Anda di halaman 1dari 6

PERSAINGAN BISNIS DALAM ERA DIGITAL DARI SUDUT

PANDANG HUKUM PERSAINGAN USAHA

Ridho Saputro

Fakultas Hukum Universitas Mulawarman


Jalan Sambaliung No. 1, Sempaja Selatan., Kecamatan Samarinda Utara, Kota
Samarinda, Kalimantan Timur 75119

Abstract

How does business competition in the digital age appear from the perspective of business
competition law? What is the approach to marketing goods and services amidst digital-era
business competition? This research falls under the category of sociological legal research.
When it comes to mergers and acquisitions (M&A), the innovative concept of a startup can
offer significant economic benefits. Even if the startup's revenue is minimal, it can be quite
appealing to potential investors (acquirers). To evaluate such M&A transactions, it's no
longer limited to meeting specific thresholds when notifying the competition authority;
instead, it must also consider a high transaction value. In Internet-based sales and purchase
transactions, electronic buying and selling are akin to traditional transactions in the physical
world, with the exception that the parties interact online rather than in person.
Key words: Digital Era, Bisnis Competition, Perspective

Abstrak

Bagaimana persaingan usaha di era digital dilihat dari hukum persaingan usaha? Bagaimana
pendekatan pemasaran barang dan jasa di tengah persaingan bisnis era digital? Penelitian ini
termasuk dalam kategori penelitian hukum sosiologis. Dalam hal merger dan akuisisi (M&A),
konsep startup yang inovatif dapat menawarkan manfaat ekonomi yang signifikan. Sekalipun
pendapatan startup tersebut minim, namun hal ini cukup menarik bagi calon investor
(acquirer). Untuk mengevaluasi transaksi M&A tersebut, tidak lagi terbatas pada memenuhi
ambang batas tertentu ketika memberi tahu otoritas persaingan; sebaliknya, ia juga harus
mempertimbangkan nilai transaksi yang tinggi. Dalam transaksi jual beli berbasis internet,
jual beli elektronik mirip dengan transaksi tradisional di dunia fisik, dengan pengecualian para
pihak berinteraksi secara online dan bukan secara langsung.
Kata Kunci: Era DIgital, Persaingan Usaha, Sudut Pandang
I. PENDAHULUAN
Sumber daya ekonomi dibatasi sesuai dengan kebutuhan manusia yang terbatas dengan
daya ekonomi di sisi lain, hukum sangat penting dalam kegiatan ekonomi ini untuk mencegah
konflik di antara warga yang memperebutkan sumber daya ini. Hukum persaingan usaha
merupakan alat yang penting untuk mendorong efisiensi ekonomi dan membina lingkungan di
mana semua pelaku usaha memiliki akses yang sama terhadap sumber daya. Oleh karena itu,
perlu didorong adanya peraturan perundang-undangan persaingan usaha untuk
mengimplementasikan konsep hukum sebagai alat untuk mendorong efisiensi ekonomi antara
pelaku usaha yang melakukan pembuatan dan/atau penjualan barang atau jasa secara tidak etis,
melawan hukum, atau anti persaingan. Setiap pelaku usaha harus berada dalam situasi
persaingan usaha yang wajar dan dapat diterima untuk merangsang pertumbuhan dan
berfungsinya ekonomi pasar secara teratur. Ini akan menghindari pemusatan kekuatan ekonomi
di tangan segelintir orang. Lingkungan yang kompetitif sangat penting bagi negara berkembang
seperti Indonesia untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang efektif, termasuk proses
industrialisasi. Dalam pasar yang kompetitif, perusahaan akan bersaing untuk mendapatkan
lebih banyak pelanggan dengan menawarkan produknya dengan harga serendah mungkin,
meningkatkan kualitas produk, dan meningkatkan layanan pelanggan. Bisnis harus berusaha
mengembangkan item baru dengan desain baru yang inventif agar berhasil di pasar yang
kompetitif. Perusahaan harus membangun dan meningkatkan kapabilitas teknologinya baik
dalam proses maupun teknologi produk untuk mencapai hal tersebut. Akibatnya, kemajuan
teknis dan prediksi pertumbuhan ekonomi yang signifikan akan terbantu. Ungkapan "media
baru" diciptakan menjelang akhir abad kedua puluh untuk menggambarkan jenis media baru
yang memadukan media tradisional dan internet. Fenomena maraknya situs jejaring sosial telah
meramaikan media baru dalam beberapa tahun terakhir; situs-situs tersebut memberikan ruang
di dunia maya untuk membentuk komunitas jaringan pertemanan yang bisa diakses oleh siapa
saja di dunia. E-Commerce, Praktek jual beli produk, jasa, dan informasi melalui jaringan
komputer, dengan internet sebagai jaringan pilihan, dikembangkan sebagai hasil dari kemajuan
teknologi informasi. Kemajuan teknologi telah menghasilkan perkembangan dalam teknologi
media, yang umumnya dikenal sebagai media baru, media online, atau internet di era digital saat
ini. Jenis media ini sudah menjadi hal yang biasa. Media ini juga dianggap sebagai media yang
belum dapat mengikuti pertumbuhan jumlah pengguna yang semakin meningkat. Di negara
maju, media baru telah unggul dari media tradisional sebagai sumber informasi.
Untuk membeli jumlah dan jenis barang yang banyak, seringkali membutuhkan waktu
yang lama jika harus dilakukan tawar menawar. Oleh karena itu, pengguna biasanya membuat
daftar tertulis yang berisi jumlah dan jenis barang yang akan dibeli, kemudian diserahkan
kepada penyedia barang untuk meminta penawaran harga secara tertulis. Daftar barang tersebut
nantinya akan menjadi dokumen pembelian, sedangkan penawaran harga yang diberikan oleh
penyedia barang akan menjadi dokumen penawaran. Dalam perkembangannya, pengguna dapat
meminta penawaran harga kepada beberapa penyedia barang sehingga dapat memilih harga
yang terbaik.
Beberapa kendala dalam menggunakan e-commerce, menurut polling yang dilakukan
oleh CommerceNet untuk pembeli/pembeli, antara lain:
a. Konsekuensi keuangan dari penipuan. Penipu biasanya memindahkan uang dari satu akun
ke akun lain atau mengganti semua informasi keuangan.
b. Pencurian informasi yang sangat sensitif. Gangguan ini dapat mengekspos semua
informasi pribadi yang satu kepada individu yang tidak berwenang, yang mengakibatkan
kerugian besar bagi korban.
c. Peluang bisnis hilang sebagai akibat dari pemadaman layanan. Hal ini adalah kesalahan
non-teknis, seperti kehilangan daya yang terjadi secara tidak terduga.
d. Pihak yang tidak berwenang dapat mengakses sumber daya. Pertimbangkan perangkat
lunak peretas yang berhasil mendapatkan akses ke sistem perbankan dan kemudian
mentransfer dana dari banyak akun ke akun mereka sendiri.
e. Menjadi lebih sadar akan kerugian Anda. Kepercayaan konsumen telah anjlok. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor, termasuk upaya pihak ketiga yang jahat untuk merusak
reputasi perusahaan.
f. Konsekuensi tak terduga. Kesalahan faktor manusia, kesalahan faktor manusia, dan
kesalahan sistem adalah semua kemungkinan. Gangguan yang disengaja, penipuan,
praktik bisnis yang tidak etis, kesalahan faktor manusia, kesalahan faktor manusia, dan
kesalahan sistem adalah semua kemungkinan.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, dimana penelitian ini dilakukan dengan
terlebih dahulu meneliti melalui buku-buku dan aturan-aturan yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti atau melihat bagaimana bentuk penerapan hukum di Indonesia. adapun pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemdekatan perundang-undangan (statutes
Approach) dengan meneliti regulasi yang ada dan dikaitkan dengan persaingan bisnis dalam era
digital.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Bagaimana persaingan usaha pada era digital menurut persepektif hukum
persaingan usaha

Bagaimana persaingan usaha di era digital, dari sudut pandang hukum persaingan usaha,
telah mengalami perubahan yang signifikan karena hadirnya Internet. Internet telah
memperpendek waktu yang dibutuhkan oleh konsumen untuk menemukan barang atau jasa yang
mereka cari, yang pada akhirnya membantu mereka menghemat waktu dan uang. Internet juga
telah berkontribusi besar terhadap perluasan pasokan dan penciptaan pasar yang dinamis. Salah
satu karakteristik utama dari ekonomi digital adalah kemampuannya untuk menjangkau banyak
pasar melalui jaringan yang ada. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang,
Jerman, dan Uni Eropa, pasar digital telah menjadi perhatian dan kekhawatiran besar bagi
regulator persaingan korporasi. Sebagai contoh, lembaga kompetisi di Jerman telah melakukan
pemikiran dan penelitian yang mendalam terkait kekuatan pasar platform dan jaringan digital.

Era digital telah menghadirkan perubahan dalam pola perdagangan yang semula
berlangsung secara tatap muka, yang kini dapat dilakukan secara online melalui internet. Raksasa
internet seperti Google, Amazon, dan Facebook memiliki model bisnis dan perilaku yang
berbeda, yang memicu diskusi tentang sejauh mana perilaku mereka dapat mengancam
persaingan dan apakah tindakan hukum perlu diambil terhadap mereka.
Dalam praktik hukum persaingan usaha, industri digital membawa kompleksitas baru
dalam definisi pasar digital, terutama dalam konteks transaksi gratis dan dampak bisnis rintisan
yang kreatif dalam merger dan akuisisi. Oleh karena itu, penting untuk menilai transaksi M&A
tidak hanya berdasarkan ambang batas, tetapi juga nilai transaksi yang tinggi. Di era digital yang
cepat berubah, otoritas persaingan harus mempertimbangkan elemen-elemen seperti efek
jaringan, tingkat return on scale, single-homing, multi-homing, derajat diferensiasi, kemampuan
mengakses informasi, dan potensi inovasi dalam pasar digital.

Namun, perdagangan elektronik dihadapkan pada sejumlah tantangan, seperti


kepercayaan konsumen, keamanan, biaya pengiriman, dan kurangnya pengembangan sistem e-
commerce yang memadai. Perlu diperhatikan bahwa transaksi online memerlukan tambahan
biaya pengiriman, yang dapat membuat harga barang menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
pembelian tatap muka. Selain itu, ada kebutuhan untuk membangun sistem e-commerce yang
lebih baik dan memperbaiki masalah keamanan dan kepercayaan dalam perdagangan online.

Dalam konteks hukum persaingan usaha, persaingan di era digital memiliki karakteristik
tersendiri, dengan perbedaan antara persaingan sempurna dan persaingan tidak sehat, termasuk
jumlah pembeli, jumlah penjual, sifat barang, kebebasan perusahaan, dan pengetahuan antar
pihak.

2. Bagaimana proses pemasaran produk barang dan jasadalam menghadapi


persaingan usaha pada era digital sekarang

Proses pemasaran produk barang dan jasa dalam menghadapi persaingan usaha pada era
digital saat ini mengharuskan pihak yang terlibat dalam transaksi elektronik untuk mengadaptasi
berbagai aspek hukum dan prosedur yang terkait. Dalam kerangka ini, penggunaan tanda tangan
elektronik menjadi penting, mengacu pada peraturan yang mengatur validitasnya. Sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, tanda tangan elektronik
memiliki kekuatan hukum, dan konsekuensi hukumnya tergantung pada sejauh mana tanda
tangan tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang.

Dalam konteks ini, tanda tangan elektronik konsumen memiliki kedudukan hukum dan
dapat digunakan di pengadilan jika memenuhi kriteria tertentu. Kriteria ini mencakup
pemantauan perubahan tanda tangan elektronik dan informasi elektronik yang terkait dengan
konsumen. Artinya, semua perubahan yang terjadi setelah tanda tangan elektronik konsumen
harus dapat diidentifikasi, dan segala perubahan informasi elektronik harus berada di bawah
kendali tanda tangan elektronik konsumen pada saat tanda tangan tersebut dilakukan.

Transaksi jual beli berbasis internet melibatkan beberapa pihak, yang mencakup pembeli,
penjual, dan bank sebagai perantara dalam proses pembayaran. Perubahan dalam pola transaksi
perdagangan sekarang ini mengarah ke konsep "one-stop shopping," di mana sebuah transaksi
mencakup arus informasi, arus uang, dan arus barang. Dalam hal ini, perjanjian jual beli juga
dapat dibuat secara elektronik, baik melalui email atau sarana lainnya. Selain itu, transaksi e-
commerce tidak selalu memerlukan interaksi tatap muka antara para pihak yang terlibat.
Meskipun teknologi internet terus berkembang, perlindungan hukum bagi pengguna internet
belum mencukupi, dan upaya diperlukan untuk menjaga keseimbangan hukum dalam konteks
ini.

Transaksi elektronik dapat membangun hubungan hukum tidak hanya antara pengusaha
dan konsumen, tetapi juga antara berbagai pihak yang terlibat dalam berbagai jenis transaksi,
seperti transaksi bisnis-ke-bisnis, transaksi antar pembeli, dan transaksi penjual ke pembeli.

Kontrak elektronik dapat dibagi menjadi dua bentuk utama, yaitu kontrak elektronik
dengan objek transaksi berupa barang/jasa nyata dan kontrak elektronik dengan objek transaksi
dalam bentuk layanan. Para pihak (penjual dan pembeli) dapat bernegosiasi untuk membuat
kontrak melalui internet. Jika kesepakatan tercapai, penjual akan mengirimkan produk atau
layanan yang disepakati ke alamat pembeli. Terdapat juga kontrak elektronik di mana
informasi/layanan fisik digunakan dalam transaksi, dan dalam hal ini, komunikasi awal terjadi
melalui internet sebelum kontrak elektronik ditandatangani.

Ketika berbicara tentang hukum dalam konteks transaksi e-commerce, penting untuk
mencatat bahwa semua aspek yang terkait dengan perjanjian harus sesuai dengan peraturan
hukum, termasuk Pasal 1320 KUHPerdata di Indonesia. Meskipun konvensi seperti UNCITRAL
(United Nations Commission on International Trade Law) memberikan pedoman untuk transaksi
internasional, negara-negara anggota konvensi masih memiliki kebebasan untuk menentukan
regulasi dan persyaratan formal mereka sendiri. Kontrak elektronik harus memenuhi persyaratan
tertentu, seperti penulisan kontrak, keberadaan syarat-syarat yang jelas, dan bentuk asli kontrak.

Secara umum, transaksi e-commerce hampir identik dengan transaksi konvensional,


dengan perbedaan utama terletak pada penggunaan platform online untuk memesan dan
membayar produk atau layanan. Prosesnya melibatkan berbagai tahap, mulai dari pengisian
formulir pemesanan hingga konfirmasi pembayaran, pengecekan ketersediaan produk,
pengaturan pengiriman barang, dan kemungkinan pengembalian barang jika produk tidak sesuai
harapan.

Dalam intinya, transaksi e-commerce adalah bagian penting dari era digital, dan
pemahaman yang baik tentang regulasi hukum dan prosedur yang terkait sangat diperlukan untuk
menjaga integritas dan keamanan transaksi dalam lingkungan online yang terus berkembang.

IV. KESIMPULAN

Merger dan akuisisi (M&A) adalah konsep bisnis yang menciptakan potensi ekonomi
besar dalam situasi di mana perusahaan rintisan, meskipun menghasilkan omset yang terbatas,
menjadi menarik bagi investor (pencari akuisisi). Untuk mengevaluasi transaksi M&A semacam
ini, perlu dipahami bahwa otoritas persaingan tidak hanya berfokus pada ambang batas tertentu,
tetapi juga harus mempertimbangkan nilai transaksi yang signifikan. Dalam transaksi jual beli
berbasis internet, konsepnya serupa dengan transaksi jual beli tradisional di dunia nyata, hanya
saja pihak-pihak yang terlibat tidak bertemu langsung, melainkan berkomunikasi melalui
internet.
Daftar Pustaka
Effendi, B. (n.d.). Pengawasan dan penegakkan hukum terhadap bisnis digital oleh komisi
pengawas persaingan usaha (KPPU) dalam praktek persaingan usaha tidak sehat.
Febrina, R. (2017). Perlindungan Hak Kesehatan bagi Perempuan Sebagai Konsumen Pengguna
Kosmetik Berdasarkan UU. No 8 Tahun 1999 TentangPerlindungan Konsumen . Jurnal
kajian agama,sosial dan budaya .
Hotana, M. S. (2018). Industri E-Commerce dalam menciptakan pasar yang kompetitif
berdasarkan huku, persaingan usaha. Jurnal Hukum Visnis Bonum Commune.
Pranoto, E. (2018). PEMBANGUNAN SISTEM HUKUM EKONOMI INDONESIA
BERLANDASKAN PADA NILAI PANCASILA DI ERA GLOBALISASI. Jurnal
Spektrum.
Yustisiani, C. (2013). Buku Pintar Bisnis Online dan Transaksi Elektronik . Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama .

Anda mungkin juga menyukai