Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMP Swasta Gajah Mada Medan yaitu di
kelas VII pada semester genap tahun ajaran 2020/2021. Adapun alasan memilih
sekolah ini adalah karena belum ada penelitian pengembangan LKPD untuk
meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning yang dilakukan di sekolah tersebut.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian


3.2.1. Subjek Penelitian
Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas
VII-1 SMP Swasta Gajah Mada Medan tahun ajaran 2020/2021 semester
genap. Alasan pemilihan tempat penelitian adalah tidak pernah dilakukan
penelitian serupa di sekolah.

3.2.2. Objek Penelitian


Objek penelitian ini adalah Lembar kerja peserta didik (LKPD)
berbasis HOTS untuk mengukur kemampuan beffikir kreatif siswa kelas VII-
1 SMP Swasta Gajah Mada Medan.

3.3. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Development
Research). Prosedur pengembangan dilakukan merujuk pada model
pengembangan ADDIE. Menurut Sugiyono (2016:407) penelitian dan
pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan menguji kevalidannya. Disebut penelitian pengembangan karena
penelitian ini mengembangkan perangkat pembelajaran berupa LKPD berbasis
High Order Thinking Skill (HOTS).

45
3.4. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian pengembangan ini terdiri dari 5 tahap yaitu : analisis
(Analysis), perancangan (Design), pengembangan (Development),
pengimplementasi (Implementation), dan pengevaluasian (Evaluation).Adapun
prosedur pengembangan penelitian yang dilakukan disajikan pada gambar 3.1.

1. Analisis FASE
a. Analisis Kinerja ANALIS
1. Mengidentifikasi masalah mendasar dalam pembelajaran IS
2. Mengidentifikasi solusi terhadap masalah pembelajaran
b. Analisis Kebutuhan Siswa
1. Mengidentifikasi karakteristik pembelajaran
2. Mengidentifikasi Pengetahuan dan keterampilan siswa
3. Mengidentifikasi indikator dan keiteria untuk menentukan
pencapaian kompetensi
4. Mengidentifikasi kondisi yang memfasilitasi siswa dalam
memperlihatkan pencapaian kompetensi

2. Desain Perangkat
1. Menentukan strategi, sumber dan bahan ajar
2. Menentukan topik materi dalam Lembar Kerja Peserta Didik FASE
DESIGN

Instrumen
F
Prototipe 1 RPP
danLKPD A
S

Validasi ke-i, i ≥ 1 E
LKPD Instumen
FASE

Analisis Hasil Validasi DEVELOPM


Tidak ENT

Prototi Apakah valid?


E
Revi
pe ke-i VA
si
Ya

Tida k
Perlu revisi
L
Ya U
Revisi Kecil A
T
Prototipe FASE
I
IMPLEMENTAT O
Uji Coba ION N

Prototi
Revisi Apakah valid
pe ke-i
dan Praktis?

Produk LKPD
Gambar 3.1 Model Pengembangan ADDIE

(Sumber: Pribadi, 2014:30)


Keterangan:

: Proses Kegiatan : Alur Utama


: Hasil Kegiatan : Terjadi siklus bila
diperlukan

: Pengambilan Keputusan

Berdasarkan gambar diatas, tahap-tahap pengembangan LKPD


dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap Analisis (Analysis)

Tahap ini meliputi 3 langkah, yaitu:


1. Analisis Siswa
Analisis ini dilakukan untuk menelaah karakteristik siswa yang sesuai
dengan rancangan dan pengembangan materi pelajaran yang telah
ditetapkan pada analisis awal-akhir. Karakteristik ini meliputi latar belakang
pengetahuan dan pengembangan kognitif siswa.
2. Analisis Materi
Analisis materi bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun
secara sistematis topik-topik yang relevan yang akan diajarkan berdasarkan
analisis kurikulum.
3. Perumusan Tujuan Pembelajaran
Merumuskan hasil analisis tugas dan analisis materi yang menjadi indikator
pencapaian hasil belajar. Perincian tersebut merupakan acuan dalam
menyusun perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu Lembar
kegiatan peserta didik berbasis High Order Thinking Skill (HOTS).
b. Tahap Perancangan (Design)
Tahap perancangan (design) bertujuan untuk menyiapkan prototipe
perangkat pembelajaran untuk merancang Lembar kerja peserta didik berbasis
High Order Thinking Skill (HOTS).
1. Penyusunan LKPD
Penyusunan LKPD merupakan tahap awal dalam pembuatan
LKPD. Sebelum membuat LKPD, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi LKPD
yang akan digunakan.
2. Pemilihan Media
Pemilihan media dilakukan untuk menentukan media yang sesuai
dengan karakteristik materi pelajaran. Pemilihan media berguna untuk
mengoptimalkan penggunaan perangkat pembelajaran dalam proses
pengembangan perangkat pembelajaran pada KBM dikelas.
3. Pemilihan Format
Lembar kerja peserta didik yang dikembangkan berbasis High
Order Thinking Skill (HOTS) harus sesuai standar dalam penyusunan
Lembar kerja peserta didik. Perancangan awal yaitu perangkat
pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar kegiatan peserta didik (LKPD), dan tes kemampuan berpikir
kreatif.
4. Rancangan Awal
Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh
kegiatan selama uji coba dilakukan. Rancangan (prototype I) yang telah
dilakukan pada tahap design akan divalidasi kepada ahli dan diuji coba
kelapangan.
c. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan merupakan tahap implementasi dari
perencanaan pengembangan LKPD yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan LKPD
yang layak digunakan. Adapun langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
 Dosen Pembimbing
Hasil pengembangan LKPD prototype I yang dirancang dan
dibuat oleh peneliti dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen
sebelum masuk ke validasi ahli. LKPD yang dikonsultasikan
kepada dosen pembimbing akan memperoleh masukan saran dan
kritikan, yang menjadi bekal bagi peneliti untuk merevisi produk
yang dikembangkan.
 Validasi Ahli
Pada tahap ini LKPD yang dikembangkan divalidasi oleh
dosen ahli untuk mengetahui kelayakan LKPD yang
dikembangkan oleh peneliti sebelum digunakan untuk uji coba
lapangan. Hasil validasi dari dosen ahli merupakan prototype I
dan sebagai bahan revisi supaya LKPD yang dikembangkan akan
lebih baik lagi dengan kritik dan saran dari dosen ahli tersebut.
 Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan dilakukan setelah uji validitas LKPD telah
selesai dan berada pada kategori valid yang menghasilkan
prototype II. Uji keterbacaan dilakukan kepada siswa kelas VII
sebanyak 5 orang siswa, untuk melihat apakah LKPD dan tes yang
akan digunakan dapat terbaca dengan jelas dan mudah dipahami.
Uji keterbacaan dilakukan dengan meminta mereka membaca
LKPD.Jika ada soal petunjuk yang kurang dipahami maksudnya
oleh para siswa, maka mereka diminta memberikan masukan
untuk penyempurnaan LKPD dan tes tersebut.

d. Tahap Implementasi (Implementation)


Prototype II hasil revisi uji keterbacaan yang telah dilakukan
dan juga berdasarkan validasi ahli, selanjutnya diuji coba langsung
kepada siswa yang menjadi subjek penelitian.
e. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yang digunakan yaitu tipe formatif. Evaluasi formatif
dilakukan selama proses analysis, design, development dan
implementation berlangsung. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk
memperbaiki LKPD yang dikembangkan sebelum versi terakhir
diterapkan.
3.5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.5.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data dalam
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan cara:
3.5.1.1. Dokumen
Data dokumen yang diperoleh berupa lembar validasi dari
ahli, lembar jawaban siswa, lembar angket siswa dan foto. Data-
data tersebut.
f. Tahap Implementasi (Implementation)
Prototype II hasil revisi uji keterbacaan yang telah dilakukan dan juga
berdasarkan validasi ahli, selanjutnya diuji coba langsung kepada siswa yang
menjadi subjek penelitian.
g. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yang digunakan yaitu tipe formatif. Evaluasi formatif dilakukan
selama proses analysis, design, development dan implementation berlangsung.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk memperbaiki LKPD yang dikembangkan
sebelum versi terakhir diterapkan.
3.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.6.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Data dalam penelitian ini diperoleh
dengan menggunakan cara:
3.6.1.1. Dokumen
Data dokumen yang diperoleh berupa lembar validasi dari ahli,
lembar jawaban siswa, lembar angket siswa dan foto. Data-data tersebut
digunakan untuk melihat kevalidan dan kepraktisan dari soal-soal yang
telah dikembangkan.
3.6.1.2. LKPD
LKPD disini berupa kumpulan soal berbasis Problem Based
Learning yang dikembangkan oleh peneliti untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematis kelas VII.LKPD ini
dilakukan kepada peserta didik untuk mengetahui kemampuan
pemecahan masalah matematis mereka.
3.6.1.3. Angket
Angket digunakan untuk melihat kepraktisan LKPD dan
mengetahui respon siswa terhadap Lembar kegiatan peserta didik yang
telah dikembangkan.
3.6.1.4. Wawancara
Wawancara digunakan untuk melihat kelemahan atau
kekurangan dari soal yang diberikan kepada peserta didik, yang
kemudian dilakukan revisi atau perbaikan terhadap pengembangan
LKPD.
3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data
3.6.2.1. Lembar Validasi LKPD
Lembar validasi ini digunakan untuk mendapatkan data
mengenai pendapat ahli (validator) terhadap LKPD yang disusun pada
rancangan awal. Instrumen ini akan menjadi pedoman dalam merevisi
LKPD yang disusun.
3.6.2.2. Lembar Kepraktisan LKPD
Instrumen ini berupa angket respon yang diberikan kepada siswa
sebagai pengguna produk LKPD.Lembar ini berfungsi untuk mengetahui
kepraktisan dari rancangan LKPD yang telah valid. Armanto (2002:95)
mengungkapkan bahwa tahap uji kepraktisan LKPD ini dilakukan untuk
mengetahui pendapat siswa mengenai kemudahan dan kepraktisan
penggunaan perangkat pembelajaran tanpa kendala yang berarti.
Kepraktisan dilihat dari hasil angket respon yang diberikan kepada siswa
dan juga berdasarkan keterlaksanaan perangkat dalam pembelajaran.
Dalam penelitian pengembangan dikatakan praktis jika para ahli
dan praktisi menyatakan bahwa secara teoretis perangkat yang
dikembangkan dapat diterapkan di lapangan. Nieveen (1999:127-128)
menyatakan “A second characterstics of high quality materials is that
teachers (and other experts) consider the materials in away tht is largely
compatible with the developer’s intention”.
Dari kutipan tersebut dimaknai bahwa kepraktisan
pengembangan suatu produk ditentukan dari pendapat guru yang
menyatakan bahwa produk yang dihasilkan dapat diterapkan. Dengan
demikian, dalam penelitian ini pengembangan suatu produk dikatakan
praktis jika memenuhi kriteria, yaitu: (1) para ahli dan guru menyatakan
pengembangan produk yang dikembangkan dapat diterapkan; (2) di
lapangan, guru dan siswa sebagai pegguna produk menyatakan
pengembangan produk yang dikembangkan dapat diterapkan (Rochmad,
2012).
3.6.2.3. Angket
Angket sebagai alat penilaian digunakan untuk mengetahui
pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, dan lain-lain sebagai
hasil belajar peserta didik (Sudjana, 2009: 67). Angket atau kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal
lain yang ia ketahui. Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah
angket respon peserta didik dan pendidik mengenai tes kemampuan
pemecahan masalah matematika peserta didik. Respon peserta didik dan
pendidik pada angket ini akan dijadikan salah satu acuan ketercapaian
soal kemampuan pemecahan masalah matematika yang praktis yaitu
mudah dipahami dan dimengerti dari segi bahasa, tampilan atau format
yang menarik serta tingkat kesulitannya sesuai dengan kemampuan anak
SMP/MTs.
3.6.2.4. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengukur
sesuatu dalam suasana dengan cara-cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan (Hamzah, 2014: 100). Tes adalah serangkaian pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu
atau kelompok. Tes berisi permasalahan untuk dipecahkan oleh peserta
didik. Tes yang akan diberikan merupakan soal-soal kemampuan
pemecahan masalah matematis pada peserta didik kelas VII SMPs Imelda
Medan. Tes ini digunakan untuk memperolah data tentang peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

3.7. Teknik Analisis Data


3.7.1. Validitas LKPD
Lembar validasi LKPD digunakan untuk memperoleh data tentang
kualitas soal berdasarkan penilaian para ahli. Proses validasi dimulai dengan
meminta validator untuk memberikan tanda ceklis (√) pada baris dan kolom
yang sesuai. Validator juga diminta untuk melakukan penilaian umum
terhadap soal, yaitu apakah soal dapat digunakan tanpa revisi, ada sebagian
komponen soal yang perlu direvisi, atau semua komponen harus
direvisi.Validator juga diminta memberikan komentar dan saran tentang soal
yang dikembangkan oleh peneliti. Selanjutnya data tentang penilaian para
ahli tersebut dianalisis dan hasil analisisnya dijadikan dasar untuk perbaikan
produk pengembangan LKPD. Pada bagian ini, LKPD dikatakan valid jika
seluruh pakar menyatakan soal dapat digunakan tanpa revisi dan seluruh
komponen penilaian pada masing-masing soalterpenuhi.
Adapun cara menetukan nilai rata-rata total hasil
penilaian oleh para ahli pada lembar validasi dicari dengan:
a. Memberikan skor untuk setiap item dengan jawaban sangat valid (5),
valid (4), cukup valid (3), kurang valid (2) dan tidak valid(1).
b. Menjumlahkan skor total tiap validator untuk setiap aspek.
c. Mencari rata-rata tiap aspek dari semua validator.
d. Pemberian nilai validasi dengan rumus:
∑𝑛 𝑉𝐼𝑖
𝑉𝑎 = 𝑖=1
𝑛
Keterangan:
𝑉𝑎 =nilai rata-rata total untuksemua aspek
𝐼𝑖 =rata-rata nilai untuk aspek ke-i
𝑛 =banyaknya aspek
e. Mencocokkan rata-rata validitas (V) dengan kriteria kevalidan LKPD.

Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Kevalidan LKPD


Nilai𝑽𝒂 Tingkat Kevalidan
𝑉𝑎 = 5 Sangat valid
4 ≤ 𝑉𝑎 < 5 Valid
3 ≤ 𝑉𝑎 < 4 Cukup valid
2 ≤ 𝑉𝑎 < 3 Kurang valid
1 ≤ 𝑉𝑎 < 2 Tidak valid

Adapun format lembar validasi LKPD disajikan pada tabel berikut:


Tabel 3.2 Format Perhitungan Validasi
Aspek Indikator Validator Rata-rata Rata- Rata-
tiap rata tiap rata
indikator aspek total
(𝑰𝒊) (𝑨𝒊) (𝑽𝒂)
Format
Bahasa
Isi
Jumlah
Rata-rata
Total

Hasil dari skor rata-rata validasi yang didapatkan akan disesuaikan


dengan kriteria yaitu: jika LKPD dikategorikan sangat valid berarti aspek
materi, konstruksi dan bahasa pada LKPD sangat layak digunakan. Jika
LKPD dikategorikan valid berarti aspek materi, konstruksi dan bahasa pada
LKPD layak digunakan dan diperlukan sedikit saja perbaikan. Jika LKPD
dikategorikan kurang valid berarti LKPD kurang layak digunakan dan
diperlukan banyak perbaikan. Jika LKPD dikategorikan tidak valid berarti
LKPD kurang layak digunakan dan diperlukan banyak perbaikan.Jika
LKPD dikategorikan tidak valid berarti LKPD tidak layak digunakan dan
diperlukan pergantian.Jika nilai rata-rata validitas (V<3) maka LKPD harus
direvisi dan divalidasi kembali sebelum diujicobakan ketahap selanjutnya.
3.7.2. Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lembar validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM)
digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas soal berdasarkan
penilaian para ahli. Proses validasi dimulai dengan meminta validator untuk
memberikan tanda ceklis (√ ) pada baris dan kolom yang sesuai. Validator
juga diminta untuk melakukan penilaian umum terhadap soal, yaitu apakah
soal dapat digunakan tanpa revisi, ada sebagian komponen soal yang perlu
direvisi, atau semua komponen harus direvisi. Validator juga diminta
memberikan komentar dan saran tentang soal yang dikembangkan oleh
peneliti. Selanjutnya data tentang penilaian para ahli tersebut dianalisis dan
hasil analisisnya dijadikan dasar untuk perbaikan produk pengembangan
TKPM. Pada bagian ini, TKPM dikatakan valid jika seluruh pakar
menyatakan soal dapat digunakan tanpa revisi dan seluruh komponen
penilaian pada masing-masing soal terpenuhi.
3.7.3. Analisis Kepraktisan LKPD
Menurut Hamzah (2016:907) untuk menghitung skor kepraktisan
(Pk) instrumen ke-k dengan rumus:
∑𝑛 𝑙𝑖
𝑖=1
𝑃𝑘 = �
∑𝑛 �
𝑖=1 𝑙𝑖
Dengan

� adalah jumlah rata-rata nilai hasil uji kepraktisan pada
indikator ke-I dan m adalah banyaknya indikator. Dari hasil penilaian, akan
diperoleh kriteria kepraktisan yang ditentukan sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Kepraktisan

Nilai Kriteria
Pk = 4,00 Sangat Praktis
3,25 ≤ 𝑃𝑘 < 4,00 Praktis
2,50 ≤ 𝑃𝑘 < 3,25 Cukup Praktis
1,75 ≤ 𝑃𝑘 < 2,50 Kurang Praktis
1,00 ≤ 𝑃𝑘 < 1,75 Tidak Praktis
(Hamzah, 2016:907)

3.7.4. Reliabilitas Alat Ukur

Suatu alat ukur yang memiliki reliabilitas yang memadai artinya jika
alat ukur tersebut dicobakan pada waktu yang berbeda, pada sekelompok
orang berbeda, oleh orang yang berbeda akan memberikan hasil pengukuran
yang sama. Dengan kata lain alat ukur tersebut bersifat tetap. Untuk
mengefisienkan waktu dan biaya, reliabilitas alat ukur dapat dicari dengan
cara satu alat ukur dicobakan satu kali dan akan memberikan informasi yang
dinamakan reliabilitas internal. Untuk alat ukur berbentuk uraian digunakan
rumus Cronbach alpha sebagai berikut:
𝑘 𝑠2 − ∑ 𝑠2
𝑟=[ ][ 𝑡 𝑖

𝑘−1 𝑠𝑡
2 ]
Keterangan:
r : koefisien reliabilitas
k : banyak butirsoal
𝑠𝑖: simpang baku butir tes ke-i
𝑠𝑡: simpang baku seluruh butir tes
(Karuniadan Mokhammad, 2018: 206).
Penafsiran ke bermaknaan derajat korelasi (r) atau kriteria klasifikasi r
sebagai berikut.

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Alat Ukur


Rentang KualitasTes
0,00 < 𝑟 ≤ 0,20 Derajat reliabilitas tes sangat rendah
0,20 < 𝑟 ≤ 0,40 Derajat reliabilitas tes rendah
0,40 < 𝑟 ≤ 0,60 Derajat reliabilitas tes cukup
0,60 < 𝑟 ≤ 0,80 Derajat reliabilitas tes tinggi
0,80 < 𝑟 ≤ 1,00 Derajat reliabilitas tes sangat tinggi atau
sempurna
(Sumber: Hendriana dan Utari Soemarno, 2016:60)
3.7.5. Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Dalam kegiatan ini, data yang diperoleh dari tes kemampuan
pemecahan masalah dipaparkan dalam bentuk tabel. Untuk menganalisis
hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa, setiap lembar jawaban
siswa dikoreksi. Tingkat kemampuan pemecahan masalah setiap siswa
diperoleh dari setiap indikator pemecahan masalah dan skor total dari semua
soal.
Adapun langkahnya-langkahnya adalah sebagai berikut.
a) Menentukan skor pada setiap indikator sesuai dengan pedoman
penskoran yang telah ditetapkan. Penentuan skor dilakukan berdasarkan
indikator langkah- langkah pemecahan masalah menurut Polya, yaitu
mengidentifikasi masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan
masalah, dan menafsirkan solusi/mengecek kembali.
b) Menghitung persentase rata-rata tiap indikator. Untuk menghitung
persentase rata-rata tiap indikator menggunakan rumus berikut ini:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒 − 𝑖
𝑃𝑖 = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒 − 𝑖
c) Menghitung persentase rata-rata pemecahan masalah matematis siswa
menggunakan rumus :

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑠𝑘𝑜𝑟 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎


× 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
d) Mengategorikan persentase siswa yang dapat menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah matematis dengan kriteria yang telah ditentukan.

Tabel 3.5 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa


Tingkat Kriteria Kemampuan
Penguasaan

90% − 100% Sangat Tinggi

80% − 89% Tinggi

65% − 79% Sedang


55% − 64% Rendah

0% − 54% Sangat Rendah

Siswa dikatakan mencapai tingkat penguasaan pemecahan masalah


matematika apabila siswa tersebut berhasil mencapai kriteria minimal
sedang.
e) Ketuntasan Belajar Klasikal
Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal, digunakan
rumus:

𝑃𝐾𝐾 = 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐾𝐵 ≥


65% × 100%
Keterangan: 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑢𝑏𝑗𝑒𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛
PKK = persentase ketuntasan klasikal
Menurut Depdikbud, suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika
dalam kelas terdapat 85% yang telah mencapai KB ≥ 65%
(Trianto 2018:241).
3.7.6. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis
Analisis yang digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswadari uji coba I ke uji coba II adalah
analisis N-Gain. N-Gain (Hake dalam Meltzer, 2002) adalah analisis ini
digunakan untuk melihat peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan
sesudahpembelajaran yang dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan
rumus:
𝑆𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑆𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑔=
𝑆𝑀𝑎𝑘𝑠 − 𝑆𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Keterangan:

𝑆𝑃𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 = skor uji coba II

𝑆𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 = skor uji coba I


𝑆𝑀𝑎𝑘𝑠 = skor maksimum
Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakanklasifikasi dari Hake dalam Meltzer yaitu:

Tabel 3.6 Klasifikasi N-Gain

Besarnya g Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
Kemudian akan dilihat besarnya rata-rata nilai g pada uji coba I dan uji
coba II dankategori N-Gainnya.
3.7.7. Kriteria Kualitas LKPD
Pada pengembangan instrumen LKPD ini diperlukan suatu kriteria untuk
menentukan kualitas instrumen LKPD yang telah dikembangkan itu baik atau
tidak. Kriteria tersebut diperlukan sebagai patokan untuk menentukan sejauh
mana proses pengembangan dilakukan. Pada penelitian ini untuk mengukur
kevalidan dan keparaktisan LKPD maka disusun dan dikembangkan kriteria
LKPD di antara lain:
a. Kriteria LKPD dikatakan baik apabila seluruh pakar menyatakan soal dapat
digunakan tanpa revisi dan seluruh komponen penilaian pada masing- masing
soal terpenuhi dan validitas LKPD memiliki hasil perhitungan ≥4.
b. Kriteria LKPD dikatakan baik apabila tes memiliki tingkat kepraktisan ≥
2,50.
c. Kriteria LKPD dikatakan baik apabila tes memiliki derajat reliabilitas ≥ 0,40.
d. Kriteria LKPD dikatakan baik apabila terjadi peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa sebesar ≥0,3.
e. Kriteria LKPD dikatakan baik apabila LKPD mendapat banyak respon positif
(≥80%) dari siswa.

Anda mungkin juga menyukai