OLEH:
I KOMANG MAHARDIKA
2315164046
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
kesempatan yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Optimalisasi Penjadwalan Proyek Renovasi Mal
Pelayanan Publik (MPP) Denpasar dengan Critical Path Method (CPM)”
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma IV
Teknik Sipil pada Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa
adanya dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada:
1. I Nyoman Abdi, S.E., M.eCom. selaku Direktur Politeknik Negeri Bali;
2. Ir. I Nyoman Suardika, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil;
3. I Gede Sastra Wibawa, S.T., M.T. selaku Ketua Program D3 Teknik Sipil;
4. Fransiska Moi, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir yang
telah banyak memberikan saran dan masukan terkait pelaksanaan pengujian
ini secara umum serta penulisan Tugas Akhir ini secara khusus.
5. I Nyoman Ardika, S.T., M.T. selaku Dosen Pembingbing II Tugas Akhir
yang telah membimbing dan menfasilitasi selama pelaksanaan pengujian
hingga penyusunan Tugas Akhir ini;
6. Teman-teman yang telah bersedia menyempatkan waktu untuk memberi
bantuan selama pelaksanaan pengujian Tugas Akhir ini;
7. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan selama penyusunan
Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi yang penulis susun masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan rasa rendah hati penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun sehingga dapat menyempurnakan
Skripsi ini ke depannya.
Besar harapan penulis bahwa melalaui pengujian dan penyusunan Skripsi ini
dapat memberikan pengetahuan bagi penulis serta dapat memberikan informasi
yang bermanfaat bagi para pembaca.
Ungasan, Januari 2024
I Komang Mahardika
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Jadwal Mutu
Waktu Kinerja
1. Anggaran
Suatu proyek konstruksi harus diselesaikan dengan biaya yang tidak
melebihi anggaran yang telah ditetapkan.
2. Jadwal
Suatu proyek konstruksi harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan
tanggal akhir yang telah ditetapkan.
3. Mutu
Produk atau hasil kegiatan proyek konstruksi harus memenuhi spesifikasi
dan kriteria yang dipersyaratkan.
2. Organizing/Pengorganisasian
Organizing/pengorganisasian merupakan suatu tindakan untuk
mempersatukan kegiatan manusia yang memiliki peran masing-masing yang
saling berkaitan satu sama lain dengan tata cara tertentu. Tindakan yang
dilakukan pada fungsi organizing/pengorganisasian di antaranya adalah:
a. Membagi pekerjaan ke dalam tugas operasional;
b. Menggabungkan jabatan ke dalam unit terkait;
c. Memilih dan menempatkan setiap personil pada posisi yang sesuai;
d. Menyesuaikan tugas dan tanggung jawab setiap personil.
3. Actuating/Pelaksanaan
Actuating/pelaksanaan merupakan upaya untuk menggerakkan
anggota organisasi sesuai dengan keinginan dan usaha mereka untuk
mencapai tujuan perusahaan dan tujuan pribadi setiap anggota di organisasi.
Tindakan yang dilakukan pada fungsi actuating/pelaksanaan di
antaranya adalah:
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan;
b. Berkomunikasi secara efektif;
c. Mendistribusikan tugas, wewenang, dan tanggung jawab;
d. Berusaha memperbaiki pengarahan sesuai petunjuk pengawasan.
4. Controlling/Pengendalian
Controlling/pengendalian manajemen merupakan usaha yang sistematis dari
perusahaan un tuk mencapai tujuannya dengan cara membandingkan prestasi kerja
dengan rencana dan menyusun tindakan untuk mengatasi perbedaan tersebut.
Controlling/pengendalian juga dapat diartikan sebagai tindakan pengukuran
kualitas dan evaluasi kinerja yang diikuti dengan perbaikan yang harus diambil
untuk mengatasi penyimpangan yang terjadi. untuk menjaga agar pelaksanaan
sesuai dan tidak menyimpang dari perencanaan.
Tindakan yang dilakukan pada fungsi controlling/pengendalian di antaranya
adalah:
a. Mengukur kualitas hasil;
b. Membandingkan hasil terhadap standar kualitas;
c. Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi;
d. Memberikan saran-saran perbaikan;
e. Menyusun laporan kegiatan.
2.2 Penjadwalan
2.2.1 Konsep Penjadwalan
Penjadwalan merupakan panduan tahapan demi tahapan melalui proyek
dengan waktu yang diperlukan untuk melakukan setiap tahapannya. Penjadwalan
konstruksi mempunyai beberapa kesamaan dasar, yang paling umum adalah
pekerjaan diukur sebagai fungsi waktu. Selain itu proyek dipecah menjadi bagian-
bagian tambahan yang disebut tugas atau aktivitas yang mewakili tindakan yang
diperlukan untuk mencapai hasil [1].
Suatu jadwal harus memiliki target atau sasaran kecil untuk mengukur
kemajuan progres. Suatu tugas juga harus memiliki sumber daya yang ditetapkan
untuk melakukan setiap tugas tersebut. Tugas memakan waktu untuk diselesaikan,
oleh karena itu setiap tugas harus memiliki Lama yang cukup agar tugas tersebut
dapat diselesaikan [1].
2. Schedule Board
Pada banyak perusahaan konstruksi, schedule board atau operation
board merupakan alat bantu yang sangat berguna. Schedule board berisi
daftar kegiatan berdasarkan proyek yang dilengkapi dengan anggota-
anggota yang ditugaskan setiap hari atau minggunya. Schedule board juga
bukan merupakan jenis penjadwalan yang formal, namun dengan schedule
board dapat mempermudah setiap anggota untuk mengetahui tugas yang
harus dikerjakan, di mana, kapan, dan seberapa lama tugas tersebut harus
diselesaikan.
3. Bar Chart
Salah satu jenis penjadwalan yang paling umum digunakan pada
bidang konstruksi adalah bar chart. Bar chart juga sering disebut Gantt
chart karena ditemukan oleh Henry L. Gantt. Bar chart menggunakan
penggambaran secara grafis dari sebuah rencana proyek. Sebuah bar chart
umumnya berisi daftar kronologis tugas yang terletak di sisi kiri dalam
format kolom. Pada baris paling atas berisi waktu dalam satuan hari,
minggu, atau bulan. Tugas ditampilkan secara keseluruhan, dan setiap tugas
merupakan bilah yang disorot dari awal hingga akhir tugas.
Contoh dari penjadwalan jenis bar chart dapat dilihat pada Gambar
2.3 berikut ini:
4. Look-Ahead
Variasi lain dari bar chart disebut sebagai look-ahead. Look-ahead
adalah jenis jadwal mikro yang memberikan gambaran singkat dalam
periode waktu singkat dalam sebuah jadwal. Jangka waktu yang paling
umum adalah jangka waktu dua minggu dan tiga minggu. Sesuai dengan
judulnya, jadwal mikro ini berfokus pada 10 atau 15 hari kerja berikutnya
secara detail. Look-ahead memungkinkan tim untuk menganalisis tugas atau
pencapaian yang akan datang untuk memastikan bahwa kemajuan tercapai.
Look-ahead biasanya tidak digunakan sendiri, namun digabungkan dengan
jadwal CPM.
5. Linear Schedule
Tidak semua proyek cocok menggunakan penjadwalan jenis bar chart
ataupun CPM. Pada jenis penjadwalan-penjadwalan sebelumnya,
penyusunan jadwal didasarkan pada premis bahwa jadwal tersebut dapat
dipecah menjadi kegiatan-kegiatan tersendiri, yang dapat dianalisis dan
diurutkan untuk menemukan kinerja atau kegiatan terbaik. Namun pada
kasus tertentu, beberapa proyek tidak memiliki segmen pekerjaan khusus
yang sesuai dengan format CPM.
Contohnya pada pembangunan landasan pacu bandara. Meskipun
berukuran sebuah landasan pacu, namun pada dasarnya landasan pacu
tersebut sama di kedua ujung dan di mana saja di sepanjang landasan pacu.
Oleh karena itu, penguraian ke dalam segmen pekerjaan yang ditentukan
berdasarkan sumber daya, material, atau lokasi yang umum digunakan di
CPM tidak akan berhasil.
Salah satu jenis penjadwalan dengan format linier adalah penjadwalan
Line-of-Balance atau diagram kecepatan. Contoh dari penjadwalan jenis
Line-of-Balance dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini:
2. Kegiatan Kritis
Kegiatan Kritis merupakan kegiatan yang sangat berpengaruh
terhadap keterlambatan. Apabila terdapat sebuah kegiatan kritis terlambat
satu hari saja, meskipun kegiatan-kegiatan lainnya tidak terlambat, maka
waktu pelaksanaan proyek tersebut akan mengalami keterlambatan selama
satu hari.
Suatu kegiatan dapat disebut sebagai kegiatan kritis apabila memenuhi
syarat-syarat berikut:
a. Kegiatan tersebut terletak di antara dua peristiwa kritis;
b. Namun, di antara peristiwa kritis tersebut belum tentu terdapat
kegiatan kritis;
c. Kegiatan di antara dua peristiwa kritis disebut sebagai kegiatan kritis
apabila: SPA I + L = SPA j atau SPA j + L = SPL i
d. Atau kegiatan tersebut memiliki kelonggaran atau tenggang waktu nol
(0), yang dapat dihitung dengan persamaan 2.1 berikut ini:
K[I, j] = SPL j – L – SPA i.............................................................(2.1)
3. Lintasan Kritis
Lintasan kritis adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan kritis,
peristiwa kritis, dan dummy (jika ada). Lintasan kritis ini dimulai dari
peristiwa awal network diagram sampai dengan akhir network diagram
berbentuk lintasan. Mungkin saja terdapat lebih dari sebuah lintasan kritis
dalam sebuah network diagram.
Tujuan dari mengetahui lintasan kritis adalah untuk mengetahui
dengan cepat kegiatan-kegiatan dan peristiwa-peristiwa yang tingkat
kepekaannya paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan, sehingga
setiap saat dapat ditentukan tingkat prioritas kebijaksanaan penyelenggaraan
proyek, yaitu terhadap kegiatan-kegiatan kritis dan kegiatan yang hampir
kritis.
Berdasarkan prosedur dan rumus untuk menghitung umur proyek dan
lintasan kritis, maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Umur lintasan kritis sama dengan umur proyek;
b. Lintasan kritis adalah lintasan yang paling lama umur pelaksanaannya
dari semua lintasan yang ada.
Perhitungan:
TF = SPL j – L – FF = SPA j – L – FF = SPA j – L –
SPA i SPA i SPL i
= 12 – 5 – 3 =8–5–4
=4 =8–5–3 = -1
=0
2. Lintasan Kritis
Lintasan kritis dalam suatu network diagram dapat menunjukkan
umur suatu proyek.