Kata Pengantar A. Pengertian E-Commerce Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Semakin pesatnya perkembangan internet sekarang ini menciptakan hal-hal baru yang mepermudah kegiatan manusia, salah satunya adalah “E- COMMERCE”. Penulis ingin memberikan gambaran tentang apa dan bagaimana serta Dampak E-COMMERCE Terhadap Bisnis di Indonesia“E-COMMERCE” itu, agar pembaca tidak awam lagi dengan istilah “E-COMMERCE”. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini bisa berguna dan bermanfaat bagi para pembaca dan bagi penulis sendiri Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang sangat dramatis dalam beberapa tahun terakhir telah membawa dampak transformational pada berbagai aspek kehidupan, termasuk di dalamnya dunia bisnis. Setelah berlalunya era “total quality” dan “reengineering”, kini saatnya “era elektronik” yang ditandai dengan menjamurnya istilah-istilah e- business, e-university, e-government, e-economy, e-entertainment, dan masih banyak lagi istilah sejenis. Salah satu konsep yang dinilai merupakan paradigma bisnis baru adalah e-business atau dikenal pula dengan istilah e-commerce sebagai bidang kajian yang relative masih baru dan akan terus berkembang, e-business berdampak besar pada praktek bisnis, setidaknya dalam hal penyempurnaan direct marketing, transformasi organisasi, dan redefinisi organisasi. Lanjutan
Model bisnis ini menekankan pertukaran informasi dan transaksi
bisnis yang bersifat paperless, melalui Elektronik Data Interchange (EDI), E-mail, dan teknologi lainnya yang juga berbasis jaringan. Popularitas e- business di penghujung abad 20 dan di awal millennium baru ini ditunjang oleh tiga faktor pemicu utama, yaitu (1) faktor pasar dan ekonomi, diantara kompetisi yang semakin intensif, perekonomian global, kesepakatan dagang regional, dan kekuasaan konsumen yang semakin bertambah besar, (2) faktor sosial dan lingkungan, seperti perubahan karakteristik angkatan kerja, deregulasi pemerintah, kesadaran dan tuntutan akan praktis etis, kesadaran akan tanggung jawab sosial perusahaan, dan perubahan politik, dan (3) faktor teknologi, meliputi singkatnya usia siklus hidup produk dan teknologi. BAB II A. Pengertian e-commerce E-commerce (electronic comers) adalah pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui system elektronik seperti internet, televisi, world wide web, atau jaringan- jaringan computer lainya. E-commerce melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis. Salah satu jaringan yang digunakan adalah internet. Sementara itu Kalakota dan Whinston mendefinisikan E-Commerce beberapa perspektif, antara lain sebagai berikut: a) Perspektif komunikasi, E-Commerce adalah pengiriman informasi, barang dan jasa, melalui jaringan telepon, atau jalur komunikasi lainnya. b) Perspektif proses bisnis, E-Commerce adalah aplikasi teknologi menuju otomatisasi transaksi bisnis. c) Perspektif pelayanan, E-Commerce adalah alat yang digunakan untuk mengurangi biaya dalam pemesanan dan pengiriman barang. d) Perspektif online, E-Commerce menyediakan kemampuan untuk menjual dan membeli barang melalui internet dan jaringan jasa online lainnya. B. Jenis-jenis E-Commerce a) Business To Business (B2B) Adalah sistem komunikasi bisnis online antar pelaku bisnis, E-commerce penjual dan pembelinya adalah organisasi/perusahaan pada umumnya transaksi dilakukan oleh para trading partners yang sudah saling kenal dengan format data yang telah disepakati bersama. b). Business To Customer (B2C) B2C dapat diartikan sebagai jenis perdagangan elektronik di mana ada sebuah perusahaan (business) yang melakukan penjualan langsung barang-barangnya kepada pembeli (customer). Contoh perusahaan kelas dunia yang telah menerapkan B2C adalah Amazon.com. E-commerce yang penjualnya adalah perusahaan, dan pembelinya adalah perorangan merupakan mekanisme toko online (electronic shopping mall), yaitu transaksi antara e-merchant dengan e- customer. Dan sifatnya terbuka untuk publik, sehingga setiap individu dapat mengaksesnya melalui suatu web server. c) Collaborative Commerce (C Commerce) Dalam C-Commerce, partner bisnis saling bekerjasama secara elektronik. Kerjasama ini biasanya terjadi sepanjang rantai produksi suatu barang atau jasa, misalnya produsen dengan distributornya. d) Consumer To Customer (C2C) E-commerce dimana seorang menjual produk atau jasa ke orang lain, Merupakan sistem komunikasi dan transaksi bisnis antar konsumen untuk memenuhi kebutuhan tertentu pada saat tertentu. Contoh yang telah menerapkan C2C adalah http://www.bidhere.com/, http://www.ebay.com/, http://www.munyie.com/. e) Customer To Business (C2B) Merupakan perseorangan yang menjual produk atau jasa kepada suatu perusahaan/organisasi. Perseorangan yang mencari penjual, saling berinteraksi dan menyepakati suatu transaksi. contohnya: http://www.priceline.com f) Intrabusiness Commerce Penggunaan E-Commerce dalam lingkup internal perusahaan atau organisasi untuk meningkatkan kinerja dan operasi. g) Government To Citizens (G2C) Pelayanan pemerintah terhadap warga negaranya melalui teknologi E- Commerce, selain itu.dapat digunakan untuk kerjasama antara pemerintah dengan pemerintah lain atau dengan perusahaan. Contoh : layanan KTP dan SIM. h) Mobile Commerce Mobile Commerce memungkinkan penggunaan E-Commerce tanpa kabel, seperti mengakses internet melalui handphone, PDA, dll. Pada dasarnya, M- Commerce ini merupakan gabungan dari E-commerce dan mobile computing. Karena itu, bisa dikatakan bahwa M-Commerce adalah E- Commerce yang berada dalam lingkungan nirkabel. Contoh : layanan mobile banking. C. Dampak E-Commerce a) Dampak Positif Revenue stream (aliran pendapatan) baru yang mungkin lebih menjanjikan yang tidak bisa ditemui di sistem transaksi tradisional. Dapat meningkatkan market exposure (pangsa pasar) Menurunkan biaya operasional (operating cost) Melebarkan jangkauan (global reach) Meningkatkan customer loyality Meningkatkan supplier management Memperpendek waktu produksi Meningkatkan value chain (mata rantai pendapatan) b. Dampak Negatif 1. Kehilangan segi finansial secara langsung karena kecurangan. Seorang penipu mentransfer uang dari rekening satu ke rekening lainnya atau dia telah mengganti semua data finansial yang ada. 2. Pencurian informasi rahasia yang berharga. Gangguan yang timbul bisa menyingkap semua informasi rahasia tersebut kepada pihak- pihak yang tidak berhak dan dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi si korban. 3. Kehilangan kesempatan bisnis karena gangguan pelayanan. Kesalahan ini bersifat kesalahan non-teknis seperti aliran listrik tiba-tiba padam. Penggunaan akses ke sumber oleh pihak yang tidak berhak. Misalkan seorang hacker yang berhasil membobol sebuah sistem perbankan. Setelah itu dia memindahkan sejumlah rekening orang lain ke rekeningnya sendiri. Kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Ini karena berbagai macam faktor seperti usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak lain yang berusaha menjatuhkan reputasi perusahaan tersebut. Kerugian yang tidak terduga. Disebabkan oleh gangguan yang dilakukan dengan sengaja, ketidakjujuran, praktek bisnis yang tidak benar, kesalahan faktor manusia, kesalahan faktor manusia atau kesalahan sistem elektronik. D. Berbisnis Dengan E-Commerce Pada masa persaingan ketat di era globalisasi saat ini, persaingan yang sebenarnya terletak pada bagaimana sebuah perusahaan dapat memanfaatkan e-commerce untuk meningkatkan kinerja dan eksistensi dalam bisnis ini. Dengan aplikasi e-commerce, seharusnya hubungan antar perusahaan dengan entitas eksternal lainnya (pemasok, distributor, rekanan, konsumen) dapat dilakukan lebih cepat, lebih intensif, dan lebih murah daripada aplikasi prinsip manajemen secara konvensional (door to door, one-to-one relationship). Maka e-commerce bukanlah sekedar suatu mekanisme penjualan barang atau jasa melalui medium internet, tetapi juga terhadap terjadinya sebuah transformasi bisnis yang mengubah cara pandang perusahaan dalam melakukan aktivitas usahanya. Membangun dan mengimplementasikan sebuah sistem e-commerce bukan merupakan proses instant, namun merupakan transformasi strategi dan sistem bisnis yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan perusahaan dan teknologi. Faktor kunci sukses dalam e-commerce dalam sebuah perusahaan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tetapi dengan tim manajemen yang handal, pengiriman yang tepat waktu, pelayanan yang bagus, struktur organisasi bisnis yang baik, jaringan infrastruktur dan keamanan, desain situs web yang bagus, beberapa faktor lainnya antara lain: a) Menyediakan harga kompetitif b) Menyediakan jasa pembelian yang tanggap, cepat, dan ramah c) Menyediakan informasi barang dan jasa yang lengkap dan jelas d) Menyediakan banyak bonus seperti kupon, penawaran istimewa, dan diskon e) Memberikan perhatian khusus seperti usulan pembelian f) Menyediakan rasa komunitas untuk berdiskusi, masukan dari pelanggan g) Mempermudah kegiatan perdagangan Dampak E-commerce di Indonesia: a. Logistik Tumbuh, Ritel Bertransformasi Menurut Bank Indonesia, laju pertumbuhan sektor e-commerce di dalam negeri belum menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Bank sentral menyebutkan transaksi belanja online di dalam negeri pada 2019 mencapai Rp13 triliun setiap bulan, atau Rp140 triliun per tahun. Google dalam laporan e-Conomy SEA 2018 memperkirakan ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$100 miliar (sekitar Rp1,4 kuadriliun) pada tahun 2025. Angka tersebut bakal membuat Indonesia menjadi negara dengan pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Perkembangan pesat e-commerce tidak hanya mengubah pola belanja para konsumen saja, namun juga berimbas pada beberapa bidang industri lainnya. Momentum positif yang diciptakan oleh e-commerce itu dimanfaatkan oleh bidang lain untuk melahirkan berbagai inovasi baru agar bisa beradaptasi dengan kebutuhan konsumen yang terus berubah secara dinamis. b. Industri logistik mulai berbenah Salah satu bidang yang terkena imbas dari perkembangan industri e-commerce di Indonesia adalah bidang logistik. Dengan semakin banyak orang yang kini beralih ke belanja online, permintaan pengiriman paket juga meningkat drastis. “Sekarang orang mau cepat. Global Consumer Insight Survey dari PwC menunjukkan 41 persen dari mereka (pelanggan) rela membayar lebih untuk same day delivery,” ucap Fajrin Rasyid selaku Presiden Bukalapak. Tahun ini, Zaldi Ilham Mashita selaku Chairman Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) mengungkapkan bahwa sektor logistik di Indonesia tumbuh sebesar dua belas persen. Di Indonesia, pertumbuhan ekosistem e-commerce diprediksi akan terus meningkat. Dengan demikian, dalam beberapa tahun ke depan, aspek ekonomi Indonesia akan terdampak oleh keberadaan e-commerce. Mulai dari kebiasaan berbelanja konsumen, hingga lapangan pekerjaan. Seperti dilansir dari TechinAsia.com, firma konsultan manajemen McKinsey & Company pada Agustus 2018 lalu merilis hasil riset mengenai status industri e-commerce Indonesia terkini, serta proyeksi perkembangannya selama beberapa tahun ke depan. Berikut adalah dampak yang diprediksi akan dialami Indonesia. 1. Tenaga kerja e-commerce bertambah secara pesat Saat ini, industri e-commerce telah berdampak positif bagi lapangan kerja Indonesia dengan estimasi 4 juta pekerja terhubung dengan ekosistem ini. Pada 2022, pertumbuhan pasar e-commerce Indonesia dapat merangkul sekitar 26 juta pekerja atau 20% angkatan kerja Indonesia. Lapangan kerja baru ini meliputi yang muncul untuk mendukung kegiatan e-commerce, seperti posisi pemrograman atau logistik di perusahaan e-tailing, dan pekerjaan yang sudah ada namun diperbarui oleh perkembangan e-commerce, seperti pengelola UMKM yang berpindah dari bisnis offline ke online. 2. Konsumen berhemat lebih banyak Selain produsen dan distributor, tren berbelanja konsumen juga akan mengalami berbagai perubahan. Sejauh ini, kemudahan dalam bertransaksi dan memilih produk telah mendorong jumlah konsumen online diproyeksikan meningkat sekitar 25% tiap tahun dan akan mencapai 65 juta orang pada 2022. Peningkatan popularitas belanja online juga terkait dengan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan berbelanja produk serupa secara offline. Misalnya, konsumen online di Pulau Jawa, terutama daerah urban rata-rata berhemat sekitar 4-14% dibanding berbelanja offline. Ini dikarenakan biaya operasional tinggi membuat harga barang offline makin mahal, sementara jaringan distribusi yang menyeluruh membuat biaya pengiriman online makin murah. Berkembangnya e-commerce dapat memungkinkan konsumen di daerah rural atau terpencil untuk menikmati produk yang sebelumnya sulit diakses. Sementara itu, konsumen online luar Jawa, terutama di daerah terpencil dapat berhemat sekitar 11-25%. Dalam kasus ini, berbelanja online jauh lebih murah dikarenakan biaya inventaris distributor barang offline yang tinggi. Namun, ongkos pengiriman masih berdampak tinggi ke harga barang online. Di sejumlah kota luar Jawa seperti Palembang dan Timika, ongkos pengiriman bisa mencakup 40-50% dari total biaya pembelian suatu produk. SEKIAN & TERIMA KASIH