URAIAN SINGKAT
PAKET PEKERJAAN :
Peningkatan Jalan/Drainase RT.10
Muara Ancalong
LOKASI:
Kecamatan Muara Ancalong
SUMBER DANA :
APBD KAB. KUTAI TIMUR
1|
SYARAT - SYARAT TEKNIS & METODE PELAKSANAAN
PASAL 1
PENJELASAN UMUM
1.1 UMUM
1.1.1 Dokumen Rencana Kegiatan & Syarat-syarat (RKS) ini berisikan segala
informasi terkait spesifikasi teknis dan metode pelaksanaan kegiatan
pekerjaan konstruksi yang memuat tentang tata cara pelaksanaan,
syarat – syarat pekerjaan, syarat mutu pekerjaan dan keterangan –
keterangan lain yang hanya dapat dijelaskan dalam bentuk tulisan.
2|
PASAL 2
DESKRIPSI PEKERJAAN
3|
2.2 SASARAN KERJA
2.2.1 Pelaksana wajib memasukan identitas, nama, jabatan, keahlian
masing-masing anggota kelompok kerja pelaksana dan inventarisasi
peralatan yang dipekerjakan dalam kegiatan ini.
2.2.2 Pelaksana wajib memasukan identifikasi tempat kerja, investigasi
peralatan yang akan digunakan serta jadwal kerja pelaksanaan.
2.2.3 Pelaksana wajib menyediakan tempat penyimpanan bahan/material di
lokasi yang aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal lain
yang dapat mengganggu pekerjaan.
4|
2.3.8 Pelaksana bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dalam dokumen tender dan gambar-
gambar.
2.3.9 Pelaksana berkewajiban memperbaiki kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan.
2.3.10 Pelaksana bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang
dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.
2.3.11 Pelaksana harus bertanggung jawab atas alat-alat yang digunakan,
terhadap kemungkinan timbulnya klaim dan tuntutan ganti rugi dari
pihak ketiga serta biaya-biaya yang diperlukan untuk hal tersebut.
5|
10) Permen PUPR No. 14 Tahun 2017 tentang Persyaratan Kemudahan
Bangunan Gedung
11) Permen PUPR No. 22 Tahun 2018 tentang Pembangunan
Bangunan Gedung Negara
12) Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk Bahan Konstruksi
Bangunan
2.5.1 Pelaksana wajib menjamin mutu dan kualitas bahan dan peralatan yang
digunakan kepada Pemilik dan Pengawas bahwa semua alat dan
bahan yang digunakan selama pelaksanaan kegiatan berlangung
adalah barang baru.
6|
2.6 PEMERIKSAAN MATERIAL
2.6.4 Apabila material yang didatangkan tidak sesuai dengan contoh yang
telah disetujui, maka Pemilik berhak menolak/memerintahkan
Pelaksana untuk mengeluarkan/mengganti material tersebut.
7|
2.7.2 Apabila terdapat alat/bahan/komponen yang digunakan yang harus
diimport dari Luar Negeri, maka Pelaksana wajib sesegera mungkin
memesan ketersediaan alat/bahan/komponen tersebut.
2.7.4 Apabila Pelaksana telah berusaha untuk memesan namun pada saat
pemesanan bahan/merek tersebut tidak/sukar diperoleh, maka
Perencana diperkenankan dalam menentukan sendiri alternatif nama
pabrik/merk lain dengan spesifikasi minimum yang sama.
8|
2.9 UPAYA PERLINDUNGAN BAGI PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT
2.9.1 Pelaksana harus menjaga jalan umum, jalan kecil dan jalan bersih dari
alat-alat mesin, bahan-bahan bangunan dan sebagainya serta
memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan
kaki selama kontrak berlangsung.
9|
akan diberikan kepada Pelaksana sebagai tambahan, yang mungkin
iakeluarkan.
2.10.2 Semua ukuran yang tertera dalam Detail Engineering Design (DED)
ialah bersifat rencana.
10 |
dari dokumen asal (Detail Engineering Design) sebelum memulai
kegiatan pelaksanaan di lapangan.
3) Penolakan : “Ditolak”
11 |
2.11.9 Pelaksana wajib menyediakan Gambar Kerja (Shop Drawing) yang
telah mengalami persetujuan dalam 3 setcopy yang terdiri dari 1 set
salinan asli untuk Pelaksanasebagai arsip pribadi dan 2 set salinan
copy untuk Pengawas dan Perencana.
2.11.10 Gambar Kerja (Shop Drawing) yang telah disetujui wajib dijelaskan
secara tertulis kepada Pengawas.
2.11.12 Sebutan katalog atau barang cetakan, hanya boleh diserahkan apabila
menurut Pengawas hal-hal yang sudah ditentukan dalam katalog atau
barang cetakan tersebut sudah jelas dan tidak perlu dirubah. Barang
cetakan ini juga harus diserahkan dalam tiga rangkap untuk masing-
masing jenis dan diperlukan sama seperti butir diatas.
2.12.2 Jika terjadi hal yang saling bertentangan antara gambar atau terhadap
Spesifikasi Teknis, maka diambil sebagai patokan adalah yang
mempunyai bobot teknis dan atau yang mempunyai bobot biaya yang
paling tinggi. Pemilik proyek dibebaskan dari hak patent dan lain-lain
untuk segala "claim" atau tuntutan terhadap hak-hak khusus.
12 |
PASAL 3
PEKERJAAN PERSIAPAN
3.1 UMUM
3.2.2 Lokasi proyek terlebih dahulu harus dibersihkan dari rumput, semak
belukar, akar-akar pohon dan apabila terdapat bangunan existing di
lokasi tapak bangunan yang akan dibuat, bangunan existing tersebut
harus dibongkar.
13 |
3.3 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
3.3.1 Dalam waktu 7 hari setelah Rapat Pra Pelaksanaan, Pelaksana harus
dan Jadwal Kemajuan Pelaksanaan kepada Direksi Pekerjaan untuk
dimintakan persetujuannya. Program mobilisasi harus mencakup
informasi tambahan berikut:
a) Lokasi Direksi keet Pelaksana dengan denah lokasi umum dan denah
detail di lapangan yang menunjukkan lokasi kantor Pelaksana, gudang
penyimpanan, mesin pemecah batu dan instalasi pencampur beton,
serta fasilitas tambahan lain yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pekerjaan dilapangan.
b) Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua
peralatan yang tercantum dalam Daftar Peralatan yang diusulkan
dalam Penawaran, bersama dengan usulan cara pengangkutan dan
jadwal kedatangan peralatan dilapangan.
c) Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan
dalam Penawaran harus memperoleh persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.
d) Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar
chart)yang menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi utama dan suatu
kurva kemajuan untuk menyatakan persentase kemajuan mobilisasi
14 |
keperluan pelaksanaan dari Pekerjaan. Dimana Konsultan Manajemen
Konstruksi dimintakan persetujuannya atau gambar rencana dari tata
letak Bangunan Sementara yang akan dibangun berikut pembagian
ruang, tampak dan potongan serta bahan-bahan yang akan dipakai.
3.5.1 Titik acuan merupakan patok tetap yang akan dijadikan sebagai acuan
atau referensi pada segala pengukuran ketinggian, pengecekan atau
pengontrolan.
3.5.5 Pengurusan sudut siku dengan prisma atau barang secara asas
Segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil
yang disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas.
15 |
3.5.6 Titik acuan harus kuat serta terlindung dari gangguan sampai pekerjaan
selesai dan terbuat dari tiang pipa diameter 1 ½ inch dengan ketetapan
dicor beton atau pasangan batu gunung.
3.5.7 Elevasi atau ketinggian dari titik acuan adalah + 0,00 sesuai dengan
Gambar Rencana, tulisan dari titik acuan harus menggunakan cat
minyak.
3.5.8 Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Pemberi
Tugas dan/Pengawas untuk dimintakan keputusannya.
3.6.3 Hasil pengukuran tersebut dituangkan dalam suatu catatan atau berita
acara yang ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan
dalam pelaksanaan proyek.
16 |
dengan lainnya harus waterpass dan posisinya dijaga agar tidak
berubah dan dikontrol pada saat-saat tertentu.
3.7.3 Papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya kecuali dikehendaki
lain oleh Perncana/Pengawas
3.7.4 Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya,
kecuali dikehendaki lain oleh Perencana/Pengawas
3.8.2 Ukuran layout dan perletakan Papan Nama Proyek harus dipasang
sesuai dengan arahan dari Pemberi Tugas dan Pengawas.
17 |
PASAL 4
PEKERJAAN TANAH DAN GALIAN
4.1 UMUM
4.2.1 Pekerjaan galian harus dilakukan menurut ukuran yang tertera pada
Gambar Rencana dan jika mengalami perubahan, penambahan
dan/atau pengurangan, maka perbaikan tersebut harus disesuaikan
dengan Gambar Kerja.
18 |
melalui penerbitan “Perintah Perubahan Pekerjaan” (Pekerjaan
Tambah).
4.2.5 Pelaksana harus melaporkan hasil pekerjaan galian tanah yang telah
selesai dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan untuk
pemasangan pondasi Konsultan Pengawas untuk dimintakan
persetujuannya.
4.2.8 Apabila terdapat genangan air dilapangan, atau dalam saluran dan
galian selama pelaksanaan pekerjaan dari mata air, hujan dan/atau
kebocoran pipa-pipa maka Pelaksana harus melakukan upaya
pengeluaran air tersebut dengan proses pemompaan atas biaya
Pelaksana.
4.3.2 Instalasi umum yang tertanam dan masih berfungsi seperti pipa
drainase, pipa air minum, pipa gas, kabel listrik yang dijumpai pada
waktu penggalian diusahakan tidak terganggu atau menjadi rusak.
19 |
4.3.3 Apabila hambatan-hambatan ini dijumpai maka Konsultan Pengawas
dan pihak-pihak yang berwenang harus segera diberitahu dan
mendapatkan instruksi selanjutnya untuk mengeluarkan instalasi
tersebut sebelum penggalian yang berdekatan diteruskan.
4.4.2 Semua daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari semua semak,
akar pohon, sampah, puing bangunan dan lain-lain sebelum
pengurugan dimulai.Tanah yang digunakan untuk mengurug harus
bersih dari bahan organis, sisa-sisa tanaman, sampah dan lain-lain.
4.4.3 Apabila Material-material bahan urugan terletak pada daerah yang tidak
memungkinkan untuk dipadatkan dengan alat-alat berat, urugan
dilakukan dengan ketebalan maksimum 10 cm material lepas dan
dipadatkan dengan mesin stamper.
4.4.5 Tanah yang digunakan untuk timbunan dan subgrade harus memenuhi
standard spesifikasi AASHTO-M 57-64 dan harus diperiksa terlebih
dahulu di laboratorium tanah yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
20 |
4.4.7 Dengan bahan yang sama, material yang akan dipadatkan harus dites
juga di lapangan dengan sistem “Field Density Test” dengan hasil
kepadatannya sebagai berikut:
a) Untuk lapisan yang dalamnya sampai 30 cm dari permukaan
rencana, kepadatannya 95% dari standard proctor.
b) Untuk lapisan yang dalamnya lebih dari 30 cm dari permukaan
rencana, kepadatannya 90% dari standard proctor.
4.4.8 Hasil tes di lapangan harus tertulis dan diketahui oleh Pengawas.
Semua hasil-hasil pekerjaan diperiksa kembali terhadap patok-patok
referensi untuk mengetahui sampai dimana kedudukan permukaan
tanah tersebut
4.4.9 Bagian permukaan tanah yang telah dinyatakan padat sesuai hasil
pengetesan, harus dipertahankan dan dijaga jangan sampai rusak,
akibat pengaruh luar dan tetap menjadi tanggung jawab Pelaksana s/d
masa pemeliharaan.
4.4.12 Timbunan atau urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan
antara 20 s/d 30 cm. Untuk masing-masing lapisan dipadatkan sampai
permukaan tanah yang direncanakan.
4.4.13 Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkan dan
diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai
dengan lapisan berikutnya. Lapisan berikutnya tidak boleh dihampar
sebelum hasil pekerjaan lapisan sebelumnya mendapat persetujuan
dari Pengawas
21 |
dengan cara-cara pelaksanaan yang telah ditentukan, guna
mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan
4.5.2 Material dari hasil galian tersebut atas persetujuan pengawas telah
diseleksi bagian-bagian yang dapat dimanfaatkan sebagai material
timbunan dan urugan. Sedangkan Sisanya harus dibuang ke luar site
atau tempat lain atas persetujuan pengawas.
22 |
PASAL 5
PEKERJAAN URUGAN PASIR
5.1 UMUM
5.1.1 Pasal ini menguraikan semua pekerjaan urugan pasir yang harus
dilaksanakan oleh Pelaksana, seperti Pengurugan Pasir dibawah Sloof,
Lantai Dasar dan lain- lain sebagainya, sebagaimana yang tertera pada
Gambar dan RKS.
Pasir urug yang akan digunakan harus dalam keadaan bersih dan
cukup keras, sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam PBI
1971 ayat 12.1. Pasir laut dapat digunakan, asal dicuci secara
memadai.
5.3.2 Pasir urug yang digunakan harus dalam keadaan bersih dan tidak
mengandung potongan-potongan bahan keras.
23 |
5.3.5 Pengurugan pasir harus dilaksanakan dengan cara menebarkan,
meratakan dan memadatkan secara mekanik sampai diperoleh
ketebalan dan ketinggian yang sesuai dengan Gambar.
5.3.6 Urugan pasir tidak boleh ditutup oleh Konstruksi atau Pekerjaan lain
sebelum disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.3.7 Tebal dan peil urugan pasir harus sesuai dengan gambar, jika tidak
dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal urugan pasir = 10
cm.
24 |
PASAL 6
PEKERJAAN BETON
6.1 UMUM
6.1.4 Semua material harus dalam keadaan baru dengan kualitas yang
terbaik sesuai persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, dan
Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian
bahan-bahan tersebut dan Pelaksana bertanggung jawab atas segala
biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh Konsultan
Pengawas dalam waktu 2 x 24 jam harus dikeluarkan dari Proyek.
25 |
6.3 MATERIAL
6.3.1 SEMEN
26 |
ditunjuk oleh Pengawas setiap saat dalam laboratorium yang diakui
atas biaya Pelaksana.
7) Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir
yang pipih maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak
boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat
menurut test mesin Los Angeles Abration(LAA).
2) Agregat halus yang digunakan ialah batu pecah dan harus dalam
keadaan bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak
mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang merusak beton.
6.3.4 AIR
Air yang digunakan harus dalam keadaan bersih dan bukan merupakan
air laut (air yang mengdung garam). Ketentuan material Air yang
digunakan disesuaikan dengan yang telah dijelaskan pada Pasal
7.1.2.3.
6.3.5 PASIR
27 |
Pasir yang digunakan ialah pasir alam dengan ketentuan material pasir
yang digunakan disesuaikan dengan yang telah dijelaskan pada Pasal
7.1.2.4.
6.5.1 UMUM
Proses pengadukan beton dan penakaran bahan-bahan penyusun
beton yang dibuat setempat (Site Mixing) harus mengikuti ketentuan
yang tertuang dalam SNI T-28-1991-03 tentang Tata Cara Pengadukan
dan Pengecoran Beton.
6.5.2 PERALATAN
28 |
3) Alat angkut yang digunakan dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus mampu menyediakan beton dengan lancar tanpa
mengakibatkan terjadinya segregasi dan tanpa hambatan yang dapat
mengakibatkan hilangnya plastisitas beton antara pengangkutan yang
berurutan.
6.5.3 PENAKARAN
Beton dengan f’c lebih besar atau sama dengan 19,3 MPa, proporsi
campuran harus didasarkan pada teknik penakaran berat.
6.5.4 PENGADUKAN
29 |
2) Takar semen dengan ketelitian 2%
3) Takar bahan tambah dengan ketelitian 2%
4) Takar agregat halus dan kasar dengan alat takar yang berbeda
untuk masing-masing agregat halus dan agregat kasar atau
fraksi dari agregat kasar dengan ketelitian 2%
b. Masukan agregat kasar dan sejumlah air adukan kedalam mesin
pengaduk kemudian masukan agregat halus dan semen serta
seluruh sisa air adukan.
c. Lanjutkan pengadukan sekurang-kurangnya 1,5 menit atau sampai
diperoleh adukan yang seragam.
30 |
c) Setelah temperatur di dalam beton mencapai maksimum, maka
permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas atau bahan
penyekat lainnya, untuk mempertahankan panas sedemikian rupa,
sehingga tidak timbul perbedaan panas yang mencolok antara
bagian dalam dan luar atau penurunan temperatur yang mendadak
dibagian dalam beton.
d) Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut di atas dibuka,
permukaan beton tetap harus dilindungi terhadap pengertian yang
mendadak.
6.7.1 Agar dihasilkan suatu kosntruksi beban yang sesuai dengan yang
direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut:
a) Faktor air semen untuk sloof maksimum 0,60
b) Faktor air semen untuk kolom, balok plat lantai, tangga, beton
maksimum 0,60
c) Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat
basah lainnya maksimum 0,55
31 |
6.8 UJI KEKENTALAN BETON (SLUMP TEST)
Slump Slump
Jenis Konstruksi
maks. (mm) min. (mm)
Kaki Dan Dinding Pondasi 100 50
Pelat, Balok Dan Dinding dan Sloof 120 50
Kolom 100 50
Pelat Di Atas Tanah 120 100
32 |
atas cetakan dengan menggilingkan batang penusuk diatasnya.
Lepaskan segera cetakan beton dengan cara mengangkat dalam
arah vertikal. Angkat cetakan dalam waktu sekitar 5 detik tanpa
gerakan lateral atau torsional kemudian posisikan cetakan secara
terbalik disamping campuran beton.
e. Ukur segera penurunan yang terjadi dengan mengukur perbedaan
ketinggian vertikal antara baigan atas cetakan dan bagian pusat
permukaan atas campuran beton.
f. Bila hasil percobaan slump test belum menunjukkan mutu yang
sesuai dengan permintaan, maka pekerjaan beton tidak boleh
dilaksanakan.
6.9.1 Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam PBI
NI- 2 1971
6.9.3 Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji setiap
5m3 dengan minimum 2 benda uji setiap pelaksanaan pengecoran
dengan nomor urut yang menerus.
33 |
silinder) f’c=250 kg/cm² atau f’c = 21,7 MPa (kolom, sloof, balok dan
plat); tidak boleh ada satu benda uji yang hasil pengujian kurang dari
kekuatan beton karakteristik tersebut.
6.9.6 Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi yang
ditinggal dilapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang
sama dengan keadaan sebenarnya.
6.9.8 Jika salah satu dari dua persyaratan tersebut di atas tidak terpenuhi,
maka untuk adukan berikutnya harus diambil langkah-langkah untuk
meningkatkan kuat tekan rata-rata betonnya.
6.9.9 Khususnya jika persyaratan kedua yang tidak dipenuhi maka selain
memperbaiki adukan beton berikutnya, harus pula diambil langkah-
langkah untuk memastikan bahwa daya dukung struktur beton yang
sudah dibuat masih tidak membahayakan terhadap beban yang akan
ditahan. Langkah-langkah itu antara lain:
a. Analisis ulang struktur berdasarkan kuat tekan beton sesungguhnya
(aktual).
b. Uji tidak merusak (non-destructive tests), misalnya dengan Hammer
Test,Pull-Out Test.
c. Ultrasonic Pulse Velocity Test atau Semi DestructiveTest yaitu uji
bor inti dan sebagainya.
6.10.1 Semua ruang yang akan diisi adukan beton harus bebas dari kotoran
6.10.2 Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel pada
permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum betin
34 |
yang baru dituangkan pada permukaan beton yang telah mengeras
tersebut.
6.10.3 Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton baru,
harus dikasarkan dan dibasahi terlebih dahulu sebelum beton baru
dicorkan.
6.10.4 Pasangan dinding bata yang akan berhubungan dengan beton baru
harus dibasahi dengan air sampai jenuh.
6.10.6 Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan
penutup yang dapat merusak beton atau mengurangi lekatan antara
beton dan tulangan.
6.10.7 Air yang terdapat pada semua ruang yang akan diisi adukan beton
harus dibuang, kecuali apabila pengecoran tremie atau bila diijinkan
oleh Pengawas.
35 |
6.12 PENGECORAN DAN PEMADATAN BETON
6.12.1 Beton yang akan dicorkan harus pada posisi sedekat mungkin dengan
acuan untuk mencegah terjadinya segregasi uang disebabkan oleh
pemuatan kembali atau dapat mengisi dengan mudah keseluruh acuan.
6.12.2 Tingkat kecepatan pengecoran beton harus diatur agar beton selalu
dalam keadaan plastis dan dapat mengisi dengan mudah kedalam sela-
sela diantara tulangan.
6.12.3 Beton yang telah mengeras sebagian atau yang seluruhnya tidak boleh
dipergunakan untuk pengecoran.
6.12.4 Beton yang telah terkotori oleh bahan lain tidak boleh dituangkan
kedalam struktur.
6.12.6 Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan alat
yang tepat agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tualangan,
alat konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam dalam beton dan
daerah sudut acuan.
6.12.8 Berikut ini ialah ketentuan bila proses pemadatan beton dilakukan
dengan alat penggetar:
a. Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-
kurangnya 5 detik dan maksimal 15 detik.
b. Batang penggetar tidak boleh mengetai cetakan atau bagian beton
yang sudah mengeras dan tidak boleh dipasang lebih dekat 100 cm
36 |
dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras serta disuahakan
agar tulangan tidak terkena oleh batang penggetar.
c. Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang batang
penggetar dan tidak boleh lebih dari 500 mm. Intuk bagian konstruksi
yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis.
6.12.10 Bila diperlukan adanya siar pelaksanaan, siar tersebut harus dibaut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
37 |
2) Tidak diperkenankan menanam saluran-saluran/pipa kebagian struktur
beton bila ditunjukkan pada gambar.
1) Suhu beton pada waktu pengecoran beton tidak boleh melebihi suhu
32°C. Apabila suhu pada saat pembuatan campuran beton serta
pengecoran beton melebihi 32° C, maka Pelaksana wajib mengambil
langkah-langkah yang efektif sebagai perlindungan terhadap beton dan
material pengisinya.
38 |
beton dipertahankan dengan membasahi permukaan beton dengan air.
Penguapan air dari permukkaan beton harus diminimalisir dengan
menyelimuti permukaan beton dengan lembaran plastik.
6.18 GROUTING
Untuk grouting disekitar angkur dipakai sejenis Conbex 100 atau yang
setara setebal 2.5 cm atau sesuai gambar rencana. Material grouting
harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan.
39 |
PASAL 7
PEKERJAAN BEKISTING BETON (CETAKAN)
7.1 UMUM
Semua bekisting beton yang akan dipakai harus kuat, tidak berubah
bentuk waktu di isi adukan dan tidak bocor. Bahan yang dipakai dapat
berupa kayu yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk, besi atau
bahan lainnya yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Bekisting harus
dirakit dengan menggunakan paku kayu, baut atau lainnya dengan
ukuran yang sesuai.
40 |
2) Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban konstruksi
dan getaran yang ditimbulkan oleh alat penggetar. Defleksi maksimum
dari bekisting antara tumpuan harus dibatasi sampai 1/400 bentang
antar tumpuan. Bilamana menggunakan konstruksi bekisting dari kayu,
maka untuk kolom dan pekerjaan beton lainnya harus dipakai papan
dengan ketebalan minimum 2,5 cm, balok 5/7, 6/10 dan dolken 8/11.
3) Bekisting harus ditunjang dengan batang besi yang kokoh dan untuk
mencegah terjadinya defleksi maka bekisting dibuat anti lendutan
keatas sebagai berikut:
d. Semua balok atau pelat lantainya 0,2 % lebar bentang pada
tengah-tengah bentang.
e. Semua balok Cantilever dan pelat lantainya 0,4 % dari bentang,
dihitung dari ujung bebas.
41 |
Semua biaya yang timbul karenanya menjadi tanggung jawab dari
Pelaksana.
42 |
tidak boleh menimbulkan karat atau mempengaruhi warna
permukaanbeton.
8) Dimana permukaan beton yang akan dilapisi bahan yang bisa rusak
terkena bahan pelepas acuan; bahan pelepas acuan tidak boleh
dipakai. Untuk itu, dalam hal bahan pelepas acuan tidak boleh dipakai,
sisi dalam bekisting harus dibahasi dengan air bersih. Dan permukaan
ini harus dijaga selalu basah sebelum pengecoran betondimulai.
43 |
2) Informasikan pada Pengawas Lapangan jika bekisting telah
dilaksanakan, dan telah dibersihkan, guna pelaksanaan pemeriksaan.
Mintakan persetujuan Pengawas Lapangan terhadap bekisting yang
telah dilaksanakan sebelum dimulai pengecoran beton.
3) Untuk permukaan beton ekspose, pemakaian bekisting kayu plywood
lebih dari 2 kali tidak diperkenankan.
4) Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya dari Pengawas Lapangan.
5) Bersihkan bekisting selama pemasangan, buang semua benda-benda
yang tidak perlu. Buang bekas-bekas potongan, kupasan dan puing dari
bagian dalam bekisting. Siram dengan air, menggunakan air
bertekanan tinggi, guna membuang benda-benda asing yang masih
tersisa pastikan bahwa air dan puing-puing tersebut telah mengalir
keluar melalui lubang pembersih yang disediakan.
1) Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul berat
struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras.
3) Bekisting untuk bagian beton yang mana saja yang tidak memikul berat
struktur dapat dibongkar setelah beton cukup mengeras.
44 |
4) Pembukaan bekisting dilakukan secara kontinyu dan sesuai dengan
standard yang berlaku sehingga tidak terjadi beban kejut (shock load)
atau ketidak seimbangan beban yang terjadi pada struktur.
45 |
PASAL 8
PEKERJAAN PERANCAH
8.1 UMUM
46 |