Anda di halaman 1dari 23

MODEL BISNIS MODERN,

PRAKTEK MAL-BUSINESS DAN


PERSAINGAN DALAM ETIKA
BISNIS ISLAMI

QHOIRUL CHASANA
20510007
Pendahuluan
Dalam konteks bisnis perusahaan, penerapannya etika bisnis
dihadapkan dengan masalah-masalah yang meliputi : proses,
people dan teknologi. Pada tataran -prosesnya, etika bisnis
berhadapan dengan masalah-masalah klasik seperti cash flow,
personal network, quality, competition, dan endurance. Pada
people, etika bisnis dihadapkan dengan persoalan kualitas SDM
yang belum memadai, motivasi enterpreneur dan keinginan
untuk “cepat sukses”. Demikian pula dalam teknologi, etika
bisnis berhadapan dengan tuntutan teknologi yang
mensyaratkan keserbacepatan dan efisiensi total dalam sistem
kerja untuk mencapai suatu maksud dalam bisnis.
E-BUSINESS
E-business adalah model bisnis yang menekankan pertukaran informasi dan
transaksi bisnis yang bersifat paperless, melalui Elektronic Data Interchange
(EDI), e-mail, electronic bulletin boards, electronic funds transfer dan
teknologi lainnya berbasis jaringan. Perkembangan yang pesat dalam
model bisnis ini ditunjang oleh tiga faktor pemicu utama, yaitu :
1. Faktor pasar dan ekonomi seperti kompetisi yang semakin intensif,
perekonomian global, kesepakatan dagang regional dan kekuasaan
konsumen yang semakin bertambah besar.
2. Faktor sosial dan lingkungan seperti perubahan karakteristik angkatan
kerja, deregulasi, pemerintah, kesadaran dan tuntutan akan praktik etis,
kesadaran akan tanggungjawab sosial perusahaan dan perubahan
politik.
3. Faktor teknologi yang meliputi siklus hidup produk dan teknologi,
inovasi yang muncul setiap saat. Informasi overload dan berkurangnya
rasio biaya teknologi terhadap kinerja.
E-commerce dapat didefinisikan sebagai satu set dinamis teknologi,
aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan,
konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan
perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara
elektronik. Keuntungan-keuntungan dari e-commerce adalah meliputi
revenue stream(aliran pendapatan) baru yang mungkin lebih
menjanjikan yang tidak dapat ditemukan pada transaksi tradisional,
dapat meningkatkan market exposure (pangsa pasar), melebarkan
jangkauan (global reach), meningkatkan customer loyalty meningkatkan
supplier management, memperpendek waktu produksi dan
meningkatkan value chain (mata rantai pendapatan).
Dalam aplikasinya e-business harus ditunjang oleh beberapa pilar dan
infrastruktur. Terdapat empat pilar utama e-business yang meliputi: 1)
orang(people), meliputi pembeli, penjual, perantara, manajemen dan
staf sistem informasi. 2) kebijakan publik (public policy) meliputi pajak,
perundang-undangan, nama domain dst. 3) standar teknis baik untuk
dokumen, keamanan, protokol jaringan, maupun pembayaran. 4)
organisasi yaitu mitra bisnis, pesaing, asosiasi, dan instansi pemerintah.
Infrastruktur pendukung e-business meliputi common business
service infrastructure seperti, security cards/authentication,
pembayaran elektronik, direktori dan katalog. Messaging dan
information distribution infrastructure seperti EDI, e-mail, dan
hyperteks transfer protocol. Multimedia content and network
publishing infrastructure, seperti HTML, java, World Wide Web,
dan VRML. Network infrastructure seperti jasa Telkom, TV Kabel,
wireless, internet, VAN, WAN, LAN, Intranet, dan extranet. Dan
interfacing infrastruktur baik untuk database, pelanggan
maupun aplikasi.
Model-model e-business
a. Virtual Storefront, yang menjual produk fisik atau jasa secara on-line , sedangkan
pengirimannya menggunakan sarana-sarana tradisional
b. Marketplace Concentrator, yaitu yang memusatkan informasi mengenai produk dan
jasa dari beberapa produsen pada satu titik sentral
c. Information Brokerme, yaitu menyediakan informasi mengenai produk, harga dan
ketersediaannya dan terkadang menyediakan fasilitas transaksi
d. Transaction Broker, yaitu pembeli dapat mengamati berbagai tarif dan syarat
pembelian, namun aktivitas bisnis utamanya adalah memfasilitasi transaksi.
e. Electronic Clearinghouses, yaitu menyediakan suasana seperti tempat lelang
produk, dimana harga dan ketersediaan selalu berubah tergantung pada reaksi
konsumen
f. Reverse Auction, yaitu konsumen mengajukan tawaran kepada berbagai penjual
untuk membeli barang atau jasa dengan harga yang disfesifikasi oleh pembeli.
g. Digital Product Delivery, yaitu menjual dan mengirim perangkat lunak, multimedia,
dan produk digital lainnya lewat internet
h. Content Provider, yaitu yang memperoleh pendapatan melalui penyediaan kontan.
Pendapatan dapat dihasilkan dari biaya langganan atau biaya akses
i. Online Service Provider, yaitu menyediakan layanan dan dukungan bagi para
pemakai perangkat lunak dan perangkat keras.
Berdasarkan karakteristik transaksi yang dilakukan e-commerce dapat
diklasifikasikan kepada beberapa jenis
1. Business to business (B2B) yaitu transaksi yang meliputi IOS (Inter
Organization System) dan transaksi pasar elektronik (elektronic market
transactions) antar organisasi
2. Business to Consumer (B2C) yaitu transaksi ritel dengan pembeli
individual
3. Consumer to consumer (C2C) dimana konsumen menjual produk secara
langsung kepada konsumen lainnya
4. Consumer to Business (C2B) meliputi individu yang menjual produk atau
jasa kepada organisasi, serta individu yang mencari penjual, berinteraksi
dengan penjual tersebut dan melakukan transaksi
5. Non business electronic commerce terdiri dari institusi non bisnis seperti
lembaga pendidikan, organisasi nirlaba, organisasi keagamaan,
organisasi sosial, dan instansi pemerintah.
6. Intrabusiness (organisational) electronic commerce yang meliputi semua
aktivitas internal organisasi yang dilakukan melalui internet dan meliputi
pertukaran barang jasa dan informasi
Dampak perubahan atas pencapaian
teknologi
1. Tingkat kompleksitas masyarakat akan semakin tinggi
2. Restrukturisasi di berbagai bidang kehidupan akan
berlangsung lebih cepat
3. Pola komunikasi dan pola interaksi semakin berubah
4. Nilai-nilai kerja dan profesionalisme akan bergeser
5. Saling ketergantungan dan saling mempengaruhi
6. Tuntutan otomatisasi untuk mempertinggi efisiensi dan
produktivitas yang mengingat
7. Interaksi manusia akan mengalami restrukturisasi dan
pergeseran ke arah demokrasi
Praktek Mal Bisnis
Praktek mal-bisnis mencakup semua perbuatan bisnis yang
tidak baik, jelek (secara moral) terlarang, membawa akibat
kerugian bagi pihak lain, maupun yang meliputi aspek hukum
(pidana) yang disebut business crimes atau business tort.
Business crimes adalah tindak pidana dalam bisnis yaitu
perbuatan-perbuatan tercela yang dilakukan oleh businessman
atau pegawai suatu bisnis baik untuk keuntungan bisnisnya
maupun yang merugikan bisnis pihak lain. Adapun bisnis tort
adalah perbuatan yang tidak terpuji yang dilakukan oleh
usahawan yang merupakan pelanggaran terhadap pengusaha
lain. Di Indonesia kedua jenis perbuatan ini dianggap sebagai
kejahatan bisnis.
Al-bathil, al-fasad, azh-zalim sebagai landasan-
landasan yang bertentangan dengan nilai yang
dibolehkan/dianjurkan al-Qur’an dalam dunia bisnis
1. Al bathil yang terambil dari kata dasar bathala dalam al-Qur’an
terdapat sebanyak 36 kali dalam berbagai variasinya.
2. Kata al-bathil dan derivasinya digunakan dalam pengertian, lawan
dari yang benar atau yang hak, yang bathil (syirik) dan disukai oleh
orang musyrik, cara atau jalan yang bathil (dosa) salah, tidak adil,
kehancuran, kerugian, kesia-siaan, tidak berharga, yang pasti
lenyap, yang inkar atau membantah (ciri-ciri orang kafir), yang
merusak dan menghilangkan pahala amal, orang yang sesat, yang
rugi, yang membuat kepalsuan. Ayat-ayat yang terdapat kata al-
bathil ini, sebanyak 21 ayat termasuk dalam surat Makkiyah dan 15
kali termasuk ayat Madaniyah.
3. Azh-zalim terambil dari kata dasar zh-I-m bermakna, meletakkan
sesuatu tidak pada tempatnya, ketidakadilan, penganiayaan,
penindasan, tindakan sewenang-wenangan, kegelapan.
Zalim adalah tidak adanya cahaya, merupakan gambaran dari
kebodohan, kesyirikan, kefasikan, lawan dari cahaya.
Menurut ahli bahasa dan kebanyakan ulama, zalim adalah
menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya, baik
mengurangi atau melebihi dari sisi waktu ataupun tempat
(materi ataupun non materi). Menurut ulama ahli hukum,
seperti dikutip ar-Raghib, kezaliman dibagi tiga
1. Kezaliman manusia kepada Allah, seperti kufur, syirik,
nifak
2. Kezaliman antar sesama manusia, seperti dijelaskan
dalam surat Al-Isra (17) : 33 dan as-Syura (42) : 42
3. Kezaliman terhadap diri sendiri
Jenis-jenis Praktek Mal-Bisnis dalam Islam

1. Riba
2. Mengurangi Timbangan atau takaran
3. Gharar dan Judi
4. Penipuan (al-Gabn dan Tadlis)
5. Penimbunan
6. Skandal, Korupsi, dan Kolusi
7. Monopoli dan Oligopoli
Riba
Riba adalah suatu proses bisnis yang terjadi dengan adanya
keharusan kelebihan dari modal baik kelebihan ini ditetapkan di
awal perjanjian maupun ditetapkan ketika si peminjam pada
batas waktu yang ditetapkan belum memiliki kemampuan untuk
mengembalikan piutangnya, sehingga dengan otomatis piutang
itu menjadi berlebih dari sebelumnya. Riba dilarang oleh Rasul
memperlihatkan bahwa riba telah mengakibatkan penderitaan
yang semakin berat bagi para peminjam. Aktivitas riba selalu
menampilkan orang kaya sebagai pemberi pinjaman dan orang
miskin sebagai peminjam, dimana si peminjam mengalami
kesulitan dan keberatan dalam proses pengembalian piutangnya,
oleh karena beban riba yang harus ditanggung.
Mengurangi Timbangan atau Takaran

Al-Qur’an secara tegas tidak membenarkan dan membenci perilaku


ini dengan menyebutnya sebagai orang-orang yang curang. Karena
beratnya perilaku ini, maka al-Qur’an melukiskan ancaman ini di
dalam satu surat Makkiyah yaitu surat Muthaffifin (83)
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (dalam
menakar dan menimbang), yaitu orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi”
QS Ar-Rahman (55) : 8-9
“Supaya kamu tidak melampaui batas tentang neraca itu. Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi, neraca itu”
Ghirar dan Judi
Gharar pada arti asalnya bermakna al-khatar, yaitu sesuatu yang
tidak diketahui pasti benar atau tidaknya. Dari arti itu, gharar
dapat berarti sesuatu yang lahirnya menarik, tetapi di dalamnya
belum jelas diketahui. Bisnis ghahar berarti jual beli yang tidak
memenuhi perjanjian dan tidak dapat dipercaya, dalam keadaan
bahaya, tidak diketahui harganya, barangnya, keselamatannya –
kondisi barang-, waktu memperolehnya. Contoh :membeli ikan
dalam kolam, membeli buah masih mentah di pohon.
Judi dalam hal bisnis adalah model bisnis yang dilakukan dengan
sistem pertaruhan. Perilaku judi dalam proses maupun
pengembangan bisnis dilarang secara tegas oleh al-Qur’an.
Penipuan (al-Gabn dan Tadlis)

Al-Gabn menurut bahasa bermakna al-khada berarti


penipuan. Gabn adalah membeli sesuatu dengan harga
yang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga rata-rata.
Adapun penipuan tadlis adalah penipuan baik pada
pihak penjual maupun pembeli dengan cara
menyembunyikan kecacatan ketika terjadi transaksi.
Penimbunan

Penimbunan adalah pengumpulan dan penimbunan barang-


barang tertentu yang dilakukan dengan sengaja sampai batas
waktu untuk menunggu tingginya harga barang-barang
tersebut. Al-Qur’an dalam menjamin stabilitas ekonomi
masyarakat senantiasa memperhatikan sikap serta perilaku
para pelaku bisnis dalam menjalankan aktivitasnya. Al-Qur’an
secara tegas menyatakan agar umat islam tidak melakukan
penimbunan harta dalam aktivitas jual beli maupun aktivitas
ekonomi lainnya dan al-Qur’an menganjurkan kepada umat
Islam agar menggunakan harta benda secara bijaksana (at-
taubah(9):34), dan secara terbatas (tidak berlebih-lebihan) (al-
Isra’(17):29) dan tetap mengawasi penggunaan harta benda ke
jalan yang tidak dibolehkan.
Skandal, Korupsi, dan Kolusi

Skandal adalah perbuatan yang memalukan atau


perbuatan yang menurunkan martabat seseorang.
Korupsi berasal dari kata benda corrupt yang berarti
tidak jujur, busuk, dan salah. Sebagai kata kerja corrupt
berarti menyuap, menyogok, membusukkan,
merusakkan atau merusakkan moral dan memperburuk.
Kolusi merupakan candu dalam bisnis telah mendorong
dilakukannya rekayasa lainnya, seperti money laundering
dan lain-lain.
Monopoli dan Oligopoli

Monopoli adalah suatu situasi dalam pasar dimana hanya


ada satu atau segelintir perusahaan yang menjual produk
atau komoditas tertentu yang tidak punya pengganti yang
mirip dan ada hambatan bagi perusahaan atau pengusaha
lain untuk masuk dalam bidang industri atau bisnis tersebut.
Oligopoli adalah salah satu bentuk monopoli tetapi agak
berbeda sifatnya. Jika monopoli merupakan kolusi antara
pengusaha dan penguasa, maka oligopoli merupakan kolusi
antara pengusaha dengan pengusaha lainnya.
Persaingan Bisnis : Suatu Keniscayaan
Bisnis nampaknya tidak dapat dipisahkan dari aktivitas persaingan. Islam
menganjurkan umatnya untuk melakukan perlombaan dalam mencari
kebaikan. Jika ini dijadikan dasar bisnis, maka praktek bisnis harus
menjalankan aktivitas persaingan yang sehat. Jika dikaitkan dengan
kondisi saat ini, dengan apa yang disebut dengan perdagangan bebas
dan persaingan bebas. Maka aktifitas bersaing dalam bisnis antara satu
pebisnis dengan pebisnis lainnya tidak dapat dihindarkan. Hal yang perlu
dipikirkan adalah bagaimana persaingan bisnis itu dapat memberikan
kontribusi yang baik bagi para pelakunya.
Harapan ideal tersebut dapat diwujudkan jika ada komitmen bersama di
antara pesaing terhadap konsep persaingan, yaitu persaingan itu tidak
lagi diartikan sebagai usaha mematikan pesaing lainnya, tetapi dilakukan
untuk memberikan sesuatu yang terbaik dari usaha bisnisnya. Hal ini juga
sangat dipengaruhi oleh cara pandang tentang persaingan. Ada
perbedaan paradigma melihat pesaing bisnis, yaitu :
Cara baru melihat pesaing :
Paradigma Lama Paradigma Baru
“Yang lain” adalah “Yang lain” adalah
musuh saya benchmark saya
Nama permainan itu Nama permainan itu
adalah kemenangan adalah pengembangan
terus menerus
Saya lebih baik daripada Saya adalah sesuatu yang
mereka penting
Saya terpisah dari yang Saya adalah bagian dari
lain komonitas
Ajaran persaingan bisnis

1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling


makan harta sesama kalian secara bathil
2. Seorang muslim adalah bersaudara dengan muslim
lainnya, tidak menzalimi dan tidak menekannya
3. Menciptakan suasana sebagai berikut :
a. Pebisnis Muslim….tidak menghalalkan segala cara
b. Pebisnis Muslim….berupaya menghasilkan produk
berkualitas dan pelayanan terbaik sesuai syari’ah
c. Pebisnis Muslim.... Harus memperhatikan hukum-hukum
islam yang berkaitan dengan aqad-aqad bisnis
d. Nagara….harus mampu menjamin terciptanya sistem
yang adil dan kondusif dalam persaingan
Ajaran Islam dalam Bersaing secara
Sehat dalam Bisnis

Islam sebagai suatu aturan hidup yang khas telah memberikan


aturan-aturannya yang rinci untuk menghindarkan munculnya
permasalahan akibat praktek persaingan yang tidak sehat.
Dalam kaitan ini, maka islam memberikan resep untuk
mensikapi persaingan dalam bisnis, yaitu ada tiga unsur yang
perlu dicermati (1) pihak yang bersaing, (2) cara persaingan,
dan (3) produk atau jasa yang dipersaingkan.

Anda mungkin juga menyukai