Anda di halaman 1dari 10

GPT Zero : Pendeteksi Penggunaan Kecerdasan Buatan dalam Menulis

Karya Tulis Ilmiah

Rizqullah Bima Mahendro Putra1, Fariz Bima Trisnanto2,Said Ammar Musyaffa3 ,Devani Putri Firdausi4
,Prawira Abel Yudonoputra5 ,Aidi Yarisulhaq Handoko6
[Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Kode
Pos 60111,. E-mail:]

Abstrak
Penggunaan Chat GPT dalam pembuatan karya tulis ilmiah semakin
marak terjadi di seluruh dunia. Aplikasi ini menghancurkan kualitas
karya tulis ilmiah mulai dari segi orisinalitas dan merupakan tindak
plagiarisme. Hal ini melanggar etika akademik yang seharusnya sudah
dimiliki oleh seluruh civitas akademika. Di sisi lain, GPT Zero
merupakan salah satu temuan baru untuk mendeteksi kecerdasan buatan
dalam menulis karya tulis ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
seberapa sering civitas akademika menggunakan Chat GPT dan
pengaruh GPT Zero dalam mengurangi tindak plagiarisme oleh aplikasi
kecerdasan buatan, Chat GPT. Karya tulis ini menggunakan metode studi
kepustakaan yang mengkaji sumber - sumber yang berkaitan dengan
CHat GPT dan GPT Zero. Selain itu, metode kedua yang digunakan
yaitu metode kualitatif dengan menyebarkan survei mengenai
penggunaan Chat GPT dan GPT Zero dalam kegiatan pembuatan karya
tulis ilmiah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan seringnya mahasiswa
masa kini dalam memakai Chat GPT, namun tidak berlaku dalam
pembuatan karya tulis ilmiah karena melanggar etika akademik dan
bagaimana pengaruh GPT Zero terhadap penggunaan Chat GPT itu
sendiri. Saran yang didapat dari penelitian ini adalah jangkauan survei
seharusnya bisa lebih luas, tak hanya mahasiswa namun juga civitas
akademik lainnya seperti siswa SMA ataupun dosen.
Abstract
The use of GPT Chat in making scientific papers is increasingly
happening all over the world. This application destroys the quality of
scientific writing starting from the point of view of originality and is an
act of plagiarism. This violates the academic ethics that should be owned
by the entire academic community. On the other hand, GPT Zero is one
of the new findings for detecting artificial intelligence in writing
scientific papers. This study aims to see how often the academic
community uses GPT Chat and the effect of GPT Zero in reducing
plagiarism by an artificial intelligence application, GPT Chat. This
paper uses the literature study method which examines sources related
to the GPT Chat and GPT Zero. In addition, the second method used is
the qualitative method by distributing surveys regarding the use of GPT
Chat and GPT Zero in the activities of making scientific papers. The
results of this study show that today's students often use GPT Chat, but
this does not apply in making scientific papers because it violates
academic ethics and how GPT Zero influences the use of GPT Chat itself.
The recommendation of this research is that the scope of the survey
should be wider, not only students but also other academics such as high
school students or lecturers.

1 - JSH
Keywords: Chat GPT, etika akademik, GPT Zero, karya tulis ilmiah

Pendahuluan/Latar Belakang

Aplikasi berbasis kecerdasan buatan, ChatGPT, telah mendapat banyak perhatian dari masyarakat di
seluruh dunia baru- baru ini. Aplikasi ini memiliki kemampuan pengkodean, menjawab pertanyaan, bahkan
membuat suatu karya tulis — semuanya dalam format chatbot yang akan mengakses input dari pengguna.
Setelah itu akan dilakukan analisis sintaks kemudian dibawa ke brain file untuk diberikan respon. Salah satu
fitur yang paling menonjol adalah dalam pembuatan teks yang berisi artikel akademik. Ini menimbulkan
pertanyaan tentang bagaimana teknologi ini akan memengaruhi sistem pendidikan karena civitas akademika
dapat mengotomatiskan karya mereka. Namun di sisi lain, aplikasi baru bernama GPT Zero bisa menjadi
solusinya (Ramli, 2018).
GPT Zero merupakan suatu aplikasi pendeteksi dan penganalisis tulisan untuk mendeterminasi suatu
tulisan merupakan hasil dari kecerdasan buatan atau bukan. GPT Zero dibuat oleh seorang mahasiswa
Princeton yang bernama Edward Tian. Tian awalnya hanya membuat aplikasi GPT Zero untuk membantu
guru dalam mendeteksi siswanya menggunakan kecerdasan buatan dalam menulis karya, namun ternyata
manfaat GPT Zero bukan hanya sekadar itu. Aplikasi ini hadir sebagai jawaban atas pertanyaan etis terkait
teknologi seperti Chat GPT yang digunakan untuk menampilkan suatu karya kecerdasan buatan dan diakui
sebagai miliknya, termasuk di bidang keilmiahan dan akademik. GPT Zero dianggap sebagai solusi atas tindak
kecurangan dalam hal orisinalitas dan plagiarisme dalam dunia jurnalisme (Kramer, 2023).
Dari tahun ke tahun, jumlah kasus plagiarisme semakin membludak. Hal ini ditunjukkan pada data
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dari tahun 2008 hingga 2017. Kasus plagiarisme ini
marak terjadi di kalangan mahasiswa untuk menyelesaikan skripsinya. Mereka seringkali memilih jalan
alternatif agar cepat selesai dan tidak perlu berpikir terlalu banyak karena mereka hanya tinggal menyalin apa
yang sudah ditulis oleh penulis lain dan menganggapnya sebagai miliknya. Ada mahasiswa yang melakukan
plagiarisme secara sebagian dan seutuhnya. Plagiarisme juga bisa terjadi karena mahasiswa tidak mengetahui
apa itu plagiarisme. Tak hanya itu, sanksi hukum yang berat untuk plagiarisme juga belum ditetapkan secara
menyeluruh dalam bidang akademik (Febriana, 2022).
Dalam sebuah penelitian yang berjudul Quantitative Analysis of Researcher Misconduct Allegations
in a Decade of University Investigative Reports, Elizabeth Bernal dan Timothy F. Slater menemukan bahwa
salah satu alasan utama mengapa peneliti melakukan pelanggaran etika adalah karena tekanan untuk

2 - JSH
menghasilkan karya ilmiah yang banyak dan berkualitas tinggi dalam waktu singkat. Menurut Bernal dan
Slater, peneliti sering mengalami tekanan yang besar untuk menghasilkan publikasi ilmiah yang banyak dan
berkualitas tinggi, terutama jika mereka bekerja di universitas atau lembaga penelitian yang berorientasi pada
penelitian. Dalam beberapa kasus, tekanan ini dapat berasal dari keinginan untuk memenuhi persyaratan karir,
seperti promosi atau mendapatkan dana penelitian tambahan. Dalam situasi ini, beberapa peneliti mungkin
merasa terpaksa untuk menyelesaikan karya ilmiah dalam waktu yang sangat singkat dan akhirnya mengambil
jalan pintas dengan mengambil bagian dari karya orang lain atau mengabaikan aturan akademik dalam
penulisan karya ilmiah (Bernal, E. & Slater, T.F., 2014).
Munculnya GPT Zero ini sebagai pendeteksi kecerdasan buatan dalam bidang keilmiahan disebabkan
maraknya penggunaan ChatGPT yang membantu sebuah tugas atau permasalahan secara instan menggunakan
kecerdasan buatan. Hal ini menyebabkan sebuah karya ilmiah tidak ditulis dengan akal sehat penulis dan
penalaran yang logis. Selain itu, masalah plagiarisme juga banyak bermunculan ketika Chat GPT digunakan
dalam pembuatan sebuah karya ilmiah. Dengan adanya GPT Zero ini dapat menjadi penetral dari karya ilmiah
yang menggunakan Chat GPT. Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri memang GPT Zero ini belum
mencapai sempurna, tetapi bisa menjadi solusi dari karya ilmiah yang menggunakan Chat GPT.
Berdasarkan latar belakang penelitian tentang GPT Zero di atas maka bisa dirumuskan beberapa
batasan masalah seperti pengertian aplikasi GPT Zero, dampak positif dan negatif aplikasi GPT Zero, standar
teknologi yang digunakan dalam GPT Zero, dukungan GPT Zero di Indonesia terutama dalam bidang
keilmiahan dan penggunaan GPT Zero dalam mendeteksi kecurangan terhadap penggunaan kecerdasan buatan
saat menulis karya tulis ilmiah.
Penggunaan GPT Zero sebagai sarana pendeteksi kecurangan dalam bentuk plagiarisme karya ilmiah,
baik sebagian maupun keseluruhan, yang disebabkan penggunaan kecerdasan buatan khususnya Chat GPT
dalam penulisan karya ilmiah. Dengan adanya GPT Zero diharapkan penulisan karya tulis ilmiah akan
terhindar dari plagiarisme baik dari segi kepemilikan tulisan oleh penulis maupun dari segi sitasi sumber
referensi yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Meskipun GPT Zero kini masih dalam tahap
pengembangan namun diharapkan dapat mengatasi permasalahan plagiarisme yang disebabkan oleh
penyalahgunaan dari kecerdasan buatan, khususnya chat GPT yang telah secara umum telah dengan mudah
digunakan oleh masyarakat umum.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan metode studi kepustakaan dengan mengambil dari berbagai sumber
seperti buku, jurnal, situs daring dan sumber lainnya yang berhubungan dengan topik penulisan yaitu Chat
GPT dan GPT Zero. Penelitian ini menganalisis berbagai informasi dari berbagai sumber, mencari keterkaitan
topik yang dibahas dan menghubungkan ide yang ada dalam referensi sehingga dihasilkan hasil analisis yang
sesuai dengan topik yang dibahas. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode kualitatif untuk
menyebarkan kuesioner agar meraup responden yang akan mengutarakan pendapatnya mengenai topik yang

3 - JSH
dibahas yaitu Chat GPT, GPT Zero, dan kecurangan penggunaan kecerdasan buatan pada pembuatan karya
tulis ilmiah.

Hasil dan Pembahasan

Karya tulis ilmiah merupakan suatu karya tulis berdasarkan hasil pemikiran, analisis, maupun modifikasi dari
sang penulis yang dituangkan dalam sebuah karya. Hal ini juga juga didasari oleh riset - riset, kajian sumber -sumber
yang kredibel dan aspek pemikiran kritis dari penulis. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah, diperlukan suatu etika
akademik yang membatasi bagaimana penulis bisa bertindak di dunia akademik agar tidak semena - mena. Dalam hal
kontradiksi, apabila penulis secara keseluruhan menggunakan Chat GPT berarti penulis sendiri telah melanggar etika
akademik dan tidak paham suatu esensi dari karya tulis ilmiah itu sendiri meskipun apa yang karya tulisnya selesai dibuat.
Dari hasil survey yang kami lakukan melalui google formulir, terdapat 58 responden yang akan kami teliti
jawaban dan pendapatnya. Dari 58 responden tersebut, 52 orang berasal dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
sedangkan 6 orang lainnya berasal dari luar ITS. Selain itu, jumlah responden yang berasal dari angkatan 2022 adalah
sebanyak 57 orang dan 1 orang berasal dari angkatan 2020.

Dari pengambilan data yang telah dilakukan ditemukan fakta bahwa 85,0% responden mengatakan bahwa telah
menggunakan layanan yang diberikan oleh ChatGPT, dan hanya 15,0% responden yang menyatakan belum pernah
menggunakan layanan ChatGPT. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden telah menggunakan
dan terbantu dari layanan yang diberikan oleh ChatGPT.
Sebanyak 85% yang pernah disebabkan oleh exposure atau keterbukaannya terhadap kecerdasan khususnya
kecerdasan buatan. Hasil menunjukkan bahwa yang pernah menggunakan aplikasi tersebut sebagian besar adalah
mahasiswa teknik elektro. Di sisi lain, yang jarang bahkan tidak tahu mengenai aplikasi ini ada pada mahasiswa desain
dan aktuaria. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa informasi mengenai inovasi dan kecanggihan teknologi lebih
tersebar pada mahasiswa yang sering berkutik pada bidang teknologi itu sendiri

4 - JSH
Dari data yang ada diperoleh data bahwa responden yang pernah menggunakan layanan ChatGPT, telah
menggunakan layanan tersebut dengan intensitas rendah hingga menengah. Selain itu diperoleh respon dari responden
yang menyatakan bahwa layanan ChatGPT telah sangat membantu pekerjaan tugas kuliah yang ada, dibuktikan dengan
diagram grafik yang didominasi oleh jawaban dari menengah hingga keatas. dari data yang diperoleh dapat dari
keterkaitan intensitas penggunaan layanan ChatGPT dengan kontribusi dalam penyelesaian tugas perkuliahan
menunjukkan bahwa meskipun digunakan dengan tidak terlalu sering namun penggunaan ChatGPT akan sangat
membantu responden dalam menyelesaikan tugas perkuliahan.

5 - JSH
Sedangkan dari responden yang belum pernah menggunakan ChatGPT menunjukan ketertarikan yang cukup
tinggi dari layanan yang ditawarkan oleh penggunaan ChatGPT. Responden juga menyatakan bahwa menurut mereka
ChatGPT akan membantu dalam menyelesaikan tugas perkuliahan mereka. Data yang ada menyatakan bahwa responden
akan tertarik dalam penggunaan ChatGPT untuk membantu tugas perkuliahan mereka.

Dari 58 responden yang berpartisipasi, sebanyak 33,3% diantaranya (19 orang) tahu mengenai adanya GPT Zero,
sedangkan 66,7% diantaranya (39 orang) tidak tahu mengenai adanya GPT Zero. Namun, setelah mereka mencari tahu
tentang apa itu GPT Zero, mereka sangat mendukung adanya aplikasi tersebut. Mereka semua sepakat bahwa GPT Zero
mampu meminimalisir kecurangan dalam pembuatan karya tulis ilmiah yang dapat merugikan penulis.
Jawaban responden mengenai pertanyaan perihal kecurangan pada pembuatan karya tulis ilmiah secara
keseluruhan menyatakan ketidaksetujuan meskipun alasan yang diberikan berbeda - beda. Dari seluruh komentar
responden, kecurangan pada pembuatan karya tulis ilmiah merupakan tindakan yang tidak baik dan melanggar etika
akademik. Chat GPT memanglah merupakan suatu alat yang dapat memudahkan manusia, namun apabila dalam konteks
pembuatan karya tulis ilmiah, penggunaan Chat GPT merupakan suatu kecurangan karena menghasilkan teks dari suatu
algoritma kecerdasan buatan, bukan dari diri sendiri. Padahal seharusnya karya tulis ilmiah merupakan hasil pemikiran
murni dari sang penulis. dalam hal penulisan karya tulis ilmiah sendiri, hal ini juga merupakan suatu tindakan plagiarisme
dan pembuatan karya tidak orisinil. Karya tulis yang baik meliputi karya tulis yang berdasarkan hasil pemikiran dan usaha
sendiri pula karena hal tersebut akan menjadi pertanggungjawaban penulisnya di masa depan. Bukan hanya dengan
menjiplak ataupun mengambil jalan pintas melalui kecerdasan buatan dalam hal ini adalah Chat GPT.
Di saat yang sama, kecurangan pada pembuatan karya tulis ilmiah juga merugikan banyak pihak. Pihak pertama
yaitu sang penulis itu sendiri menjadi terhambat dan tidak berkembang sebagaimana mestinya karena yang ia lakukan

6 - JSH
hanya menjiplak hasil kerja kecerdasan buatan bukan dari hasil analisis dan pemikiran kritisnya sendiri. Kemudian, untuk
pihak kedua yaitu penulis lain. Penulis lain yang jujur dan mengikuti etika akademik dengan baik juga akan terkena
dampak buruk dari penulis yang melakukan kecurangan ini, mereka bisa saja mengutip hasil karya tulis yang ternyata
bukan hasil pemikiran kritis penulis lain, namun yang ia kutip ialah hasil tidak kredibel oleh kecerdasan buatan. Hal ini
tentunya merupakan hal yang berbahaya pula apabila tidak ditindaklanjuti. Terakhir adalah pihak ketiga yaitu pembaca,
pembaca yang tidak tahu bahwa apa yang mereka baca merupakan hasil dari kecerdasan buatan yang tidak kredibel dan
sumbernya tidak jelas. Padahal karya tulis ilmiah harus memuat hal - hal yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Pada perkembangan zaman yang sudah canggih ini, Chat GPT telah mengambil banyak perhatian dari
masyarakat global. Tak hanya itu, alat yang disebut sebut sebagai counter Chat GPT pun hadir. Alat ini bernama GPT
Zero. Dari hasil pendapat pada survei yang dilakukan. Terdapat dua pertanyaan krusial mengenai GPT Zero, yaitu apakah
mereka tahu mengenai GPT Zero dan pendapat mereka mengenai adanya GPT Zero dalam hal pendeteksi kecerdasan
buatan dalam hal pembuatan karya tulis ilmiah. Hal ini membuahkan pro, kontra dan juga netral dalam jawabannya.
Jawaban responden mengenai GPT Zero pun sangat beragam. Berbeda dengan kecurangan Chat GPT pada
pembuatan karya tulis ilmiah, sebagian besar responden tidak mengetahui akan adanya GPT Zero yaitu suatu alat untuk
mendeteksi suatu karya tulis merupakan suatu karya hasil kecerdasan buatan atau tidak. Namun pada formulir, kami juga
memberikan penjelasan mengenai GPT Zero apabila responden tidak mengetahui apa itu GPT Zero. Pendapat responden
mengenai GPT Zero juga beragam, sebagian besar dari responden berpikir bahwa GPT Zero merupakan alat yang sangat
membantu dalam mendeteksi karya tulis ditulis dengan menggunakan kecerdasan buatan atau tidak. Namun dalam survei
yang disebarkan, para responden juga menyatakan bahwa GPT Zero juga perlu pengembangan karena masih belum bisa
mendeteksi suatu karya kecerdasan buatan yang diparafrase
Chat GPT merupakan Generative Pre-training Transformer yaitu suatu media kecerdasan buatan untuk
membantu pengguna dalam mencari solusi dari permasalahan yang diberikan ChatGPT mulai difungsikan pada tanggal
30 November 2022 oleh OpenAI, pembuat dari aplikasi ini juga merupakan pembuat DALL-E 2 dan Whisper AI. Saat
ini sebagian mahasiswa menggunakan GPT Chat secara beragam, ada yang menggunakannya secara sebagian ada juga
yang menggunakannya secara utuh untuk menyelesaikan makalah, tesis, tugas, dll. Beberapa informasi yang digunakan
dalam obrolan GPT hanya menduplikasi karya penulis/peneliti dan tidak semua jawaban benar tentunya karena jawaban
dari kecerdasan buatan itu belum valid. Informasi jawaban chat GPT kemungkinan besar terdeteksi plagiat apabila
dimasukkan pada pendeteksi kecerdasan buatan, GPT Zero. Hal ini dikarenakan teknologi GPT hanya mengambil data
dari sumber yang tidak jelas dari mana sumber tersebut (Setyono, 2023).
Di sisi laini, dalam penulisan karya ilmiah, mahasiswa dapat menggunakan data penelitian dari chat GPT. Akan
tetapi, hal tersebut digunakan sebagian untuk mencari ide awal untuk penelitian. Mahasiswa sangat tidak dianjurkan
memakai chat GPT sekadar untuk mencari nilai. Di kampus mahasiswa sudah diberikan ilmu dan praktik untuk mencari
data penelitian sendiri, namun beberapa mahasiswa malas dan tidak ingin dirinya kerepotan. Jadi mahasiswa tersebut
mencari semua hasil penelitian pada chat GPT (Kariodimedjo, 2023).
Tindak plagiarisme memang tidak dapat dibenarkan sama sekali.Hal ini karena merusak tatanan kepenulisan,
melanggar etika akademik, dan merugikan orang lain baik penulis maupun pembaca. Hasil pembahasan di atas juga
menunjukkan beragam jawaban mengenai Chat GPT dan GPT Zero, bahwa kedua aplikasi tersebut merupakan aplikasi
inovasi kecanggihan teknologi yang harus kita gunakan secara bijak. Semua inovasi teknologi, sama halnya dengan
internet harus diikuti dari perbuatan baik atau etika penggunanya. Hal ini merupakan cambuk bagi semua orang untuk

7 - JSH
berkembang di tengah kecanggihan teknologi yang di saat yang sama apabila tidak dibarengi perbuatan dan etika yang
baik, akan menjerumuskan pengguna.

Rekomendasi
Untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis, disarankan agar menambah periode waktu yang
digunakan. Hal ini dilakukan hasil yang diperoleh lebih baik dan akurat. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat
menelusuri dan meneliti referensi dan sumber yang berbeda, baik sumber dalam negeri maupun luar negeri yang belum
disertakan dalam penelitian ini sehingga hasilnya dapat diperbandingkan
Kesimpulan
Kecerdasan buatan telah banyak mempengaruhi perilaku dan kebiasaan masyarakat dalam menjalani
kehidupan sehari - hari, tidak terkecuali bagi penulis, khususnya penulis jurnal ilmiah, di era modern.
Penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa mahasiswa sebagai civitas akademis telah menggunakan
bantuan kecerdasan buatan atau menunjukan ketertarikan dalam menggunakan kecerdasan buatan untuk
sekedar membantu menyelesaikan tugas kuliah. Menurut mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian
ini menggunakan kecerdasan buatan dapat menjadi kasus plagiarisme dalam hal penulisan, khususnya
penulisan ilmiah, maka dari itu diperlukan suatu alat yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. GPT ZERO
merupakan alat yang tepat dalam mengatasi plagiarisme yang disebabkan oleh penggunaan kecerdasan buatan
dengan mengandalkan kemampuan kecerdasan buatan lain yang dapat mendeteksi perbedaan tulisan yang
dibuat oleh manusia atau kecerdasan buatan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hasil dan pembahasan
dalam karya tulis ini telah menjawab rumusan masalah dan memenuhi tujuan awal yaitu melihat seberapa
sering mahasiswa menggunakan Chat GPT dan GPT Zero dalam pembuatan karya tulis ilmiah dan pengaruh
kedua aplikasi tersebut dalam pembuatan karya tulis ilmiah.

Saran
Adapun saran dalam karya tulis ini adalah memperluas jangkauan survei agar hasilnya lebih variatif
dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, tidak hanya dari mahasiswa saja, namun civitas akademika
seperti siswa SMA ataupun dosen. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa merupakan salah satu sasaran survei
yang mudah namun dalam pembuatan karya tulis ini hasil pembahasannya menjadi kurang variatif. Dan juga
memperpanjang jangka waktu dalam pengisian survei agar data berdistribusi normal. Kemudian untuk
penelitian di masa depan, bisa menggunakan sumber sumber atau rujukan yang lebih banyak dan beragam.
Hal ini dikarenakan jurnal ataupun artikel mengenai topik terkait masih cenderung sedikit karena memang
topik yang dibahas cenderung masih baru dan belum banyak jurnal yang mengulas hal ini terlebih jurnal dalam
negeri.

8 - JSH
9 - JSH
DAFTAR PUSTAKA
Bernal, Elizabeth & Slater, Timothy F. (2014). “Quantitative Analysis of Researcher Misconduct
Allegations in a Decade of University Investigative Reports”. Science and Engineering Ethics, 20(3), 889-
912.

Febriana, Halimah Fajar. 2022. “STUDI PERILAKU PLAGIARISME DI KALANGAN MAHASISWA


DALAM PENYUSUNAN TUGAS HARIAN DAN SKRIPSI”. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kariodimedjo, Dina Widyaputri. “Menulis Ilmiah Menggunakan Platform AI Berpotensi Kena


Plagiarisme”.
Yogyakarta:https://sahabat.ugm.ac.id/fo/berita/detail_berita/dJWvl_8Y1Uqw29Gz0wl7I2UMYT3sPp_8
1G0J3gNVajrm2K0ZcNvuZ7WQGJqlJo28Ayo6J6kyMYTj0hkKj_9DzliL7odYVdFBmBCLWyXOAX
s5mejL8RIRnm21GIyrHDma4oEfp-
AelU3NCWNxlUY0d6wMl8h_CUC7fM2vtUF2fPUI9pB3WRcFdIoJ9lPPTG--
5DoollXjn4zJNSxwuz5fhA==. Diakses pada 9 April 2023

Kramer, Zoe. 2023. "What Does GPT Zero Means for Universities?" Fresherd, www.freshered.com/what-
does-gpt-zero-mean-for-universities/. Diakses pada 24 Maret 2023.

Ramli, Ignasius Ivan. 2018. "Rancang Bangun Aplikasi ChatBot Penyedia Informasi Bengkel
Menggunakan Algoritma Nazief dan Adriani" . Tangerang : Universitas Media Nusantara

Setyono. 2023. “Karya Ilmiah Lewat Chat GPT Berpotensi Plagiarisme”. Yogyakarta : Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

10 - JSH

Anda mungkin juga menyukai