Universitas Dr.Soetomo
Pemerintah dapat menerapkan hambatan perdagangan secara ekstensif, sehingga melindungi industri dalam
negeri dari persaingan impor. Dengan tidak masuknya barang impor, produksi dalam negeri diharapkan akan
terus terpacu.
Dalam konteks pembangunan Amerika Latin, istilah "strukturalisme Amerika Latin" merujuk pada era industrialisasi
substitusi impor di berbagai negara Amerika Latin sejak tahun 1950-an sampai 1980-an. Teori di balik strukturalisme
Amerika Latin dan ISI diturunkan dari gagasan Raúl Prebisch, Hans Singer, Celso Furtado, dan pemikir ekonom
struktural lainnya. Teori ini mulai diterapkan seiring dibentuknya United Nations Economic Commission for Latin
America and the Caribbean (UNECLAC atau CEPAL). Kendati para penganut teori ISI dan strukturalisme Amerika Latin
beragam dan berasal dari berbagai mazhab ekonomi, ISI dan strukturalisme Amerika Latin beserta para penganut teori
yang mengembangkan kerangka ekonominiya sama-sama yakin bahwa pembangunan ekonomi harus dipimpin negara dan
direncanakan secara terpusat.[6] Dalam hal industrialisasi yang didorong belanja pemerintah atas dasar argumen industri
kecil, pendekatan ISI dan strukturalisme Amerika Latin sangat dipengaruhi oleh aliran Keynesian, komunitarian,
dan sosialis.[7] ISI sering dikaitkan dengan teori ketergantungan, tetapi teori ketergantungan menggunakan kerangka
Marxis yang lebih luas untuk memahami asal-usul keterbelakangan dengan mengamati dampak sejarah
dari kolonialisme, Eurosentrisme, dan neoliberalisme.
B.MOTIF MOTIF SUBSTUTISI
Untuk menghadakan substitusi impor,antara negara yang satu dengan yang lainya
berbeda beda,dan saatnya pun berbeda pula
1.bagi negara sedang berkembang,diman negara negara tersebut biasanya mengalami persulitan dalam
neraca pembayarannya,maka substitusi impor dimaksud untuk mengurangi atau menghemat pengunaaan
devisa.
2.Substitusi impor sering timbul bila pemerintah suatu negara berusaha memperbaiki neraca pembagunan
nya,baik dengan cara pembatasan impor,sedangkan permintaan akan barang tersebut masih besar.sehingga
mendorong pemerintah sendiri maupun wirasuasta untuk menghasilkan barang barang yang dibatasi impor
nya jadi timbulnya substitusi impor dalam bidang industri sebagai bijak kebijaksanaan.
3.ada juga suatu negara yang mengadakan industrialisasi dengan tujuan dapat memenuhi kebutuhan sendiri
akan berbergai barang industry dank arena semangat kemerdekaaan yang timbul di negara yang sedang
berkembang.kaadaan ini mendorong timbul nya indsutri subtitusi impor baik yang menghasilkan barang barang
komsumsi pokok maupun barang kapital yang perlu bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi.
4.Alasan lain dengan adanya industry subtitusi impor ialah karena pemerintah bertujuan untuk memajukan
memperkembangkan kegiatan ekonomi di dalam negeri. Untuk memajukan perekonomian dan mendorong
timbulnya industry yang pokok di dalam negri,Negri tersubut terpaksa suatu politik proteksi dan membrikan
berbagai fasilitas bagi pengusaha – pengusaha swasta.maka keuntungan yang di peroleh para pengsaha
swasta dapat meningkat dan dapat mendorong kegiatan ekonomi lebih lanjut
5. setalajh di singgung mengenai beberapa motif subtitusi impor,yang bagi negara perkembang umumnya
lebih condong pada motif penghematan devisa.
2. Segi negatif
Negara menjadi terikat akan suatu kewajiban, yaitu kewajiban membayar kembali pinjaman yang berupa
pinjaman pokok dan bunganya. Kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang diperlukan guna
memenuhi kebutuhan dalam negeri menjadi berkuang. Jadi, devisa yang diperoleh dari hasil ekspr tidak dapat
digunakan untuk mengimpor barang yang penting melainkan harus digunakan untuk membayar kembali
pinjaman luar negeri. Dengan demikian akan terjadi purchasing power atau penurunan daya beli barang di
dalam negeri.
Pinjaman luar negeri dapat pula berwujud barang-barang yang disediakan untuk diimpor dengan pinjaman
yang diberikan kepada negara debitor. Hal ini kurang menguntungkan bagi negara peminjam (debitor) karena
penggunannya sangat terikat pada daftar barang yang disediakan, dan sering terjadi ketidaksesuaian antara
barang yang disediakan dengan negara peminjam. Jadi, negara peminjam terpaksa harus mengimpor barang
yang kurang sesuai dengan kebutuhannya. Barang yang dapat diimpor itu sendiri merupakan barang-barang
yang berlebihan di negara-negara pemberi pinjaman (kreditor).
E. KAPASITAS SUATU NEGARA DALAM MEMBIAYAI PINJAMAN LUAR NGERI
Dalam menarik pinjaman luar negeri negara harus mampu mengukur kapasitasnya di dalam membayar
kembali pinjamannya. Dalam jangka pendek kapasitas tersebut dipengaruhi oleh fluktuasi dalam bidang ekspor
dan impor. Dalam jangka panjang, kapasitas negara tersebut sulit ditentukan karena adanya kesulitan di dalam
menentukan hasil perkembangan ekonomi yang sebagaian dibiayai dengan pinjaman luar negeri.
Pinjaman luar negeri harus digunakan secara self liquiditing atau self finance (membiayai sendiri),
sehingga dalam waktu tetentu dapat menghasilkan barang-barang yang kemudian dapat menarik pendapatan
devisa dengan mengekspor hasil tersebut ataupun menghemat devisa yang digunakan yang nantinya dapat
dignakan utuk membayar kembali pinjaman luar negeri. Kesulitan yang dihadapi oleh self finance itu apabila
pinjaman yang berwujud barang, terlebih lagi kalau barang itu kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
negara peminjam. Self finance ini penggunaanya kurang berhasil. Dalam hubungannya dengan self finance
credit negara sedang berkembang memusatkan investasinya dalam bidang industri ekspor, substitusi impor
atau barang yang sama sekali baru untuk dijual pada pasar dalam negeri.
Terdapat hubungan yang erat dari sektor yang merupakan sumber devisa yaitu sektor ekspor, sektor
substitusi impor dan sektor pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri dapat digunakan untuk mendorong
timbulnya industri substitusi impor yang selanjutnya dapat mendorng timbulnya industri ekspor dan menikkan
jumlah ekspor. Dengan industri substitusi impor berarti ada penghematan devisa. Timbulnya industri ekspor
dan naikknya jumlah ekspor maka pendapatan devisa akan meningkat. Dapat pula terjadi yaitu saat
pengembalian pinjaman telah tiba dan harus segera dibayar, maka industri substitusi impor dan industri ekspor
dapat digunakan untuk membiayai pembayaran kembali pokok pinjaman beserta bunganya.
1.Kekurangan wiraswasta,
2.Sedikit sekali mempunyai kapasitas lebih dan pabrik-pabriknya dan juga tidak tersediabahan baku serta suku
sadang,
3.Biasanya iflasi tidak dibarengi oleh investasi yang spekulatif dan komersial,
2.Investasi dan Konsumsi: Investasi akan bersifat non produktif materiil dan terhadapkonsumsi semakin
memperlebar celah perbedaan tingkatkonsumsi antara golongan masyarakat yang katya dengan yang miskin
3.Perniagaan Internasioal: Inflasi menimbulkan dispritas harga yang akan menghambat pelaksanaan
induntrialisasi karena barang-barang hargnya selalu menurun
4.Distribusi Penghasilan dan Kekayaaan: Karena inflasi mengakibatkan kenaikan harga, hal ini akan
menyebaakna adanya pergeseran dalam pembagian penghasilan dalam masyarakat.Dalam keadaan
inflasi,negara sedang berkembang tidak mngkin melaksanakan industrialisasiatau menciptakan barang-barang
subsutisi impor
Subsitusi impor dianggap ada apabila bagi suatu barang tertentu produksinya meningkat lebih cepat daripada
impornya, sehingga impor barang-barang tersebut merupakan bagian yang makin sedikit dari jumlah total
penawaranya.
Di negara yang sedang berkembang,target produksi pertanian termasuk termasuk pula penghasilan devisa
dengan jalan menaikan ekspor dan juga penghematan devisadengan jalan mengurangi impor.Tetapi pada
kenyataanya negara edang berkembang yang behasil mengurangi impor hasil pertanian hanya beberapa
saja..Pembangunan pertanian dapat diharpkan berhasil asal diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
c. Tersedianya alat-alat bagi petani di tempat tinggal atau tempat mereka bekerja,
3. Industri Jasa
Negara berkembang sebaiknya disamping mengusahakan subsuusi impor di bidang industri dan pertanian
juga dibidang jasa.
a. Negara berkembang banyak mendidik warga negaranya dengan menirim mereka ke negara-negara yang
telah maju,
b. Dalam jasa pengangkutan masih menggantunmgkan pada pihak luar.
Daftar Pustaka