Anda di halaman 1dari 3

HUKUM KETENAGAKERJAAN oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.

BAB I
PENGERTIAN, HAKEKAT DAN SIFAT HUKUM KETENAGAKERJAAN

●Bekerja mencari nafkah dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua):


1. Bekerja tanpa mengikatkan diri pada orang lain (swa bekerja), yaitu;
- Tenaga, usaha, modal, keuntungan yang berasal dan untuk dinikmati oleh diri sendiri (wiraswasta).
2. Bekerja dengan mengikatkan diri kepada orang lain, yaitu;
- Melakukan pekerjaan yang tergantung pada perintah orang lain.
- Tunduk pada peraturan orang lain yang memberinya upah.
●Yang tidak termasuk dalam lingkup hukum ketenagakerjaan adalah sebagai berikut:
1. Orang yang bekerja karena menjalankan sanksi, contoh, seorang narapidana;
2. Orang yang bekerja karena menjalankan kewajibannya, misal, kewajiban bela negara;
3. Orang bekerja atas dasar resiko sendiri.
►Pengertian Hukum Ketenagakerjaan (Arbeidsrecht)
1. Menurut Molenaar
Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan adalah bagian dari hukum yang berlaku dan memiliki hakekat
mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, buruh dengan buruh dan antara buruh dengan
penguasa.
2. Menurut Imam Soepomo
Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan adalah himpunan peraturan-peraturan, baik tertulis maupun tidak
tertulis yang berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima
upah.
Unsur-unsurnya:
a. Himpunan peraturan (tertulis/tidak tertulis).
- tetapi belum tersusun rapi seperti halnya hukum perdata.
b. Berkenaan dengan kejadian/peristiwa (kapan hukum ketenagakerjaan/perburuhan tersebut berlaku).
- Berlaku pada saat sebelum adanya hubungan kerja. (sebelum)
-Tetap berlaku, meskipun pekerja/buruh tidak dapat menjalankan pekerjaannya karena sesuatu hal,
misal karena sakit, cuti, dll. (saat)
- Berlaku meskipun hubungan kerja telah diputuskan karena pekerja/buruh tidak dapat menjalankan
pekerjaannya, misalnya karena sudah lanjut usia, karena cacat, dll. (sesudah)
c. Seseorang bekerja pada orang lain.
d. Menerima upah.
- Merupakan tujuan pekerja/buruh melakukan pekerjaan.
- Dalam undang-undang ketenagakerjaan saat ini, yaitu undang-undang nomor 13 tahun 2003
disebutkan bahwa upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang

1
HUKUM KETENAGAKERJAAN oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.

sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang
telah atau akan dilakukan.
3. Menurut undang-undang ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003, yang dimaksud dengan
ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama, dan sesudah masa kerja.
►Hakekat hukum Ketenagakerjaan
~ Dibandingkan dengan hubungan secara hukumnya, sebagai berikut:
- Hubungan Jual-beli, baik secara yuridis maupun sosiologis, para pihak bebas untuk menentukan isi dari
perjanjiannya sesuai asas kebebasan berkontrak (contract vreijheid) dengan mengacu pada pasal 1320
BW (Burgelijk Wetboek).
- Dalam hubungan antara tenaga kerja/buruh dengan pengusaha/majikan, secara yuridis bebas juga
tetapi secara sosiologisnya tidak bebas, karena:
a. Pekerja atau buruh, tenaganya terikat/melekat pada pihak pengusaha/majikan.
b. Untuk syarat-syarat kerja, mutlak ditentukan oleh pengusaha/majikan. Hal ini dikarenakan, jika kedua
pihak memiliki wewenang yang sama untuk mengatur syarat-syarat kerjanya, maka keadilan sosial
tidak akan pernah tercapai.
- Sedangkan dasar dari intervensi pemerintah dibidang ketenagakerjaan berwujud berbagai peraturan
ketenagakerjaan yang disebut dengan hukum ketenagakerjaan.
~ Sehingga dapat disimpulkan, bahwa dasar dari hakekat hukum Ketenagakerjaan adalah bersifat
memberikan perlindungan terhadap pekerja/buruh dengan penjabaran sebagai berikut:
1. Melindungi pekerja/buruh dari tindakan sewenang-wenang pengusaha/majikan.
2. Menciptakan keadilan sosial di bidang ketenagakerjaan dengan pertimbangan antara kepentingan
pekerja/buruh dan kepentingan pengusaha/majikan.
►Sifat Hukum Ketenagakerjaan
1. Sifat Privat/privat rechtelijk/sifat mengatur
- Bersifat mengatur perseorangan/individu, yaitu baik pekerja/buruh dengan pengusaha/majikan,
seperti yang terdapat pada perjanjian kerja.
- Sifat ini melekat pada prinsip dasar adanya hubungan kerja yang ditandai dengan perjanjian kerja.
- Pada saat ini masih dimungkinkan untuk disimpangi dengan suatu perjanjian/ijin dari yang
berwenang.

2
HUKUM KETENAGAKERJAAN oleh Andreas Andrie Djatmiko, S.H., M.Hum.

2. Sifat Publik/Publik recht


- Bersifat mengatur hubungan antara masyarakat, negara dan individu.
- Sifat ini dapat dilihat dari berbagai hal, yaitu:
a. Adanya sanksi pidana, denda dan sanksi administrasi bagi pelanggar ketentuan ketenagakerjaan.
Contoh; peraturan ketenagakerjaan di perusahaan perkebunan.
b. Keharusan mendapatkan ijin dalam hal PHK.
c. Adanya intervensi pemerintah dalam menentukan standar upah minimum.
- Pada sifat ini tidak dapat disimpangi.

Anda mungkin juga menyukai