Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PELAPISAN LOGAM

Dosen Pengampu:
Drs. Samsul Hadi, M.T.

Disusun Oleh:
Jacko Putra Sanjaya
NIM 2231210060

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pelapisan Logam“. Penulisan tugas ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi mata
kuliah Praktik Perlakuan dan Pengujuan Bahan. Dalam penulisan tugas ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih Bapak Drs. Samsul Hadi, M.T. selaku dosen pengampu
mata kuliah yang mengarahkan dalam penyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dalam Penulisan, penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan. baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Apabila ada kesalahan penulisan atau pengejaannya penulis mohon maaf, atas
perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Malang, 20 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................................................3
STUDI PUSTAKA.................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................3
C. TUJUAN......................................................................................................................................4
BAB 2......................................................................................................................................................5
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................................5
A. PENGERTIAN PELAPISAN LOGAM......................................................................................5
B. MACAM MACAM METODE PELAPISAN LOGAM.............................................................7
C. LANGKAH LANGKAH PROSES PELAPISAN LOGAM.....................................................14
D. PROSES ANODISASI..............................................................................................................18
BAB 3....................................................................................................................................................20
KESIMPULAN....................................................................................................................................20
A. KESIMPULAN..........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................21

ii
BAB 1

STUDI PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG
Logam lebih banyak dimanfaatkan dibandingkan dengan unsur-unsur bukan
logam yang lain, karena logam mempunyai kelebihan tersendiri. Logam mempunyai
sifat-sifat khusus seperti ulet, dapat menghantar panas dan dapat menghantar listrik
dengan baik. Jelas sekali bahwa logam penting sekali bagi kemajuan peradaban dunia,
khususnya bagi dunia rekayasa modern. Pelapisan logam di Indonesia menjadi salah
satu bidang usaha yang mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat
mulai dari jenis pelapisan yang digunakan hingga hasil lapisan yang juga bermacam
macam. Kebutuhan usaha pelapisan menuntut ketersediaan material yang tahan aus,
konduktifitas listrik yang baik, keindahan penampilan suatu permukaan dan yang
paling penting tahan korosi.
Banyak permasalahan yang timbul dari peralatan teknologi, diantaranya adalah
korosi. Korosi adalah kerusakan pada suatu material akibat bereaksi dengan
lingkungan (Fontana,1986). Korosi pada logam menimbulkan kerugian yang tidak
sedikit. Indonesia yang berada di daerah tropis, banyak menderita kerugian akibat
korosi, karena iklim di daerah tropis cenderung lembab atau kandungan uap air yang
tinggi di udara mengakibatkan reaksi pelarutan logam lalu bergabung dengan bukan
logam membentuk korosi (reaksi penggantian atau korosi basah), tetapi juga oleh
suhu benda (logam) yang tinggi ini termasuk oksidasi di udara misal suhu benda yang
tinggi, reaksi uap uap dengan belerang, hidrogen sulfida kandungan kering lainnya,
juga reaksi dengan logam cair yaitu natrium (reaksi langsung atau reaksi kering).
Karena itu, diperlukan bahan pelapisan yang tahan panas dan sekaligus tahan oksidasi
sehingga logam tidak mengalami korosi dini.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem proteksi bagi baja yang digunakan
dalam lingkungan yang korosif. Baja merupakan logam yang sangat sering digunakan
dalam komponen komponen alat di dunia industri. Dalam aplikasinya di industri, baja
digunakan hampir di semua komponen peralatan yang digunakan, diantaranya adalah
pipa penyalur, Storage tank, konstruksi platform offshore, dan lain sebagainya. Ada
banyak cara yang digunakan untuk memproteksi baja dari korosi, diantaranya adalah
coating (pelapisan). Coating atau pelapisan adalah cara yang paling sering digunakan
untuk mengatasi korosi (Kurniawan, 2015).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pelapisan logam?
2. Apa saja macam macam metode pelapisan logam?
3. Apa saja langkah langkah proses pelapisan logam?
4. Bagaimana proses anodisasi?

3
C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari pelapisan logam.
2. Mengetahui dan memahami apa saja macam macam metode pelapisan logam.
3. Mengetahui dan memahami langkah langkah proses pelapisan logam.
4. Mengetahui dan memahami proses anodisasi.

4
BAB 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PELAPISAN LOGAM


Coating (pelapisan) merupakan pelapisan dari lapisan logam yang tipis pada
permukaan material dasar (Darmawan, 2015). Tujuan dari pelapisan adalah sebagai
tahap perampungan atau penyelesaian akhir dari sekian banyak tahap pengerjaan
logam untuk meningkatkan kualitas dari material yang diberi lapisan (Supriadi, 2010).
Finishing diperlukan bagi logam-logam yang mudah mengalami korosi, misalnya baja
yang termasuk murah dan kuat sehingga efektif. Finishing juga berfungsi dekoratif,
bumper mobil misalnya tidak hanya dikehendaki awet, tidak terkorosi tetapi juga tetap
mengkilat cemerlang selama masa pakainya. Begitu pula untuk alat-alat lain
keperluan rumah tangga sampai alat olah raga.
Pelapisan logam merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat
tertentu pada suatu permukaan benda kerja, diharapkan benda tersebut akan
mengalami perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam merupakan bagian
akhir dari proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut dilakukan setelah benda
kerja mencapai bentuk akhir atau setelah 6 proses pengerjaan mesin serta penghalusan
terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan (Azhar, 1999). Adapun fungsi dan
tujuan dari pelapisan logam adalah:
1. Melindungi logam dari korosi.
2. Melindungi logam besar dengan logam mulia, misalnya pelapisan besi dan logam
lain.
3. Memperbaiki tampak rupa (dekorasi) misalnya pelapisan emas, perak, kuningan,
dan tembaga.
4. Meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan (abrasi), misalnya pelapisan
besi.
5. Memperbaiki kehalusan/bentuk prmukaan dan toleransi logam dasar, misalnya
pelapisan nikel, chromium dan lain-lain.
6. Elektroforming yaitu membentuk benda kerja dengan cara endapan. Teknik
pelapisan merupakan teknik perlindungan logam yang berhubungan dengan teknik
pelapisan logam berdasarkan reaksi elektrokimia dengan menggunakan meterial
pelapis logam maupun non logam.
Pelapisan atau coating merupakan salah satu metode untuk mendapatkan bentuk
dan sifat baru dari suatu material. Hingga saat ini ada beberapa teknologi yang cukup
familiar dikembangkan dibidang industri. Setiap jenis coating memilki sifat hasil
pelapisan yang berbeda sesuai dengan prinsip dasar pelapisannya. Hal ini yang
menyebabkan penggunaan metode coating dalam aplikasi industri dan riset berbeda
beda. Sistem pelapisan coating baja dapat berupa multi lapis yang terdiri atas lapisan
primer sebagai lapisan dasar, intermediate sebagai lapisan antara, dan topcoat sebagai
lapisan terluar. Masing masing lapisan mempunyai fungsi tersendiri. Lapisan primer

5
berfungsi sebagai bahan adhesive terhadap permukaan logam, penghambat korosi dan
sebagai anoda kurban. Lapisan intermediate berfungsi untuk menambah ketebalan,
meningkatkan ketahanan kimia dan mempunyai adhesi yang baik antara primer dan
topcoat. Terakhir, fungsi topcoat adalah untuk memberikan ketahanan terhadap cuaca,
kimia, ultraviolet, mikroorganisme serta memberikan warna untuk keperluan dekorasi
(Jones, D.1992).
Desain dari teknologi pelapisan dan kualitas yang diingkan dari proses pelapisan
hanya bekerja maksimal jika sifat spesifik dari zat tersebut ikut diperhitungkan. Sifat
kimia dan morfologi permukaan material sama pentingnya dengan desain, metode
penyambungan dan konstruksi dari objek yang dilindungi. Objek yang dilapisi,
pretreatment, dan proses pelapisan yang aktual harus dengan optimal dikoordinasikan.
Pretreatment selanjutnya diikuti dengan proses coating, drying and curing dari
material tersebut. Jalur aplikasi ini mengandung suatu bagian yang bekerja dengan
udara yang dikondisikan dan material coating yang berbentuk cair atau bubuk,
coating material berbentuk padat dapat diubah menjadi secara homogen tipis, kuat
secara mekanik. Dalam hal ini dapat berupa brush, roller, dip, flood, curtain atau
spray coating. (Goldschmidt, 2007). Beberapa proses coating antara lain:

Gambar 2.1 Proses coating yang digunakan untuk perlingdungan permukaan


(Kanani, 2005)

6
B. MACAM MACAM METODE PELAPISAN LOGAM
Terdapat beberapa metode dalam pembuatan kompos yang umum dilakukan :
1. Pelapisan logam dengan cara listrik (elektroplating)
Elektroplating merupakan salah satu metode dari pelapisan logam yang juga
disebut elektrodeposisi, yaitu suatu proses pengendapan / deposisi logam
pelindung di atas logam lain dengan cara elektrolisa. Logam-logam yang dapat
digunakan sebagai pelapis adalah nikel, chromium, mangan, arsen, platinum,
aurum, plumpun, dan lain-lain (Hadir Kaban,dkk., 2010).

Gambar 2.2 Rangkaian pelapisan Logam (Hadir Karban, dkk., 2010)


Pelapisan secara listrik (elektroplating) adalah proses pelapisan logam yang
menggunakan arus listrik searah (DC) melalui metode elektrolisa. Lapis Listrik
memberikan suatu perlindungan logam memanfaatkan logam-logam tertentu
sebagai lapis lindung atau korban misalnya copper, nickel, zinc, chromium,
emas, perak, perunggu dan lain sebagainya (Kaban, dkk., 2010). Beberapa
contoh pelapisan logam yang dilakukan dengan metode elektroplating antara
lain :
a. Pelapisan Tembaga
Pelapisan tembaga merupakan pelapisan yang disebut pelapisan
pendahuluan sebelum dilakukan pelapisan selanjutnya, yang tebalnya
berkisaran 1-3 mikron. Bilamana logam yang dilapisi terbuat dari baja (dan
paduannya), biasanya pelapisan perantara perlu dilakukan. Sedangkan
untuk logam yang dilapisi tembaga (dan paduannya), tidak perlu dilakukan
karena unsur tembaga sudah ada. Pelapisan tembaga banyak digunakan
antara lian untuk memperoleh lapisan logam, dengan tujuan antara lain
sebagai lapisan prantara (dasar/strike) dan sebagai lapisan dengan daya
hantar panas dan arus listrik yang baik.
b. Pelapisan Nikel
Pelapisan Nikel merupakan pelapisan lanjutan dari lapisan tembaga dan
diakhiri dengan lapisan seperti chromium, emas dan lainnya. Tebal lapisan
nikel biasanya ditingkatkan sampai 20 mikron. Proses pelapisan nikel
terjadi karena adanya perpindahan ion-ion logam nikel dari anoda dan
ionion nikel didalam larutan secara kontiyu sesuai dengan arus listrik yang

7
dialirkan. Ion-ion tadi mengendap pada katoda dan membentuk suatu
lapisan nikel pada permukaan bahan yang akan dilapis.
c. Pelapisan Chromium
Pelapisan Chromium merupakan lapis lindung atau pengerjaan permukaan
(surface treatment/metal finishing) pada tahun 1930 dan merupakan lapisan
yang mempunyai sifat-sifat yang keras, warna putih kebiru-biruan, tahan
korosi, tidak berubah warna terhadap pengaruh cuaca dan tahan terhadap
efek kekusaman yang tinggi.
2. Pelapisan logam dengan cara celup panas (hot dip)
Hot dipping adalah proses tertua dan terpopuler. Dalam proses hot dipping,
logam dasar dilapisi dengan mencelupkannya ke dalam wadah logam cair. Maka
dari itu, titik lebur dari logam pelapis harus lebih rendah dari logam dasar yang
ingin dilapisi. Pelapisan secara celup panas adalah suatu proses pelapisan di
mana logam pelapis dipanaskan hingga mencair/meleleh, kemudian logam yang
akan dilapis disebut logam yang disebut logam dasar dicelupkan kedalam logam
cair tersebut, sehingga pada permukaan logam dasar akan terbentuk lapisan
berupa paduan (alloying) antara logam pelapis dan logam dasar dalam bentuk
ikatan metalurgis yang kuat dan tersusun secara belapis-lapis yang disebut fasa
(Azhar, 1999). Beberapa contoh pelapisan logam yang dilakukan dengan
metode hot dip antara lain:
a. Hot Dip Aluminium
Hot Dip Aluminium merupakan salah satu metode teknik pelapisan
(coating) dengan menggunakan konsep anoda tumbal untuk melindungi
suatu logam dari korosi. Hot Dip Aluminium menggunakan unsur
aluminium sebagai anoda tumbal untuk memproteksi baja dari korosi.
Dengan metode Hot Dip ini sering digunakan untuk material-material (baja)
yang berukuran besar seperti pipa, plat, dan lain sebagainya. Selain coating
untuk memproteksi baja dari korosi bisa juga dengan hardening. Hardening
adalah memanaskan logam sampai temperature tertentu dengan waktu
beberapa lama pada temperature itu, kemudian didinginkan dengan cepat,
sehingga menimbulkan suatu susunan yang keras. Hardening bertujuan
untuk meningkatkan kekerasan, ketahanan aus dan ketangguhan dengan
kombinasi kekerasan serta tahan terhadap korosi. Dwi Indarto (2009)
Pengaruh Waktu Tahan Proses Hot Dipping Baja Karbon Rendah Terhadap
Ketebalan Lapisan, Kekuatan Tarik Dan Harga Impak Dengan Bahan
Pelapis Aluminium. Pengujian ketebalan dihasilkan bahwa semakin lama
waktu tahan dalam proses hot dip baja karbon rendah maka bertambah
ketebalan lapisan Aluminium.
b. Hot Dip Galvanis
Hot Dip Galvanizing merupakan salah satu metode teknik pelapisan
(coating) dengan menggunakan konsep anoda tumbal untuk melindungi
suatu logam dari korosi. Hot Dip Galvanizing menggunakan unsur Seng
(Zn) sebagai anoda tumbal untuk memproteksi baja dari korosi. Dengan
metode Hot Dip ini sering digunakan untuk material-material (baja) yang

8
berukuran besar seperti pipa, plat, dan lain sebagainya. Penggunaan Seng
(Zn) sebagai anoda tumbal dikarenakan Seng (Zn) memiliki nilai potensial
elektroda yang lebih rendah dibandingkan dengan baja sehingga baja
terproteksi dari korosi dalam lingkungan yang korosif. Hot dip galvanizing
adalah proses pelapisan baja menggunakan pelapis logam yang memiliki
titik lebur lebih rendah dari pada titik lebur baja. Proses galvanizing
digunakan cara pencelupan baja ke dalam lelehan zinc pada temperatur
450℃ sehingga terbentuk ikatan metalurgi antara zinc cair dengan
permukaan baja menghasilkan lapisan intermetalik paduan Fe – Zn.
(Yulianto, 2012).
Metode hot dip galvanizing banyak digunakan karena metodenya yang
cepat dan mudah dalam proses pelapisanya. Keuntungan hot dip
galvanizing adalah:
- Ikatan metalurgi antara baja dengan lapisan-lapisan logam yang
terbentuk, yang memberikan daya tahan tinggi terhadap korosi.
- Perlindungan menyeluruh artinya lapisan galvanis mampu melindungi
semua permukaan baja.
- Dapat dikerjakan dalam bentuk cuaca apapun sehingga memungkinkan
setiap proyek dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
- Inpeksi yang sederhana cepat dan tidak membutuhkan tenaga kerja yang
banyak.
- Perlindungan katodik
Galvanis merupakan salah satu pilihan yang tepat dan menguntungkan
setelah melalui proses penelitian secara seksama galvanis menjadi alternatif
pertama dan banyak penggunanya untuk mencegah korosi agar baja
menjadi tahan lama serta memberikan keuntungan berupa nilai ekonomis
yang cukup tinggi. (Saripudin, 2010).
3. Pelapisan logam dengan cara semprot (metal sparaying)
Proses pelapisan logam dengan semprot (metal spraying) adalah suatu proses
pelapisan logam dengan cara penyemprotan pratikel-pratikel halus dari logam
cair atau bukan dengan disertai gas bertekanan tinggi dan panas pada logam
yang akan dilapisi/logam dasar (Azhar,1999). Pelapisan dengan penyemprotan
logam ini dilakukan dengan menyemprotkan logam cair dalam bentuk partikel-
partikel halus kepermukaan logam yang akan dilapisi hingga membentuk suatu
lapisan. Metal spaying adalah suatu metode pelapisan logam dengan
menyemprotkan material logam atau non-logam dalam bentuk butiran halus
agar membentuk lapisan. Jenis pelapisan ini digolongkan sebagai non fusion
dimana material yang dilapisi dan endapan lapisan tidak menyatu karena tidak
mencair bersama-sama. Jenis material yang biasa digunakan berupa logam,
ceramic, cermet dan bahkan plastik. Sebenarnya semua jenis material bisa
digunakan selama material tersebut bisa mencair dan mudah dibentuk saat panas
dan tidak mudah menguap saat dipanaskan namun adhesifnya terhadap substrate

9
dipertimbangkan. Beberapa contoh pelapisan logam yang dilakukan dengan
metode metal sparaying antara lain:
a. Metal Spraying dengan pengumpan Serbuk
Proses pelapisan dengan pengumpan serbuk ini bekerja dengan cara serbuk
dialirkan ke ruang bakar yang berbahan bakar gas (Acetylene / Hydrogen)
ditambah dengan oxygen. Temperatur di ruang bakar 3.100℃ (Oxy-
Acetylene), 2.700℃ (Oxy-Hydrogen) sehingga akan dapat mencairkan
serbuk dan udara yang bertekanan mendorong serbuk cair tersebut dengan
kecepatan sebesar 60-240 m/s. Material yang sering digunakan pada
pelapisan metoda ini diantaranya adalah karbida, baja paduan tinggi,
stainless steel cobaltbase alloy dan ceramic.

Gambar 2.3 Anotomi pistol dimana logam pengumpan berbentuk serbuk


b. Metal Spraying dengan pengumpan Plasma
Proses ini adalah suatu proses dimana serbuk yang digunakan, ditaburkan
pada bagian dimana plasma akan disemburkan sehingga serbuk mencair dan
diatomisasi oleh aliran jet plasma itu sendiri. Plasma adalah berupa gas
yang terionisasi yang terdiri dari electron dan molekul gas plasma. Gas
yang digunakan adalah gas-gas inert, yaitu Argon, helium, nitrogen dan
hydrogen. Gas tersebut dialirkan oleh control unit ke penembak. Di dalam
penembak, gas tersebut dinyalakan oleh percikan busur api yang berarus
tinggi yang menyebabkan ionisasi local dan membentuk konduktifitas busur
dc antara katoda dan anoda. Gas tersebut mencapai temperatur puncak,
memecah dan mengionisasi sehingga membentuk plasma yang kemudian
mendorong serbuk yang ditaburi ke luar menuju permukaan. Tungsten
digunakan sebagai elektroda yang memancing terjadinya busur api dan air
pendingin yang digunakan untuk mengurangi panas yang ditimbulkan.
Temperatur plasma sebesar 28.000℃ dan diameter partikel serbuk sebesar
30-100 µm. Serbuk yang digunakan dicampur dengan inert gas dan
digetarkan agar tidak terjadi gumpalan. Jenis serbuk yang biasa digunakan
yaitu logam, ceramic (Oxide dan Carbida), Cermet dan komposit. Jarak
penyemprotan sekitar 25 mm.

10
Gambar 2.4 Anotomi pistol dimana logam pengumpan berbentuk plasma
4. Pelapisan logam dengan cara Pengendapan Uap (Vapor deposition)
Pengendapan uap (Vapor Deposition) adalah suatu proses pelapisan dimana
material yang digunakan sebagai pelapis dipanaskan hingga menjadi uap dan
uap tersebut mengendap pada permukaan dan menghasilkan lapisan. Uap
tersebut terdiri dari atom-atom atau molekul- molekul dan dikondensasikan
sebagai lapisan/film pada permukaan yang hendak dilapisi. Transformasi dari
padat menjadi uap terjadi akibat pemanasan dimana berlaku aturan apabila pada
suatu keadaan energi kinetik atom-atom cukup besar untuk memisahkan diri dan
membentuk uap. Semakin tinggi temperature maka energi kinetik atom akan
semakin besar. Dalam keadaan kedap udara dan tekanan rendah, material padat
lebih cepat menjadi uap. Pelapisan logam atau non logam dengan metode
penguapan, biasanya terjadi dengan ikatan Van Der Waals atau ikatan mekanik
dan bahkan keduanya. Jika logam yang akan diuapkan bersifat reaktif terhadap
benda yang akan dilapisi maka akan terjadi ikatan kimia. Beberapa contoh
pelapisan logam yang dilakukan dengan metode Vapor Deposition antara lain:
a. Chemical Vapor Deposition (CVD)
Chemical Vapor Deposition (CVD), di mana material coating (contoh :
Titanium dan Nitrogen) berbentuk gas, dan reaksi thermochemical untuk
membentuk coating tool. Kemudian dipanaskan mendekati. 1,000°C. yang
dikenal sebagai Hot Process. CVD merupakan proses pengendapan
senyawa atau unsur terjadi akibat reaksi dekomposisi kimia akibat aktivasi
termal di seputar komponen yang dilapisi. Pada proses CVD, substrat
diletakkan di depan pada satu atau lebih prekursor yang bereaksi pada
permukaan substrat untuk menghasilkan deposit yang diinginkan, kemudian
dikeluarkan oleh aliran gas melalui reaksi ruangan. CVD dilakukan dalam
reaktor, yang terdiri dari:
- Sistem suplai reaktan (reactant supply system)
- Ruang deposisi (deposition chamber)
- Sistem daur ulang (recycle/disposal system)

11
Gambar 2.5 Reaktor CVD thermal
Gas-gas dari sistem suplai reaktan dimasukkan ke dalam ruang deposisi.
Karena temperatur cukup tinggi, maka gas-gas tersebut akan
berdekomposisi membentuk lapisan di atas permukaan benda kerja
(substrat). Limbah beracun, korosif, dan/atau mudah terbakar di-
kumpulkan dan diproses dalam sistem daur ulang.

Gambar 2.6 Skema Chemical Vapor Deposition (CDV)

b. Pelapisan logam dengan cara Physical Vapor Deposition (PVD)


Physical Vapor Deposition (PVD), di mana material coating berbentuk
padat (solid) dengan menggunakan ruang hampa tinggi. Dan pembuatan
metal atom oleh evaporasi, sputter dan metoda pemboman ion, pada
temperatur 500°C. yang dikenal dengan Cold Process Physical Vapor
Deposition (PVD) adalah bagian dari Vacuum coating technology istilah
umum yang digunakan untuk menjelaskan dari berbagai metoda untuk
deposit thin film oleh kondensasi yang di evaporasi dari material ke
berbagai permukaan. Semua metoda PVD yang digunakan memerlukan
ruang hampa tinggi, secara relatif mengijinkan melekul bebas, metal dari
atom dan gas yang dicampur untuk membentuk reaksi dari permukaan tool
(Fuller, L. 2011), Ada beberapa sistim PVD untuk menghasilkan metal ion
dan reaksi thermochemical untuk membentuk lapisan diantaranya:

12
- Electron Gun, mengarahkan suatu arus dari energy elektron yang tinggi
ke arah Material deposisi dalam suatu tempat dan penguapan di ruang
hampa tinggi dari sistem deposisition.
- Sputtering, di mana argon yang di ionisasi membom target deposisi
metal dan atom yang diperlukan untuk reaksi pembentukan pelapisan.
- Arc, Evaporasi material deposisi dan melempar dengan cepat ke arah
tool surface (substrate) , bersama-sama dengan gas reaktif (nitrogen
atau carbon gas dari metan).
Terdiri dari tiga tipe yaitu vakum, sputtering, dan ion plating. Temperature
kerjanya 2000 – 5000℃. partikel diendapkan ke benda kerja melalui reaksi
kimia Vacum depotion. Logam diuapkan pada temperature tinggi dalam
vakum dan diendapkan dengan substrate (substrate bertemperatur kamar).
Pelapisan ini bersifat uniform meskipun bentuknya kompleks. Dalam
endapan oleh busur listrik, pelapisan material (katode) diuapkan dengan
penguap busur listrik. Kemudian uap akan terkondensasi. Aplikasi metode ini
pada hardware, perhiasan, dan alat-alat rumah tangga. Pulsed laser
deposition, hampir sama dengan dua metode sebelumnya namun sumber
energinya menggunakan sinar pulsa.
5. Pelapisan logam dengan cara Conversion Coating
Conversion Coating merupakan pelapisan logam yang dilakukan dengan cara
‘mengkorosikan’ permukaan logam tersebut sehingga membentuk lapisan yang
kuat melekat serta protektif. Zat yang sebenarnya merupakan oxida logam ini
menjadi bagian yang integral dan merupakan bentuk lapisan yang dikehendaki
pada permukaan logam tersebut.Karena material pelapis yang terbentuk
merupakan suatu oxida, maka Pelapisan Konversi dapat dikategorikan, termasuk
pelapis inorganic. Dalam implementasinya, Pelapisan Konversi memiliki
fungsi-fungsi sebagai menimbulkan lapisan yang melekat kuat pada permukaan,
bersifat dapat menahan korosi (setidaknya selama proses pengapalan), dapat
menyerap oil atau wax sehingga membantu ketahanan korosi permukaan,
memberikan warna permukaan yang lebih baik, memperbaiki ketahanan
permukaan terhadap abrasi. Beberapa contoh pelapisan logam yang dilakukan
dengan metode Conversion Coating antara lain:
a. Pelapisan Phosfat
Pelapisan Phosfat umumnya digunakan untuk logam ferrous dan non-
ferrous. Ketebalan pelapisan phosfat adalah sekitar 0,0001-0,002 inch.
Sedemikian tipisnya, sehingga lapisan konversi phosfat umumnya tidak
berdiri sendiri untuk menahan korosi. Lapisan konversi phosfat umumnya
digunakan untuk dua tujuan, yaitu sebagai lapisan dasar dari proses
pengecatan dan sebagai lapisan yang dapat menyerap Oil atau Wax agar
tahan terhadap korosi. Lapisan konversi phosfat yang banyak dipakai
adalah phosfat yang mengandung Zinc, Ferro dan Mangan. Bahan-bahan ini
semua larut dalam asam, tetapi tidak dalam larutan yang netral atau alkali.
Salah satu aplikasi lapisan konversi phosfat yang popular adalah pada body

13
mobil. Lapis konversi phosfat. Mekanisme pelapisan terjadi bila sepotong
baja dicelupkan dalam larutan asam phosphor, maka permukaan logam
tersebut akan terkorosi, namun reaksi katodik dari titik-titik katoda di
permukaan tersebut akan meningkatkan alkalinitas disekitar permukaan.
Sebagai akibatnya, jika dalam larutan tersebut terdapat unsur Zinc atau
Mangan Phosfat, maka akan terjadi deposisi pada permukaan dengan reaksi
yang disederhanakan sebagai berikut:

b. Pelapisan Chromate
Pelapisan konversi dengan Chromate terutama digunakan untuk logam-
logam non-ferrous, seperti Zinc, Cadmium, Megnesium, Aluminium,
Tembaga dan Perak. Pelapisan Chromate dapat digunakan sebagai lapisan
final pada permukaan logam, tetapi dapat juga digunakan sebagai lapisan
dasar bagi proses pengecatan. Pelapisan konversi Chromate lebih solid
dibandingkan dengan lapisan konversi Phosfat, karenanya lapisan
Chromate lebih tahan korosi dibanding lapisan Phosfat, tetapi kurang
mampu menyerap Oil atau Wax. Karena alasan ini pula pelapisan Chromate
dapat menjadi pelengkap bagi pelapisan Phosfat, dan tidak sebaliknya.
Pelapisan Chromate sangat banyak digunakan pada Aluminium dan Zinc.
c. Anodizing
Anodizing merupakan pelapisan oxida yang banyak diterapkan pada logam
Aluminium. Anodizing dilakukan dengan mencelupkan logam Aluminium
dalam posisi sebagai anoda kedalam sel elektrolitik sehingga terbentuk
oxida Al2O3 pada permukaan logam. Oxida Al2O3 bersifat sangat keras dan
sangat kuat melekat sehingga logam aluminium dapat bersifat katodik
terhadap logam lain yang lebih mulia dilingkungan atmosfir bila semua
permukaannya telah teroksidasi sehingga terbentuk oxide Al2O3.

Gambar 2.7 Skema pelaksanaan pelapisan anodizing

C. LANGKAH LANGKAH PROSES PELAPISAN LOGAM


Langkah langkah proses pelapisan dengan beberapa metode:

14
1. Metode Pelapisan logam dengan cara listrik (elektroplating).
Sebelum proses pelapisan dilakukan, permukaan benda kerja yang akan dilapisi
harus dalam kondisi benar-benar bersih, bebas dari bermacam-macam pengotor.
Hal ini mutlak agar bisa didapat hasil lapisan yang baik. Untuk mendapatkan
kondisi seperti tersebut perlu dilakukan pengerjaan pendahuluan dengan tujuan
untuk menghilangkan semua penggotor yang ada di permukaan benda kerja
seperti pengotor organik, anorganik / oksida dan mendapatkan kondisi fisik
benda kerja yang lebih baik. Teknik pengerjan persiapan ini tergantung dari
pengotornya, tetapi secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Pembersihan Secara Mekanik
Pengerjaan ini bertujuan untuk menghapuskan permukaan dan
menghilangkan goresan-goresan serta geram-geram yang masih melekat
pada benda kerja. biasanya untuk menghilangkan goresan-goresan dan
geram-geram tersebut dilakukan di mesin gerinda, sedangkan
penghalusannya dilakukan dengan proses buffing. Prinsipnya sama dengan
mesin gerinda, tetapi roda/wheel polesnya yang berbeda yaitu terbuat dari
bahan katun, kulit, laken dan sebagainya. Selain dari pengerjaan seperti
tersebut di atas, kadang-kadang diperlukan proses lain misalnya brushing,
brigthening dan lain sebagainya.
b. Pembersihan / pencucian dengan pelarut (solvent)
Proses ini bertujuan untuk membersihkan lemak, minyak, garam dan
kotoran-kotoran lainnya dengan menggunakan pelarut organik.
Pembersihan dilakukan dengan cara vapour degreasing yaitu proses
pembersihan dengan pelarut yang tidak mudah terbakar. Prinsipnya, benda
kerja diuapkan dengan pelarut tersebut dalam keadaan panas, kemudian
kotoran akan mengembun atau menguap karena adanya reaksi dari bahan
pelarut. Proses pembersihan pada temperatur kamar menggunakan pelarut
organik, tetapi dilakukan pada temperatur kamar dengan cara dioleskan.
c. Pembersihan / Pencucian Dengan Alkalin (Degreasing)
Pekerjaan ini bertujuan untuk membersihkan benda kerja dari lemak atau
minyak-minyak yang menempel. Pembersihan ini perlu sekali, karena
lemak maupun minyak akan mengganggu pada proses pelapisan, karena
mengurangi kontak antara lapisan dengan logam dasar / benda kerja.
Pencucian dengan alkalin digolongkan dalam dua cara yaitu dengan cara
biasa (alkalin degreasing) dan dengan cara elektro (elektrolitic degreasing).
Pembersihan secara biasa adalah merendamkan benda kerja ke dalam
larutan alkalin dalam keadaan panas selama 5–10 menit. Lamanya
perendaman harus disesuaikan dengan kondisi permukaan benda kerja.
Seandanya lemak atau minyak yang menempel lebih banyak, maka
diajukan lamanya perendaman ditambah hingga permukaan bersih dari
noda-noda tersebut. Pembersihan secara elektro bertujuan selain akan
didapatkan hasil pembersihan yang lebih bersih juga meningkatkan
kecepatan pencucian dengan lempengan karbo. Bila benda kerja yang akan

15
dibersihkan ditempatkan pada arus listrik positif, maka prosesnya disebut
anoda clening / degreasing, begitu pula sebaliknya.
d. Pembersihan / Pencucian Dengan Asam (Pickiing)
Pencucian dengan asam adalah bertujuan untuk membersihakan benda kerja
dari oksida atau karat dan sejenisnya secara kimia melalui perendaman.
Larutan asam ini terbuat dari pencampuan air bersih dengan asam antara
lain : Asam klorida (HCl), Asam sulfat (H₂SO₄), Asam sulfat dan asam
fluorida (HF). Reaksi proses pickiing sebetulnya adalah proses elektro
kimia dalam sel galvanis antara logam dasar (anoda) dan oksida katoda.
Gas H₂ yang timbul dapat mereduksi ferrioksida menjadi ferro oksida yang
mudah larut. Dalam reaksi ini biasanya diberikan indikator agar reaksi
tedak terlalu cepat dan menghasilkan pembersihan yang merata. Pada benda
kerja dari besi/baja cor yang masih mengandung pasir maka pelarut yang
digunakan asam sulfat dan asam fluorida.
2. Metode Pelapisan logam dengan cara celup panas (hot dip)
Dalam proses hot dipping, logam dasar dilapisi dengan mencelupkannya ke
dalam wadah logam cair. Maka dari itu, titik lebur dari logam pelapis harus
lebih rendah dari logam dasar yang ingin dilapisi. Logam korban, kecuali
mangan, cocok untuk pelapisan logam dengan metode hot dipping. Plat tipis dan
wire dilapisi dengan proses continuous hot dipping, dan logam cetakan, pipa,
dan forgings dilapisi dengan proses batch. Reaksi yang cepat dari logam cair
dengan logam dasar dibutuhkan untuk menghasilkan ikatan lapisan logam yang
baik. Maka dari itu, proses pretreatment sangatlah penting. Proses pretreatment
seperti langkah-langkah berikut:
Degreasing → Pickling → Water rinsing → Fluxing or reducing → Hot
dipping
a. Degresing adalah pembersihan menggunakan larutan pembersih atau
pembersih alkali. Larutan pembersih cocok untuk logam, kecuali besi, yang
cepat larut dalam larutan alkali. Jenis larutan yang digunakan adalah
gasoline, benzene, trichloroethylene, atau perchloroethylene. Pembersih
alkali digunakan untuk menghilangkan minyak dan lemak di atas
permukaan dari besi atau baja. Larutan pembersih alkali yang digunakan
meliputi sodium hidroksida, sodium karbonat, sodium silikat, orthosodium
silikat, sodium posfat, dan kombinasi lainnya. Setelah dibersihkan,
permukaan dicuci menggunakan air.
b. Pickling adalah pembersihan dengan mencelupkan kedalam larutan asam
yang diagitasi. 10-20% konsentrasi dari asam hydrochloric pada
temperature ruang atau 5-15% konsentrasi dari asam sulfuric pada
temperatur 140-175℉ (60-80℃) digunakan untuk besi atau baja. Fluxing
digunakan pada kedua proses batch dan continuous hot dipping. Dalam
pelapisan zink, paduan didapat dengan menghilangkan FeO di dalam
substrat baja dan ZnO di dalam permukaan logam zink cair dengan flux dari
ZnCl2 dan NH4Cl.

16
c. Rinsing, adalah proses pembersihan permukaan dari unsur-unsur chloride
yang berasal dari proses degreasing dan proses pickling yang dilakukan
sebelumnya serta untuk membersihkan kotoran yang dilakukan sebelumnya
serta untuk membersihkan kotoran yang mungkin masih melekat pada
permukaan setelah proses itu. Proses ini dilakukan dengan air hangat tanpa
campuran pada temperatur 60-80℃. pemanasan air ini dilakukan dengan
suplai uap yang terus menerus.
d. Fluxing, merupakan persiapan akhir yang dilakukan agar bahan pelapis
dapat melekat dengan baik di permukaan. Larutan fluxing berupa 0,85 Kg
ZnCl2 dan 0,8 Kg NH4Cl yang dilarutkan dalam lima liter air. Kapasitas
tanki fluxing adalah 600 liter. Pengeringan tak perlu dilakukan setelah
fluxing, karena temperature operasi fluxing yang berkisar pada 340℃.
e. Hot Dipping, merupakan proses celup panas setelah fluxing. Pada proses ini
akan dilapisi dilewatkan pada tanki Zn cair yang berada pada temperatur
440-450℃. Dalam bahan pelapis ini terkandung juga belerang dan antitin
(antimony dan tin ingot) yang berfungsi untuk memberikan efek mengkilap
pada permukaan. Proses hot dipping ini dilanjutkan dengan proses
pendinginan dengan air pada suhu kamar. Proses ini sekaligus memberikan
effek tempered terhadap permukaan pelapis.
3. Metode Pelapisan logam dengan cara Conversion Coating
Urutan proses pelapisan phosfat ini adalah sebagai berikut:
a. Pickling, untuk membuang kerak pada permukaan. Dapat juga dengan cara
lain, yaitu secara mekanik atau secara kimiawi.
b. Pembersihan lanjut dalam pembersih alkaline selama 4 menit pada 170℉.
c. Bilas (Rinsing) sebanyak dua kali dalam air pada 90℉ selama 30 detik.
d. Lakukan pelapisan konversi dalam larutan asam Zinc Phosfat selama 4
menit pada temperatur 160℉.
e. Bilas dengan air pada 90℉ selama 30 detik.
f. Lakukan pelapisan sekunder dengan Chromate, selama 30 detik dan
dikeringkan
Pelapisan sekunder Chromate sering ditambahkan untuk menutupi sifat porous
pada pelapisan Phosfat sehingga meningkatkan sifat tahan korosi pada
permukaan.
Urutan proses pelapisan dengan Chromate adalah sebagai berikut:
a. Pickling, untuk membuang kerak pada permukaan. Dapat juga dengan cara
lain, yaitu secara mekanik atau secara kimiawi.
b. Degreasing dengan cairan atau dengan phasa uap.
c. Bersihkan dengan pembersih alkaline pada temperatur 170℉
d. Bilas dengan air.
e. Lakukan pelapisan Chromate pada 80℉ selama 30 detik hingga 1 menit.
f. Bilas dengan air
g. Keringkan pada suhu 150℉.
Pelapisan konversi Chromate dilakukan dengan mencelupkan logam yang akan
dilapisi kedalam larutan asam yang mengandung banyak ion Cr +6. Larutan itu

17
misalnya Na2Cr2O7 yang dilarutkan dalam asam mineral H 2SO4.Lapisan itu
terbentuk dengan cepat. Namun perlu diingat hasil pelapisan chromate tidak
boleh diganggu selama 24 jam pertama, dengan maksud agar struktur pelapisan
benar-benar mantap.
Urutan proses anodizing adalah sebagai berikut:
a. Proses pembersihan, dengan pickling, mekanikal atau kimiawi.
b. Lakukan anodizing dengan mencelupkan logam (aluminium) kedalam
larutan asam dengan posisi sebagai anoda.
c. Bilas dengan air.
d. Lakukan penyempurnaan oksida dengan mencelupkan hasil pelapisan
kedalam larutan dengan 4% sodium dichromate selama 10 hingga 20 menit.
Larutan elektrolit yang sering digunakan adalah asam sulfur. Larutan asam
chromic dapat juga digunakan, namun kurang memberikan hasil yang baik
untuk paduan dengan kadar tembaga lebih dari 5%. Ketebalan pelapisan
anodizing berkisar antara 0,0001-0,003 inch atau lebih. Kebanyakan hasil
anodizing bersifat agak porous, sehingga utuk menyempurnakannya diperlukan
proses tambahan, yaitu dengan dicelupkan dalam air mendidih atau dalam
larutan sodium dichromate sehingga terbentuk lapisa oxida yang solid.
Pelapisan anodizing dapat merupakan lapisan final untuk ketahanan terhadap
korosi dan abrasi, tetapi dapat juga merupakan lapisan dasar bagi proses
pengecatan setelah itu.

Gambar 2.8 Pelapisan anodizing logam aluminium dengan katoda timbang (Pb)
D. PROSES ANODISASI
Proses anodisasi adalah proses pembentukan lapisan oksida pada logam dengan
cara bereaksikan atau mengkorosikan suatu logam terutama aluminium dengan
oksigen (O2) yang diambil dari larutan elektrolit yang digunakan sebagai media,
sehingga terbentuk lapisan oksida. Proses ini juga disebut sebagai anodic oxidation
yang prinsipnya hampir sama dengan proses pelapisan dengan cara listrik
(elektroplatting), tetapi bedanya logam yang akan dioksidasi ditempatkan sebagai
anoda didalam larutan elektrolit. Perbedaan lain larutan elektrolit yang digunakan
bersifat asam dengan penyearah arus (DC) bertipe dan ampere tinggi. Proses utama,
dalam oksidasi anoda alumunium memerlukan larutan asam sulfat, asam kromat atau
campuran asam sulfat dan asam oksalat.

18
Selama proses oksidasi anoda permukaan alumunium dirubah menjadi oksida
alumunium. Dimana reaksi kimia yang terjadi adalah:
2 AI +3 H 2 SO4 → A I 2 O3 +3 H 2 O+ 3 SO4

Dimana asam sulfat yang digunakan haruslah asam pekat, serta asam tersebut menjadi
oksidator. Ketebalan oksida kurang lebih dua kali alumunium yang hilang. Beberapa
manfaat dari oksidasi anoda alumunium antara lain : Meningkatkan ketahanan korosi,
memperbaiki penampilan dan meningkatkan ketahanan abrasi. Lazimnya oksidasi
anodik menggunakan asam sulfat, karena selain murah mudah untuk dikontrol, dan
hasil pelapisannya mempunyai sifat astetik dan fungsional yang luas. Proses anodisasi
dilakukan pada suhu 21°C, rapat arus 130 - 260 A/m2 dan tegangan antara 12 - 22
V.Adapun penelitian yang pernah dilakukan oleh Wu Xiaohong, White Anodized
Thermal Control Coating On LY12 Aluminium Alloy, dimana penelitian ini
menggunakan bahan uji berdiameter 45mm dan dengan ketebalan 1mm yang mana
dipotong dari paduan aluminium LY12. Semakin tinggi kuat arus dan semakin lama
waktu proses maka ketebalan hasil pelapisan akan semakin meningkat.
Peralatan utama pada proses anodisasi sama seperti yang digunakan pada proses
lapis secara listrik yaitu penyearah arus (rectifier), elektroda non katoda dan anoda,
rak serta bak. Sebaliknya yaitu proses anodisasi tidak menggunakan sistem barrel dan
alat pemanas, tetapi menggunakan sebaliknya yaitu alat pendingin (thermostaat).
Fungsi dari alat-alat tersebut hampir sama yang digunakan pada proses lapis listrik.

19
BAB 3

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Dari makalah pelapisan logam di atas dapat di ambil kesimpulan:
1. Coating (pelapisan) merupakan pelapisan dari lapisan logam yang tipis pada
permukaan material dasar. Tujuan dari pelapisan adalah sebagai tahap
perampungan atau penyelesaian akhir dari sekian banyak tahap pengerjaan
logam untuk meningkatkan kualitas dari material yang diberi lapisan. Pelapisan
logam merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat tertentu
pada suatu permukaan benda kerja, diharapkan benda tersebut akan mengalami
perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam merupakan bagian akhir dari
proses produksi dari suatu produk.
2. Ada banyak sekali macam macam metode pelapisan diantaranya adalah
Pelapisan logam dengan cara listrik (elektroplating), Pelapisan logam dengan
cara celup panas (hot dip), Pelapisan logam dengan cara semprot (metal
sparaying), logam dengan cara Pengendapan Uap (Vapor deposition), dan
Pelapisan logam dengan cara Conversion Coating. Langkah langkah proses
pelapisan logam juga bedasarkan metode apa yang akan digunakan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Fontana, M.G. 1986. Corrosion Engineering, Third Edition. McGraw Hill Book Company.
Singapura.
Kurniawan, Yudha. et al. 2015. Analisa Laju Korosi pada Pelat Baja Karbon. Jurnal Teknik
ITS
A. D. Surya Darmawan, I. Dewa Ketut Okariawan, and N. Herlina Sari, “Pengaruh Variasi
Kuat Arus Listrik Dan Waktu Proses Electroplating Terhadap Kekuatan Tarik,
Kekerasan Dan Ketebalan Lapisan Pada Baja Karbon Rendah Dengan Krom,” Din.
Tek. Mesin, vol. 5, no. 2, pp. 66–71, 2015.
H. Supriadi, “Studi Eksperimental Tentang Pengaruh Variasi Rapat Arus Pada Hard Chrome
Electroplating Terhadap Karekteristik Permukaan Baja Karbon Rendah,” J. Mech.,
vol. 1, no. 1, pp. 1–6, 2010.
Azhar A. Saleh.1999. Pelapisan Logam. Balai Besar Pengembangan Industri Logam Dan
Mesin.
Jones, D., 1992. Principles and Prevention of Corrosion. USA, Macmillan Publishing.
Hadir Kaban, Sri Niar, dan Jorena. 2010. Jurnal Menguji Kekuatan Bahan Elektroplating
Pelapisan Nikel pada Substrat Besi dengan Uji Impak (ImpactTest).Universitas
Sriwijaya, Sumatra Selatan.
Yulianto, Sulis. et al. 2012. Pengaruh Waktu Tahan Hot Dip Galvanized Tehadap Sifat
Mekanik, Tebal Lapisan, dan Struktur Mikro Baja Karbon Rendah. Jurnal Teknik
Mesin UMJ vol (2)
Saripudin, Aep. 2010. Pengaruh Waktu Galvanis Terhadap Pembentukan Fasa Intermetalik
Fe-Zn Pada Permukaan Ulir Baut Baja. Jurnal Teknik Mesin Universitas Gunadarma
Indarto, Dwi. 2009. Pengaruh waktu tahan proses hot dipping baja karbon rendah terhadap
ketebalan lapisan, kekuatan tarik dan harga impak dengan bahan pelapis aluminium.
Skripsi, tidak diterbitkan. Surakarta : Universitas Muhammadiyah.
21
Goldschmidt and Streitberger. 2007. BASF Handbook on Basics of Coating Technology 2nd
revised edition. Münster, Germany : Vincentz Network
Kanani, Naser. 2005. Basic Principles, Processes and Practice
Fuller, L. (2011), “Physical vapor deposition – evaporation and sputtering” pp. 3

22

Anda mungkin juga menyukai