Anda di halaman 1dari 9

http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/TEK Vol. 11 No.

2, Juni 2022

PEMIKIRAN MARTIN HEIDEGGER TENTANG EKSISTENSIALIS MEDAN


PENGEJAWANTAHAN METODOLOGINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Ghiyats1
1
Sekolah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
1
212040 11031@student.uin-suka.ac.id

Abstrak : Dalam pembangunan paradigma berpikir manusia, filsafat berperan penting di


dalamnya. Perlunya modernisasi pendidikan dalam menjawab tuntutan zaman yang salah
satunya ialah penerapan metodologis yang tepat. Martin Heidegger lahir pada 26 september
1889 disebuah kota kecil negara Jerman yaitu Meskirch. Ayahnya bernama Friederich
Heidegger yang berprofesi sebagai koster gereja Katolik di Santo Martinus dan ibunya
bernama Johanna Heidegger. Ide pemikiran Martin Heidegger terkait eksistensialisme ialah
menyoal kembali hakikat keberadaan manusia sebagai Being yang memiliki Existen. Dalam
bukunya Being and Time ia menjelaskan pemaknaan ada (manusia) itu sendiri atas
kesadarannya. Ia menyebut manusia sebagai Dasein ( “Da” yang berarti disana dan “Sein”
berarti Ada) yakni ada di dunia (Being In The World). Keberadaan manusia berbeda dengan
keberadaannya suatu benda. Adanya benda selalu dikaitkan dengan adanya manusia karena
benda tidak akan ada bilamana tidak ada keberadaan manusia. Metode penelitian yang penulis
lakukan ialah penelitian kualitatif dengan pendekatan library research (penelitian pustka) yang
relevan dengan objek pembahasan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik
dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara memilih data yang
berkorelasi dengan judul penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode yang
diinginkan aliran eksistensialisme adalah metode dialog dan diskusi.

Kata Kunci : Martin Heidegger, Eksistensialisme, Metodologi, Pendidikan Islam

A. PENDAHULUAN sendiri untuk mengaktualkan apa yang


dianggap utopis atau cita-cita yang dianggap
Peradaban manusia dibangun dengan mungkin.
nilai-nilai filosofis sehingga filsafat dan
Meskipun demikian eksistensialisme
kehidupan merupakan dua hal yang tidak
mulai populer dan berkembang sangat pesat
dapat dipisahkan. Dalam pembangunan
paradigma berpikir manusia, filsafat berperan setelah berakhirnya perang dunia ke II. Pada
penting di dalamnya. Pada sejarah saat itu melahirkan banyak tokoh pemikir di
perkembangan filsafat muncul beberapa dalamnya yang salah satunya ialah Martin
aliran yang salah satunya ialah aliran Heidegger. Ia berpendapat bahwa adanya
eksistensialisme. Bapak filsafat keberadaan sesuatu terwalak pada
eksistensialisme merupakan julukan yang eksistensinya sendiri. Keberadaan disini
diberikan kepada Soren Kierkegaard asal dimaksudkan kepada adanya manusia
Denmark karena sejak sebelum perang dunia diantara keberadaan yang lainnya. Apapun itu
ke 1 ia sudah mengkaji terkait pokok-pokok yang berada diluar manusia selalu disangkut
eksistensialisme. Dalam pandangannya pautkan dengan manusia itu sendiri.
eksistensi manusia (individu) tidak statis Keberadaan lain dimaksudkan adanya benda.
tetapi dinamis karena dengan inilah kemudian Dimana benda yang berada diluar diri
mengakibatkan manusia selalu bergerak dari manusia akan memiliki makna bilamana
yang mungkin menuju yang nyata, dari yang disangkut pautkan dengan manusia itu
awalnya utopis menuju kenyataan. Kuncinya sendiri.
ada pada keberanian manusia (individu) itu

Diterima : 9 Mei 2022 | Disetujui : 9 Juni 2022 Dipublikasi : 10 Juni 2022


Eksistensialisme buah dari peradaban penelitian “Pemikiran Martin Heidegger
manusia yang hampir tumbas akibat perang Tentang Eksistensialisme dan
dunia kedua. Pada hakikatnya, Pengejawantahan Metodologinya Dalam
eksistensialisme merupakan salah satu aliran Pendidikan Islam”.
filsafat yang tujuannya memulihkan kembali Banyak para peneliti yang melakukan
keberadaan manusia yang sesuai dengan pengkajian tentang eksistensialisme. Untuk
keadaan hidup. Secara radikal paham ini memperkaya dan menambah wawasan,
mengarahkan individu pada dirinya sendiri. peneliti mencoba mendalami beberapa
Pilar utama eksistensialisme adalah penelitian yang pernah dikaji oleh peneliti
individualisme. Secara umum ia lahir sebagai lainnya terkait dengan tema yang penulis
pemberontakan terhadap masyarakat yang buat. Setelah melakukan pencarian, peneliti
telah merenggut individualitasnya. Inti dari menemukan beberapa penelitian atau tulisan
eksistensialisme merupakan sadar akan yang berhubungan dengan penelitian yang
tanggung jawab dan segala keputusan penulis buat. Di antaranya sebagai berikut:
berangkat dari keinginan sendiri. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Titik fokus eksistensialisme berangkat Regina Putri Rende dan Benny B. Binilang
dari keberadaan manusia. Sehingga yang berjudul “Pendidikan Berbasis
eksistensi dimaksudkan sebagai cara manusia Eksistensialisme Jean Paul Sartre Sebagai
berada di dunia, akhirnya yang berhak Gerbang Kebebasan Perempuan”. Penelitian
bereksis hanyalah manusia. N. Drijarkara ini menggunakan metode kualitatif naratif,
(seorang filsuf Indonesia) memberikan hermeneutic naratif perspektif feminis, dan
pandangan bahwa terdapat perbedaan antara fiels research. Hasilnya berupa Pendidikan
eksistensi dengan berada Pucuknya, ia yang berlandaskan eksistensialisme Jean paul
berpendapat bahwa setiap barang yang ada itu Sartre sangat cocok diaplikasikan dalam
berada tepatnya mengada namun tidak semua rangka upaya pembebasan para perempuan
benda itu bereksistensi. Manusia lah yang dari berbagai macam diskriminasi yang
berhak bereksitensi. Yang disebut dengan terjadi di masyarakat, pelecehan dan bahkan
eksistensi ialah Ada dari manusia ataupun kekerasan. Berbeda halnya denga napa yang
cara menusia itu sendiri berada. peneliti teliti yakni berfokus pada
Berbicara terkait problematika eksistensialisme Martin Heidegger yang
pendidikan tidak ada pucuknya. Perlunya diaplikasikan metodologinya dalam
modernisasi pendidikan dalam menjawab Pendidikan Islam serta metode penelitiannya
tuntutan zaman yang salah satunya ialah menggunakan library research.
penerapan metodologis yang tepat. Dari Penelitian yang dilakukan Lalu
sebagian fenomena yang ditilik mendalam Abdurrahman Wahid dengan judul “Filsafat
dalam beberapa literatur tersebut hanya Eksistensialisme Martin Heidegger Dan
sebatas membahas tentang hubungan secara Pendidikan Perspektif Eksistensialisme”.
universal antara eksistensialisme dalam Penelitian ini menggunakan metode
disiplin ilmu pendidikan agama Islam. penelitian library research yang menghasilkan
Pembahasannya hanya berkutat pada nilai- bahwa aliran eksistensialisme berfungsi
nilai eksistensialisme dan korelasinya dengan dalam pembelajran berupa perlunya
pendidikan Islam. Sehingga tujuan penelitian merangsang dan memfasilitasi pembelajaran
ini adalah untuk melengkapi dan memberikan dalam makna yang luas. Keseimbangan
sumbangsih secara mendalam pada disiplin eksistensi akan pecah apabila anak didik
ilmu pendidikan agama Islam wabil khusus mereduksi pendidik bukan sebagai pribadi
terkait penerapan metodologis melainkan hanya dipandang dari fungsi
eksistensialisme martin Heidegger. Maka formalnya saja, sedangkan guru mereduksi
kemudian, dalam memandang persoalan anak didik hanya sebatas objek semata.
tersebut penulis mencoba mengadopsi Meskipun penelitian ini memiliki kesamaan
pemikiran dari Martin Heidegger terkait denga apa yang peneliti teliti yaitu
eksistensialisme untuk dijadikan sebagai menggunakan konsep eksistensialisme
formulasi dalam menjawab persoalan Martin Heidegger dalam Pendidikan tetapi
pendidikan. Penulis mengambil judul peneliti lebih mendalam lagi pembahasannya

Jurnal Teknologi Pendidikan | Vol. 11 No. 2 | 2022 247


yaitu merujuk mata penerapan dalam Keluarga Martin Heidegger tidak
metodologinya dalam pembelajaran. mampu untuk mengirimya melanjutkan
pendidikan ke ranah universitas dikarenakan
B. METODOLOGI PENELITIAN terhalang biaya. Maka kemudian ia mencari
beasiswa yang akhirnya ia dapatakan dari
Metode penelitian yang penulis lakukan Gereja Katolik. Selama menjadi mahasiswa,
ialah penelitian kualitatif dengan pendekatan ia meninggalkan teologi kemudian beralih
library research (penelitian pustka). Penelitian kepada filsafat karena mendapat sumber
pustaka yaitu penelitian yang subyeknya pendanaan. sehingga pada tahun 1911, Martin
hanya berupa literatur atau pustaka. Sumber Heidegger mendapatkan kesempatan untuk
data berangkat dari dokumentasi yang berasal melakoni study pada Universitas Freiburg di
dari buku dan jurnal yang membahas tentang Breisgau selama empat semester dalam
Pemikiran Martin Heidegger Tentang bidang filsafat ontologi dan filsafat
Eksistensialisme dan Pengejawantahan fenomenologi hingga ia memperoleh gelar
Metodologinya dalam Pendidikan Islam. doktor pada tahun 1913 dengan mengambil
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini judul disertasi “Die Lehre Vom Urteil Im
adalah teknik dokumentasi. Teknik Psycologismus” yang didalamnya membahas
dokumentasi adalah pengumpulan data terkait teori putusan dalam psikologisme
dengan cara memilih data yang berkorelasi dengan Prof. Arthur Schneider (filsuf
dengan judul penelitian. Metode dokumentasi kristiani) sebagai desen pembimbingnya.
pada penelitian ini dengan cara Lebih dari pada itu, Martin Heidegger juga
mengumpulkan berkas penting yang dapat menilik lebih dalam terkait fenomenologi
menunjang penelitian baik bersumber dari Hussrel yang akhirnya pada tahun 1916, ia
buku, jurnal, artikel, majalah, berita, surat mengambil judul penelitian “Die Kategorien
kabar dan lain sebagainya. Und Bedeutungslehre Des Duns Scotus”
dengan Prof. Heinrich Ricket sebagai
C. HASIL DAN PEMBAHASAN pembimbing. Penelitian ini membahas terkait
Biografi Martin Heidegger dan teori kategori dan makna dari duns scotus,
Pendidikannya menggunakan metode fenomenologi
Martin Heidegger lahir pada 26 meskipun pembahasannya tentang filsafat
september 1889 disebuah kota kecil negara Kristen.
Jerman yaitu Meskirch. Ayahnya bernama Pada tahun 1916, Universitas Freiburg
Friederich Heidegger yang berprofesi sebagai di Breisgau mendatangkan Edmund Gustav
koster gereja Katolik di Santo Martinus dan Alberch Husserl (pencetus femenologi)
ibunya bernama Johanna Heidegger. sebagai pengganti Prof. Heinrich Ricket.
Keluarga Heidegger merupakan marga Husserl menjadikan Martin Heidegger
Katolik Roma yang sederhana dan sholeh. sebagai asisten dosen atas kepandaiannya.
Martin Heidegger menikah dengan Elfride Pada tahun 1928 Martin Heidegger diangkat
Heidegger (Petri) pada tahun 1912 yang menjadi guru besar di University Of Marburg
melahirkan dua anak laki-laki. atas pikirannya pada buku Being and Time
Martin Heidegger menyelesaikan pada tahun 1927. Seiring berjalannya waktu,
pendidikannya di SMU Gymnasium di kota Martin Heidegger terpilih menjadi rektor di
Konstanz dengan bantuan Gereja Katolik. Universitas Freiburg di Breisgau pada 21
Setelahnya Pastor Patroki memberikan buku April 1933 yang bekerjasama dengan NAZI
karya Franz Bentano membahas terkait “Teori dan menjabat selama 10 bulan. Martin
Makna Ada Menurut Aristoteles”, dimana Heidegger sempat dilarang masuk diranah
buku tersebut berhasil menghegemoni universitas ketika NAZI kalah atas konflik
pemikirannya terkait teologi kristen. Ide ideologi dengan Yahudi pada tahun 1945. Ia
pemikiran terkait “ada” dari Aristoteles memisahkan diri dari Husserl (Yahudi) atas
merupakan buah dari pikiran Plato yang konflik ideologi tersebut. Hingga kemudian ia
kemudian pikiran tersebut menjadi sebuah menutup diri dalam pengembangan filsafat di
ilham kelak ditanamkan pada karyanya yang pondoknya di Toutnauberg Freiburg sampai
paling mashur yaitu Being and Time.

Jurnal Teknologi Pendidikan | Vol. 11 No. 2 | 2022 248


pada saat ia meninggal setelah massa zaman sekarang. Kelompok
mengembangkan ilmu tersebut. masyarakat industri mengarah kepada
eksploitasi manusia terhadap mesin.
Karya Martin Heidegger Pucuknya menjadikan manusia sebagai robot
Berikut karya-karya dari Martin yang dikendalikan. Eksistensialisme lahir
Heidegger, antara lain: sebagai protes kepada gerakan komunis dan
fasis. Faham komunisme menjurus kepada
1. Being and Time penghancuran kepribadian secara kolektif
2. Pharnomenologie Und Theologie karena tujuan utama dari faham ini
3. Der Ursprung des kunstwerkes menjadikan masyarakat komunis dengan
4. Vom wesen der wahrheit aturan sosial ekonomi disandarkan kepada
5. Heisst denken kepemilikan secara bersama-sama sedangkan
6. Die frage nach der technik faham fasisme yang dimaksud yaitu
mengarah kepada faham kalangan
7. Bouen Wohnen Denken
nasionalisme ekstrim yang menginginkan
8. Kant Und Das Problem Der Metaphysik pemerintahan otoriter.
9. Platons Lehre Von Der Wahrheit Jadi pada intinya, jika ditelisik dari
10. Brief Uber Den Humanismus, dan masih makna eksistensi diatas dapat ditarik benang
banyak lagi karya lain dari Martin merah bahwa eksistensialisme adalah aliran
Heidegger filsafat yang titik sentralnya pada manusia
yang faktual yakni manusia sebagai
Hakikat Eksistensialisme eksistensi. Jika titik sentralnya manusia, maka
Eksistensialisme secara etimologis eksistensi mendahului esensi. Hal semacam
berangkat dari kata exist. Kata exist terbagi ini memiliki keterkaitan dari historis
menjadi ex (keluar) dan sistan (berdiri). munculnya aliran filsafat eksistensialisme
Maka, eksistensi ialah berdiri keluar atas yang merupakan penolakan kepada
kemauan sendiri. Secara tidak langsung materialisme dan idealisme.
mengisyaratkan bahwa manusia (individu) Tujuan eksistensialisme ialah menolak
mesti keluar dari dalam dirinya yang sudut pandang materialistik kepada manusia
sebelumnya ia berdiri pada situasi yang sebagai objek (benda dunia). Manusia
stagnan menuju produktif yang bersifat dimaknai sebagai materi (objek) yang ada
dinamis. Dibalik ini semua filsuf bersepakat tanpa keberadaan subjek. Ia hanya
bahwa eksistensialisme berkutat pada memandang manusia dari sudut materialnya
menempatkan manusia (individu) sebagai (jasmani). Padahal sejatinya di dalam
tema sentral. Dimana aliran filsafat ini manusia bukan hanya sebatas materi semata
memandang seluruh fenomena berakar pada melainkan memiliki ruh atau jiwa dan akal
eksistensi. yang kemudian membedakan dengan benda
Ahmad Tafsir berpendapat bahwa yang lain. Sudut pandangan inilah yang
filsafat eksistensialisme tidak identik dengan kemudian mengakibatkan manusia hanya
filsafat eksistensi. Filsafat eksistensi adalah dianggap sebagai objek. Manusia dipandang
aliran filsafat yang memposisikan manusia sebagai objek bila manusia itu ada dalam ada
(individu) sebagai tema pokok (sentral) dalam artian manusia sebagai objek untuk
sedangkan filsafat eksitensialisme menjadi objek yang ada. Celahnya ialah
pembahasannya lebih ruwet dari eksistensi. materialisme luput dari konsep bahwa adanya
Eksistensi hanya terbatas pada manusia objek berangkat dari subjek. Itulah yang
sebagai tema sentral sendangkan kemudian ditentang oleh kaum idealisme.
eksistensialisme mencoba menilik lebih lantara aliran idealisme memandang manusia
radikal terhadap keberadaan manusia kepada hanya sebagai subjek atau kesadaran (rohani).
manusia kemudian kepada dirinya sendiri. Manusia sebagai subjek dimaksudkan sebagai
Eksistensialisme merupakan pengambilan peran dalam kehidupan.
perlawanan kepada alam yang impersonal Beradanya manusia tidak stagnan atau
(tidak memiliki kepribadian) dari era industri menerima sesuatu dari proses yang pada
(teknologi) dan perlawanan kepada aktivitas akhirnya dalam hal ini manusia bersifat aktif

Jurnal Teknologi Pendidikan | Vol. 11 No. 2 | 2022 249


dalam menentukan dan mengembangkan kearah persoalan ontologis terkait substansi
dirinya. Manusia sebagai subjek pula keberadaan manusia. Persoalan keberadaan
bertumpu pada pengkajian terhadap diri hanya dapat terselesaikan melalui ontologi
sendiri. (hakikat).
Maka dari itu lahirlah aliran baru dalam Being and Time merupakan karya
filsafat yaitu eksistensialisme yang mashur Martin Heidegger yang salah satu
memandang manusia secara utuh dan temanya membahas tentang eksistensialisme.
menyeluruh. Aliran ini mengkombinasikan Prihal ini, ia mempertanyakan makna dari
antara aliran filsafat materialisme (manusia kata “Berada”. Pada dasarnya pertanyaan
sebagai objek) dan aliran filsafat idealisme tersebut memasuki wilayah ontologi atau hal
(manusia sebagai subjek). Para filsuf yang bersifat mendasar yang menjelaskan
eksistensialisme mengajak kita memandang ahwal yang esensial yaitu Being (Ada).
manusia berbeda dengan benda lain. Manusia Dalam pemaknaan “Ada” yang dimaksud
tidak terbatas pada keberadaan yang stagnan lebih difokuskan kepada keberadaan manusia
tapi lebih kepada bagaimana cara ia itu sendiri atas kesadarannya. Heidegger
menghadapi dunia dan mengerti atas dalam buku Being and Time menyebut
keberadaan benda lain. Artinya, manusia manusia sebagai Dasein ( “Da” yang berarti
senantiasa memberikan arti dalam disana dan “Sein” berarti Ada) yakni ada di
kehidupannya sekaligus menjadi corak dunia (Being In The World). Dunia (bumi)
pembeda dengan benda-benda yang lain. erat kaitannya dengan manusia dan benda.
Sehingga akhirnya manusia sebagai subjek Heidegger menilik secara krusial terkait
(sadar akan dirinya sendiri) dan sadar akan persoalan Being dalam dunia filsafat.
objek (benda yang dihadapi). Persoalan yang di Zoom oleh Martin
Filsafat eksistensialisme menampilkan Heidegger yaitu substansi dari pemaknaan
corak yang memusatkan kepada kebebasan ada sehingga membuat tabir terbuka untuk
setiap manusia (individu) kepada masyarakat melakukan analitis terhadap filsafat secara
umum. Setiap individu secara sadar ekstensif. Dalam arti sesungguhnya, satu-
bertanggung jawab atas pemaknaan eksistensi satunya yang berada adalah beradanya
dirinya sendiri, menciptakan eksistensinya manusia. Keberadaan manusia berbeda
atau bahkan mendefinisikan dirinya sendiri. dengan keberadaannya suatu benda.
Dalam pandangannya, setiap manusia Keberadaan manusia yang kerap disapa
(individu) secara sadar bertanggung jawab Dasein (berada disana) oleh Martin Heidegger
atas pengetahuan yang ia miliki di mana bermaksud manusia sadar akan tempatnya
pengetahuan tersebut berpangkal dalam sehingga manusia keluar dari dalam dirinya
dirinya sendiri yakni kesadaran yang untuk berdiri disentral segala yang berada.
dihasilkan empiris masing-masing setiap Segala hal yang ada di luar diri manusia
individu. Pada intinya manusia sadar akan senantiasa disangkut pautkan dengan
keberadaan dirinya untuk ada dalam ada dan keberadaan manusia itu sendiri. Sehingga
mendefinisikan keberadaannya atas keberadaan suatu benda akan bereksistensi
keberadaan yang lain. bilamana kehadiran eksistensinya manusia.
beradanya benda lain tidak akan bermakna
Eksistensialisme Martin Heidegger bila tidak beradanya manusia. manusia
Martin Heidegger merupkan seorang sebagai sentral dalam berkehidupan karena
filsuf yang mempersoalkan hal yang bersifat keberadaannya berdampak pada beradanya
mendalam yang disandarkan pada benda yang lain sehingga benda itu dapat
eksistensialisme manusia. Sebab, sejatinya eksis akibat eksisnya manusia.
manusia ialah Being yang memiliki Existen. Menurut Heidegger manusia terlempar
Ia geram dengan filsafat terdahulu yang selalu kedalam keberadaan dan ia tidak menciptakan
membahas hal yang bersifat metafisis dan dirinya sendiri. Kendatipun demikian ia harus
epistemologis. Berangkat dari itu, Martin menerima konsekuen atas keberadaannya itu.
Heidegger mencoba melakukan transformasi Ia mengupayakan kemungkinan-
terhadap filsafat barat yang mempersoal hal kemungkinan yang diasumsikan untuk
yang berbau metafisis dan epistemologis diejawantahkan dengan syarat sadar dan

Jurnal Teknologi Pendidikan | Vol. 11 No. 2 | 2022 250


mampu menguasai dirinya sendiri. Sama memiliki kebutuhan bio fisik yang harus
halnya ketika kita terlempar dalam satu rahim dipenuhi guna tercapai kesusaian antara
perempuan dan dalam proses tersebut kita jasmani dengan psikologi dan sosial),
tidak bisa memilih dirahim mana kita akan Psikologis (mempertimbangkan bahwa
terlempar. Meskipun begitu, kita harus peserta didik butuh pendorong dan
bertanggung jawab atas keberadaan kita penyemangat berupa motivasi yang
dirahim tersebut. Ketika sudah lahir maka kita membangun guna membuat ia lebih aktif, giat
harus berbakti kepada rahim menjadikan kita dan ingin belajar), sosial (metode pengajaran
ada atas kehendak Allah SWT. seyogianya disesuaikan dengan nilai-nilai dan
kebutuhan yang ada dimasyarakat).
Metodologi Dalam Pendidikan Islam Al-Rasyidin berpendapat bahwa corak
Pada dasarnya metode begitu penting atau karakteristik metode pendidikan agama
untuk diperhatikan dalam dunia pendidikan Islam, antara lain: pertama, pada
karena ia bersinggungan langsung dengan pengejawantahan dan pengembangannya
peserta didik sehingga mendapatkan hal yang harus berdasarkan pada nilai Islam. Kedua,
lebih fresh dan tidak monoton. Secara mengarah kepada penguatan akhlak. Ketiga,
etimologi metode berangkat dari kata meta kesepadanan antara teori dengan
(melalui) dan hodos (cara). Maka kemudian pengejawantahannya. Kelima,
metode pendidikan Islam dapat didefinisikan menitikberatkan nilai keteladanan Rasulullah
sebagai cara yang dilalui untuk mencapai SAW. Keenam, menitikberatkan kebebasan
tujuan pendidikan Islam. dalam mengambil gagasan dan berkarya.
Pada umumnya tujuan metode Ketujuh, mengutamakan dialog. Kedelapan,
pendidikan Islam untuk memudahkan para mempermudah prosedur belajar-mengajar.
siswa memahami materi yang disampaikan Tujuan metode pembelajaran menurut Al-
guru. Peran metode sangatlah urgen dalam Rasyidin juga beperan penting untuk
dunia pendidikan Islam karena tanpanya akan mempermudah siswa dalam menalar al-ilmu
menghambat proses pengajaran yang yang bakal dita’lim, ditarbiyah, dan
akibatnya membuang tenaga dan waktu dita’dibkan pada diri mereka.
secara sia-sia. Metode juga sebagai jembatan
antara guru dan siswa. Bila jembatannya tidak Eksistensialisme Martin Heidegger dan
baik maka bisa dipastikan komunikasi antara Pengejawantahan Metodologi Dalam
guru dan siswa tidak terhubung. Pendidikan Islam
Al-Qur’an dan Hadist merupakan Metode pendidikan yang diinginkan
fondasi dari metode pendidikan Islam. Bila eksistensialisme bertolak ukur pada
ditelisik lebih mendalam, banyak ditemui kebebasan individu dalam proses
metode pembelajaran yang terdapat dalam pembelajaran dan interaksi antara pendidik
Al-Qur’an dan Hadis seperti metode teladan, dengan peserta didik “Aku dengan Kamu”.
metode kisah, metode nasihat, metode Sehingga metodologi yang tepat tentunya
pembiasaan, metode hukum dan ganjaran, metode dialog. Pada dasarnya metode ini
metode ceramah, metode diskusi, metode memberikan ruang komunikasi antara pribadi
demonstrasi, metode eksperimen dan metode yang satu dengan yang lainnya. Setiap pribadi
pengulangan. Metode tersebut memiliki manusia menjadi subjek bagi pribadi lain
relevansi terhadap konsep Islam terkait akhirnya menjadi komunikasi antara “Aku
manusia selaku mahluk yang terdiri dari ruh dan Kamu”.
dan jism. Selain metode dialog, metode yang
Al-Syaibani menyampaikan bahwa ada cocok menurut eksistensialisme ialah metode
dua dasar metode pendidikan Islam yaitu Diskusi. Metode ini dalam menyampaikan
dasar bio-psikologis (biologis, psikologis, dan bahan pembelajaran dengan cara seorang guru
sosial) dan dasar agama. (1) Dasar agama memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berupa asas, prinsip, dan fakta yang pada menganalisis dan membicarakan secara
hakikatnya diambil dari Al-Qur’an dan ilmiah yang akhirnya tercapai sebuah
Hadist. (2) Dasar Bio-psikologis. Biologis kesimpulan dari kumpulan-kumpulan
(mempertimbangkan bahwa peserta didik pendapat tersebut.

Jurnal Teknologi Pendidikan | Vol. 11 No. 2 | 2022 251


Menurut Abdurrahman Saleh, metode dan sarana untuk penguatan diri (ketakwaan)
diskusi dan dialog tidak dapat dipisahkan kepada Allah SWT.
karena pada dasarnya metode ini saling Berdasarkan penjelasan diatas, seorang
mendukung satu sama lain. Kedua metode pendidik dalam mengejawantahkan metode
tersebut juga sebagai strategi pembelajaran diskusi kepada peserta didik harus mampu
yang diajarkan dalam Islam. Karena jika memotivasi siswa untuk bisa menyampaikan
ditilik dari historis penyebaran Islam yang gagasan maupun pendapatnya secara sadar
datang dengan memebenarkan pemikiran dan dan penuh tanggung jawab atas kebenaran
pemahaman keliru (zaman kegelapan) yang ia ketahui.
menuju pemikiran yang benar (zaman terang
benderang). Maka kemudian dengan adanya D. KESIMPULAN DAN SARAN
diskusi menjadi satu keniscayaan antara
pemahaman yang hak dan batil. Kesimpulan
Konsep musyawarah merupakan Martin Heidegger lahir pada 26
konsep yang melandasi metode diskusi september 1889 disebuah kota kecil negara
sebagaimana terdapat dalam QS. Ali ‘Imran Jerman yaitu Meskirch. Ayahnya bernama
ayat 159: “Maka berkat rahmat Allah engaku Friederich Heidegger yang berprofesi sebagai
(Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap koster gereja Katolik di Santo Martinus dan
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan ibunya bernama Johanna Heidegger.
berhati kasar tentulah mereka menjauhkan Keluarga Heidegger merupakan marga
diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah Katolik Roma yang sederhana dan sholeh.
mereka dan mohonkanlah ampun untuk Martin Heidegger menikah dengan Elfride
mereka dan bermusyawaralah dengan mereka Heidegger (Petri) pada tahun 1912 yang
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau melahirkan dua anak laki-laki
telah membulatkan tekad maka bertawakallah Ide pemikiran Martin Heidegger terkait
kepada Allah. Sunggu Allah mencintai orang eksistensialisme ialah menyoal kembali
yang bertawakal”. hakikat keberadaan manusia sebagai Being
Lebih dari pada itu dijelaskan pula yang memiliki Existen. Dalam bukunya
dalam QS. An-Nahl ayat 125: “Serulah Being and Time ia menjelaskan pemaknaan
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan ada (manusia) itu sendiri atas kesadarannya.
hikmah dan pengajaran yang baik dan Ia menyebut manusia sebagai Dasein ( “Da”
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang yang berarti disana dan “Sein” berarti Ada)
baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang yakni ada di dunia (Being In The World).
lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan- Dunia (bumi) erat kaitannya dengan manusia
Nya dab Dialah yang lebih mengetahui siapa dan benda. Dalam arti sesungguhnya, satu-
yang mendapat petunjuk”. satunya yang berada adalah beradanya
Dari kedua ayat diatas dimaksudkan manusia. Keberadaan manusia berbeda
bahwa konsep musyawarah dalam Islam dengan keberadaannya suatu benda. Adanya
merupakan menumbuhkan sikap tawakal dan benda selalu dikaitkan dengan adanya
menguatkan tekad dan ketakwan kepada manusia karena benda tidak akan ada
Allah SWT. Setelah itu dijelaskan lagi dalam bilamana tidak ada keberadaan manusia.
QS. An-Nahl bahwa ketika terdapat suatu Filsafat eksistensialisme menampilkan corak
permasalahan atau perselisihan pemahaman yang memusatkan kepada kebebasan setiap
atau pandangan maka Islam menganjurkan manusia (individu) kepada masyarakat
mendebati dan menyelesaikannya dengan umum.
baik sehingga pucuk dari diskusi atau Metode pendidikan yang diinginkan
perdebatan tersebut melahirkan pendapat eksistensialisme bertolak ukur pada
yang benar dan menyingkirkan pendapat yang kebebasan individu dalam proses
salah. Diskusi tersebut sifatnya bukan untuk pembelajaran dan interaksi antara pendidik
membanggakan dan kepongahan diri bahkan dengan peserta didik “Aku dengan Kamu”.
mencari kemenangan dalam diskusi. Sehingga metodologi yang tepat tentunya
Akhirnya etika dalam diskusi yang muncul metode dialog. Pada dasarnya metode ini
dalam pandangan Islam ialah sebagai wadah memberikan ruang komunikasi antara pribadi
yang satu dengan yang lainnya. Setiap pribadi

Jurnal Teknologi Pendidikan | Vol. 11 No. 2 | 2022 252


manusia menjadi subjek bagi pribadi lain Fenomena Agama, 20.1 (2019), 116–24
akhirnya menjadi komunikasi antara “Aku https://doi.org/10.19109/JIA.V20I1.36
dan Kamu”.
Selain metode dialog, metode yang 03
cocok menurut eksistensialisme ialah metode Al-Syaibany, and Omar Mohammad Al-
Diskusi. Metode ini dalam menyampaikan Toumy, Falsafah Pendidikan Islam,
bahan pembelajaran dengan cara seorang guru Terj. Hasan Laggulung (Jakarta: Bulan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menganalisis dan membicarakan secara Bintang, 1979)
ilmiah yang akhirnya tercapai sebuah Biyanto, Filsafat Ilmu Dan Ilmu Keislaman
kesimpulan dari kumpulan-kumpulan (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015)
pendapat tersebut. http://digilib.uinsby.ac.id/12323/
Hardiman, F. Budi, Seni Memahami
Saran
Saran-saran diungkapkan untuk Hermeneutik Dari Schleiermacher
penelitian lebih lanjut untuk menutup Samapai Derida (Yogyakarta: PT
kekurangan penelitian. Saran juga tidak Kanisius, 2015)
memuat saran-saran diluar untuk penelitian Hakam, A., Amaliyah, A., Fadhil, A., &
lanjut.
Nurpratiwi, S. (2022).
DAFTAR PUSTAKA PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN BERBASIS
Abdul Hakim, Atang, and Beni Ahmad APLIKASI ANDROID
Saebeni, Filsafat Umum Dari ‘BERSALAM’DALAM
Metodologi Sampai Teofilosofi PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
(Bandung: Pustaka Setia, 2008) AGAMA ISLAM DI PERGURUAN
Abdurrahman Wahid, Lalu, ‘Filsafat TINGGI. Jurnal Teknologi
Eksistensialisme Martin Heidegger Dan Pendidikan, 11(1), 118-126.
Pendidikan Perspektif Herlina, Uray, and Ade Hidayat, ‘Pendekatan
Eksistensialisme’, PANDAWA: Jurnal Eksistensial Dalam Praktik Bimbingan
Pendidikan Dan Dakwah, 4.1 (2022), 1– Dan Konseling’, Indonesian Journal of
13https://doi.org/10.36088/PANDAW Educational Counseling, 3.1 (2019), 1–
A.V4I1.1403 10
abidin, Jam’ah, ‘PENGEMBANGAN https://doi.org/10.30653/001.201931.8
PENDIDIKAN DALAM FILSAFAT 0
EKSISTENSIALISME’, Al-Fikra : Irsad, Muhammad, ‘Metode Maria
Jurnal Ilmiah Keislaman, 12.2 (2017), Montessori Dalam Perspektif Filsafat
87–109 Pendidikan’, Jurnal Komunikasi
https://doi.org/10.24014/AF.V12I2.386 Pendidikan, 1.1 (2018), 51–58
4 https://doi.org/10.32585/jkp.v1i1.16
Abun, Ahmad Rifai, Jamhari Jamhari, and Julianti, Sofia Rizki, and Maemonah
Muhammad Hidayaturrohim, Maemonah, ‘Pemikiran
‘KEHIDUPAN KONTEMPORER Eksistensialisme Pada Pendidikan Anak
DALAM WACANA Usia Dini (Kajian Studi Pembelajaran
EKSISTENSIALISME MARTIN Berbasis Alam)’, Indonesian Journal of
HEIDEGGER’, Jurnal Ilmu Agama: Early Childhood: Jurnal Dunia Anak
Mengkaji Doktrin, Pemikiran, Dan Usia Dini, 4.1 (2022), 158–70

Jurnal Teknologi Pendidikan | Vol. 11 No. 2 | 2022 253


https://doi.org/10.35473/IJEC.V4I1.10 <https://bit.ly/3uWisgX> [accessed 17
39 September 2021]
Mujib, Abdul & Jusuf Mudzakkir, Ilmu
Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana,
2010)
Nata, and Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam
1 (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997)
Rasyidin, Al, Membangun Kerangka
Ontologi, Epistimologi, Dan Aksiologi
Praktik Pendidikan (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2008)
Rende, Regina Putri, and Benny B. Binilang,
‘PENDIDIKAN BERBASIS
EKSISTENSIALISME JEAN PAUL
SARTRE SEBAGAI GERBANG
KEBEBASAN PEREMPUAN’,
Didaskalia: Jurnal Pendidikan Agama
Kristen, 2.2 (2021), 56–66
Rohamn, Arif, Rukiyati, Andriani Purwastuti,
and Mohamad Lamsuri, Epistimologi
Dan Logika Filsafat Pengembangan
Pendidikan (Sleman: Aswaja Pressindo,
2014)
Sya’bani, Mohammad Ahyan Yusuf,
‘Konseptualisasi Pendidikan Dalam
Pandangan Aliran Filsafat
Eksistensialisme’, Tamaddun, 18.2 (2017),
1–23 https://bit.ly/305AmTu
Tambunan, Sihol Farida, ‘Kebebasan Individu
Manusia Abad Dua Puluh: Filsafat
Eksistensialisme Sartre’, Jurnal
Masyarakat Dan Budaya, 18.2 (2016), 215–
32
http://jmb.lipi.go.id/index.php/jmb/article/
view/412
Titus, Harold. H, Marilyn S. Smith, Richard T.
Nolan, and M Rasyidi, Persoalan-Persoalan
Filsafat (Jakarta: Bulan Bintang, 1984)
Wayan, Suwendra, Metodologi Penelitian
Kualitatif Dalam Ilmu Sosial, Pendidikan,
Kebudayaan, ed. by Arya Lawa Manuaba,
Cetakan Pe (Bandung: Nilacakra, 2018)

Jurnal Teknologi Pendidikan | Vol. 11 No. 2 | 2022 254

Anda mungkin juga menyukai