Anda di halaman 1dari 3

UPAYA GURU DALAM MENGATASI ANAK SD YANG MENGALAMI

DISLEKSIA DI ERA PANDEMI COVID-19


Ingriyaningsi Pobela
PENDAHULUAN
Dewasa ini, yang kita ketahui bersama bahwa seluruh dunia tengah mengalami wabah
penyakit. Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) merupakan wabah
penyakit yang menyerang sistem pernapasan manusia.Wabah penyakit ini, mulai ada sejak
memasuki penghujung tahun 2019 sampai dengan saat ini masih ada. Oleh karena itulah
wabah penyakit ini dijuluki Covid-19. Hadirnya wabah penyakit Covid-19 ini,
mengakibatkan seluruh rangkaian aktifitas baik dari segi ranah pendidikan, perkantoran,
perekonomian dilakukan secara daring (dalam jaringan).
Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Nomor 14 tahun 2020 yang dikeluarkan oleh
pemerintah berisi tentang Himbauan Bekerja dari Rumah. Dari ranah pendidikan,
sebagaimana dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menerbitkan juga
Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 yang berisi tentang Himbauan untuk Belajar dari Rumah.
Selain itu, pemerintah juga selama masa pandemi Covid-19 ini menerapkan pemberlakuan
sistem Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan berlanjut ke Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM), yang di mana hal ini sangat berguna untuk memutuskan mata
rantai penyebaran virus Covid-19.
Dengan adanya pemberlakuan bekerja dari rumah dan belajar secara daring (dalam
jaringan) tentu saja memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Dari segi kelebihan, para
orang tua bisa bekerja sambil mengontrol kegiatan anak mereka sekaligus. Hal ini justru
sangat baik, dengan kita yang selalu dirumah aja, justru akan meningkatkan keharmonisan
sebuah keluarga. Dari segi kelemahan, tentu sebagian orang akan merasa jenuh, bosan,
bahkan ada yang sampai mengalami stress. Dalam ranah pendidikan sendiri karena adanya
himbauan untuk belajar secara daring (dalam jaringan), justru mengakibatkan para peserta
didik kurang memahami materi dalam proses pembelajaran tersebut. Sebagaimana yang di
lansir dari Kompasiana.com bahwa pemberlakuan belajar online ini, masih terdengar cukup
asing di telinga masyarakat Indonesia, karena bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran
seperti ini masih terbilang baru di Indonesia.
Pemberlakuan belajar daring inilah yang menyebabkan kesulitannya para guru dalam
menanggani peserta didik yang mengalami gangguan Disleksia. Biasanya gangguan ini
banyak terjadi pada anak Sekolah Dasar (SD) tingkatan kelas rendah.
PEMBAHASAN
Sebelumnya, mengulas lebih lanjut lagi kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu
penyakit Disleksia. Sebagaimana dilansir dari aldokter.com, Disleksia adalah suatu gangguan
dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja.
Penderita disleksia akan sangat kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan,
dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat. Penyakit Disleksia termasuk dalam gangguan
saraf pada bagian otak yang dimana saraf itulah yang bertugas sebagai memproses bahasa.
Biasanya gangguan Disleksia ini bisa dijumpai pada anak-anak atau orang dewasa. Adapun
dampak dari gangguan ini ialah kesulitan para anak-anak dalam belajar. Akan tetapi,
penyakit ini tidak dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang.
Nah setelah kita mengetahui seputar penyakit Disleksia, lalu bagaimanakah upaya
yang bisa guru lakukan agar bisa menanggani anak Sekolah Dasar yang mengalami Disleksia
ini? Dibawah ini ada solusi yang penulis tawarkan, solusi ini diharapkan juga agar sekiranya
bisa mengatasi atau setidaknya mengurangi.
Pertama, sebagaimana yang sudah dipaparkan sebelumnya pada pendahuluan
bahwasannya sekarang ini, kita sedang mengalami masa pandemic covid-19, yang dimana
juga berdampak pada ranah pendidikan. Sehingga pemberlakuan belajar secara daring-pun
dikeluarkan. Karena belajar dilakukan secara daring melalui Zoom, Goggle Meet, dan lain
sebagainya, para guru bisa menyajikan media pembelajaran berbentuk audio-visual yang
menarik seputar abjad. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa, media berbasis audio-
visual ini merupakan sebuah kombinasi antara unsur suara dan gambar. Selain itu, media
berbasis audio-visual ini sangat berperan dalam pembelajaran tutorial.
Kedua, para guru bisa meminta bantuan juga atau mengajak para orang tua wali murid
untuk bekerja sama. Caranya seperti, Guru bisa membuatkan format laporan yang berisi
tentang perkembangan membaca atau menulis sang anak. Setiap hari-nya guru memberikan
tugas kepada sang anak entah itu membaca atau menulis dan meminta kepada orang tua untuk
mengawasi perkembangan anak mereka dengan melaporkan melalui file laporan yang sudah
dibagikan sebelumnya. Sebagaimana dilansir dari halodoc.com, mengutip dari laman Global
Partnership for Education, bahwa peran dan keterlibatan orangtua merupakan sebuah kunci
kesuksesan pendidikan sang anak.

PENUTUP
Dalam menangani gangguan Disleksia ini, para tenaga pendidik atau khususnya para guru
Sekolah Dasar perlu bekerja sama dengan para orang tua wali murid. Dimana ketika orangtua
turut melibatkan dirinya, maka anak-anak bisa lebih menfokuskan perhatian pada pekerjaan
sekolah mereka. Hal ini, tentu saja sangat bermanfaat. Selain itu, para peserta didik bisa
mencapai hasil belajar menjadi lebih baik. Dan tentu saja, hal ini dapat memberikan manfaat
bagi kehidupan anak kelak.

Anda mungkin juga menyukai