Anda di halaman 1dari 18

Laporan Dasar Genetika Ternak

KARAKTERISTIK GENETIK EKSTERNAL AYAM BURAS

OLEH

NAMA : YUSTI NANDA


NIM : L1A122169
KELOMPOK : II (DUA)
KELS : YUSTI NANDA
ASISTEN : DELA ANANDA

LABORATORIUM UNIT GENETIK DAN PEMULIAAN TERNAK


JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN KONSUL

HARI/TANGGAL KONSUL PARAF

Asisten Praktikum

DELA ANANDA
L1A121190

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Unggas memiliki ciri fisik bersayap, berkaki dua, berparuh dan berbulu.

Dalam kehidupan sehari-hari unggas merupakan burung yang diambil manfaatnya

oleh manusia, entah itu daging, telur, bulu, atau dijadikan peliharaan untuk

hiburan semata. Bagian paling berdaging dari burung adalah otot terbang

pada dada, serta otot jalan pada segmen pertama dan kedua pada kakinya.

Ayam buras adalah singkatan dari ayam bukan ras dan biasa dikenal

sebagai ayam kampung. Meskipun dikenal sebagai ayam kampung, ada banyak

jenis ayam buras karena ayam-ayam yang tidak dikategorikan bukan ayam ras

disebut sebagai ayam buras. Beberapa contoh ayam buras adalah ayam kampung,

ayam bangkok, ayam kedu, ayam pelung, dan masih banyak lagi . Ayam buras

biasanya dibudidayakan di lahan kosong dan dibiarkan mengais makanannya

sendiri dan pada sore hingga malam baru dimasukan ke kandang. Mereka

biasanya memakan makanan seperti biji-bijian, dedak halus, makanan sisa

manusia atau pakan ternak untuk ayam. Ayam buras cenderung aktif karena

biasanya dilepas di lahan kosong.

Secara alamiah ayam kampung atau ayam buras yang berasal dari ayam

hutan yang hidup liar mendapatkan makanan yang disediakan alam pada saat

mengais-ngais makanannya. Pemeliharaan ayam kampung tidak memerlukan

biaya yang banyak, dapat dipelihara dengan mudah, daya adaptasi tinggi, tahan

terhadap penyakit serta daging dan telurnya lebih disenangi oleh masyarakat

Sifat kualitatif adalah sifat-sifat yang tidak dapat diukur namun dapat

dibedakan. Sifat kualitatif dapat dijadikan patokan untuk menentukan suatu


bangsa ayam karena sifat ini banyak diatur oleh genotip, sedangkan pengaruh

faktor lingkungan sedikit sekali peranannya. Sifat kualitatif penting antara lain

warna bulu, warna kerabang, warna caker dan bentuk jengger, oleh sebab itu

peternak ayam harus dapat mengetahui apa saja sifat kualitatif pada ayam.

Berdasarkan latar belakan diatas maka dilakukan praktikum Karateristik Eksternal

Ayam Kmapung.

Berdasarkan pendahuluan diatas maka perlu dilakukan praktikum

Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Buras.

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum pengamatan Mahasiswa karakteristik genetik

ekternal ayam yaitu untuk mengetahui cara pengamatan karakteristik genetik

ekternal ayam buras dan untuk menghitung frekuensi gen dan keragaman genatik

pengontrol karakteristik genetik ekternal ayam buras.

1.3. Manfaat

Manfaat dari praktikum pengamatan Mahasiswa karakteristik genetik

ekternal ayam yaitu untuk mengetahui cara pengamatan karakteristik genetik

ekternal ayam buras dan untuk menghitung frekuensi gen dan keragaman genatik

pengontrol karakteristik genetik ekternal ayam buras.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Warna bulu ayam

Warna bulu ayam dipengaruhi oleh genetik dan letak bulu ditubuh ayam.

Berbagai jenis ayam, seperti ayam kampung, ayam bangkok, ayam katai, ayam

birma, ayam bagon, dan ayam magon, memiliki keragaman sifat kualitatif dan

morfometrik yang berbeda. Warna bulu ayam dapat bervariasi dari putih hingga

coklat, tergantung pada pola penyebaran warna melalui kontur bulu dan pola

penyebaran warna di antara masing masing bulu (Olori, 2019).

Keragaman warna bulu pada banyak situasi bergantung pada letak bulu

ditubuh ayam. Namun kemunculan warna bulu putih ada juga yang disebabkan

oleh tidak adanya pigmentasi pada bulu dan memang tidak ada gen warna atau

yang biasa disebut albino dan sifat bulu putih ini bersifat resesif pada gen bulu

warna (Eka et al., 2021)

2.2. Pola Bulu

Pola bulu yang disebut pola warna bulu primer. Pola warna ini

dipengaruhi oleh faktor pendistribusian dan penghambat distribusi

eumelanin. Faktor pendistribusi eumelanin adalah lokus E. terdiri dari tiga

alel yaitu E (hitam polos), e+ (tipe liar), dan e (Colombian). kerja alel dari

lokus E ini biasanya juga dibatasi oleh beberapa alel yang bersifat

menghambat distribusi eumelanin pada bulu primer, yaitu alel Db (dark

brown), Co (colombian), dan Mh (mahogany). Kerja ketiga alel ini akan

berpengaruh bila berinteraksi dengan lokus E pada bagian punggung, sayap,

kaki, dan bulu ekor. (Lestari, 2021).


Pola warna bulu pada ayam kampung, seperti ayam Pelung dan Sentul,

dapat bervariasi dan mencakup berbagai warna, seperti hitam, putih, kekuningan,

kecokelatan dan merah tua. Frekuensi fenotipe pola warna bulu ayam kampung

terbanyak adalah pola liar (43,33%), pola colombian (38,00%), dan hitam

(12,00%) Pola warna bulu pada ayam kampung betina yang dominan adalah

warna hitam, bentuk jengger pie, dan warna shank kuning atau putih (Putri et al.,

2022).

2.3. Corak bulu

Corak bulu pada ayam dapat bervariasi tergantung pada jenisnya. Pada

ayam kampung, terdapat dua corak bulu, yaitu corak bulu lurik / bar (B-) dan

polos /non bar. Selain itu, ayam burgo juga memiliki keragaman corak bulu, pola

bulu, warna shank, dan tipe jengger, sementara pada sifat warna bulu dan kerlip

bulu terdapat keberagaman. Namun, detail mengenai corak bulu pada ayam

tertentu dapat bervariasi tergantung pada jenisnya (zahwa, 2016).

Tipe bulu lurik pada ayam kampung dominan terhadap corak polos. Dalam

penelitannya menyatakan ayam kampung yang berasal dari Desa Menaming

memiliki corak lurik dominan 56%. Ferkuensi corak bulu lurik yang tinggi

diakibatkan adanya persilangan antara ayam yang berasal dari luar kecamatan

paguyaman, dan mungkin ayam tersebut merupakan ras lain dari ayam kampung

(Sudarman et al., 2013).

2.4. Kerlip bulu

Kerlip bulu dapat dilihat dengan jelas bila bulu ayam tersinari oleh cahaya

matahari dengan penampakan yang lebih jelas pada bulu leher. Kerlip bulu ayam
terbagi dua yaitu perak (S-) dan emas (ss), kerlip bulu perak biasanya dijumpai

pada ayam berwarna bulu merah, coklat, hitam dan putih, sedangkan kerlip bulu

emas terdapat pada bulu berwarna kuning keemasan (Sinyo, 2017).

Kerlib bulu pada ayam kampung merupakan ciri khas pada ayam

kampung, dan sifat ini terkait kelamin. Frekuensi fenotip bulu lurik, polos pada

ayam jantan masing-masing: 11.00%, 89.00%, dan pada ayam betina masing-

masing 43.00%, dan 57.00%. Kerlib perak, emas pada ayam jantan dan betina

masing-masing 12.24%, 87.76% dan pada ayam betina masing-masing 53.85%

dan 38.46%. Gambaran fenotipe kerlib bulu dan corak bulu dalam penelitian ini

memiliki kesamaan (Rafian, 2017).

2.5. Warna shank

Wama shank ayam kampung yang dominan adalah kuning atau putih 64%

pada jantan dan 52% pada betina. Warna shank kuning dipengaruhi oleh adanya

pigmen karotenoid pada epidermis dan tidak adanya pigmen melanin pada

epidermis maupun dermis. Apabila kedua pigmen tersebut tidak ada, maka shank

berwarna putih. Individu dengan cakar berwarna putih atau kuning dipengaruhi

oleh gen Id, sedangkan cakar hitam dipengaruhi gen id (Edowai, 2019)

Warna shank merupakan penampilan dari adanya beberapa pigmen tertentu

pada epidermis dan dermis, warna kuning pada shank dikarenakan adanya lemak

atau pigmen lipokrom pada lapisan epidermis. beberapa warna cakar berbeda

ditemukan pada ayam yang berasal dari kombinasi pigmen yang berbeda di

lapisan atas dan bawah kulit (epidermis dan dermis) yang menghasilkan warna

tertentu. Warna cakar kuning dipengaruhi oleh adanya pigmen karotenoid pada
epidermis dan tidak adanya pigmen melanin. Warna cakar hitam dipengaruhi oleh

adanya pigmen melanin pada epidermis. Bila kedua pigmen tersebut tidak ada

maka cakar akan berwarna putih. Karakteristik warna cakar kuning atau putih (id)

disebabkan oleh kurangnya kandungan melanin pada jaringan kulit dermis

(Yamin. 2022).

2.6 Bentuk jengger

Jengger pada ayam bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, maupun

warnanya. Jengger ayam diatur oleh interaksi dua gen yaitu R dan P. Jengger pada

ayam jantan berukuran lebih besar karena berfungsi sebagai karakter seksual

sekunder (daya tarik bagi ayam betina) hal itu disebabkan oleh pengaruh aktivitas

hormon androgen yang menonjol sedangkan pada ayam betina warna jengger

dikaitkan dengan produktivitas ayam (Sholiha, 2022).

Ayam buras memiliki empat tipe bentuk jengger yaitu: rose, pea, walnut

dan tunggal. Ukuran dan tekstur jengger sangat penting untuk seleksi bibit.

Jengger yang tumbuh dan berkembang dengan baik menunjukkan kinerja

produksi dan reproduksi yang tinggi. Di dalam keragaman produksi dan

reproduksi ayam buras terdapat sifat-s sifat-sifat unggul yang dapat dimanfaatkan

untuk kedepan (Lestari, 2020)


III. METEDEOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Karakteristik Genetik Ekternal Ayam Buras di laksanakan pada

hari sabtu 16 desember 2023, pada pukul 10:00 WITA sampai selesai, bertempat

di Laboratorium Unit Genetika Ternak, Fakultas peternakan, Universitas Halu

Oleo, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan pada Praktimu Karakteristik Genetik Ekternal Ayam


Buras dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No. Nama Alat Gambar Kegunaan
Untuk mencatat hasil
Alat tulis
pengamatan

Borang praktikum Tabel pengamatan

Untuk mengambil
Handphone
dokumentasi

Pisau Untuk memotong ayam


1.
Untuk wadah merendam
Wadah taper ware tulang ayam yang di
2. awetkan

Untuk melindungi tangan


3. Sarung tangan
dari cairan formalin

Untuk tempat pajangan


Talenan
4. tulang ayam

Untuk mengikat tulang


Kawat
ayam

Gunting Untuk meotong kawat


5.

Untuk diri melindungi dari


Masker
6. aroma formalin

3.2.2 Bahan dan Kegunaan

Bahan yang digunakan pada praktikum Pengamatan Karakteristik Genetik

Eksternal Ayam Buras dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan


No. Nama Bahan Gambar Kegunaan

Ayam jantan 1ekor Untuk bahan pengamatan

Ayam betina 1 ekor Untuk bahan pengamatan


Untuk mengawetkan
Formalin
kerangka ayam

Air Untuk mencuci ayam

3.3Analisis Data

Analisis data praktikum Pengamatan Karakteristik Genetik Eksternal

Ayam Buras sebagai berikut:

Frekuensi relatif

7
Sifat ii berwarna = x 100 %
7
=1%
2
Sifat E- hitam = x 100 %
7
= 0,28%
4
Sifat e+- liar = x 100 %
7
= 0,57%
1
Sifat ee colombian = x 100 %
7
= 0,14%

1
Sifat S- perak = x 100 %
7
= 0,14%
4
Sifat ss emas = x 100 %
7
= 0,57%
4
Sifat B- bar = x 100 %
7
= 0,57%
2
Sifat bb non bar = x 100 %
7
= 0,28%
4
Sifat Id kuning/putih = x 100 %
7
= 0,57%
3
Sifat idid hitam abu2 = x 100 %
7
= 0,42%
1
Sifat R-pp rose = x 100 %
7
= 0,14%
3
Sifat R-P- walnut = x 100 %
7
= 0,42%
3
Sifat rrpp tunggal = x 100 %
7
= 0,42%
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Adapun hasil pengamatan Karakteristik Genetik Ekternal Ayam Buras


dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengamatan
Fenotipe Genotipe Alel Frekuensi fenotipe
(%)
N=7
Warna Bulu
Putih I I
Hitam ii i I
Pola Bulu
Hitam E- E 0,28
Liar E+ E+ 0,57
Kolombian ee e 0,14
Kerlip Bulu
Perak S- S 0,14
Emas Ss s 0,57
Corak Bulu
Bar B- B 0,57
Non bar Bb b 0,28
Warna Shank 0,57
Kuning / putih Id- Id 0,42
Hitam / abu abu idid id
Bentuk Jengger
Rose RRpp -Rp- 0,14
Kapri Np-
Walnut Rrpp -Rp- 0,42
Tunggal Rrpp PP 0,42

4.2. Pembahasaan

klasifikasi hasil pengamatan berdasarkan warna bulu pada ayam buras di


dapatkan warna bulu ayam buras jantan betina yaitu berwarna pendapat (Yamin
2020) yang menyatakan bahwa warna bulu ayam kampung masih bervariasi, dan
secara umum didominasi oleh warna hitam yaitu sebesar 31,33%, sedangkan
warna putih yang paling rendah persentasenya yaitu sebesar 16,00 %. Hal ini di
perkuat oleh pernyataan Berdasarkan jenis kelaminnya, maka warna bulu yang
paling banyak terdapat pada ayam jantan adalah liar yaitu sebesar 32,00% dan
warna hitam pada betina sebesar 33,33%. Sedangkan warna putih mempunyai
persentase paling rendah baik pada ayam jantan maupun betina yaitu masing-
masing sebesar 14,67% dan 17,33%.

klasifikasi hasil pengamatan berdasarkan kerlip bulu pada ayam buras

didapatkan kerlip berwarna perak pada jantan dan kerlip bulu berwarna polos

pada betina Hal ini tidak sesuai dengan pendapat (Amalia et al., 2016) yang

menyatakan frekuensi fenotipe pola warna bulu ayam kampung terbanyak adalah

pola liar (43.33%). Pola colombian (38.00%), dan hitam (12.00%) dan tidak

berwarna (6.66%). Hal ini juga di perkuat dengan pendapat (Rafian, 2017) yang

menyatakan Kerlib bulu pada ayam kampung merupakan ciri khas pada ayam

kampung, dan sifat ini terkait kelamin. Frekuensi fenotip bulu lurik, polos pada

ayam jantan masing-masing: 11.00%, 89.00%, dan pada ayam betina masing-

masing 43.00%, dan 57.00%. Kerlib perak, emas pada ayam jantan dan betina

masing-masing 12.24%, 87.76% dan pada ayam betina masing-masing 53.85%


dan 38.46%. Gambaran fenotipe kerlib bulu dan corak bulu dalam penelitian ini

memiliki kesamaan.

Hasil klasifikasi pengamatan berdasarkan corak buluh pada ayam buras

didapatkan pada ayam jantan bercorak bulu lurik dan pada ayam betina bercorak

bulu polos Hal ini sesuai dengan pendapat (Rajab, 2021) menyatakan bahwa corak

bulu pada ayam yaitu corak bulu lurik/bar (B-) dan polos/non bar (bb). Hasil uji

kebebasan menunjukkan bahwa adanya keterhubungan (X 2 > X 2 0,05) antara

sifat corak bulu dengan keenam jenis ayam yang diamati. Corak bulu lurik banyak

dijumpai pada ayam jantan (55%) dan corak bulu polos banyak dijumpai pada

ayam jantan (85%).

klasifikasi hasil pengamatan berdasarkan warna shank (cakar) didapatkan

warna shank pada ayam buras di dapatkan warna kuning hitam pada jantan dan

hitam atau abu-abu pada betina . Hal ini sesuai dengan pendapat (Sartika et al.,

2018) yang menyatakan Warna shank ayam kampung yang paling banyak di

Kecamatan Huamual adalah warna kuning atau putih dengan persentase 71,33%

dan sebesar 28,67% berwarna hitam atau abu-abu. Warna putih atau kuning

memiliki persentase yang lebih tinggi baik untuk ayam jantan maupun betina. Hal

ini di perkuat dengan pernyataan (wahyu dkk 2018) hasil penelitian melaporkan

warna kuning atau putih lebih dominan terdapat pada shank ayam Kampung

jantan maupun betina dengan persentase di atas 60%. Namun ada juga yang

melaporkan adanya persentase warna hitam dan abu-abu yang lebih tinggi pada

shank ayam kampung.

klasifikasi hasil pengamatan berdasarkan bentuk jinger pada ayam buras

dan jntan yaitu tunnggal dan pada betina tidak berjengger Hal ini sesuai dengan
(Shofia et al., 2019) yang menyatakan pendapat Bentuk jengger tunggal paling

banyak terdapat pada ayam kampung di Kecamatan Huamual sebesar 74,67% dan

sisanya 25,33% berjengger pea. Frekuensi jengger tunggal lebih dominan baik

pada ayam jantan maupun betina dengan persentase lebih dari 70%.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil

pengamatan dapat disimpulakan bahwa kerakteristik genetika eksternal pada ayam

buras jantan didapatkan warnah bulu lurik, pola bulu peliar, kerlip bulu

kepercikan, corak bulu keperakan, warna shank kuning dan bentuk jengger

tunggal. pada karakteristik genetika eksternal pada ayam buras betina didapatkan

warna bulu corak polos, pola bulu hitam, kerlip bulu hitam pekat, corak bulu non

bar, warna shank hitam/abu-abu dan tidak memiliki jengger.

5.2 Saran

1. Laboratorium
Diharapkan agar AC diperbaiki agar prktikan merasa nyaman saat

melakukan praktikum

2. Asisten

Dapat membimbing praktikan dalam menjalankn praktikum sehingga

praktikan dapat menyeleaikan laporan dengan baik.

3. Praktikan

Diharapkan untuk tidak terlambat saat mengikuti praktikum merupakan

DAFTAR PUSTAKA

Yamin. (2022). Penyimpangan warna bulu, paruh dan shank pada bangsa-bangsa itik
lokal di kabupaten lombok timur (doctoral dissertation, universitas mataram).
Lestari. (2021). Keragaman genetik eksternal ayam kampung di Kota Mataram.
In Seminar Nasional Kahuripan (pp. 164-169).
Eka NS, Hasnudi dan Hamdan. 2021. Keragaman sifat kualitatif dan morfometrik
antara ayam kampung, ayam bangkok, ayam katal, ayam brima, ayam bagon
dan amagon di medan. Jurnal peternakan intergratif.3(2):167-189.
Amlia, Pagala, M.A., dan Aka, R. 2016. Studi Karakteristik Sifat Kualitatif dan
Kuantitatif Ayam Kampung di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis. Vol 1(1): 31 – 39.
Rafian, T., Jakaria, J., dan Ulupi, N. 2017. Keragaman Fenotipe Sifat Kualitatif Ayam
Burgo di Provinsi Bengkulu. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. Vol 12 (1): 47-
54
Rajab (2021). Karakteristik Morfobiometrik Ayam Kampung Berdasarkan Jenis
Kelamin Berbeda di Kecamatan Huamual Jurnal Ilmu dan Industri
Peternakan 8 (1) :20-33
Sartika T., DK. Wati, HS. Rahayu, dan S.Iskandar. 2018. Perbandingan genetik
eksternal ayam wareng dan ayam kampung yang dilihat dari laju introgresi dan
variabilitas genetiknya. JITV. Vol 13(4): 279-287.
Sholiha, f. P. (2018). Karakter fenotipik dan pertumbuhan ayam layer ((gallus gallus
domesticus, linnaeus 1758)) hasil penggaluran (doctoral dissertation,
universitas gadjah mada).
Sinyo (2017). Kajian warna dan corak bulu pada burung weris di Kota Kotamobagu
Sulawesi Utara. zootec, 34(1), 124-139.
Sholiha, f. P. (2018). Karakter fenotipik dan pertumbuhan ayam layer ((gallus gallus
domesticus, linnaeus 1758)) hasil penggaluran (doctoral dissertation,
universitas gadjah mada).
Edowai, E., Tumbal, E. L. S., dan Maker, F. M. 2019. Penampilan sifat kualitatif dan
kuantitatif ayam kampung di Distrik Nabire Kabupaten Nabire. Jurnal
FAPERTANAK: Jurnal Pertanian Dan Peternakan. Vol 4(1): 50–57.
Putri, A. K., dan Rozaki, Z. 2022. Peningkatan Keterampilan Budi Daya Ternak Ayam
Kampung di Desa Karangsari, Pengasih, Kulon Progo. Dinamisia: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol 6(3): 685–691.
Olori, V. E. 2019. Genetics of Feather Pigmentation and Chicken Plumage
Colouration. Scotland, UK. CABI Publishing. p. Vol 1(2): 93-97.

Anda mungkin juga menyukai