Anda di halaman 1dari 2

Melestarikan Budaya Benda yang mulai Tertinggal Melalui Program Desa Wisata

Indonesia menyimpan pesona budaya yang paripurna. Menjadi negara kepulauan dengan
jumlah pulau lebih dari 17.000 tentu membuat Indonesia diselimuti dengan budaya dan tradisi
yang sangat melimpah. Budaya dapat diwujudkan dalam bentuk budaya benda dan budaya non-
benda Contoh budaya benda yang ada di Indonesia seperti Batik, Alat Musik, Wayang, dan
sebagainya. Sedangkan budaya non benda yang dapat ditemui di Indonesia dapat berupa
upacara-upacara adat seperti kirab, upacara ngaben, dan masih banyak lagi.

Kebudayaan-kebudayaan tersebut tidak terbentuk begitu saja melainkan merupakan proses dari
perkembangan peradaban masyarakat Indonesia dari masa ke masa. Bukti dari perkembangan
budaya tersebut dapat terlihat dari peninggalan-peninggalan bersejarah seperti prasasti dan
situs bersejarah seperti candi. 'Artefak' tersebut merupakan saksi bisu berkembangnya budaya
di bumi pertiwi ini.

Seperti halnya manusia yang bertumbuh seiring bertambahnya umur, budaya juga mengalami
perkembangan mengikuti perubahan gaya hidup dan kebutuhan manusia. Budaya baru akan
muncul dan menggeser budaya lama. Meskipun demikian bukan berarti budaya lama patut
untuk ditinggalkan begitubegitu saja. Sebaliknya, budaya lokal yang semulanya berkembang
dapat menjadi kekayaan nasional yang semestinya dijaga dan dilestarikan bersama.

Pelestarian Budaya melalui Desa Wisata

Keikutsertaan masyarakat terutama kawula muda sangat penting dalam mendukung kelestarian
budaya setempat. Hal tersebut diwujudkan oleh masyarakat setempat desa wukirsari dengan
menyukseskan program desa wisata yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Program Desa Wisata ini dihadirkan di dua pedukuhan yang ada
di Wukirsari yaitu Pedukuhan Giriloyo dan Pedukuhan Pucung.

Desa Wisata Wukirsari memfokuskan pada preservasi dan konservasi dua jenis budaya benda
yaitu kain batik dan wayang kulit. Pelestarian Kain Batik difokuskan di Pedukuhan Giriloyo.
Pusatnya berada di sebuah sanggar membatik "Gazebo Kampung Batik Giriloyo". Jenis Batik
yang berkembang di desa ini adalah batik tulis yaituyaitu jenis batik yang dibuat dengan
menorehkan secara langsung lilin malam didi atas permukaan kain menggunakan canting.
Batik jenis ini memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi karena proses pembuatannya
membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih dibandingkan dengan batik jenis lain.

Dipilihnya Pedukuhan Giriloyo sebagai Desa Wisata yang berfokus pada pelestarian Batik
sendiri bukan tanpa alasan, melainkan ada sejarah tersendiri yang melatarbelakanginya.
Tatkala, di kampung ini kegiatan menroehkan malam di atas kain telah dilakukan sejak tahun
1643 silam dan telah diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Kepala Dinas
Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Bantul Agus Sulistiyana mengungkapkan
"Jadi di sana (Giriloyo) selain terdapat para pengrajin batik, kemudian ada 'homestay' (tempat
menginap), objek wisatanya kemudian juga ada jamuan jamuan makan, yang ini menjadikan
semakin besar perkembangannya,".

Kegiatan-Kegiatan yang ditawarkan

Di Kampung Batik Giriloyo Kawan GNFI dapat melihat proses pembuatan batik tulis mulai
dari nol hingga menjadi berbagai macam produk batik mulai dari kain, tas, hingga souvenir.
Selain melihat proses pembuatan batik, Kampung Batik Giriloyo juga menawarkan berbagai
Kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung. Kawan GNFI dapat
mencoba membuat batik tulis kreasi sendiri dan membawanya pulang sebagai souvenir. Wisata
Belajar Membatik menjadi salah satu unggulan atraksi Desa Wisata Wukirsari. Belajar
membatik juga menjadi ajang bagi Wukirsari untuk mengenalkan warisan budaya dunia milik
Indonesia agar tetap eksis dan lestar. Sehingga selain sebagai desa wisata budaya, desa Giriloyo
juga merupakan desa wisata edukasi yang mampu memberikan pengajaran tentangvtentang
pentingnya eksistensi batik sebagai kekayaan nasional yang harus dipertahankan.

Atribusi :

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/10/29/melestarikan-budaya-benda-yang-mulai-
tertinggal-melalui-program-desa-wisata

Ditulis oleh :

Luqman Zaki Kamlauddin

Anda mungkin juga menyukai