Anda di halaman 1dari 13

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Jurnal Online Universitas Jambi

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan


Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan

Kusnadidi Subekti1 dan Firda Arlina1


1Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik genetik eksternal ayam kampung di
Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Sebanyak 150 ekor ayam dewasa (50 ekor jantan
dan 100 ekor betina) digunakan sebagai sampel, yang diambil secara multistage random sampling,
data dianalisis secara statistik deskriptif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk sifat
kualitatif warna bulu pada ayam jantan adalah tipe bulu liar 38%, emas 22%, hitam, 14%, putih
10%, bar 10%, dan columbian 6%. Bentuk jengger tunggal 44%, rose 32%, pea 16%, dan walnut 4%.
Warna kulit kaki/shank kuning/putih 74%, dan hitam 26%. Ayam betina memiliki warna bulu
hitam 50%, bar 17%, emas 12%, putih 10%, tipe bulu liar 5%, columbian 4%, dan putih keperakan
(S) 2%. Bentuk jengger pea 48%, walnut 25%, tunggal 21%, dan rose 6%. Warna kulit kaki/shank
kuning/putih 66%, dan hitam 34%. Ayam kampung jantan memiliki panjang tarsometatarsus
103.60 mm, panjang tibia 144.48 mm, panjang femur 109.24 mm, tinggi jengger 23.15 mm, bobot
badan 1.90 kg, panjang sayap 218.41 mm, dan panjang jari ketiga 73.20 mm. Ayam kampung
betina memiliki panjang tarsometatarsus 81.07 mm, panjang tibia 125.34 mm, panjang femur 95.39
mm, tinggi jengger 9.84 mm, bobot badan 1.36 mm, jarak tulang pubis 30.06 mm, panjang sayap
188.658 mm, dan panjang jari ketiga 63.52 mm.

Kata kunci : karakteristik genetik eksternal, ayam kampung

Abstract

The purpose of this research is to determine external genetic characteristic that contents cualitatif and
cuantitatif traits native chicken at Sungai Pagu Solok Selatan region. This reseachs using 150 native chicken
which is 50 male and 100 female in mature period. Reseachs method by survey and sampling method using
multi stage random sampling. Data analized by statistic descriptive. Results of this research showed that
feather color of male is wild feather type 38%, gold 22%, black 14%, white 10%, bar 10%, and columbian
6%. Single comb pattern 44%, rose 32%, pea 16%, and walnut 4%. Legs color skin(shank) yellow/white
74% and black 26%. Feather color at female is black 50%, bar 17%, gold 12%, white 10%, wild feather type
5%, columbian 4% and white silver(S) 2%. Pea comb pattern 48%, walnut 25%, single 21%, rose 6%. Legs
color skin yellow/white 66% and black 34%. The male length of tarsometatarsus was 103.60 mm, tibia
144.48 mm, femur 109.24 mm, comb height 23.15 mm, body weight 1.90 kg, wing length 218.41 mm, length
of third legs toe 73.20 mm. While, on the female has length of tarsometatarsus 81.07 mm, tibia 125.34 mm,
femur 95.39 mm, comb height 9.89 mm, body weight 1.36 kg, measures of os pubic 30.06 mm, wing length
188.65 mm, and length of third legs toe were 63.52 mm.

Key words: external genetics characteristic, native chickens

74
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

Pendahuluan pengelompokan itu berbeda jelas satu


Salah satu sumber kekayaan sama lain. Sifat kuantitatif adalah sifat
genetik ternak lokal Indonesia adalah yang dapat diukur, sifat kuantitatif
ayam Kampung. Nawawi dan dipengaruhi oleh banyak pasangan gen
Nurrohmah (1996) mengungkapkan dan sangat dipengaruhi oleh faktor
bahwa ayam Kampung memiliki lingkungan. Karakterisasi sumber daya
kelebihan dibandingkan dengan ayam genetik sangat penting dilakukan.
ras, antara lain dapat diusahakan Karakterisasi dapat dilakukan dengan
dengan modal yang sedikit maupun mengamati sifat-sifat fenotipe pada
dengan modal yang banyak dan metabolisme protein darah, karakterisasi
perawatannya tidak sulit karena ayam molekuler dan karyotipe
Kampung memiliki daya adaptasi yang (Kumnirdpetch, 2002). Identifikasi dari
baik. Ayam Kampung umumnya karakterisasi merupakan persyaratan
memiliki keunggulan dalam hal awal untuk melakukan karakterisasi dan
resistensi terhadap penyakit, resistensi pemanfaatan sumber daya genetik
terhadap panas serta memiliki kualitas (Weigend dan Romanoff, 2001).
daging dan telur yang lebih baik Tahapan karakteristik genetik
dibandingkan dengan ayam ras (Chen, eksternal merupakan cara dasar untuk
Lee, Huang, dan Huang, 1993). menentukan jenis ternak yang
Ayam Kampung juga memiliki diwariskan pada generasi berikutnya.
beberapa kelemahan, antara lain adalah Karakteristik genetik eksternal yang
sulitnya memperoleh bibit yang baik diamati meliputi sifat kualitatif seperti
dan produktifitasnya yang rendah, warna bulu bentuk jengger dan warna
ditambah dengan adanya faktor kulit kaki/shank. Sedangkan sifat
penyakit musiman seperti ND (Newcastle kuantitatif yang diukur adalah panjang
disease), sehingga dikhawatirkan tarsometatarsus, panjang tibia, panjang
populasi ayam Kampung akan semakin femur, tinggi jengger, jarak tulang pubis,
menurun, bahkan ayam Kampung yang bobot badan dan lain-lain (Nishida,
mempunyai sifat-sifat spesifik tersebut Nozawa, Hayasi, Hashiguchi, dan
akan punah (Sujionohadi dan Setiawan, Mansjoer 1982).
2000). Mansjoer (1985) menyatakan
Populasi ayam Kampung di bahwa ayam Kampung merupakan
Kabupaten Solok Selatan pada tahun ayam asli Indonesia yang masih
2006 tercatat sebanyak 94. 131 ekor serta memiliki gen asli sebanyak lebih kurang
dari kecamatan sungai pagu tercatat 50 %. Adanya variasi genetik yang tinggi
sebanyak 46. 539 ekor yang mampu dari ayam Kampung menunjukan
menyumbangkan sekitar 17 ton daging adanya potensi untuk dilakukannya
untuk masyarakat Kabupaten Solok perbaikan mutu genetik. Oleh karena itu
Selatan (Badan Pusat Statistik, 2007). diperlukan data dasar mengenai sifat-
Tahapan karakterisasi ternak yang sifat kualitatif dan kuantitatif ayam
pertama kali dilakukan adalah dengan Kampung untuk mempertahankan
menggunakan karakteristik genetik kemurnian serta pelestarian sumber
eksternal. Tahapan ini meliputi sifat daya genetik ayam Kampung.
kualitatif dan kuantitatif ternak. Sifat
kualitatif adalah sifat yang dapat Materi dan Metode
dideskripsikan dimana individu- Penelitian ini menggunakan
individu dapat diklasifikasikan ke dalam sampel ayam Kampung sebanyak 150
satu, dua kelompok atau lebih dan ekor yang terdiri dari 50 ekor ayam

75
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

Kampung jantan dan 100 ekor ayam


Kampung betina yang sudah dewasa X 
X i

n
kelamin yang dipelihara masyarakat di
 X  X
2
Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten

i
Solok Selatan. S
n 1
Metode dari penelitian ini adalah
metode survey dan pengamatan secara Dimana :
langsung terhadap sifat-sifat kualitatif X = Nilai rata-rata pengamatan atau
dan sifat-sifat kuantitatif ayam rata-rata sampel
Kampung. Pengambilan sampel  = Penjumlahan
penelitian dilakukan dengan cara X i = Nilai pengamatan ke-i
Multistage Random Sampling, menurut
Singarimbun dan Effendi (1995)
n = Jumlah sampel
Multistage Random Sampling adalah S = Standar deviasi
Pengambilan sampel dengan
pengacakan secara bertingkat. Hasil dan Pembahasan
Peubah yang diamati dari ayam
Kondisi Wilayah Penelitian
Kampung adalah sifat kualitatif dan sifat
Kecamatan Sungai Pagu berada
kuantitatif. Sifat kualitatif dikelompokan
pada 010 20′ 18″ dan 010 46′ 09″ Lintang
berdasarkan Nishida et al. (1980),
Selatan dan 1000 28′ 34″ dan 101˚0 13′ 10″
sedangkan sifat kuantitatif diukur
Bujur Timur. Kecamatan Sungai Pagu
berdasarkan Nozawa (1980).
merupakan bagian dari Kabupaten Solok
Analisis data yang digunakan
Selatan, dengan batas-batas wilayah
untuk melihat sifat-sifat kualitatif sebagai berikut :
ayam Kampung adalah dengan  Sebelah Utara berbatasan dengan
menghitung persentase, dimana Kecamatan Lembah Gumanti.
ayam dikelompokkan berdasarkan  Sebelah Selatan berbatasan dengan
jenis kelaminnya, perhitungan Kabupaten Pisisir Selatan.
persentase dilakukan dengan  Sebelah Barat berbatasan dengan
menggunakan rumus Supranto (1990) Kecamatan Pantai Cermin.
:  Sebelah Timur berbatasan dengan

P 
X i
x 100 %
Kecamatan Sangir.

n Luas Kecamatan Sungai Pagu


Dimana : adalah 944.10 Km2 dengan jumlah
P = Jumlah persentase penduduk 40.459 jiwa. Kecamatan
Xi = Nilai pengamatan ke-i Sungai Pagu terdiri dari 4 Nagari dan 45
n = Jumlah sampel Jorong. Penggunaan lahan yang paling
Sifat kuantitatif ayam Kampung luas adalah untuk lahan persawahan
dianalisis dengan mengunakan analisis yaitu seluas 3.046,00 Ha, sedangkan
statistik deskriptif dengan menghitung untuk bangunan dan halaman sekitarnya
rataan dan simpangan baku (standar seluas 276,00 Ha (rumah, rumah sakit,
deviasi). Perhitungan rataan dan gedung sekolah, kantor-kantor
simpangan baku dilakukan dengan pemerintahan, dll) (BPS Sumatera Barat,
menggunakan rumus Sudjana (1989) : 2007).
Pekerjaan utama masyarakat di
Kecamatan Sungai Pagu adalah bertani,
dengan hasil utamanya adalah beras.

76
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

Beternak ayam Kampung yang pada siang hari ayam Kampung


dilakukan oleh masyarakat di dibiarkan lepas begitu saja, pada sore
Kecamatan Sungai Pagu hanya sebagai hari ketika ayam Kampung akan masuk
pekerjaan sambilan, masyarakat ke kandang ayam tersebut diberi makan.
memelihara ayam Kampung dengan Makanan yang diberikan pada ayam
sistem pemeliharaan tradisional atau Kampung di Kecamatan Sungai pagu
sistem pemeliharaan ekstensif. berasal dari sisa dapur, gabah padi,
Manajemen pemeliharaan ayam dedak.
Kampung yang dilakukan oleh
masyarakat di Kecamatan Sungai Pagu Sifat-sifat Kualitatif Ayam Kampung
masih sederhana, dimana kandang ayam 1. Warna Bulu Ayam Kampung
masih dibuat seadanya dibelakang atau Hasil pengamatan terhadap sifat
di samping dan di kolong-kolong rumah kualitatif warna bulu ayam Kampung
masyarakat. Kandang ini hanya disajikan pada Tabel 1.
digunakan pada malam hari, sedangkan

Tabel 1. Warna Bulu Ayam Kampung


Jenis Kelamin
No Fenotipe
♂ N = 50 ♀ N = 100
1 Putih 5 (10 %) 10 (10 %)
2 Hitam 7 (14 %) 50 (50 %)
3 Emas 11 (22 %) 12 (12%)
4 Putih Keperakan 0 (0 %) 2 (2 %)
5 Tipe Bulu Liar 19 (38 %) 5 (5 %)
6 Columbian 3 (6 %) 4 (4%)
7 Bar 5 (10 %) 17 (17%)

Dari Tabel 1 dapat dilihat ayam ayam Kampung masih mempunyai jarak
Kampung memiliki warna bulu putih genetik yang dekat dengan ayam hutan
pada jantan 10 %, betina 12 %. Warna merah Sumatera (Gallus gallus gallus),
bulu hitam pada jantan 14 %, betina 50 dimana ciri-ciri warna bulunya yang
%. Warna bulu emas pada jantan 22 %, khas untuk jantan adalah tipe liar dan
betina 12%. Warna bulu putih keperakan untuk betina coklat bergaris hitam. Hal
pada jantan 0 %, betina 2 %. Warna bulu ini sesuai dengan pendapat Nishida et al.
tipe bulu liar pada jantan 38 %, betina 5 (1980) dan Mansjoer (1985) menyatakan
%. Warna bulu Columbian pada jantan bahwa ayam Kampung yang terdapat di
6 %, betina 4 % serta warna bulu bar Indonesia mempunyai jarak genetik
pada jantan 10%, betina 17 %. yang lebih dekat terhadap ayam hutan
Berdasarkan hasil penelitian warna merah Sumatera (Gallus gallus gallus) dan
bulu tipe bulu liar adalah warna bulu ayam hutan merah Jawa (Gallus gallus
yang dominan untuk ayam Kampung javanicus) dibandingkan dengan jarak
jantan yaitu 38 % dan warna bulu hitam genetiknya dengan ayam hutan hijau
adalah warna bulu yang dominan pada (Gallus varius).
ayam Kampung betina yaitu 50 %. Bila dibandingkan dengan hasil
Tingginya persentase warna bulu tipe penelitian Pratama (2006) maka
bulu liar pada jantan dan bulu hitam penelitian ini tidak terlalu berbeda yaitu
pada betina hal ini disebabkan karena warna bulu ayam Kampung yang

77
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

banyak ditemui adalah warna bulu tipe berwarna hitam diselingi satu atau dua
bulu liar yaitu 54.37 % untuk yang jantan lembar bulu berwarna putih. Dimana
dan warna bulu hitam yaitu 52.73 % warna bulu ayam jantan yang banyak
untuk yang betina. Sementara itu ditemukan adalah hitam dan sangat
Mulyono dan Pangestu (1996) jarang yang berwarna polos. Sedangkan
menyatakan ayam Kampung ayam Kampung betina umumnya
mempunyai bulu Columbian, kerlip, berwarna hitam berbintik putih atau
bulu emas, hitam dan tipe bulu liar. bintik coklat.
Siswandi (1996) melaporkan bahwa
warna dasar bulu ayam Kampung jantan 2. Bentuk Jengger Ayam Kampung
adalah hitam, sedangkan pada bulu Hasil pengamatan terhadap sifat
bagian leher dan punggung berwarna kualitatif bentuk jengger ayam Kampung
keemasan. Bulu sayap dan ekor disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bentuk Jengger Ayam Kampung


Jenis Kelamin
Fenotipe Genotipe
♂ N = 50 ♀ N = 100
Pea rrPP 8 (16 %) 48 (48 %)
Tunggal Rrpp 22 (44 %) 21 (21 %)
Walnut RrPp 2 (4 %) 25 (25 %)
Rose RRpp 18 (36 %) 6 (6 %)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa Mansjoer (1985) menyatakan bahwa


bentuk jengger ayam Kampung jantan ayam Kampung yang terdapat di
adalah tunggal 44 % sedangkan pada Indonesia mempunyai jarak genetik
yang betina pada umumnya memiliki yang lebih dekat terhadap ayam hutan
bentuk jengger pea 48 %, bila merah Sumatera (Gallus gallus gallus) dan
dibandingkan hasil penelitian ini ayam hutan merah Jawa (Gallus gallus
dengan penelitian yang dilakukan oleh javanicus) dibandingkan dengan jarak
Pratama (2006) maka hasil penelitian ini genetiknya dengan ayam hutan hijau
tidak berbeda jauh, bahwa bentuk (Gallus varius).
jengger ayam Kampung yang dominan Bentuk jengger ayam Kampung
pada ayam Kampung jantan adalah betina dari hasil penelitian berbeda
tunggal (60,4 %) dan pada betina bentuk dengan ciri khas ayam hutan merah
pea (68,81 %). (Gallus gallus) yang merupakan moyang
Hasil penelitian ini pada ayam sebagian ayam piara yang ada sekarang
Kampung jantan masih memiliki bentuk dimana mempunyai bentuk jengger
jengger tunggal yang dominan. Hal ini tunggal. Perbedaan bentuk jengger pada
sesuai dengan ciri khas ayam hutan ayam Kampung betina dengan ayam
merah (Gallus gallus) yang merupakan hutan merah yang menjadi moyang
moyang sebagian ayam piara yang ada ayam kampung diduga disebabkan
sekarang yang mempunyai bentuk karena pengaruh gen pea kuat terhadap
jengger tunggal. Hal ini disebabkan gen tunggal, dimana ayam Kampung
karena ayam Kampung masih telah menerima aliran gen yang berasal
mempunyai jarak genetik yang dekat dari bangsa ayam unggul yaitu ayam
dengan ayam hutan merah yang ada di Brahma yang memiliki bentuk jengger
Indonesia. Hal ini sesuai dengan pea, sesuai dengan yang diterangkan
pendapat Nishida et al. (1980) dan oleh Nishida et al. (1982) yang

78
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

menyatakan bahwa dalam rangka 3. Warna Kulit Kaki/ Shank Ayam


meningkatkan produksi ayam Kampung Kampung
di Asia Tenggara termasuk Indonesia, Hasil pengamatan terhadap sifat
telah dimasukkan sejumlah ayam unggul kualitatif warna shank ayam Kokok
yang berasal dari Eropa dan Amerika Balenggek disajikan pada Tabel 3.
Serikat.

Tabel 3. Warna Kulit Kaki/Shank Ayam Kampung


Jenis Kelamin
Fenotipe
♂ N = 50 ♀ N = 100
Kuning/putih 37 (74 %) 66 (66 %)
Hitam 13 (26 %) 34 (34 %)

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa meningkatkan produksi ayam


ayam Kampung umumnya memiliki Kampung di Asia Tenggara
warna kulit kaki/shank kuning/putih termasuk Indonesia, telah
pada jantan 74 % dan pada betina 66 % dimasukkan sejumlah ayam unggul
sedangkan hitam pada jantan 26 % dan
yang berasal dari Eropa dan Amerika
betina 34 %. Hasil penelitian ini sesuai
Serikat.
dengan hasil penelitian Mansjoer (1985),
Hasil penelitian Mansjoer (1985)
Mulyono dan Pangestu (1996), Firda dan
diketahui bahwa ayam Kampung
Afriani (2003) dan Pratama (2006) yang
merupakan ayam Indonesia yang masih
mendapatkan warna shank ayam
memiliki gen asli sebanyak lebih kurang
Kampung yang dominan adalah
50 %. Keragaman sifat kualitatif
kuning/putih.
terutama pada warna bulu, warna shank
Hasil penelitian Hutt (1949)
dan bentuk jengger.
yang mengungkapkan bahwa ayam
hutan merah yang merupakan Sifat-sifat Kuantitatif Ayam Kampung
moyang sebagian besar ayam piara Hasil pengamatan terhadap sifat-
yang ada sekarang mempunyai ciri sifat kuantitatif ayam Kampung pada
khas warna shank gelap (hitam masing-masing peubah dapat dilihat
kehijau-hijauan), maka penelitian ini dalam Tabel 4.
tidak sama. Diduga Perbedaan ini
disebabkan karena telah masuknya
gen asing ke Indonesia, dalam rangka
perbaikan mutu genetik, dimana
ayam Rhode Island Red (RIR) yang
diimpor memiliki warna kulit
kaki/shank kuning dominan
terhadap gen gelap/hitam, gen inilah
yang menyebabkan banyaknya ayam
kampung memiliki warna kulit kaki
kuning. Sesuai dengan pendapat
Nishida et al. (1982) yang
menjelaskan bahwa dalam rangka

79
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

Tabel 4. Rata-Rata dan Simpangan Baku Sifat-sifat Kuantitatif Ayam Kampung


Rata-rata
Peubah yang diamati
♂ N = 50 ♀ N = 100
Panjang tarsometatarsus (mm) 103.60 ±14.48 81.07 ± 6.77
Panjang tibia (mm) 144.48 ± 15.68 125.34 ± 9.2
Panjang femur (mm) 109.24 ± 9.19 95.39 ± 11.59
Tinggi jengger (mm) 23.15 ± 11.44 9.84 ± 5.22
Bobot badan (kg) 1.90 ± 0.53 1.36 ± 0.28
Jarak tulang pubis (mm) - 30.06 ± 4.47
Panjang Sayap (mm) 218.41 ± 14.47 188.658 ± 4.84
Panjang Jari ke-3 (mm) 73.20 ± 8.35 63.52 ± 6.05

1. Panjang Tarsometatarsus potensi karakter, sedangkan lingkungan


Dari Tabel 4 diketahui rata-rata menentukan sampai dimana tercapai
panjang tarsometatarsus pada ayam batas potensi itu. Yatim (1991)
Kampung jantan dan betina yaitu 103.60 menyatakan bahwa variasi yang
± 14.48 mm dan 81.07 ± 6.77 mm. Bila terdapat pada suatu individu disebabkan
dibandingkan dengan penelitian Nishida oleh variasi genetik dan lingkungan.
et al. (1982) dimana rata-rata panjang Mulyono dan Pangestu (1996)
tasometatarsus pada ayam Kampung melaporkan rata-rata panjang
jantan adalah 105.52 mm dan betina tarsometatarsus pada ayam Kampung
86.12 mm, maka hasil penelitian ini lebih jantan dan betina adalah 116.01 mm dan
rendah 1.92 mm pada jantan dan lebih 95.69 mm, maka hasil penelitian ini lebih
rendah 5.05 mm pada betina. Sedangkan rendah 12.41 mm pada jantan dan lebih
hasil penelitian Mansjoer (1985) rendah 14.62 mm. Hal ini sesuai dengan
melaporkan panjang tarsometatarsus pendapat Hardjosubroto (1994) bahwa
pada ayam Kampung jantan adalah penampilan atau produksi individu
102.60 mm dan 86.97 mm pada betina, dipengaruhi oleh faktor genetik dan
maka hasil penelitian ini lebih lebih faktor lingkungan. Sementara itu Arlina
tinggi 1 mm pada jantan dan lebih dan Afriani (2003) melaporkan rata-rata
rendah 5.9 mm pada betina. Perbedaan panjang tarsometatarsus pada ayam
hasil penelitian ini disebabkan oleh Kampung jantan dan betina adalah
faktor genetik dan faktor lingkungan. 108.03 mm dan 83.82 mm, maka hasil
Mansjoer (1985) melakukan penelitian di penelitian ini lebih rendah 4.43 mm pada
pulau Jawa, dimana ayam Kampung jantan dan lebih rendah 2.75 mm pada
yang ada di pulau Jawa berasal dari betina, sedangkan Saputra (2006)
ayam hutan merah jawa yang dikenal mendapatkan rata-rata panjang
dengan ayam (Gallus javanicus,) tarsometatarsus pada ayam Kampung
sedangkan penelitian ini dilakukan di jantan dan betina adalah 107.34 mm dan
pulau Sumatera, ayam Kampung yang 87.70 mm, maka hasil penelitian ini lebih
hidup di pulau Sumatera berasal dari rendah baik pada jantan maupun pada
ayam hutan merah Sumatera (Gallus betina yaitu 3.74 mm dan 6.63 mm.
gallus gallus). Hal ini sesuai dengan Perbedaan hasil penelitian ini
pendapat Nozawa (1980) Keragaman disebabkan oleh faktor genetik dan
ukuran tubuh ayam Kampung faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan
dipengaruhi oleh faktor genetik dan pendapat Warwick et al. (1995) bahwa
lingkungan. Genotipe menentukan penampilan dari suatu sifat tergantung

80
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

pada gen-gen yang dimiliki ternak, faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan
tetapi keadaan lingkungan yang pendapat Nozawa (1980) bahwa
menunjang diperlukan untuk keragaman ukuran tubuh hewan
memberikan kesempatan penampilan disebabkan oleh faktor genetik dan
suatu sifat secara penuh. lingkungan.
Mulyono dan Pangestu (1996)
2. Panjang Tibia mendapatkan rata-rata panjang tibia
Dari Tabel 4 dapat dilihat rata-rata pada ayam Kampung jantan dan betina
panjang tibia pada ayam Kampung adalah 153.98 mm dan 131.38 mm, maka
jantan dan betina yaitu 144.48 ± 15.68 hasil penelitian ini lebih rendah 9.5 mm
mm dan 125.34 ± 9.2 mm. Bila pada jantan dan lebih rendah 6.04 mm
dibandingkan dengan penelitian Nishida pada betina hal ini sesuai dengan
et al. (1982) dimana rata-rata panjang pendapat Noor (2000) bahwa perbedaan
tibia pada ayam Kampung jantan dan yang dapat diamati pada ternak untuk
betina adalah 153.34 mm dan 123.59 mm, berbagai sifat disebabkan oleh faktor
maka hasil penelitian ini lebih rendah genetik dan lingkungan.
8.86 mm pada jantan dan lebih tinggi
1.75 mm pada betina, sedangkan 3. Panjang Femur
Mansjoer (1985) mendapatkan rata-rata Dari Tabel 4 rata-rata panjang
panjang tibia pada ayam Kampung femur pada ayam Kampung jantan dan
jantan dan betina adalah 149.77 mm dan betina yaitu 109.24 ± 9.19 mm dan 95.39
128.48 mm, maka hasil penelitian ini ± 11.59 mm. Bila dibandingkan dengan
lebih rendah 5.29 mm pada jantan dan penelitian Nishida et al. (1982) dimana
lebih rendah 3.14 mm pada betina. rata-rata panjang femur pada ayam
Perbedaan hasil penelitian ini Kampung jantan dan betina adalah 96.50
disebabkan oleh faktor genetik dan mm dan 86.05 mm, maka hasil penelitian
faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan ini lebih tinggi baik pada jantan maupun
pendapat Yatim (1991) bahwa variasi betina yaitu 12.74 mm dan 9.34 mm.
yang terdapat pada suatu individu Mansjoer (1985) mendapatkan rata-rata
disebabkan oleh variasi genetik dan panjang femur pada ayam Kampung
lingkungan. jantan dan betina adalah 97.71 mm dan
Mulyono dan Pangestu (1996) 86.88 mm, maka hasil penelitian ini lebih
melaporkan rata-rata panjang tibia pada tinggi baik pada jantan maupun pada
ayam Kampung betina dan jantan adalah betina yaitu 11.53 mm dan 8.51 mm.
131.38 mm dan 153.98 mm, maka hasil Perbedaan hasil penelitian ini
penelitian ini lebih rendah baik pada disebabkan oleh faktor genetik dan
betina maupun pada jantan yaitu 9.50 faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan
mm dan 6.04 mm. Perbedaan hasil pendapat Yatim (1991) bahwa variasi
penelitian ini diduga disebabkan oleh yang terdapat pada suatu individu
jumlah sampel, umur ayam, lokasi disebabkan oleh variasi genetik dan
penelitian dan waktu penelitian. lingkungan.
Saputra (2006) melaporkan rata- Mulyono dan Pangestu (1996)
rata panjang tibia pada ayam Kampung melaporkan rata-rata panjang femur
jantan dan betina adalah 135.23 mm dan pada ayam Kampung jantan dan betina
126.42 mm, maka hasil penelitian ini adalah 103.35 mm dan 89.67 mm, maka
lebih tinggi 9.25 mm pada jantan dan hasil penelitian ini lebih tinggi 12.1 mm
lebih rendah 16.17 mm pada betina. pada jantan dan lebih tinggi 20.2 mm
Perbedaan hasil penelitian ini pada batina. Perbedaan hasil penelitian
disebabkan oleh faktor genetik dan ini disebabkan oleh faktor genetik dan

81
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

faktor lingkungan. Perbedaan yang faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan
terjadi sesuai dengan pendapat Warwick pendapat Nozawa (1980) bahwa
et al. (1995) bahwa penampilan dari keragaman ukuran tubuh hewan
suatu sifat tergantung pada gen-gen disebabkan oleh faktor genetik dan
yang dimiliki ternak, tetapi keadaan lingkungan.
lingkungan yang menunjang diperlukan Rata-rata tinggi jengger pada ayam
untuk memberikan kesempatan Kampung jantan dan betina dari hasil
penampilan suatu sifat secara penuh. penelitian Mulyono dan Pangestu
Arlina dan Afriani (2003) (1996) adalah 34,74 mm dan 20.27 mm,
menyatakan rata-rata panjang femur maka hasil penelitian ini lebih rendah
pada ayam Kampung jantan dan betina baik pada jantan maupun pada betina
adalah 89.78 mm dan 78.84 mm, maka yaitu 11.59 mm dan 10.43 mm.
hasil penelitian ini lebih tinggi baik pada Semantara itu Arlina dan Afriani (2003)
jantan maupun pada betina adalah 19.46 melaporkan rata-rata tinggi jengger pada
mm dan 16.55 mm. Sementara itu ayam Kampung jantan dan betina adalah
Saputra (2006) melaporkan rata-rata 21,5 mm dan 3,89 mm, maka hasil
panjang femur pada ayam Kampung penelitian ini lebih tinggi baik pada
jantan dan betina adalah 111.38 mm dan jantan maupun pada betina yaitu 1.65
105.49 mm, maka hasil penelitian ini mm dan 5.95 mm. Perbedaan hasil
lebih rendah 2.14 mm pada jantan dan penelitian ini disebabkan oleh faktor
lebih rendah 10.1 mm pada betina. genetik dan faktor lingkungan. Hal ini
Perbedaan hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Yatim (1991)
disebabkan oleh faktor genetik dan bahwa variasi yang terdapat pada suatu
faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan individu disebabkan oleh variasi genetik
pendapat Hardjosubroto (1994) bahwa dan lingkungan.
penampilan atau produksi individu Bila dibandingkan dengan
dipengaruhi oleh faktor genetik dan penelitian Saputra (2006) dimana tinggi
faktor lingkungan. jengger pada ayam Kampung jantan dan
betina adalah 18,89 mm dan 12,74 mm,
4. Tinggi Jengger maka hasil penelitian ini lebih tinggi
Dari Tabel 4 rata-rata tinggi jengger 4.26 mm pada jantan dan lebih rendah
pada ayam Kampung jantan dan betina 2.90 mm pada betina. Perbedaan hasil
adalah 23.15 ± 11.44 mm dan 9.84 ± 5.22 penelitian ini disebabkan oleh faktor
mm. Bila dibandingkan dengan hasil genetik dan faktor lingkungan. Hal ini
penelitian Nishida et al. (1982) dimana sesuai dengan pendapat Warwick et al.
rata-rata tinggi jengger pada ayam (1995) bahwa penampilan dari suatu sifat
Kampung jantan dan betina adalah 27,00 tergantung pada gen-gen yang dimiliki
mm dan 16,04 mm, maka hasil penelitian ternak, tetapi keadaan lingkungan yang
ini lebih rendah pada jantan maupun menunjang diperlukan untuk
pada betina yaitu 3.85 mm dan 6.20 mm. memberikan kesempatan penampilan
Bila dibandingkan dengan hasil suatu sifat secara penuh.
penelitian Mansjoer (1985) maka
penelitian ini lebih rendah 3.43 mm pada 5. Bobot Badan
jantan dan lebih rendah 3.22 mm pada Dari Tabel 4 rata-rata bobot badan
betina. Hasil rata-rata tinggi jengger pada ayam Kampung jantan dan betina
yang didapatkannya adalah 26,58 mm yaitu 1.90 ± 0.53 mm dan 1.36 ± 0.28 mm.
pada jantan dan 13,06 mm pada betina. Bila dibandingkan dengan penelitian
Perbedaan hasil penelitian ini Nishida et al. (1982) dimana rata-rata
disebabkan oleh faktor genetik dan bobot badan pada ayam Kampung

82
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

jantan dan betina adalah 1.87 kg dan 1.37 dengan penelitian Mulyono dan
kg, maka hasil penelitian ini lebih tinggi Pangestu (1996) maka hasil penelitian ini
0.03 kg pada jantan dan lebih rendah lebih rendah 2.06 mm, dimana rata-rata
0.01 kg pada betina, sedangkan bila jarak tulang pubis pada ayam Kampung
dibandingkan dengan hasil penelitian betina yang dilaporkannya adalah 32.12
Mansjoer (1985) rata-rata bobot badan mm. Bila Penelitian Arlina dan Afriani
pada ayam Kampung jantan dan betina (2003) dibandingkan dengan hasil
adalah 1.65 kg dan 1.39 kg, maka hasil penelitian ini maka penelitian ini lebih
penelitian ini lebih tinggi 0.25 kg pada rendah 7.93 mm.dimana Arlina dan
jantan dan lebih rendah 0.03 kg pada Afriani melaporkan rata-rata jarak
betina. Perbedaan hasil penelitian ini tulang pubis pada ayam Kampung
disebabkan oleh faktor genetik dan betina adalah 40.05 mm.
faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan Sementara itu Saputra melaporkan
pendapat Yatim (1991) bahwa variasi rata-rata jarak tulang pubis ayam
yang terdapat pada suatu individu Kampung betina adalah 32,39 mm jika
disebabkan oleh variasi genetik dan dibandingkan dengan hasil penelitian ini
lingkungan. maka lpenelitian ini kebih rendah 0.27
Mulyono dan Pangestu (1996) mm . Perbedaan hasil penelitian ini
melaporkan rata-rata bobot badan pada disebabkan oleh faktor genetik dan
ayam Kampung jantan dan betina adalah faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan
1.81 kg dan 1.38 kg, maka hasil pendapat Hardjosubroto (1994) bahwa
penelitian ini lebih tinggi 0.09 kg pada penampilan atau produksi individu
jantan dan lebih rendah 0.02 kg pada dipengaruhi oleh faktor genetik dan
betina. Bila dibandingkan dengan faktor lingkungan. Noor (2000)
penelitian Saputra (2006) dimana rata- menambahkan bahwa perbedaan yang
rata bobot badan yang diperoleh pada dapat diamati pada ternak untuk
ayam Kampung jantan dan betina adalah berbagai sifat disebabkan oleh faktor
2.15 kg dan 1.32 kg, maka hasil genetik dan lingkungan.
penelitian ini lebih rendah 0.25 kg pada
jantan dan lebih tinggi 0.04 kg pada 7. Panjang Sayap
betina. Sementara itu bila dibandinakan Dari Tabel 4 rata-rata panjang
dengan penelitian Arlina dan Afriani sayap pada ayam Kampung jantan dan
(2003) dimana rata-rata bobot badan betina yaitu 218.41 ± 14.47 mm dan
pada ayam Kampung jantan dan betina 188.65 ± 4.84. Bila dibandingkan dengan
adalah 1.75 kg dan 1.08 kg, maka hasil hasil penelitian Nishida et al. (1982)
penelitian ini lebih tinggi baik pada maka penelitian ini lebih tinggi 1.41 mm
jantan maupun betina yaitu 0.15 kg dan pada jantan dan lebih rendah 1.23 mm
0.3 kg. Perbedaan hasil penelitian ini pada betina, dimana rata-rata panjang
disebabkan oleh faktor genetik dan sayap pada ayam Kampung jantan dan
faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan betina yang didapat oleh Nishida et al.
pendapat Hardjosubroto (1994) bahwa (1982) adalah 217,0 mm dan 200,9 mm.
penampilan atau produksi individu Perbedaan hasil penelitian ini
dipengaruhi oleh faktor genetik dan disebabkan oleh faktor genetik dan
faktor lingkungan. faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nozawa (1980) bahwa
6. Jarak Tulang Pubis keragaman ukuran tubuh hewan
Dari Tabel 4 rata-rata jarak tulang disebabkan oleh faktor genetik dan
pubis pada ayam Kampung betina yaitu. lingkungan. Yatim (1991) menambahkan
30.06 ± 4.47 mm. Bila dibandingkan bahwa variasi yang terdapat pada suatu

83
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

individu disebabkan oleh variasi genetik Mansjoer (1985) melaporkan rata-


dan lingkungan. rata panjang jari ketiga pada ayam
Mansjoer (1985) melaporkan Kampung jantan dan betina adalah 73.94
bahwa rata-rata panjang sayap pada mm dan 65.76 mm, maka hasil
ayam Kampung jantan dan betina adalah penelitian ini lebih rendah pada jantan
217,4 mm dan 196,9mm, maka hasil maupun pada betina yaitu 0.74 mm dan
penelitian ini lebih tinggi 1.01 mm pada 2.24 mm. Perbedaan hasil penelitian ini
jantan dan lebih rendah 8.35 mm pada disebabkan oleh faktor genetik dan
betina, sedang hasil penelitian yang faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan
Lubis (2007) rata-rata panjang sayap pendapat Hardjosubroto (1994) bahwa
ayam Kampung jantan dan betina adalah penampilan atau produksi individu
222.93 mm dan 188.4 mm, maka dipengaruhi oleh faktor genetik dan
penelitian ini lebih rendah 4.52mm pada faktor lingkungan.
jantan dan lebih tinggi 0.25 mm pada Lubis (2007) melaporkan bahwa
betina. Perbedaan hasil penelitian ini rata-rata panjang jari ketiga ayam
disebabkan oleh faktor genetik dan Kampung jantan dan betina adalah 76.04
faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan mm dan 64.44 mm, bila dibandingkan
pendapat Nozawa (1980) bahwa dengan hasil penelitian ini maka rata-
keragaman ukuran tubuh hewan rata panjang jari ketiga ayam Kampung
disebabkan oleh faktor genetik dan jantan maupun betina lebih rendah yaitu
lingkungan. Noor (2000) menambahkan 3,84 mm dan 0,92 mm. Perbedaan ini
bahwa perbedaan yang dapat diamati disebabkan oleh perbeadan genetik dan
pada ternak untuk berbagai sifat lingkungan hal ini sesuai dengan
disebabkan oleh faktor genetik dan ungkapan Warwick et al. (1995) bahwa
lingkungan. penampilan dari suatu sifat tergantung
pada gen-gen yang dimiliki ternak,
8. Panjang Jari Ketiga tetapi keadaan lingkungan yang
Dari Tabel 4 dapat dilihat rata-rata menunjang diperlukan untuk
panjang jari ketiga pada ayam Kampung memberikan kesempatan penampilan
jantan dan betina yaitu 73.20 ± 8.35 mm suatu sifat secara penuh.
dan 63.52 ± 6.05 mm. Bila hasil penelitian
ini dibandingkan dengan hasil penelitian Kesimpulan dan Saran
Nishida et al. (1982) dimana rata-rata
Kesimpulan
panjang jari ketiga pada ayam Kampung
Dari hasil penelitian dapat
jantan dan betina adalah 74.08 mm dan
disimpulkan bahwa :
63.48 mm, maka hasil penelitian ini
1. Sifat-sifat kualitatif dan beberapa
lebih rendah 0.88 mm pada jantan dan
sifat kuantitatif ayam Kampung
lebih tinggi 0.04 mm pada betina.
jantan dan betina masih bervariasi.
Perbedaan hasil penelitian ini
2. Sifat-sifat kualitatif warna bulu
disebabkan oleh faktor genetik dan
ayam Kampung jantan yang
faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan
dominan adalah tipe bulu liar,
pendapat Noor (2000) bahwa perbedaan
bentuk jengger tunggal dan warna
yang dapat diamati pada ternak untuk
kulit kaki/shank kuning/putih.
berbagai sifat disebabkan oleh faktor
3. Sifat-sifat kualitatif warna bulu
genetik dan lingkungan. Ditambahkan
ayam Kampung betina yang
oleh Yatim (1991) bahwa variasi yang
dominan adalah warna bulu hitam,
terdapat pada suatu individu disebabkan
bentuk jengger pea dan warna kulit
oleh variasi genetik dan lingkungan
kaki kuning/putih.

84
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

4. Sifat kuantitatif yang paling beragam Mansjoer, S.S. 1985. Pengkajian sifat-sifat
adalah panjang tibia untuk ayam produksi ayam kampung serta
Kampung jantan dan panjang femur persilangannya dengan ayam
untuk ayam kampung betina. rhode island red. Disertasi.
Program Pasca Sarjana Institut
Saran
Pertanian Bogor, Bogor.
Dari hasil penelitian ini dapat
Mulyono, R.H dan B. Pangestu. 1996.
diketahui bahwa sifat-sifat kualitatif dan
Analisis statistik dan ukuran-
kuantitatif ayam Kampung di
Kecamatan Sungai Pagu masih beragam, ukuran tubuh dan analisis karakter
genetik eksternal pada ayam
disarankan agar dalam program
kampung, ayam pelung dan ayam
pemuliaan ayam Kampung dilakukan
kedu. Laporan Penelitian. Fakultas
dengan program seleksi.
Peternakan Institut Pertanian
Daftar Pustaka Bogor, Bogor.
Arlina, F dan T. Afriani. 2003. Nawawi, T dan Nurrohmah. 1996.
Karakteristik genetik eksternal dan Ransum Ayam Kampung. Penebar
morfologi ayam kampung. Jurnal Swadaya, Jakarta.
Peternakan dan Lingkungan Vol. Nishida, T., K. Kondo., S.S. Mansjoer and
09 No. 2 Hal: 1-5. H. Martojo. 1980. Morphological
Badan Pusat Statistik. 2007. Solok Selatan and genetical studies on the
Dalam Angka 2007. BPS Sumatera Indonesian native fowl. The Origin
Barat, Padang. and Phylogeny of Indonesian
Chen, L. F., Y. P. Lee., Z. H. Lee., S. Y. Native Livestock. 1 : 47-70
Huang and H. H. Huang. 1993. Nishida, T., K. Nozawa., Y. Hayasi., T.
Heritability and genetic correlation Hashiguchi and S.S. Mansjoer.
of egg quality traits in Taiwan,s 1982. Body measurement and
local chickens. AJAS Journal 6 (3): analis on exsternal genetic
433-440. characters of Indonesian native
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi fowl. The Origin and Phylogeny of
Pemuliabiakan Ternak di Indonesian Native Livestock. III :
Lapangan. Gramedia, 73-83
Jakarta. Noor, R. 2000. Genetika Ternak. Penebar
Hutt, F.B. 1949. Genetics of the fowl. Swadaya, Jakarta.
McGraw-Hill Book Company, Inc. Nozawa, K. 1980. Phylogenetic studies
New York, Toronto, London. on native domestic animal in East
Kumnirdpetch, V. 2002. State of thai and Southeast Asia. Tropical
animal genetic resources. Paper. Agriculture Reseach Center, Japan
Presented at 7th World Congress of IV : 23-43.
Genetic Applied Livestock Pratama, Y. 2006. Sifat-sifat kualitatif
Production. August 19-23, 2002 ayam Kampung di Kelurahan Koto
Monpelier, France. Panjang Ikur Koto Kecamatan Koto
Lubis, A. 2007. Karakteristik genetik Tangah Kota Padang. Skripsi.
eksternal ayam kampung di Fakultas Peternakan Universitas
Kecamatan Padangsidempuan Andalas, Padang.
Batunadua Kota Saputra, H. 2006. Penampilan kuantitatif
Padangsidempuan. Skripsi. ayam Kampung pada
Fakultas Peternakan Universitas pemeliharaan ekstensif di
Andalas, Padang. Kecamatan Kuranji Kota Padang.

85
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November 2011, Vol. XIV No. 2

Skripsi. Fakultas Peternakan


Universitas Andalas, Padang.
Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995.
Metode Penelitian Survai. LP3S,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Siswandi, A. 1996. Penampilan sifat-sifat
kualitatif dan kuantitatif ayam
buras. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Andalas, Padang.
Sujionohadi, K dan A.I. Setiawan. 2000.
Ayam Kampung Petelur. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Supranto, J. 1990. Statistik Teori dan
Aplikasi, Edisi Kelima. Erlangga,
Jakarta.
Warwick, E.J., J.M. Astuti dan W.
Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan
Ternak, Cet.5. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Weigend, S and MN. Romanoff. 2001.
Current strategies for ajsessment
and evaluation of genetic diversity
in chichen resauces. World Poultry
Science Journal 57 : 275 – 286.
Yatim, W. 1991. Genetika, Edisi IV.
Tarsito, Bandung.

86
Karakteristik Genetik Eksternal Ayam Kampung di Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan

Anda mungkin juga menyukai