Anda di halaman 1dari 5

DIRIGEN PADUAN SUARA GEREJA

Oleh : Ryo Emanuel

RUANG LINGKUP TUGAS


Seorang dirigen paduan suara gereja sangat berperan dalam seluruh hidup paduan suara yang
dilatih dan dipimpinnya. Bahkan seorang dirigen memiliki ruang lingkup tugas yang tidak
terbatas pada saat paduan suaranya sedang berlatih atau menjalankan tugas pelayanan di gereja.
Secara garis besar tugas seorang dirigen paduan suara gereja adalah sbb:
1. Di luar hal teknis:
a. Menjadi motivator dan contoh bagi seluruh kegiatan paduan suara dan anggotanya, untuk
selalu belajar, berlatih baik sebagai pribadi maupun kelompok.
b. Menjadi contoh bagi seluruh anggota paduan suara dalam hal melayani.
2. Dalam hal teknis persiapan tugas pelayanan:
a. Memilih lagu-lagu yang sesuai untuk dilatih dan pada waktunya dinyanyikan dalam
Perayaan Ekaristi.
b. Memilih tatasuara lagu yang akan dilatih, atau membuatnya kalau belum ada.
Catatan: adalah baik jika kedua tugas bisa dilakukan bersama dengan organis / pengiring.
c. Menjalin komunikasi dengan Imam dan Seksi Liturgi Paroki atau Wilayah atau
Lingkungan dalam mempersiapkan tugas paduan suaranya.
d. Menjalin komunikasi dengan petugas-petugas lain dalam mempersiapkan hal-hal
pendukung. Tugas ini pada prakteknya bisa dibagi-bagi dengan anggota paduan suaranya.
3. Memimpin latihan paduan suara agar dapat mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan
dan umat.
4. Melatih umat sebelum PE dimulai: jawaban aklamasi-aklamasi, Mazmur Tanggapan, lagu
baru yang belum dikuasai umat atau jarang dinyanyikan, jawaban doa umat, dll.
5. Memimpin paduan suara dan umat selama PE berlangsung.

FUNGSI DIRIGEN SELAMA MEMIMPIN NYANYIAN


1. Menentukan dan menjaga tempo lagu.
Tempo harus dapat ditangkap dengan jelas oleh organis, sebab organis-lah yang secara de-
fakto membantu dirigen menjaga tempo lagu, sehingga paduan suara dan terutama umat
bernyanyi dengan tempo yang kurang lebih stabil.
Organis / pengiring harus sepenuhnya mengikuti tempo dari dirigen. Menentukan dan
menjaga ritme lagu.
Hal ini dilakukan dengan memperhatikan mana ketukan yang berat / mendapat tekanan atau
aksen, dan mana ketukan yang ringan / tidak mendapat tekanan atau aksen.

2. Memberikan tanda jiwa, ekspresi dan dinamika lagu sejauh mungkin.


Perlu diperhatikan jenis lagu yang akan dinyanyikan. Apakah lagu berbirama dengan tanda
birama yang jelas (4/4, 2/4) ataukah lagu resitatif (mazmur), gregorian atau polifoni.
Dalam praktek memimpin lagu resitatif, gregorian dan polifoni diperlukan persiapan yang
lebih baik dan teknik direksi yang sedikit berbeda. Semuanya akan kita coba dalami dalam
praktek.
Teknik direksi telah berkembang begitu pesat. Pada bagan di halaman lampiran diberikan
hanya teknik direksi dasar yang biasanya dipakai / umumnya dipakai.
Setiap dirigen, memiliki selera sendiri, mana style / gaya yang paling disukainya, atau paling
cocok dengan paduan suara yang dipimpinnya. Hal ini tentunya tergantung pada
- Berapa dalam dan luas pengetahuannya.
- Berapa lama pengalaman yang bersangkutan sebagai dirigen.

ABA-ABA YANG BAIK


1. Jelas dan tegas, tidak menimbulkan keragu-raguan.
Supaya jelas, maka sebaiknya aba-aba se-sederhana mungkin, se-efisien mungkin, agar
sungguh dapat dimengerti oleh paduan suara, dan juga oleh umat (dirigen dalam perayaan
ekaristi adalah juga dirigen umat.
Variasi yang dicantumkan pada bagan sebaiknya dibatasi penggunaannya, digunakan hanya
waktu memimpin paduan suara saja.
2. Konsisten.
Perubahan-perubahan tempo misalnya, hanya dimungkinkan bila dituntut / tercantum dalam
tata suara. Biasanya perubahan tempo hanya pada akhir lagu, atau akhir dari bagian lagu.
3. Tidak tebatas pada aba-aba tangan saja.
Mimik, ekspresi wajah, tatapan mata akan sangat membantu seorang dirigen dalam
memimpin sebuah lagu.

MEMULAI LAGU
1. Dengan sikap simpatik, tampil dengan percaya diri, dirigen meminta paduan suara berdiri
dan siap.
2. Dirigen memberi aba-aba 2 – 4 ketuk kepada pengiring / organis dengan tempo yang sesuai
dengan tempo yang dikehendaki dalam menyanyikan lagu.
3. Dirigen dan paduan suara mendengarkan intro dengan seksama, lalu pada saat yang tepat :
4. Dirigen memberi aba-aba 1 – 2 ketuk sebelum paduan suara (dan umat) mulai bernyanyi.
5. Ketukan pertama pada saat paduan suara (dan umat) mulai bernyanyi harus sungguh jelas
dan tegas!

Fungsi Intro
1. Memperdengarkan tinggi nada lagu yang akan dinyanyikan.
2. Memperkenalkan tempo dan panjangnya kesatuan tempo.
Tempo yang diperkenalkan di sini harus sesuai dengan tempo yang diberikan dirigen
sebelum intro mulai dimainkan.
3. Memperdengarkan karakter lagu (tenang, gembira, dsb).
4. Membantu paduan suara untuk mulai bernyanyi pada saat yang tepat, sehingga awal lagu
menjadi mantap.
Agar supaya fungsi nomor 4 ini dapat tercapai ada beberapa hal yang secara teoritis perlu
dipenuhi:
– Harus jelas kapan intro berakhir – maka intro harus selalu ditutup dengan nada dasar
dan akord kembali ke tonika.
– Harus jelas kapan nyanyian dimulai – maka hitungan dari nada penutup intro kepada
nada pertama nyayi harus berjalan terus dan ……
“antara intro di awal nyanyian harus ada waktu kosong selama beberapa hitungan,
untuk mengajak penyanyi agar ambil nafas dan mulai menyanyi dengan pasti”.

MENGAKHIRI LAGU
Sebenarnya jika semua anggota paduan suara dan juga pengiring / organis selalu menyempatkan
diri untuk melihat / melirik dirigen-nya, maka tidak pernah ada kesulitan dengan mengakhiri
lagu. Yang penting diingat adalah: sebagaimana awal lagu harus jelas: kapan mulai bernyanyi,
demikian pula akhir lagu harus jelas: kapan berhenti bernyanyi.
Salah satu cara yang paling sering digunakan untuk menandakan bahwa lagu hampir berakhir
dan tidak dilanjutkan ke ayat berikutnya adalah dengan memperlambat beberapa ketuk atau
birama terakhir sebelum lagu selesai. Ini boleh dilakukan, asal jangan terjadi terlalu banyak
birama yang diperlambat. Pada umumnya 1 birama terakhir sudah cukup; dalam kasus-kasus
tertentu boleh sampai dengan 2 birama.

MELATIH PADUAN SUARA


Pra latihan
Tugas seorang dirigen/pelatih paduan suara tidak dimulai pada waktu latihan, tetapi jauh
sebelum latihan dimulai. Maka melatih paduan suara terbagi atas 2 bagian besar, yaitu pra
latihan dan saat latihan. Pra latihan atau persiapan mutlak dilakukan. Yang tentunya harus
disiapkan pertama-tama adalah lagu apa saja yang akan dinyanyikan. Karena kita berbicara
tentang paduan suara gereja, maka pemilihan lagu pertama-tama harus dilakukan berdasarkan
tema bacaan misa.
Yang kedua, tingkat kesulitan lagu. Untuk itu seorang dirigen/pelatih harus melakukan analisa
atas lagu yang akan dinyanyikan. Jika lagu yang kita pilih tingkat kesulitannya di bawah
kemampuan paduan suara yang akan kita latih sama sekali tidak masalah. Jika yang terjadi
sebaliknya, latihan bisa menjadi beban yang sangat berat dan membosankan.
Dalam menganalisa lagu, pertama-tama kita harus memperhatikan:
1. Siapa penciptanya?
Akan sangat berguna kalau kita tahu siapa penciptanya. Mungkin juga kita sudah pernah
menyanyikan/membawakan lagu ciptaan pengarang yang sama, sehingga kita akan dapat
menemukan kesamaan-kesamaan dalam penjiwaan, teknik harmonisasi lagu, dan lain-
lain.
2. Periode lagu diciptakan
Periode saat lagu diciptakan berhubungan sangat erat dengan karakteristik musikal.
Periode renaisans, baroque, klasik, romantik, modern sangat berbeda satu dengan yang
lain, termasuk dalam hal teknik vokal yang ditonjolkan.
Juga yang sekarang sedang banyak kita usahakan musik inkulturatif. Bukan hanya soal
tangga nada (melodi) lagu dan alat musik pengiring yang berbeda, tetapi juga teknik
vokal.
Tahapan analisa lagu adalah sebagai berikut:
1. Membaca kembali syair. Kalau bahasa asing, coba terjemahkan ke dalam bahasa yang
dipahami penyanyi.
2. Berilah nomor birama.
3. Beri tanda pada bagian-bagian yang notasinya atau intervalnya sulit.
4. Perhatikan frasering/pengkalimatan, beri tanda pada tempat-tempat yang tidak
bolehbernafas, atau pada bagian-bagian yang memerlukan teknik nafas paduan suara,
atau pada tempat-tempat di mana harus mengambil nafas.
5. Pelajari tanda-tanda dinamika yang sudah ada dari komponis. Beri tanda dinamika dan
perubahannya.
6. Pelajari di mana saja puncak-puncak lagu; di mana saja ketegangan berakhir.
7. Menentukan tempo lagu sesuai dengan isi syair dan pengkalimatan serta puncak lagu.
Beri tanda tempo di awal lagu dan pada tempat-tempat di mana ada perubahan tempo.
8. Beri tanda pada bagian-bagian di mana ada vokal atau konsonan perlu diperhatikan.
9. Minta pengiring memainkan iringan, sambil membaca partiturnya untuk mempelajari
keserasian tempo, frasering, dinamika, dan lain-lain.
Tahap persiapan kita akhiri dengan merumuskan target yang realistis yang hendak dicapai dalam
setiap latihan.

Saat Latihan
1. Latihan harus berlangsung dalam suasana serius, akan tetapi tidak tegang. Semua
anggota PS harus dapat menikmati latihan.
2. Latihan yang baik selalu dimulai dengan pemanasan yang cukup. Tujuan pemanasan
adalah agar semua anggota PS memiliki kemampuan dan ketrampilan yang seragam
tentang: pembentukan suara, pernafasan, resonansi, warna suara, pergantian register,
intonasi dan lain-lain.
3. Akan sangat membantu jika setiap suara memiliki pelatih vokal masing-masing,
sehingga pemanasan dapat berlangsung lebih singkat. Dalam hal ada beberapa pelatih,
perlu koordinasi yang baik.
4. Latihan sebaiknya jangan langsung dalam 4 suara (SATB). Semua anggota PS perlu
mendengar melodi pokok terlebih dahulu. Kadangkala sangat berguna jika melodi pokok
tersebut dinyanyikan bersama-sama sejauh memungkinkan.
Sesudah semua mendengar (dan memahami) melodi pokok, barulah setiap suara dilatih
sesuai kelompoknya. Jika memungkinkan, ada baiknya setiap suara berlatih sendiri-
sendiri.
Sesudah semua suara menguasai notasi lagu, baru latihan digabung. Penting diingat:
a. Kalau lagu panjang, ada baiknya dipecah dalam beberapa bagian, dilatih secara
bertahap.
b. Bagian-bagian yang sulit hendaknya dilatih secara khusus.
c. Latihan harus dilakukan dengan volume suara sedang.
d. Sejak awal latihan bersama, semua anggota PS harus berusaha saling mendengar satu
sama lain dalam kelompok masing-masing, sehingga keseragaman vokal, warna
suara,dll selalu dijaga. Yang juga tidak kalah penting adalah sejak awal latihan
bersama semua suara harus selalu berusaha mendengar suara yang menyanyikan
melodi pokok pada waktu bernyanyi.
e. Ada baiknya kalau latihan notasi dilakukan tanpa iringan, untuk melatih kepekaan
dan ketepatan membidik nada.
5. Melatih syair.
6. Melatih penjiwaan dan ekspresi lagu: tempo dan perubahannya, dinamika dan
perubahannya, dll.

Anda mungkin juga menyukai