Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH PERTAMA: MEMPERBANYAK AMAL SHALIH

DI BULAN RAJAB
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam surah At-Taubah ayat 36:

َ َ‫ب هَّللا ِ يَ ْو َم َخل‬


‫ق‬ ِ ‫ُور ِع ْن َد هَّللا ِ ْاثنَا َع َش َر َش ْهرًا فِي ِكتَا‬ِ ‫ِإ َّن ِع َّدةَ ال ُّشه‬
‫ين ْالقَيِّ ُم ۚ فَاَل‬ َ ِ‫ض ِم ْنهَا َأرْ بَ َعةٌ ُح ُر ٌم ۚ ٰ َذل‬
ُ ‫ك ال ِّد‬ َ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫ال َّس َما َوا‬
…‫ظلِ ُموا فِي ِه َّن َأ ْنفُ َس ُك ْم‬ ْ َ‫ت‬
“Sesungguhnya jumlah bulan di hari Allah menciptakan langit dan bumi
adalah 12 bulan, di antaranya adalah 4 bulan yang haram. Itulah agama
Allah yang lurus, maka janganlah kalian berbuat zalim di bulan-bulan
haram tersebut…” (QS. At-Taubah[9]: 36)
Di sini Allah mengingatkan tentang keagungan bulan-bulan haram. Ia adalah
bulan yang haram, yang menunjukkan bahwasanya bulan tersebut mulia di
mata Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita agar
tidak berbuat kedzaliman di bulan-bulan tersebut. Padahal berbuat dzalim di
bulan-bulan yang lainnya pun diharamkan. Akan tetapi Allah mengingatkan
ini. Allah mengatakan: “Jangan kalian mendzalimi diri kalian sendiri pada
bulan-bulan tersebut.”

Baca Juga:

Tafsir Surat At-Takatsur dan Surat Al-Qari'ah - Kitab Tafsir Al-Muyassar


(Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.)

Para ulama menyebutkan bahwasanya perbuatan dzalim di bulan-bulan ini


dibesarkan oleh Allah menjadi besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka
berhati-hatilah saudaraku. Kita telah masuk di bulan haram, yaitu di bulan
Rajab. Ini adalah merupakan salah satu bulan haram yang Allah Subhanahu
wa Ta’ala agungkan dalam Al-Qur’anul Karim. Dan dahulu orang-orang Arab
Quraisy, demikian pula Banu Mudhar, demikian pula orang-orang Arab yang
lainnya. Walaupun mereka orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, tapi
mereka sangat mengagumkan bulan-bulan haram ini.

Oleh karena itulah saudaraku, kewajiban kita adalah mengetahui apa yang
harus kita lakukan di bulan-bulan haram ini.

Yang pertama, yaitu kita berusaha untuk memperbanyak amalan shalih.


Karena sesungguhnya amalan shalih di bulan-bulan haram itu
dilipatgandakan pahalanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana
dikatakan oleh Abdullah bin Abbas (seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam).
Namun saudaraku, tidak ada amalan khusus di bulan Rajab. Tidak ada yang
disebut dengan puasa khusus Rajab ataupun mengkhususkan di bulan Rajab
dengan amalan tanpa bulan-bulan yang lainnya. Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam
Kitab Tabyinul ‘Ajab bi Maa Waroda fi Fadhli Rojab mengingatkan
bahwasanya semua hadits yang menyebutkan tentang amalan khusus di bulan
Rajab adalah hadits yang dhaif ataupun hadits yang palsu.
Akan tetapi amalan yang kita lakukan seperti halnya di bulan-bulan yang
lainnya. Kita berusaha untuk beramal shalih dengan kita shalat tahajud
seperti halnya di bulan-bulan yang lainnya. Kita pun memperbanyak puasa
sunnah sebagaimana halnya di bulan-bulan yang lainnya. Mereka yang
terbiasa dengan puasa Senin dan Kamis ataupun puasa dawud, ataupun puasa
tiga hari setiap bulan, maka di bulan ini kesempatan besar untuk kita
senantiasa menjaga amalan tersebut. Karena pahalanya di sisi Allah menjadi
besar di bulan ini.

Baca Juga:

Orang Yang Mengetahui Keberadaan Hari Akhir

Maka kita perbanyak dzikir kepada Allah, kita memperbanyak sedekah,


membantu fakir miskin, orang-orang yang susah, pahalanya sangat besar di
sisi Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

َ ‫ب َوالَ يَ ْقبَ ُل هللاُ ِإالَّ الطَّي‬


،‫ِّب‬ َ ‫ب‬
ٍ ِّ‫طي‬ ٍ ‫ق ِب َع ْد ِل تَ ْم َر ٍة ِم ْن َك ْس‬ َ ‫ص َّد‬َ َ‫َم ْن ت‬
ُ‫احبِ ِه َك َما يُ َربِّي َأ َح ُد ُك ْم فَلُ َّوه‬
ِ ‫ص‬ َ ِ‫َوِإ َّن هللاَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَ ِمينِ ِه ثُ َّم يُ َربِّيهَا ل‬
.‫ون ِم ْث َل ْال َجبَ ِل‬ َ ‫َحتَّى تَ ُك‬
“Barangsiapa bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil usaha yang halal,
dan Allah tidak akan menerima kecuali yang baik, maka sesungguhnya Allah
akan menerima dengan tangan kananNya, lalu Allah kembangkan bagi
pelakunya sebagaimana salah seorang di antara kalian memelihara anak kuda
sehingga menjadi seperti gunung (besar dan kuat).” (HR. Bukhari dan
Muslim)

Maka saudaraku, di bulan yang mulia ini pahala amalan shalih


dilipatgandakan oleh Allah subhanahu wa Ta’ala.

Yang kedua, saudaraku.. Yang harus kita lakukan di bulan ini adalah kita
berhati-hati jangan sampai mendzalimi diri kita sendiri. Karena sesungguhnya
mendzalimi diri kita di bulan ini dosanya menjadi besar di sisi Allah. Jangan
sampai kita keluar dari bulan ini dalam keadaan lebih banyak dosanya
dibandingkan dengan amalan shalih yang kita lakukan.
Perbuatan dosa yang kecil di bulan ini bisa menjadi besar di sisi Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu jangan sampai kita menganggap remeh
dosa sekecil apapun, di bulan ini maupun di bulan-bulan yang lainnya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan dalam hadits yang
shahih, beliau bersabda:

Baca Juga:

Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah: Hadits ke-759 hingga ke-765 - TPP: Tanda-


tanda Hari Kiamat dan Hakikat Wali Allah (Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.)

َ ‫ِإ َّن ال َّر ُج َل لَيَتَ َكلَّ ُم بِال َكلِ َم ِة الَ يَ َرى بِهَا بَْأسًا يَه ِْوي ِبهَا َس ْب ِع‬
‫ين‬
ِ َّ‫َخ ِريفًا فِي الن‬
‫ار‬
“Sesungguhnya seorang hamba ketika berbicara dengan perkataan yang
dianggap biasa, namun akan menyebabkan ia masuk neraka 70 tahun.” (HR.
Tirmidzi)

Subhanallah.. Seorang mukmin tak mungkin pernah meremehkan dosa sekecil


apapun juga. Karena meremehkan dosa adalah merupakan sifat dan karakter
orang-orang munafikin. Sebagaimana Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu
‘Anhu menyebutkan demikian. Abdullah bin Mas’ud mengatakan bahwa
seorang mukmin melihat dosanya bagaikan gunung yang akan menimpa
dirinya. Sedangkan orang munafik melihat dosa besarnya itu seperti lalat yang
lewat di hadapan hidungnya.

Seorang mukmin senantiasa khawatir akan dosa. Terlebih di bulan ini,


saudaraku. Maka kita berusaha untuk menjaga diri kita, menjaga mata kita,
telinga kita, terlebih lisan-lisan kita. Karena sesungguhnya kebanyakan yang
membuat manusia masuk ke dalam api neraka itu dua, kata Rasulullah. Yang
pertama adalah lisannya dan yang kedua adalah kemaluannya.

KHUTBAH KEDUA: MEMPERBANYAK AMAL SHALIH DI


BULAN RAJAB
Bulan Rajab bulan yang mulia di sisi Allah. Akan tetapi tidak ada satupun
riwayat yang shahih yang menyebutkan tentang amalan khusus di bulan ini.
Dan tidak ada satupun riwayat yang shahih bahwasanya terjadinya Isra’ dan
Mi’raj di bulan Rajab, saudaraku. Tidak pula ada dalil yang shahih yang
menyebutkan bahwasanya Isra’ Mi’raj terjadi pada malam 27 bulan Rajab.
Baca Juga:

Tauhid Asma' wa Sifat

Silahkan, siapapun yang anda diberikan oleh Allah kemampuan untuk


membahas dan mencari, anda akan mendapatkan perkataan para ulama,
justru pendapat yang paling lemah terjadinya Isra Mi’raj itu adalah di bulan
Rajab. Ada yang mengatakan di bulan Ramadhan, ada yang mengatakan di
bulan Rabiul Awal, dan ada yang mengatakan di bulan yang lainnya.

Makanya, saudaraku.. Memang kejadian Isra’ dan Mi’raj itu merupakan


kejadian yang agung sekali. Allah abadikan dalam Al-Qur’anul Karim. Allah
berfirman:

‫ان الَّ ِذي َأ ْس َر ٰى بِ َع ْب ِد ِه لَ ْياًل ِم َن ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام ِإلَى ْال َمس ِْج ِد‬
َ ‫ُس ْب َح‬
…ُ‫صى الَّ ِذي بَا َر ْكنَا َح ْولَه‬ َ ‫اَأْل ْق‬
“Maha Suci Allah yang memperjalankan hambaNya di malam hari, dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang kami berkahi di sekitarnya…” (QS.
Al-Isra'[17]: 1)
Dan ternyata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun tidak pernah
menjelaskan kepada para sahabatnya kapan terjadinya. Tidak pula para
sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kapan
terjadinya. Kalaulah saudaraku -seperti banyak dilakukan di antara kita-
bahwa merayakannya adalah merupakan perkara yang agung di sisi Allah,
tentu para sahabat akan bertanya kepada Rasulullah, dan merekalah yang
paling semangat melakukannya. Akan tetapi ketika Rasulullah, tidak pula para
sahabat, tidak pula para tabi’in, mereka tidak pernah merayakan itu semua.
Yang terpenting adalah kita mengamalkan konsekuensi daripada Isra dan
Mi’raj itu.

Kisah tersebut agung. Allah panggil Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam


untuk Allah wajibkan kepada beliau shalat lima waktu. Maka siapa yang
menjaga shalat lima waktu sungguh ia telah mengagungkan Isra’ dan Mi’raj.
Adapun kemudian dia lalaikan shalat lima waktu, kemudian setelah itu dia
merayakan Isra’ dan Mi’raj lalu dia mengklaim sudah mengagungkan, tidak
demi Allah. Hakikat mengagungkan malam itu adalah dengan menjalankan
perintah Allah, yaitu berupa shalat lima waktu. Karena malam itu adalah
merupakan malam yang mulia. Allah langsung panggil Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Syariat Islam yang lain Allah turunkan melalui Malaikat
Jibril. Tapi untuk shalat tidak. Allah panggil langsung Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam untuk diwahyukan kepadanya dan agar disyariatkan untuk
umatnya shalat lima waktu.
Baca Juga:

Bahaya Ghuluw dan Mengkultuskan Individu

Maka saudaraku.. Inilah bulan yang haram. Kita memohon kepada Allah agar
Allah berikan kepada kita kekuatan untuk bisa menggunakan waktu-waktu di
bulan Rajab ini untuk banyak beramal shalih dan meninggalkan perbuatan-
perbuatan maksiat kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Anda mungkin juga menyukai