PROPOSAL PENELITIAN
OLEH:
RHISKY WULANDARI
H1A121083
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu
penulis mengharapkan segala kritik dan saran untuk memperbaiki,
menyempurnakan makalah yang berjudul “Tantangan Regulasi dan Perlindungan
Konsumen dalam Transaksi Online: Analisis Hukum terhadap Perdagangan
Internasional di Era Digital”.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dengan
ketulusan hati kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini
dengan memberikan bantuan moril dan dorongan semangat. Akhir kata, penulis
berharap semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi yang membaca pada umumnya.
Rhisky Wulandari
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................3
C. TUJUAN PENELITIAN...............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. KESIMPULAN...........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
telah berubah yang disebabkan oleh bergesernya pihak yang semakin dominan di
mobilitas barang dan jasa telah tidak mengenal batas-batas suatu wilayah.
langsung secara cepat terdistribusikan menuju negara lain. Hal tersebut bertujuan
untuk memperluas pasar dengan memanfaatkan peluang yang ada serta untuk
negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau pencapaian
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan adalah
ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya
Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi bangsa dan negara yang besar.
1
global di era industri 4.0 ini. Era ini menuntut digitalisasi dalam segala bidang.
Digitalisasi menjadi salah satu ciri terjadinya perubahan lingkungan pada era
harus memiliki sikap terbuka akan adanya perkembangan dan kemajuan teknologi
baru dan komunikasi global, siklus produksi, konsumsi, dan distribusi informasi
harus ada dukungan oleh kekuatan ekonomi digital yang disokong dengan
keamanan teknologi.3
tidak terduga (unpredictable). Salah satu daya ungkit yang menjadi terobosan
pada masa ini adalah adanya transformasi digital. Perekonomian global telah
memiliki risiko. Segala data dapat direkam melalui media digital yang semuanya
terhubung pada satu server. Hal ini tidak hanya menjadi ancaman bagi pelaku
bisnis saja, melainkan juga para konsumen. Digitalisasi tidak membutuhkan ruang
dan batas negara menjadi samar karena transaksi ekonomi dapat dilakukan mudah
2
Scholte, J. (2000). Globalization: A Critical Introduction. London: Palgrave.
3
Wuryanta, A. E. (2019). Digitalisasi Masyarakat: Menilik Kekuatan dan Kelemahan
Dinamika Era Informasi Digital dan Masyarakat. Jurnal Ilmu Komunikasi”, vol 1, No. 2, hal. 131-
142.
2
lintas negara. Analisis Manajemen Risiko Ancaman Kejahatan Siber (Cyber
perubahan pola konsumsi yang melibatkan berbagai risiko. Oleh karena itu,
kelemahan, mencari solusi hukum yang efektif, dan menjaga keadilan dalam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
3
BAB II PEMBAHASAN
yang ditawarkan bervariasi baik produksi luar negeri maupun produksi dalam
negeri. Kondisi demikian, di satu sisi mempunyai manfaat bagi konsumen karena
dipenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis
kualitas barang dan/atau jasa sesuai keinginan dan kemampuan konsumen. Namun
pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang di mana konsumen berada di
seperti barang yang diterima tidak sesuai dengan yang dipesan atau keterlambatan
usaha telah menetapkan terlebih dahulu pilihan hukum (choice of law) dan pilihan
forum (choice of forum) ala yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa yang
4
terjadi, biasanya hukum dan forum yang digunakan adalah berlaku di negara
pelaku usaha. Dalam hal ini merchant atau penjual tetap harus bertanggung jawab
suatu prinsip tanggung jawab yang bersifat subjektif, yaitu suatu tanggung jawab
yang ditentukan oleh perilaku produsen. Berdasarkan teori ini, kelalaian produsen
adanya hak konsumen untuk mengajukan tuntutan ganti rugi kepada produsen.
melihat isi dari kontrak atau perjanjian atau jaminan yang merupakan bagian dari
kontrak. Keuntungan bagi konsumen dalam gugatan berdasarkan teori ini adalah
kewajiban yang tidak didasarkan pada upaya yang Telah dilakukan penjual untuk
5
Secara “tradisional”, suatu kontrak terjadi berlandaskan asas kebebasan
Kedua belah pihak berusaha untuk mencapai kesepakatan yang diperlukan bagi
bisnis yang terjadi bukan melalui proses negosiasi yang seimbang di antara para
pihak, tetapi kontrak itu terjadi dengan cara di pihak yang satu telah menyiapkan
syarat-syarat baku pada suatu formulir kontrak yang sudah dicetak dan kemudian
negosiasi atas syarat-syarat yang disodorkan. Kontrak yang demikian inilah yang
dinamakan dengan kontrak standar atau kontrak baku atau kontrak adhesi.4
secara langsung serta tidak dapatnya konsumen melihat secara langsung barang
6
untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen penggunanya. Pengabaian terhadap
khususnya internet. Tanpa jaminan keamanan, maka para pelaku usaha akan
enggan untuk memanfaatkan media ini. Untuk jaminan keamanan ini, hal yang
apabila ada sengketa hukum, dapat diketahui dengan pasti kedudukan hukum dari
didaftarkan.
mengatur pokok-pokok transaksi e-commerce baik dari dalam maupun luar negeri,
7
mencakup pelaku usaha, perizinan, dan pembayaran. PP PMSE juga mengatur
sistem dan toko daring atau marketplace dari luar negeri, dan dikenakan pajak.
Sebelum masuk dalam substansi terkait UUPK, ada baiknya kita mengenali
dulu terkait beberapa istilah yang tidak asing dari konsumen. Konsumen yang
diperbincangkan dalam hal ini ialah setiap pengguna barang atau jasa untuk
kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangga, dan tidak untuk memproduksi
barang atau jasa dari penyedia barang atau penyelenggara jasa kepada konsumen.5
yaitu UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, hak dan kewajiban
konsumen dan pelaku usaha telah diatur dengan jelas dan tegas. Untuk hak dan
sedangkan untuk hak dan kewajiban pelaku usaha diatur dalam Pasal 6 dan 7 UU
8
atau kedudukan konsumen dan pelaku usaha dalam suatu mekanisme transaksi
“pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
Mereka hanya menjual barang terhadap konsumen di dunia melalui media online
berbunyi “Orang adalah orang perseorangan, baik warga negara Indonesia, warga
Undang ini berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum
9
dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan tentunya merugikan kepentingan
lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang
ditawarkan”.
mana interpretasi ini meninjau UUPK dengan UU ITE, Definisi pelaku usaha
dalam UUPK terdapat frasa yang belum jelas, namun jika dikaitkan dengan UU
ITE khususnya pasal 1,2 dan 9 perusahaan e-commerce luar negeri termasuk ke
memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak atas
informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
Di sisi lain, kewajiban bagi pelaku usaha sesuai Pasal 7 UUPK diantaranya:
memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian, dll.
10
Transaksi jual beli, meskipun dilakukan secara online, berdasarkan UU ITE
LL PSTE setidaknya harus memuat hal-hal sebagai berikut; identitas para pihak;
objek dan spesifikasi; persyaratan Transaksi Elektronik; harga dan biaya; prosedur
dalam hal terdapat pembatalan oleh para pihak; ketentuan yang memberikan hak
meminta penggantian produk jika terdapat cacat tersembunyi; dan pilihan hukum
dipisahkan. Konsumen adalah pihak yang harus ada dalam kegiatan ekonomi
Menurut Siahaan, “pelaku usaha yakni orang atau Suatu lembaga yang
berbentuk badan hukum dan yang Bukan badan hukum, didirikan dan
“konsumen merupakan setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam
6
I Made Dwija Di Putra dan Ida Ayu Sukihana, 2018, Kedudukan Penyedia Aplikasi
Terkait Ketidaksesuaian Barang Yang Diterima Oleh Konsumen Dalam Jual Beli Melalui Internet
Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Kerta
Semaya Vol 01 No 10 Hal 15.
7
N.H.T. Siahaan, 2004, Hukum Konsumen, Perlindungan Konsumen dan Tanggung
Jawab Produk, Panta Rei, Jakarta, h.14.
11
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Di luar dari apa yang suda
salah satunya terdapat dalam Pasal 4 angka 2 UU No. 8 Tahun 1999 yakni
“konsumen berhak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan”.
yang cacat, maka keadaan seperti itu bisa dikategorikan dalam perbuatan-
Menurut Jody Bagus Wiguna, “UUPK tidak secara jelas dan tegas dalam
dan sampai sejauh mana suatu pertanggungjawaban atas barang tertentu dapat
8
Made Indah Puspita dan Adiwati,2014, Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Transaksi
Jual Beli Online,Kerta Semaya, Vol 02 No 03 hal 9.
9
Putu Surya Mahardika dan Dewa Gde Rudy, Tanggung Jawab Pemilik Toko Online
Dalam Jual-Beli Online (E-Commerce) Ditinjau Berdasarkan Hukum Perlindungan Konsumen,
Kertha Semaya, Vol. 02, No. 05
12
dikenakan bagi perusahaan e-commerce atas hubungan hukumnya dengan
konsumen”.10
melakukan transaksi e-commerce dapat berlindung pada peraturan ini. Selain itu
nasionalnya.
10
Jody Bagus Wiguna dan I Nengah Suantra, 2017, Perlindungan Hukum Bagi
Konsumen Terhadap Penggunaan Vaksin Palsu Di Masyarakat, Kertha Semaya, Vol. 11, No. 11
11
Huala Adolf, 2005, Hukum Perdagangan Internasional, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h.162.
13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
yang ditawarkan bervariasi baik produksi luar negeri maupun produksi dalam
negeri. Kondisi demikian, di satu sisi mempunyai manfaat bagi konsumen karena
dipenuhi serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis
kualitas barang dan/atau jasa sesuai keinginan dan kemampuan konsumen. Namun
pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang di mana konsumen berada di
Definisi pelaku usaha dalam UUPK terdapat frasa yang belum jelas, namun
jika dikaitkan dengan UU ITE khususnya pasal 1,2 dan 9 perusahaan e-commerce
dikarenakan faktor produk yang cacat, maka keadaan seperti itu bisa
14
Walaupun UNCITRAL tidak secara khusus menyebutkan mengenai
melakukan transaksi e-commerce dapat berlindung pada peraturan ini. Selain itu
nasionalnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
JURNAL
I Made Dwija Di Putra dan Ida Ayu Sukihana, 2018, Kedudukan Penyedia
10.
Made Indah Puspita dan Adiwati,2014, Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam
16
Putu Surya Mahardika dan Dewa Gde Rudy, Tanggung Jawab Pemilik Toko
Jody Bagus Wiguna dan I Nengah Suantra, 2017, Perlindungan Hukum Bagi
17