primer (Vp ) dan sisi sekunder (Vs) pada trafo adalah sebanding dengan
perbandingan jumlah kumparan antara sisi primer (Np) dan sisi sekunder
(Ns).Perbandingan tegangan dan perbandingan jumlah kumparan memiliki hubungan
yang sebanding secara langsung. Jika perbandingan jumlah kumparan antara sisi primer
dan sekunder ditingkatkan, maka perbandingan tegangan antara sisi tersebut juga akan
meningkat. Sebaliknya, jika perbandingan jumlah kumparan dikurangi, perbandingan
tegangan juga akan menurun.
Konfigurasi trafo step-up dan step-down merujuk pada dua jenis pengaturan atau
penggunaan yang berbeda dari transformator. Perbedaan ini terkait dengan perubahan
tegangan listrik antara gulungan primer dan sekunder trafo.
1. Trafo Step-Up:
Pada konfigurasi trafo step-up, tegangan keluaran (tegangan di gulungan sekunder)
lebih besar daripada tegangan masukan (tegangan di gulungan primer). Dalam trafo step-
up, jumlah lilitan pada gulungan sekunder lebih banyak daripada gulungan primer.
Dengan begitu, trafo step-up digunakan untuk meningkatkan tegangan listrik. Contoh
penggunaan yang umum adalah dalam pembangkit listrik tenaga angin atau pembangkit
listrik tenaga surya, di mana tegangan yang dihasilkan oleh generator listrik masih rendah
dan perlu ditingkatkan agar sesuai dengan tegangan jaringan yang digunakan.
2. Trafo Step-Down:
Pada konfigurasi trafo step-down, tegangan keluaran (tegangan di gulungan sekunder)
lebih rendah daripada tegangan masukan (tegangan di gulungan primer). Dalam trafo
step-down, jumlah lilitan pada gulungan sekunder lebih sedikit daripada gulungan primer.
Trafo step-down digunakan untuk menurunkan tegangan listrik. Contoh penggunaan yang
umum adalah dalam sistem distribusi listrik, di mana tegangan tinggi dari pembangkit
listrik diubah menjadi tegangan yang lebih rendah sebelum didistribusikan ke rumah,
gedung, atau fasilitas lainnya. Perbedaan utama antara trafo step-up dan step-down
terletak pada perbandingan jumlah lilitan pada gulungan primer dan sekunder. Perubahan
tegangan listrik terjadi berdasarkan perbandingan tersebut. Selain itu, kedua konfigurasi
ini memiliki fungsi yang berlawanan: trafo step-up meningkatkan tegangan, sedangkan
trafo step-down menurunkan tegangan.
Transformator (trafo) dirancang khusus untuk bekerja dengan tegangan AC (arus
bolak-balik). Ini disebabkan oleh prinsip kerja trafo yang melibatkan induksi
elektromagnetik yang memerlukan perubahan fluks magnetik untuk menghasilkan
tegangan pada sisi sekunder. Oleh karena itu, trafo tidak dapat berfungsi dengan input
tegangan DC (arus searah). Jika trafo diberi input tegangan DC, karena tegangan DC
tidak berubah arah, tidak akan ada perubahan fluks magnetik di dalam trafo. Karena itu,
trafo tidak akan menghasilkan tegangan pada sisi sekundernya. Dalam kasus input
tegangan DC, trafo akan bekerja seperti sebuah induktor biasa dan tidak memiliki peran
penguatan atau penurunan tegangan yang biasa terjadi pada tegangan AC.

V. KESIMPULAN
1. Arah medan magnet pada kawat berarus dapat dilihat pada Tabel 2.
2. Arus pada kumparan dapat dilihat pada Tabel 3.
3. Vp dan Vs pada kumparan primer dan sekunder dapat dilihat pada Tabel 4.
VI. REFRENSI
1. Abdullah, M. (2017). FISIKA DASAR II. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
2. Hidayah, N. S. (2017). ANALISIS PENGUASAAN KONSEP MEDAN MAGNET DI
SEKITAR KAWAT BERARUS PADA SISWA KELAS XII
SMA. Jember: Universitas Jember.
3. Faraday, M. (1831). Experimental Researches in Electricity.
4. Hall, E. H. (1879). On a New Action of the Magnet on Electric Currents. Thomson, J.
J. (1897). Cathode Rays.
VII. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai