Nim : 21302241020 Studi kasus: Chatbot AI ChatGPT, yang dibuat oleh OpenAI, menarik perhatian karena kemampuannya yang luar biasa dalam menghasilkan argumen dan narasi yang koheren, sehingga berpotensi mengubah tugas menulis tradisional seperti esai. Perdebatan berpusat pada apakah penggunaan alat-alat tersebut merupakan kerja yang lebih cerdas atau justru melemahkan esensi ekspresi pribadi. Meskipun tugas-tugas dasar menulis mungkin dialihdayakan ke AI, seni mengedit dan menyusun suara unik seseorang tetap menjadi bagian integral dalam memahami diri sendiri dan dunia. Guru memainkan peran penting dalam memupuk keterampilan menulis yang sejati, memastikan generasi masa depan mempertahankan landasan ekspresi diri yang autentik meskipun ada kemajuan teknologi. Masalah kehidupan manusia yang ditimbukan oleh perusahaan OpenAI yang meluncurkan program kecerdasan buatan ChatGPT: • Melemahkan daya pikir serta keterampilan menulis manusia (peserta didik) ChatGPT dapat menghasilkan teks yang tampak seperti manusia yang menulisnya, menurut saya potensi AI dapat melemahkan keterampilan menulis dan motivasi untuk menulis sendiri karena rasa ketergantungan pengguna oleh ChatGPT. Saya sebagai mahasiswa mengakui bahwa ChatGPT sangat membantu saya dalam pengerjaan tugas kuliah, namun saya juga menyadari dengan adanya ChatGPT bisa menghilangkan kemampuan mengeja serta mengurangi ekspresi pribadi dalam diri. Selain itu penggunaan ChatGPT dan teknologi kecerdasan buatan lainya bisa memicu ketergantungan pada teknologi, sehingga membuat orang semakin sulit untuk melaksanakan tugas atau mengambil keputusan tanpa bantuan teknologi. Hal ini dapat menyebabkan masalah ketika teknologi gagal atau tidak tersedia.
• Munculnya kecurangan akademik dalam dunia pendidikan
Canggihnya ChatGPT untuk bisa meniru cara manusia berbicara dan merespon dapat memunculkan kecurangan akademik dalam dunia pendidikan seperti isu plagiarisme. Plagiarisme, merupakan tindakan menyajikan hasil karya orang lain tanpa adanya atribusi yang tepat. Mengutip tulisan seseorang tanpa mencantumkan sumber kutipan tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk pelanggaran etika akademik. Maraknya pelanggaran plagiarisme saat ini merupakan ancaman yang besar yang dihadapi oleh dunia pendidikan pada saat ini. Biasanya dikalangan mahasiswa yang menggunakan ChatGPT, hasil yg diperoleh dari ChatGPT langsung disajikan dengan tanpa adanya peninjauan ulang dari mahasiswa itu sendiri, Oleh karena itu tidak ada keyakinan bahwasanya hasil karya ilmiah yg dihasilkan dari ChatGPT tidak mengandung plagiarisme.