BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1. TK dengan akreditasi A
2. SD dengan akreditasi A
4
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang
akan diteliti adalah bagaimana grand design pengadaan guru dapat dijadikan
pedoman dalam meningkatkan profesionalitas guru dalam mendukung pencapaian
mutu layanan pendidikan di lembaga pendidikan Sekolah Dasar, dengan rincian
penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana proses perencanaan pengadaan guru pada SD Al Irsyad Satya
Islamic School Bandung.
b. Bagaimana rekrutmen guru pada SD Al Irsyad Satya Islamic School
Bandung.
c. Bagaimana seleksi guru di SD Al Irsyad Satya Islamic School Bandung.
d. Bagaimana proses penempatan guru di SD guru di SD Al Irsyad Satya
Islamic School Bandung.
e. Bagaimana proses induksi guru pada SD Al Irsyad Satya Islamic School
Bandung.
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan
mendeskripsikan konsep, teori, dan pendekatan yang berhubungan dengan
pengadaan guru di SD Al Irsyad Satya Islamic School Bandung yang dapat
mendukung profesionalisasi guru.
Berdasarkan tujuan tersebut maka tujuan secara khusus penelitian ini
adalah untuk menggali, mengkaji atau mengungkapkan dan mengorganisasikan
informasi-argumentatif dan teoritik-konseptual tentang:
1. Proses perencanaan pengadaan guru pada SD Al Irsyad Satya Islamic School
Bandung.
2. Rekrutmen guru pada SD Al Irsyad Satya Islamic School Bandung.
3. Seleksi guru pada SD Al Irsyad Satya Islamic School Bandung.
4. Proses penempatan guru di SD guru di SD Al Irsyad Satya Islamic School
Bandung.
5. Proses induksi guru pada SD Al Irsyad Satya Islamic School Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan pokok penelitian, secara
teoritik hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan di antaranya:
1. Bagi sekolah, dapat dijadikan bahan informasi dan pertimbangan dalam
pengadaan guru.
2. Bagi peneliti, dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan serta
mengaplikasikan ilmu manajemen sumber daya manusia.
3. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dijadikan bahan informasi dan referensi
sehubungan dengan penelitian yang sama pada masa mendatang.
E. Kerangka Berfikir
Perencanaan pengadaan tenaga kependidikan atau guru merupakan suatu
proses yang sistematis dan rasional untuk memberikan jaminan bahwa penetapan
jumlah dan kualitas guru dalam berbagai formasi dan dalam jangka waktu tertentu
7
SD Al Irsyad
a. Konsep
b. Analisis Jabatan
Rencana Pengadaan c. Uraian Jabatan
Guru d. Spesifikasi Jabatan
e. Standar Penampilan Kerja
Rekrutmen Seleksi
Guru Guru
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tesis ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini dikemukakan latar belakang masalah, identifikasi dan
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka berfikir
dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
10
Bab ini meliputi uraian teori-teori tentang konsep pengadaan guru dan
teori-teori yang berkaitan dengan judul, serta inventarisir penelitian
terdahulu yang relevan dengan tesis ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Pengertian Guru
Ibnu Khaldun (Muqaddimah, 1992, hlm. 430) menjelaskan mengenai
karakteristik dan pengertian guru.
ةIان عمليIه من إتقIتي تمكنIارات الIيزات والمهIفات والممIة من الصIأن المعلم ينبغي أن يكون ملمًا بمجموع
ام بفنII اإللم.فاتIIذه الصIIرز هIIان ومن أبIIالتعليم باعتبارها من الصنائع المتميزة في المجتمع وفي حياة اإلنس
وIIالتدريس من حيث الجمع بين الطريقة والمادة "وذلك أن الحذق في العلم والتفنن فيه واالستيالء عليه إنما ه
لIIبحصول ملكه في اإلحاطة بمبادئه وقواعده والوقوف على مسائله واستنباط فروعه من أصوله وقالم تحص
"هذه الملكة لم يكن الحذق في ذلك الفن المتناول حاصًال
Guru pantas disebut expert; karena ia dilengkapi kualitas, karakter serta
kompetensi sehingga ia mampu menguasai proses belajar mengajar sebagai salah
satu produk unggulan yang ada lingkungan masyarakat atau pun dalam kehidupan
manusia. Kualitas yang paling menonjol dari guru adalah kepakaran pada disiplin
ilmu pengajaran yang menggabungkan antara metode mengajar dengan materi
ajar. Keahlian seseorang dalam suatu ilmu, suatu disiplin ilmu atau dalam
modernisasi merupakan hasil produksi dari guru karena mereka menguasai
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah ilmu. Alhasil semua masalah dapat terpecahkan
dan membuat kesimpulan dari hal yang rumit melalui akarnya. Seandainya
13
kemampuan ini tidak ia miliki, niscaya disiplin ilmu tersebut tidak akan mudah
untuk diraih.
Dan menurut Abu Hamid al-Ghazali (ihya ‘ulumuddin, 1987, hlm 163):
ةIIق العمليIIة وال يمكن أن تحقIIذه العمليIIة في هIIر الزاويIIأن للمعلم دورًا كبيرًا في العملية التعليمية فيعتبر حج
اطIIؤثر في أنمIIذه يIIدوة لتالميIIل والقIIو المثIIالمعلم هIIالتعليمية النجاح إال بجهود المعلمين األتقياء المخلصين ف
ةIIل أمانIIا بكIIالة يجب أن يؤديهIIاحب رسIIو صIIيتهم فهIIوين شخصIIؤثر في تكIIالي يIIيرهم وبالتIIلوكهم وتفكIIس
" وإخالص ويعظم الغزالي مهنة التعليم فيقول " من َع ِلَم وَع َّلَم فهو الذي ُيدعى عظيمًا في ملكوت السماوات
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar; guru
merupakan bagian pondasi dari proses tersebut, artinya tidak akan tercipta
suksesnya proses belajar mengajar tanpa eksistensi para guru yang mawas dan
ikhlas. Guru merupakan suri tauladan bagi para muridnya melalui transformasi
berupa pengaruh kepada pola psikomotorik, kognitif serta pembentukan
kepribadian para murid. Guru adalah orang yang memiliki mandat agar
dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab dan ikhlas. Al-Ghazali menyanjung
profesi mengajar dengan mengatakan: “orang yang tahu kemudian mengajarkan,
ia adalah orang yang akan mendapatkan panggilan di berbagai kerajaan langit”.
Adapun tugas dan karakter yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut
Al-Ghazali adalah sebagai berikut (ihya ‘ulumuddin, 1987, hlm. 69-72):
1. Jika praktek mengajar merupakan keahlian dan profesi dari seorang guru,
maka sifat terpenting yang harus dimilikinya adalah rasa kasih sayang
layaknya seorang bapak kepada anaknya.
2. Mengajarkan ilmu merupakan kewajiban agama bagi setiap orang alim
(berilmu), maka seorang guru tidak boleh mengutamakan upah atas jerih
payah mengajarnya itu. Seorang guru harus meniru Rasulullah SAW. yang
mengajar ilmu hanya karena Allah, sehingga dengan mengajar itu ia dapat
bertaqarrub kepada Allah.
Dalam hal ini, secara philosofis al-Ghazali khawatir para guru menjadikan
upah sebagai tujuan utama, sehingga dapat mengakibatkan problem
tersendiri. Islam tidak menghalangi seseorang menerima upah atas kinerja
yang telah dilakukan dengan niat ikhlas dan amanah (HR. Bukhari melalui
Ibn Hurairah) أعطو األجير أجره قبل أن يجف عرقه.
3. Seorang guru yang baik hendaknya berfungsi juga sebagai pengarah dan
penyuluh yang jujur dan benar di hadapan murid-muridnya. Ia tidak boleh
14
perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab
dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
4) Guru sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan,
baik intelektual maupun motorik sehingga menutut guru untuk bertindak sebagai
pelatih. Pelatihan yang dilakukan, di samping harus memperhatikan kompetensi
dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individu
peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu, guru harus banyak tahu meskipun
tidak mencakup semua hal. Meskipun demikian, tidak mustahil kalau suatu ketika
menghaapi kenyataan bahwa guru tidak tahu tentang sesuatu yang seharusnya
tahu. Dalam keadaan demikian, guru harus berani berkata jujur, dan berkata “saya
tidak tahu”. Kebenaran adalah sesuatu yang amat mulia, namun jika guru terlalu
banyak berkata “saya tidak tahu” maka bukanlah guru profesional. Untuk itu guru
harus selalu belajar, belajar sepanjang hayat, dan belajar adalah sesuatu yang tidak
dapat diwakilkan orang lain.
5) Guru sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
beberapa hal tidak berharap untuk menasehati orang. Agar guru dapat menyadari
perannya sebagai orang kepercayaan, dan penasehat secara lebih mendalam ia
harus memahami pskologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental. Untuk menjadi
manusia dewasa, manusia harus belajar dari lingkungan selama hidup dengan
menggunakan kekuatan dan kelemahannya. Pendekatan mental dan menta health
di atas akan banyak menolong guru dalam menjalankan fungsinya sebagai
penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa ia banyak membantu peserta didik
untuk dapat membantu kepurusannya sendiri.
6) Guru sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model dan teladan bagi para peserta didik dan semua
orang yang menganggap dia sebagai guru. Menjadi teladan merupakan sifat dasar
kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima atau
menggunakannya secara konstrutif maka telah mengurangi keefektifan
pembelajaran. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru
18
akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru.
Guru tetap manusia biasa yang tidak lepas dari kemungknan khilaf. Guru
yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan
apa yang ada pada dirinya, kemudian ia menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan perlu diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya
7) Guru sebagai Pribadi Guru
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang
sering dikemukakan bahwa “guru digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa
pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola
hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan ole
masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan
berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian adalah rangsangan yang
memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, karena guru yang
mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan
kurangnya minat untuk mengikuti pembelajran serta rendahnya konsentrasi,
karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dan hal ini
membelokan konsentrasi peserta didik.
8) Guru sebagai Pendorong Kreativitas
Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri
aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh
seseorang atau adanya kecenderungan ntuk menciptakan sesuatu. Akibat dari
fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
melanyani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia
memang kreatif dan tidak melakukan ssuatu secara rutin saja. Kreativitas
menunjukan apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang
telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang akan dikerjakan di masa yang akan
datang lebih baik dari sekarang.
19
C. Pengertian Rekrutmen
Flippo (1961, hlm.159) mendefinisikan rekrutmen adalah “the process of
searching for prospective employees and stimulating and encouraging them to
apply for jobs in an organizations”. Simamora (2006, hlm.170) mendefinisikan
rekrutmen adalah serangkaian aktivitas untuk mencari dan memikat pelamar kerja
dengan motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang yang diperlukan
guna menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.
Berdasarkan uraian di atas, maka rekrutmen guru adalah proses yang dilakukan
lembaga untuk mendapatkan calon guru yang potensial dalam jumlah yang cukup
dan persyaratan yang layak sehingga lembaga dapat memilih pegawai yang
benar-benar cocok dengan kebutuhan organisasi. Proses rekrutmen menurut
20
Berdasarkan uraian di atas maka seleksi guru adalah proses memilih dan
menentukan pelamar mana yang akan diterima oleh lembaga melalui serangkaian
tahap-tahap khusus dengan kriteria yang telah ditetapkan lembaga untuk bekerja
sebagai guru. Proses seleksi menurut Rivai & Sagala (2010, hlm.161) adalah
langkah-langkah yang harus dilalui oleh para pelamar sampai akhirnya
memperoleh keputusan ia diterima atau ditolak sebagai karyawan baru. Menurut
Wukir (2013:60) tahapan pelaksanaan seleksi secara umum yaitu penerimaan
aplikasi, proses penyaringan, interview, tes seleksi dan keputusan seleksi.
Pengadaan guru yang dilakukan melalui rekrutmen dan proses seleksi mempunyai
kontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan. Riduwan (2009, hlm.306)
mengemukakan bahwa kerangka kerja MPMBS mempunyai kerangka kerja yang
meliputi sumber daya, pertanggungjawaban, kurikulum, dan personil sekolah.
Pertama, sumber daya. Sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur
semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Kedua,
pertanggungjawaban. Sekolah dituntut untuk memiliki akuntabilitas baik kepada
masyarakat maupun pemerintah. Ketiga, kurikulum. Sekolah bertanggung jawab
mengembangkan kurikulum baik dari standar materi dan proses penyampaiannya.
Keempat, personil sekolah. Sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses
21
pengadaan guru dan pembinaan struktural staf sekolah. Jadi pengadaan guru
merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah.
Rekrutmen merupakan salah satu dari fungsi manajerial MSDM.
Rekrutmen atau penerimaan calon guru merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan guru pada lembaga pendidikan, baik jumlah maupun mutunya. Untuk
kegiatan tersebut diperlukan kegiatan penarikan.
Menurut Stoner (dalam Samsudin 2006, hlm.81) mengemukakan, “The
recruitment is the development of a pool of job candidates in accordance with a
human resource plan”, yang artinya, rekrutmen adalah proses pengumpulan calon
pemegang jabatan yang sesuai dengan rencana sumber daya manusia untuk
menduduki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu.
Menurut Wirawan (2014, hlm. 133) rekrutmen adalah suatu proses
menarik pelamar pekerjaan dengan menggunakan metode perekrutan untuk
mengumpulkan para pelamar pekerjaan yang kemudian diseleksi dalam upaya
memenuhi kebutuhan sumber daya manusia suatu organisasi.
Yuniarsih dan Suwatno (2013, hlm. 102) mengumukakan bahwa penarikan
pegawai (recruitment) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan
sejumlah tenaga kerja dari berbagai sumber, sesuai dengan kualifikasi yang
dibutuhkan, sehingga mereka mampu menjalankan misi untuk mencapai visi dan
tujuan organisasi.
Definisi rekrutmen secara operasional menurut pakar manajemen Harris,
Mclyntyre, Littleton dan Long (dalam Suprastowo, 2006, hlm.18) adalah
Serangkaian kegiatan terintegrasi yang terdiri atas seleksi, pengangkatan
dan penempatan pegawai baru dalam posisi tertentu. Sedangkan dalam
konteks sekolah, rekrutmen merupakan aktivitas manajemen sekolah yang
mengupayakan didapatkannya seorang atau lebih guru yang benar-benar
SD, SMP, SMA, SMK) atau guru praktik (khusus di SMK) dalam rangka
memenuhi kebutuhan guru yang bersangkutan.
2. Perencanaan Rekrutmen
Perencanaan merupakan fungsi pertama dari fungsi manajemen.
Perencanaan yang dilakukan dengan baik merupakan upaya untuk menghindarkan
kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan di masa depan. Adapun
23
Fluktuasi SDM juga terjadi dalam hal kualitas karena sebuah organisasi
memerlukan SDM dengan sejumlah kompetensi dan keahlian tertentu untuk
melaksanakan berbagai pekerjaan dan aktivitas demi mencapai tujuan suatu
organisasi. SDM dengan kualitas tersebut dapat berkurang karena pensiun, pindah
kerja, meninggal dunia dan sebab lainnya.
Jika suatu Organisasi kekurangan SDM dikarenakan oleh SDMnya
berkurang atau perusahaan melakukan invansi maka perencana SDM
merencanakan rekrutmen dan seleksi dalam waktu singkat dan biaya efisien.
Perencana SDM melakukan job analisis untuk menentukan kekurangan pegawai-
jabatan, kompetensi SDM yang diperlukan.
Jadi dapat di simpulkan bahwa dengan perencanaan rekrutmen dapat
mencegah terjadinya ketimpangan antara prediksi kebutuhan dengan ketersediaan
SDM, baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga dapat menurunkan resiko
biaya pegawai. Disamping itu, perencanaan rekrutmen dapat menjamin
tersedianya SDM sesuai dengan pergeseran kebutuhan.
jabatan pada posisi tertentu dan tentunya dapat mengefisiensikan biaya guna
merekrut guru yang dibutuhkan.
Upaya penarikan pegawai dapat dilakukan melalui proses pemutasian
berdasarkan hasil evaluasi terhadap penilaian prestasi kerja pegawai yang ada di
perusahaan.
Menurut Mangkunegara (2011, hlm.34) “Ada tiga bentuk mutasi pegawai,
yaitu: promosi jabatan, transfer atau rotasi pekerjaan, dan demosi pekerjaan”.
a) Promosi jabatan, yaitu pemindahan pegawai dari satu jabatan ke tingkat
jabatan yang lebih tinggi daripada jabatan sebelumnya.
b) Transfer atau rotasi pekerjaan, yaitu pemindahan bidang pekerjaan pegawai
kepada bidang pekerjaan lainnya tanpa mengubah tingkat jabatannya.
c) Demosi jabatan adalah penurunan jabatan pegawai dari satu jabatan tingkat
yang lebih rendah atas dasar prestasi kerjanya, atau akibat terjadinya
penyederhanaan sturktur organisasi. Untuk cara ini jarang dipakai dalam suatu
sekolah dalam merekrut guru maupun karyawan lainnya.
Mutasi pegawai merupakan sumber yang digunakan jika sekolah ingin
mendapatkan pegawai atau guru dari internal. Dari ketiga bentuk mutasi diatas
yang paling sering digunakan adalah promosi dan transfer jabatan, sedangkan
demosi jabatan jarang digunakan.
Yuniarsih &Suwatno (2009, hlm.102) Dalam rekrutmen pegawai dari
sumber internal memiliki beberapa keuntungan antara lain:
a) Formasi lowongan cepat terisi.
b) Pegawai yang direkrut dapat menyesuaikan diri secara lebih cepat.
c) Meningkatkan semangat kerja dan menumbuhkan percaya diri kepada pegawai
yang ada.
Di sisi lain, teknik rekrutmen dari sumber internal memiliki beberapa
kelemahan yang antara lain dapat menghambat masuknya gagasan baru dan dapat
menimbulkan konflik internal apabila terjadi kesalahan dalam menempatkan
pegawai pada posisinya yang baru.
Mathis Robert L & John H. Jackson (2009, hlm. 237) metode adalah suatu
cara yang di lakukan dari dalam sekolah untuk mendapatkan guru sesuai
kebutuhan. Metode-metode yang paling umum dari perekrutan internal yaitu:
a) Pengumuman pekerjaan
b) Referensi-referensi dari karyawan yang ada.
Pengumuman pekerjaan dengan metode internal yang paling sering
digunakan yaitu informasi melalui mulut ke mulut dan mading guru. Sedangkan
referensi karyawan yang ada sebagai daftar tim rekrutmen untuk memilah dan
memilih karyawan yang paling cocok untuk mengisi jabatan yang kosong.
Sedangkan berdasarkan panduan pendidikan dan pelatihan dalam merekrut
dengan metode internal sekolah yakni,
Lowongan kerja dapat dicari melalui pengumuman pada papan
pengumuman, dari mulut ke mulut, surat personalia sekolah, daftar promosi
berdasarkan kinerja, rating potensial yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas
penilaian, daftar senioritas, dan daftar yang dihasilkan oleh inventarisasi skill
dalam departemen sekolah. Namun metode yang paling sering digunakan
meliputi:
a) Penempatan kerja merupakan sebuah metode yang menampilkan pembukaan
kerja saat ini, memperluas undangan terbuka bagi semua tenaga pendidik di
suatu sekolah.
b) Program rekomendasi tenaga pendidik merupakan iklan dari mulut ke mulut
dimana tenaga pendidik diberi wewenang untuk mencalonkan pelamar yang
terampil bagi sekolah. Metode ini merupakan cara rekrutmen biaya rendah per
pengangkatan, meskipun dalam beberapa hal kandidat yang berasal dari
sekolah luar. Metode ini bermanfaat bagi pencarian pelamar dalam pasokan
jangka pendek dan kandidat pimpinan/kepala sekolah.
D. Seleksi
Menurut Siswanto (1989, hlm. 68-70) Seleksi tenaga kerja adalah kegiatan
suatu perusahaan untuk menentukan dan memilih tenaga kerja yang memenuhi
kriteria yang telah di tetapkan oleh perusahaan serta memprediksi kemungkinan
terhadap keberhasilan/kesuksesan atau kegagalan individu dalam pekerjaan yang
akan di embannya.
Seleksi SDM merupakan sebuah proses untuk memilih dan menetapkan
sejumlah orang dan calon pegawai yang tersedia yang dianggap memenuhi
28
e. evaluasi kesehatan,
f. wawancara oleh manajer yang akan menjadi atasan langsungnya,
g. pengenalan pekerjaan, dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia
h. keputusan atas lamaran.
Menurut Umi Sukamti (1989, hlm.164) ada empat standar yang dapat
digunakan organisasi dalam proses seleksi, yaitu:
a. relevansi, yaitu sejauhmana alat seleksi dapat mencerminkan sampel yang
representatif dari pekerjaan;
(b) reliabilitas, yaitu sejauhmana suatu alat seleksi memberikan hasil yang sama
apabila dipakai dalam waktu yang tidak sama atau oleh orang yang berbeda;
(c) validitas, yaitu hubungan statis antara skor-skor pada alat seleksi dengan
kriteria atau ukuran performasi pekerjaan; dan
(d) factor keadilan, yaitu setiap alat seleksi harus dinilai standar keadilannya yang
mana kecenderungan alat ini memperlakukan dan member kesempatan sama
kepada semua pelamar untuk mendapatkan pekerjaan.
Dari berbagai penjelasan dan konsep mengenai seleksi tersebut, apabila dilakukan
dengan prosedur yang benar dan didukung dengan sumber daya manusia yang
dibutuhkan oleh setiap organisasi akan dapat terpenuhi.
Gambar 1 melukiskan alur proses seleksi sebagai berikut:
Rekrutmen Analisis
Pegawai Jabatan
Perencanaan SDM
Calon Spesifikasi
Kebutuhan Pekerja
pegawai Pekerjaan
E. Penempatan
a. Pengertian
Menurut Sastrohadiwiryo (2002:162) mengemukakan bahwa:
“Penempatan kerja adalah proses pemberian tugas dan pekerjaan kepada
karyawan yang lulus seleksi untuk dilaksanakan sesuai ruang lingkup yang telah
ditetapkan, serta mampu mempertanggungjawabkan segala resiko dan
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang
serta tanggung jawab”. Penempatan sebagai suatu langkah eksperimental yang
sebenarnya bukanlah merupakan sebuah keputusan final.
Menurut Melayu S.P. Hasibuan (2008:32), Mengemukakan bahwa
“penempatan karyawan adalah tindak lanjut dari seleksi, yaitu menempatkan
calon karyawan yang diterima pada jabatan/pekerjaan yang dibutuhkannya dan
sekaligus mendelegasikan authority kepada orang tersebut”
Menurut Veithzal Rivai (2004, hlm. 211) mengemukakan bahwa
Penempatan merupakan penugasan atau penugasan kembali seorang karyawan
kepada pekerjaan barunya. Dan menurut Sulistiyani & Rosidah (2003, hlm. 151)
mengemukakan bahwa pengertian penempatan adalah sebagai berikut:
“Penempatan suatu kebijakan yang diambil oleh pimpinan suatu instansi, atau
bagian personalia untuk menentukan seorang pegawai masih tetap atau tidak
ditempatkan pada suatu posisi atau jabatan tertentu berdasarkan pertimbangan
keahlian, keterampilan atau kualifikasi tertentu”.
L. Gaol (2015, hlm. 196) berpendapat bahwa penempatan adalah suatu
pengaturan awal atau pengaturan kembali dari seorang atau lebih pegawai pada
satu jabatan baru atau pun jabatan yang berlainan. Penempatan bagi pegawai baru
mempunyai arti sebagai pengaturan awal pada suatu jabatan bagi pegawai yang
baru bekerja. Sedangkan demosi promosi dan transfer adalah suatu konsep
placement bagi pegawai lama.
b. Indikator Penempatan
Adapun indikator penempatan kerja dikutip dari Suwatno (2003, hlm.
129), dalam melakukan penempatan karyawan hendaknya mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
32
1) Pendidikan
2) Pengetahuan kerja
3) Ketrampilan kerja
4) Pengalaman kerja
c. Metode Penempatan
Adapun metode-metode yang harus ditempuh dalam hal ini menurut
Sulistiyani & Rosidah (2003, hlm.155) adalah:
1) Menentukan kebutuhan-kebutuhan Sumber Daya Manusia.
2) Mengupayakan persetujuan anggaran untuk mengadakan atau mengisi
jabatan-jabatan.
3) Mengmbangkan kriteria penempatan yang valid.
4) Pengadaan (recruitment).
5) Menyiapkan daftar dari para pegawai yang berkualitas.
6) Mengadakan seleksi pegawai.
F. Orientasi
Yuniarsih & Suwatno (2009, hlm. 108) mengemukakan bahwa kegiatan
pengenalan atau yang biasa dikenal sebagai orientasi diadakan bagi para pegawai
baru diangkat ataupun baru dipindahkan. Orientasi merupakan rangkaian kegiatan
yang bertujuan untuk memperkenalkan pegawai pada lingkungan kerjanya,
terutama mengenali tentang kondisi fisik, sosial, dan bidang yang akan
digelutinya.
Dengan demikian sebelum pegawai diterima dan ditetapkan sebagai
pegawai suatu lembaga, terlebih dahulu harus menjalani masa percobaan dengan
durasi yang bervariasi. Dalam waktu tersebut, para pegawai melakukan adaptasi
dan penyesuaian diri dengan lingkungan maupun kerja lainnya. Penempatan dan
penugasan bagi setiap pegawai dilakukan setelah dilakukannya evaluasi terhadap
hasil dari orientasi yang dilakukan oleh pegawai baru.
slogan “ The right man on the right place”, penilaian sebagai evaluasi dilakukan
dua kali dalam satu semester lewat rapat pimpinan.
Kedua, tesis yang ditulis oleh Dra. Tuti Munfaridah yang berjudul”
Implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia di Institut Agama Islam Imam
Ghazali Cilacap”. (2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
sumber daya manusia di IAIIG Cilacap, Motivasi pelaksanaan MSDM di IAIIG
Cilacap, Evaluasi terhadap implementasi MSDM di IAIIG Cilacap, dan Model
Manajemen di IAIIG Cilacap. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dra Tuti
adalah sebagai berikut: pertama, perencanaan di IAIIG belum dilakukan secara
detail sebagaimana yang seharusnya dilakukan Perguruan Tinggi, tetapi meskipun
demikian kebutuhan SDM sudah dapat dipenuhi dengan baik dari segi kualitas
dan kuanititas; kedua, rekrutmen SDM di IAIIG dilakukan dengan dua cara, yaitu
berdasarkan surat lamaran yang masuk dan di rekrut langsung; ketiga, pelatihan
dan pengembangan SDM sudah dilakukan meskipun dirasa sangat kurang,
keempat, model manajemennya adalah manajemen kultural, yakni dilakukan
secara tradisional, kelima, faktor pelaksanaan MSDM adalah yayasan BAKII dan
pesantren Ihya Ulumuddin dengan 44 lembaga pendidikannya, sehingga
mempermudah dalam memperoleh informasi yang diperlukan dalam MSDM.
Dari tesis di atas, maka perlu diketahui bahwa posisi penelitian ini untuk
sementara masih bersifat menguatkan penelitian terdahulu yang relevan,
khususnya yang berkaitan dengan proses rekrutmen.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan berfungsi sebagai cara untuk memahami suatu masalah.
Menurut Creswell (dalam Sugiyono 2014, hlm.347) bahwa:
Penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi dan memahami makna
perilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalah sosial atau
masalah kemanusiaan. Proses penelitian mencakup membuat pertanyaan
penelitian dan prosedur yang masih bersifat sementara, mengumpulkan
data pada seting partisipan, analisis data secara induktif, membangun data
yang parsial ke dalam tema, dan selanjutnya memberikan interpretasi
terhadap makna suatu data. Kegiatan akhir adalah membuat laporan ke
dalam struktur yang fleksibel.
34
36
B. Lokasi Penelitian
Adapun Lokasi dan Objek penelitian ini adalah sebagai berikut:
Nama Lembaga : SD Al Irsyad Satya Islamic School Bandung
Alamat : Jl Raya Parahyangan Km 2.7 Kota Baru Parahyangan
Padalarang Bandung.
Waktu Penelitian : Januari-Mei 2015
Lama Penelitian : 5 bulan
C. Sumber Data
Sumber data penelitian ini terdiri dua macam, yaitu sumber data primer
dan sumber data sekunder.
1. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil data dari
37
kepala sekolah, tim rekrutmen, dan guru. Data primer didapat dari studi
dokumen dan wawancara.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini, data sekunder merupakan
pendukung dari data primer. Data sekunder didapat dari buku-guru yang
berkaitan dengan rekrutmen guru.
Sugiyono (2014, hlm. 363) mengemukakan bahwa pada penelitian
kualitatif tidak menggunakan populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social
situation” atau situasi sosial yang terdiri dari tiga kategori yaitu: tempat (place),
pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada
situasi sosial atau objek penelitian, peneliti dapat mengamati secara mendalam
aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu.
Walaupun sampel sumber data masih bersifat sementara, namun peneliti
mencoba untuk menentukan sampel sumber data dari penelitian praktik
rekrutmen, yaitu terdiri dari tiga kategori berikut:
a. Manusia: Guru SD Al Irsyad Satya Islamic School Bandung, Kepala sekolah.
Latar: Tempat dimana interaksi dalam situasi sosial (rekrutmen) sedang
berlangsung.
b. Kejadian dan proses: proses praktik rekrutmen di SD Al Irsyad Satya Islamic
School Bandung.
c. Tempat: tempat dimana berlangsungnya proses rekrutmen yaitu pada SD Al
Irsyad Satya Islamic School Bandung.
tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapakan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti
menjelajahi objek penelitian.
Pemilihan sampel secara purposif dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1) Menghasilkan suatu yang representatif dari latar, individu, dan proses. Dalam
penelitian praktik rekrutmen tenaga pendidik,
2) Heterogenitas dalam populasi.
3) Mencari perbandingan untuk mencerahkan alasan perbedaan antara latar,
proses, dan individu.
Penentuan sampel dalam kualitatif dilakukan saat peneliti mulai masuk ke
lapangan dan selama penelitian berlangsung. Praktek yang dikenal sebagai “
serial selection of sample units” (Lincon dan Guba, 1985). Teknik pengambilan
sampel sumber data dalam penelitian kualitatif yang bersifat purposive dan
snowball dapat digambarkan seperti gambar 3 berikut.
B G
I
A D E H J
C F
Gambar 3
Proses pengambilan sample sumber data dalam penelitian kualitatif, purposive
dan snowball
Sumber: Lincon dan Guba (dalam Sugiyono 2014). Metode Penelitian
Manajemen. Bandung: Alfabeta. Halaman 370.
yang akan diteliti jelas sama sekali. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif
“the researcher is the key instrumen”.
Nasution dalam Sugiyono (2014, hlm.373) mengemukakan:
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,
segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus
penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan
jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-
satunya yang dapat mencapainya.
2. Wawancara
Esterberg (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 384) mendefinisikan interview
sebagai berikut. “ a meeting of two persons to exchange information and idea
through question and responses, resulting in communication and joint
contstruction of meaning about a particular topic”. (Wawancara merupakan suatu
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu).
Dalam Satori dan Aan (2014, hlm. 130) mengemukakan bahwa
wawancara dalam penelitian kualitatif terbagi menjadi (1) wawancara mendalam
dan (2) wawancara bertahap.
a. Wawancara mendalam. Wawancara yang dilakukan ddalam konteks
observasi partisipasi. Peneliti terlibat langsung secara langsung dengan setting
penelitian terutama pada keterlibatannya dalam kehidupan informan.
Wawancara mendalam adalah suatu proses mendapatkan informasi untuk
kepentingan penelitian dengan cara dialog antara peneliti sebagai pewancara
dengan informan dalam konteks observasi partisipasi.
b. Wawancara bertahap. Wawancara yang mana peneliti melakukannya dengan
sengaja datang berdasarkan jadwal yang ditetapkan sendiri untuk melakukan
wawancara dengan informan dan peneliti tidak sedang observasi partisipasi.
Sifat wawancaranay tetap mendalam tetapi dipandu oleh pertanyaan-
pertanyaan pokok.
3. Analisis Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk
tulisan, gambar, karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif. Hasil penelitian dapat lebih dipercaya apabila didukung oleh sejarah
pribadi kehidupan di masa kecil, di tempat kerja atau autobiografi.
Dalam hal dokumen Bogdan (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 396)
mengatakan “In most tradition of qualitative research, the phrase personal
document is used broadly to refer to any first person narrative produced by an
individual which describes his or her own actions, experience and belief”.
42
Data Collection
Data display
Data reduction
Verifying
Gambar 4
Komponen dalam analisis data (interactive model)
Sumber: Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Halaman. 405
44
a) Reduksi data. Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data
yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data diperoleh direduksi,
dirangkum dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang
penting. Data hasil memilah-milah berdasarkan satuan konsep, tema, dan
kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan. Dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikannya pada
orang lain yang dipandang ahli.
b) Penyajian data. Teknik penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan
dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik dan sejenisnya. Adapun fungsi
display data disamping untuk memudahkan dan memahami apa yang terjadi,
juga merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami.
c) Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
a. Jadwal penelitian
Jadwal kegiatan penelitian yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut:
Tabel 1 Jadwal kegiatan penelitian
Bulan ke
NO Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Penyusunan proposal
2. Diskusi proposal
3. Memasuki lapangan
5. Tahap seleksi
8. Membuat laporan
9. Penyempurnaan laporan
DAFTAR PUSTAKA
القرآن الكريم
دار القلم: بيروت-) الطبعة الحادية عشر1992( مقدمة ابن خلدون
دار الكتب العربية الجزء: بيروت، ت) إحياء علوم الدين، أبو حامد(ب،الغزالي
االول