Anda di halaman 1dari 3

.

‫ِإَّن اْلَح ْم َد ِهَّلِل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع يُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه َو َنُعوُذ ِباِهَّلل ِم ْن ُش ُروِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬
‫ َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهَّللا َو ْح َد ُه َال َش ِر يَك‬. ‫َم ْن َيْهِدِه ُهَّللا َفَال ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال َهاِدَى َلُه‬
‫ َالَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِرْك َع َلى َنِبِّيَنا ُمَح َّمٍد َو َع َلى َأِلِه‬. ‫َلُه َو َأْش َهُد َأَّن ُمَح َّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسوُلُه‬
‫َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َتِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الِّدْيِن‬

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم وَن‬
Jamaah Jum’ah Rohimakumullah

Di siang yang penuh berkah ini, khatib berpesan kepada diri khatib sendiri khususnya, dan
kepada seluruh jamaah umumnya, agar senantiasa memupuk ketakwaan kita kpd Allah swt.
Untuk senantiasa menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.

Tak terasa kita kembali memasuki bulan Rajab. Entah karena kesibukan atau waktu kita yang
kurang berkah, perjalanan hidup serasa semakin cepat. Tiba-tiba saja kita bertambah tua.

Tiba-tiba saja kita menapaki kembali bulan Rajab. Tiba-tiba saja kita akan menghadapi bulan
Sya’ban lalu bulan suci Ramadhan.

Sejatinya, tidak ada istilah “tiba-tiba”, karena waktu berjalan semestinya, kecuali timbul dari
perasaan pribadi lantaran sikap abai alias tidak peduli. Bulan Rajab adalah bulan istimewa.

Dalam kitab I‘anatut Thalibin dijelaskan bahwa “Rajab" berasal dari kata “tarjib” yang berarti
mengagungkan atau memuliakan. Masyarakat Arab zaman dahulu memuliakan Rajab melebihi
bulan lainnya.

Rajab biasa juga disebut “Al-Ashabb” (‫ )األصب‬yang berarti “yang mengucur” atau menetes”.
Dijuluki demikian karena derasnya tetesan kebaikan pada bulan ini. Bulan Rajab bisa juga
dikenal dengan sebutan “Al-Ashamm” (‫ )األصم‬atau “yang tuli”, karena tidak terdengar
gemerincing senjata pasukan perang pada bulan ini.
Julukan lain untuk bulan Rajab adalah “Rajam” (‫ )رجم‬yang berarti melempar. Dinamakan
demikian karena musuh dan setan-setan pada bulan ini dikutuk dan dilempari sehingga mereka
tidak jadi menyakiti para wali dan orang-orang saleh.

Allah memasukkan bulan Rajab sebagai salah satu bulan haram alias bulan yang dimuliakan.

‫ِإَّن ِع َّدَة الُّش ُهوِر ِع ْنَد ِهَّللا اْثَنا َع َش َر َش ْهًرا ِفي ِكَتاِب ِهَّللا َيْو َم َخ َلَق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض ِم ْنَها‬
‫َأْر َبَع ٌة ُحُر ٌم‬
Artinya : "Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana)
dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat
bulan haram. (QS. At-Taubah:36)

Jamaah Jum’ah Rohimakumullah

Bulan haram adalah empat bulan mulia di luar Ramadlan, yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah,
Muharram, dan Rajab.

Disebut “bulan haram” (‫ )األشهر الحرم‬karena pada bulan-bulan tersebut umat Islam dilarang
mengadakan peperangan. Memang beberapa hadits do’if, bahkan palsu, yang menjelaskan secara
jelas tentang gambaran pahala amalan-amalan tertentu pada bulan Rajab.

Namun demikian, bukan berarti tidak ada keutamaan menjalankan ibadah, misalnya puasa,
dalam bulan Rajab. Justru puasa menjadi istimewa karena dilakukan pada bulan istimewa. Hanya
saja, seberapa besar pahala yang akan didapat, Allahu a’lam. Hanya Allah yang tahu. Tugas
hamba adalah menghamba kepada Allah swt

Dalam hadits riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad dikatakan: ‫ُص ْم ِم َن اْلُحُر ِم‬

“Berpuasalah pada bulan-bulan haram.” Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumid-Din menyatakan
bahwa kesunnahan berpuasa menjadi kian bernilai bila dilakukan pada hari-hari utama (al-ayyam
al-fadhilah).

Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan, dan tiap minggu. Terkait siklus
bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa Rajab masuk dalam kategori al-asyhur al-fadhilah di
samping Dzulhijjah, Muharram dan Sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum di
samping Dzulqa’dah, Dzul Hijjah, dan Muharram.

Jamaah shalat Jumat hadakumullah,

Keitimewaan bulan Rajab juga terletak pada peristiwa ajaib isra’ dan mi’raj Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wasallam. Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rajab tahun 10 kenabian (620
M).

Itulah momen perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu menuju ke
sidratul muntaha yang ditempuh hanya semalam. Dari peristiwa isra’ dan mi’raj ini, umat Islam
menerima perintah shalat lima waktu.

Begitu agungnya peristiwa ini hingga ia diperingati tiap tahun oleh kaum muslimin di berbagai
belahan dunia. Saat memasuki bulan Rajab, Rasulullah memberi contoh kita untuk membaca:

‫الَّلُهَّم َباِرْك َلَنا ِفْي َر َجَب َو َش ْع َباَن َو َبِّلْغ َنا َر َم َض اَن‬


“Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami
dengan bulan Ramadhan.”
Jamaah Jum’ah Rohimakumullah

Khatib mengajak diri sendiri dan jamaah sekalian agar tidak menyianyiakan bulan yang agung
ini. Dari berbagai keterangan yang disebutkan tadi, sangat jelas bahwa bulan Rajab memiliki
keutamaan lebih di atas bulan-bulan pada umumnya.

Ia adalah momen untuk meningkatkan kualitas diri, baik tentang kedekatan kita kepada Allah
(taqarrub ilallah) maupun perbuatan baik ('amal shâlih) kita kepada sesama. Belum tentu tahun
berikutnya kita akan berjumpa dengan kesempatan merasakan kembali bulan Rajab.

Saatnya menyisihkan fokus kita kepada bulan mulia ini di tengah kesibukan duniawi kita yang
yang membuat kita lengah. Wallahu a’lam.

, ‫َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِبْاُلْقرَء اِن ْالَعِظ ْيِم َو َنَفَعِنْي َو ِإَّياُك ْم ِ بَم اِ فْيِه ِم َن ْاآلَياِت َو الِّذْك ِر اْلَح ِكْيِم‬
‫َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه ِإَّنٗه ُهَو ْالَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬

Anda mungkin juga menyukai