Anda di halaman 1dari 12

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA DAN PENGARUH ISLAM

DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA


KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
A. KERAJAAN SAMUDERA PASAI (Abad XIII M)

Peta di samping adalah lokasi Kerajaan


Samudera Pasai yang terletak sekitar 15 km
sebelah timur Kota Lhokseumawe, Aceh. Karena
terletak di tepi Selat Malaka, maka kerajaan ini
berkembang menjadi kerajaan maritim.

Raja-raja yang memerintah menurut sumber sejarah Hikayat Raja-Raja Pasai dan Kitab Sejarah
Melayu:
Nama Sultan Tahun Keterangan
Memerintah
Sultan Malik as Saleh 1285 – 1297 M  Sebelum naik tahta bernama Marah (Meurah)
Silu)
 Sultan pertama sekaligus pendiri Kerajaan
Samudera Pasai
 Menjalin hubungan diplomatic dengan
Kerajaan Perlak dengan menikahi putri
Kerajaan Perlak (Putri Ganggang Sari)
Sultan Muhammad Malik az 1297 – 1326 M  Masa kejayaan Samudera Pasai
Zahir  Memperkenalkan mata uang koin mas yang
bernama dereuham atau ceitis.
 Memiliki hubungan dagang dengan
Tiongkok, Gujarat dan Benggala
Sultan Mahmud Malik az 1326 – 1345 M -
Zahir
Sultan Ahmad Malik az- 1345 – 1383 M -
Zahir
Sultan Zain al-Abidin Malik 1383 – 1405 M  Kedatangan utusan dari Dinasti Ming yang
az-Zahir dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho
Sultanah Nahrasiyah 1405 – 1412 M -
Sultan Abu Zaid Malik az- 1412 – 1455 M -
Zahir
Sultan Mahmud Malik az- 1455 – 1477 M -
Zahir II
Sultan Zain al-Abidin ibn 1477 – 1500 M -
Mahmud Malik az-Zahir II
Sultan Abd-Allah Malik az- 1500 – 1513 M -
Zahir
Sultan Zain al-Abidin III 1513 – 1521 M  Sultan terakhir

Samudera Pasai mengalami keruntuhan akibat dikuasai oleh Kerajaan Aceh pada tahun 1521.
B. KERAJAAN MALAKA (Abad XV M)

Kerajaan Malaka secara


geografis berada dijalur
pelayaran dan
perdagangan
internasional, yaitu
Selat Malaka
(Semenanjung Malaya).
Pada masa kejayaannya,
Kerajaan Malaka adalah
pusat perdagangan dan
penyebaran Islam di
Asia Tenggara.

Raja-Raja Kerajaan Malaka


Nama Sultan Tahun Keterangan
Memerintah
Sultan Iskandar Syah 1396 – 1414 M  Sebelum naik tahta bernama Paramisora
(Parameswara)
 Pendiri sekaligus sultan pertama Kerajaan
Malaka
Sultan Megat Iskandar Syah 1414 – 1424 M -
Sultan Muhammad Iskandar 1424 – 1444 M  Daerah kekuasaan mencapai seluruh
Syar Semenanjung Malaya
 Melakukan pernikahan politik dengan
menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai
Sultan Mudzzafar Syah 1446 -1459 M  Wilayah kekuasaan mencapai Pahang,
Indragiri dan Kampar
Sultan Mansyur Syah 1459 – 1477 M  Masa kejayaan Kerajaan Malaka
 Malaka menjadi pusat penyebaran adama
Islam dan perdagangan di Asia Tenggara
 Hidup seorang laksamana bernama Hang
Tuah yang membantu mengembangkang
Kerajaan Malaka
Sultan Alauddin Riayat 1477 – 1488 M -
Syah
Sultan Mahmud Syah 1488 – 1511M  Sultan terakhir
 Kedatangan bangsa Portugis yang dipimpin
oleh Alfonso de Albuquerque yang berhasil
menguasai Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka mengalami keruntuhan karena diserang oleh bangsa Portugis (1511) yang
dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque.
C. KERAJAAN ACEH (Abad XVI M)

Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis membawa


dampak yang sangat besar bagi pelabuhan
kecil di ujung utara Pulau Sumatera
(Pelabuhan Ulele). Para pedagang muslim
enggan berdagang dengan Portugis di Malaka
dan mulai mengalihkan kegiatan mereka di
Pelabuhan Ulele. Lama kelamaan pelabuhan
tersebut berkembang menjadi besar dan
lahirlah Kerajaan Aceh.

Raja-raja Kerajaan Aceh menurut Kitab Bustanussalatin


Sejak awal berdiri yaitu tahun 1514 hingga keruntuhan (1903) Aceh memiliki 35 sultan. Berikut ini
adalah sultan-sultan yang memiliki peran penting bagi Kerajaan Aceh.
Nama Sultan Tahun Keterangan
Memerintah
Sultan Ali Mughayat Syah 1514 – 1528 M  Sultan pertama sekaligus pendiri Kerajaan
Aceh
 Menguasai Kerajaan Samudera Pasai
 Melakukan penyerangan ke Malaka yang
dikuasai Portugis
Sultan Salahuddin 1528 – 1537 M -
Sultan Alauddin Riayat 1537 – 1568 M  Menjalin hubungan diplomatic dengan
Syah al-Kahar Kekhalifahan Turki Ottoman
 Membangun angkatan laut yang kuat
 Kembali menyerang Malaka untuk mengusir
Portugis, tetapi gagal
Sultan Ali Riayat Syah 1568 – 1675 M  Meyerang Portugis di Malaka
Sultan Iskandar Muda 1607 – 1636 M  Masa kejayaan Aceh
 Perdagangan Aceh berkembang pesat
(komoditas utama adalah lada dan timah)
 Menyerang Portugis di Selat Malaka
 Daerah kekuasaan mencapai Semenanjung
Malaka
 Menulis undang-undang tata pemerintahan
yang diberi nama Adat Makuta Alam
Sultan Iskandar Tsani 1636 – 1641 M  Hidup sastrawan Nuruddin ar Raniri yang
menulis Kitab Bustanussalatin, berisi tentang
adat istiadat Aceh dan ajaran Islam
Sultan Mahmud Syah 1870 – 1874 M  Meletus Perang Aceh (perang melawan
Belanda tahun 1873)
Sultan Muhammad Daud 1875 – 1903 M  Sultan terakhir
Syah  Kerajaan Aceh berhasil dikuasai oleh
Belanda
Faktor-faktor kemunduran Kerajaan Aceh:
a) Menguatnya pengaruh Belanda di Pulau Sumatera
b) Perebutan pengaruh antara teuku (golongan bangsawan) dengan tengku (golongan ulama)
c) Terjadi pertikaian di antara golongan ulama karena perbedaan aliran dala agama Islam (aliran
Sunni dan Syi’ah)
D. KERAJAAN DEMAK (Abad XVI M)
Letak Demak cukup menguntungkan
bagi pelayaran dan perdagangan. Selat
Muria yang memisahkan Pulau Jawa
dengan Pulau Muria cukup lebar dan
dapat dilayari dengan leluasa.
Sehingga dari Semarang melalui
Demak, perahu dapat berlayar sampai
ke Kudus, Pati, Juwana dan Rembang.
Baru pada abad XVII, selat ini tidak
dapat dilalui.

Raja-raja Kerajaan Demak


Nama Sultan Tahun Keterangan
Memerintah
Raden Patah 1500 – 1518 M  Pendiri sekaligus sultan pertama Demak
 Masih merupakan keturunan Raja Majapahit Brawijaya V
 Pembangunan Masjid Demak
 Putranya yang bernama Adipati Unus diperintahkan untuk
menyerang Portugis di Malaka (1513). Tujuan serangan
tersebut adalah mengusir Portugis dari Malaka karena
mengganggu aktivitas pelayaran dan perdagangan Demak
di Selat Malaka. Tetapi serangan tersebut gagal. Adipati
Unus kemudian dijuluki sebagai Pangeran Sabrang Lor
karena keberaniannya menyeberang Laut Jawa dan
menyerang Portugis di Malaka
Adipati Unus 1518 – 1521 M  Sultan kedua
 Menyerang Malaka untuk kedua kalinya (1521), akan
tetapi gugur
Sultan 1521 – 1546 M  Putra Raden Patah sekaligus sultan ketiga
Trenggono  Mencapai masa kejayaan
 Daerah kekuasaannya meliputi sebagian Jawa Barat,
seluruh Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur
 Memerintahkan pasukan Demak di bawah pimpinan
Fatahillah untuk merebut Sunda Kelapa (pelabuhan milik
Kerajaan pajajaran) tahu 1527. Tujuannya menghalangi
kerja sama Portugis dengan Pajajaran yang hendak
mendirikan benteng di Sunda Kelapa.

Faktor kemunduran Kerajaan Demak


Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak terjadi perang saudara antara Pangeran Prawoto
(putra Sultan Trenggono) dengan Arya Penangsang (putra Pangeran Sedo Lepen, adik Trenggono).
Dalam perebutan tahta tersebut, Arya Penangsang berhasil membunuh Prawoto. Menantu Sultan
Trenggono, yaitu Jaka Tingkir yang dibantu Ki Ageng Pamanahan akhirnya berhasil mengalahkan
Arya Penangsang. Jaka Tingkir kemudian memindahkan Demak ke Pajang (Kerajaan Pajang) dan
bergelar Sultan Hadiwijaya.
E. KERAJAAN MATARAM ISLAM (Abad XVI M)

Mataram, pada awalnya merupakan tanah perdikan (daerah otonom) yang diberikan Sultan
Hadiwijaya (Jaka Tingkir) kepada Ki Ageng Pamanahan karena jasanya yang telah membantu
mengalahkan Arya Penangsang.
Raja-raja Kerajaan Mataram Islam
Nama Sultan Tahun Keterangan
Memerintah
Panembahan Senopati 1586 – 1601 M  Pendiri sekaligus sultan pertama Kerajaan Mataram
Islam
 Mengembangkan politik ekspandi (perluasan
wilayah)
 Daerah kekuasaan meliputi Demak, Madiun , Kediri,
Ponorogo, Tuban, Pasuruan
Raden Mas Jolang 1601 – 1613 M -
Sultan Agung 1613 – 1645 M  Masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam
Hanyakrakusuma  Wilayah kekuasaan meliputi seluruh Jawa Tengah,
Jawa Barat (kecuali Banten dan Batavia), Jawa
Timur (kecuali Blambangan).
 Menyerang kedudukan VOC di Batavia, 1628 dan
1629. Tetapi keduanya gagal, karena:
a) Jarak Mataram – Batavia terlalu jauh
b) Persenjataan VOC lebih canggih
c) VOC memiliki mata-mata yang mengetahui
seluruh persiapan pasukan Mataram
d) Gudang beras milik Mataram di Cirebon dan
Tegal dibakar VOC
e) Pasukan Mataram terkena wabah penyakit
 Menyusun karya sastra yang berjudul Sastra
Gending
 Menyusun kitab undang-undang Surya Alam
 Menciptakan kalender Jawa-Islam
Sunan Amangkurat I 1645 – 1677 M  Pengaruh VOC mulai memasuki Mataram Islam
 Wilayah kekuasaan mulai berkurang karena campur
tangan VOC
 Terjadi pemberontakan Trunojoyo
Pakubuwono III 1749 – 1755 M  Sultan terakhir
 Mataram dibagi dua oleh VOC yaitu Kesultanan
Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta
Faktor kemunduran:
a) Sepeninggal Sultan Agung, raja-raja Mataram mudah diadu domba oleh VOC
b) Daerah kekuasaan Mataram sedikit demi sedikit berkurang karena campur tangan VOC
c) Sering terjadi perebutan kekuasaan (akibat campur tangan VOC)
d) Terjadi pemberontakan Trunojoyo pada masa pemerintahan Amangkurat I
e) Terjadi pemberontakan Mas Said dan Mangkubumi pada masa pemerintahan Pakubuwono II
Keruntuhan
Pemberontakan Mas Said dan Pangeran Mangkubumi berlanjut sampai pemerintahan Pakubuwono
III. Untuk meredam pemberontakan tersebut, VOC mengundang Pangeran Mangkubumi untuk
berunding. Dicapailah kesepakatan dalam Perjanjian Giyanti, 1755 yang berisi Kerajaan Mataram
Islam di bagi 2, yaitu:
1) Mataram Timur yang merupakan Kasunanan Surakarta dengan rajanya Pakubuwono III
2) Mataram Barat yang merupakan Kesultanan Yogyakarta dengan rajanya Pangeran
Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengkubuwono I
Isi perjanjian tersebut menandakan berakhirnya kekuasaan Kerajaan Mataram Islam di tanah Jawa.
Meskipun Pangeran Mangkubumi berhasil ditenangkan, tetapi pemberontakan Mas Said terus
berlanjut. VOC kemudian mengundang Mas Said untuk berunding. Dicapai kesepakatan dalam
Perjanjian Salatiga, 1757 yang berisi wilayah Kasunanan Surakarta dibagi 2 yaitu:
1) Kasunanan Surakarta dengan rajanya Pakubuwono III
2) Kerajaan Mangkunegaran dengan rajanya Mas Said dengan gelar Adipati Arya
Mangkunegara I
Pada masa pemerintahan Inggris, Raffles membagi Kesultanan Yoyakarta menjadi 2, yaitu
1) Kesultanan Yogyakarta
2) Kerajaan Pakualam

Wilayah Kerajaan Mataram setelah dibagi-bagi oleh bangsa penjajah


F. KERAJAAN BANTEN (Abad XVI M)
Kesultanan Banten dan Cirebon pada awalnya
merupakan kerajaan vassal (bawahan) dari Kerajaan
Demak. Didirikan oleh Fatahillah (panglima Kerajaan
Demak) setelah berhasil merebut pelabuhan Sunda
Kelapa dari Portugis. Fatahillah kemudian
menyerahkan tahta Banten kepada putranya, Maulana
Hasanuddin.

Raja-raja Kerajaan Banten


Nama Sultan Tahun Keterangan
Memerintah
Maulana Hasanuddin 1552 – 1570 M  Sultan pertama
 Memperluas daerah kekuasaan sampai Lampung
Maulana Yusuf 1570 – 1580 M  Menaklukkan Kerajaan Pajajaran
Maulana Muhammad 1580 – 1596 M  Berusaha menyerang Palembang, namun gagal
 Kedatangan rombongan pedagang Belanda di
bawah pimpinan Cornelis de Houtman (1596)
Sultan Ageng Tirtayasa 1651 – 1682 M  Masa kejayaan
 Membangun armada laut yang kuat untuk
mengamankan jalur pelayaran di Selat Sunda
 Berkonflik dengan VOC di Batavia
 Menjalin hubungan diplomatic dengan Kerajaan
Aceh, Makasar, Ternate dan Cirebon.
 Mengangkat putranya yang bernama Sultan Haji
sebagai raja muda yang diserahi tugas mengurus
urusan dalam negeri Kerajaan Banten
Sultan Haji 1683 – 1687 M  Putra Sultan Ageng
 Merupakan raja boneka Belanda

Faktor kemunduran
Perselisihan antara Sultan Ageng dan Sultan Haji, memberi kesempatan VOC untuk campur tangan
dalam urusan dalam negeri Banten. VOC memberi bantuan Sultan Haji untuk menyingkirkan
ayahnya, dengan syarat:
a) Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC
b) monopoli lada di Banten dipegang oleh VOC dan harus menyingkirkan para pedagang Persia,
India, dan Cina
c) Banten harus membayar 600.000 ringgit apabila ingkar janji
d) pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan segera ditarik
kembali
Dengan disetujuinya syarat-syarat tersebut oleh Sultan Haji, maka secara politik raja-raja Banten
tidak memiliki daulat lagi atas wilayahnya. Kesultanan Banten dibubarkan oleh Inggris pada tahun
1813.
G. KERAJAAN MAKASSAR (Abad XVI M)
Kerajaan Makassar pada awalnya terdiri dari 2
kerajaan, yaitu Gowa dan Tallo, yang kemudian
disatukan menjadi Kerajaan Makassar. Kerajaan ini
memiliki Pelabuhan Somba Opu yang menjadi
pelabuhan transito bagi para pedagang dari Malaka
yang hendak menuju ke Kep. Maluku. Karena
ramainya pelabuhan ini, menyebabkan VOC hendak
menguasai Kerajaan Makassar.

Raja-raja Kerajaan Makassar


Nama Sultan Tahun Keterangan
Memerintah
Sultan Alauddin 1591 – 1638 M  Sebelum memeluk Islam bernama Daeng
Manrabia
 Dikenal perahu pinisi dan lambo
 Berkembang menjadi kerajaan maritime.
Sultan Muhammad Said 1638 – 1653 M  Daerah kekuasaan mencapai wilayah Flores dan
Nusa Tenggara
Sultan Hasanuddin 1653 – 1669 M  Masa kejayaan
 Menguasai jalur perdagangan di Indonesia timur
 Menentang monopoli perdagangan VOC
 Terjadi Perang Makassar (perang antara Makassar
dan VOC, 1666 – 1667)
 Mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur
karena keberaniannya melawan VOC.

Dalam masyarakat Kerajaan Makassar terdiri atas 3 kelas, yaitu:


1) Karaeng (golongan bangsawan)
2) Tumasaraq (rakyat biasa)
3) Ata (budak)
Faktor kemunduran:
Dalam Perang Makassar yang dimenangkan oleh VOC, menyebabkan Makassar harus
menandatangai Perjanjian Bongaya (1667) yang isinya:
a) VOC memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di wilayah Makassar
b) VOC mendirikan benteng pertahanan di Makassar
c) Makassar harus melepaskan daerah-daerah kekuasaannya
d) Aru Palaka menjadi Raja Bone
H. KERAJAAN TERNATE DAN KERAJAAN TIDORE

Kepulauan Maluku terkenal sebagai pulau


penghasil rempah-rempah (The Spicy Island).
Komoditas yang paling berharga adalah cengkeh
dan pala. Di Kepulauan Maluku terdapat banyak
kerajaan-kerajaan kecil, mereka membentuk
beberapa persekutuan. Persekutukan yang
terkenal di Maluku adalah Uli Lima dan Uli
Siwa.
Uli Lima (persekutuan lima saudara) terdiri atas
Bacan, Obi, Seram, Ambon dan Ternate sebagai
pemimpin. Sedangkan Uli Siwa (persekutuan
Sembilan saudara) terdiri atas Makyan,
Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, Papua dan
Tidore sebagai pemimpin.

Raja-raja Kerajaan Ternate


Nama Sultan Tahun Keterangan
Memerintah
Kolano Marhum 1465 – 1486 M  Raja Ternate yang pertama kali memeluk Islam
Sultan Zainal Abidin 1486 – 1500 M  Penguasa Ternate yang pertama menggunakan
gelar Sultan
 Berguru kepada Sunan Giri di Gresik
 Menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan
Sultan Sirullah 1500 – 1521 M  Menerima kedatangan pedagang Portugis di
Maluku (1512)
Sultan Hairun 1534 – 1570 M  Menentang kesombongan Portugis
 Terlibat perang dengan Portugis
 Dibunuh oleh Portugis
Sultan Baabullah 1570 – 1583 M  Putra Sultan Hairun
 Berhasil mengusir Portugis dari Maluku
 Masa kejayaan Kerajaan Ternate
 Mendapat julukan Yang Dipertuan di Tujuh Puluh
Dua Pulau

Raja-raja Kerajaan Tidore


Nama Sultan Tahun Keterangan
Memerintah
Sultan Jamaluddin 1495 – 1512 M  Penguasa Tidore yang pertama kali menggunakan
gelar Sultan
Sultan Manshur 1512 – 1526 M  Menerima kedatangan bangsa Spanyol (1521) dan
bersekutu dengan mereka sebagai usaha untuk
mengimbangi kekuatan Kerajaan Ternate yang
bersekutu dengan Portugis
Sultan Nuku 1735 – 1805 M  Masa kejayaan Kerajaan Tidore
 Bangsa Portugis dan Belanda berhasil diusir dari
Maluku Utara
AKULTURASI DAN PERKEMBANGAN BUDAYA ISLAM DI INDONESIA
Perkembangan kerajaan Islam di Indonesia tidak hanya berpengaruh terhadap kehidupan politik,
tetapi juga mempengaruhi perkembangan budaya. Kebudayaan Islam tidak diterima begitu saja oleh
masyarakat Indonesia. Perkembangan kebudyaan Islam berakulturasi dengan kebudayaan pra-Islam di
Indonesia sehingga keduanya tidak berbenturan. Perkembangan kebudayaan Islam di Indonesia juga
didukung oleh sikap akomodatif dan proaktif dari para penyebar Islam dan penduduk lokal Indonesia.
Kondisi inilah yang mempercepat proses akulturasi sehingga melahirkan kebudayaan khas Indonesia.
Hasil akulturasi tersebut baik dalam bentuk fisik maupun nonfisik telah melahirkan identitas baru di
kalangan pemeluk Islam.
A. Seni Bangunan
1. Masjid dan Menara
Seni bangunan yang paling menonjol di Indonesia adalah masjid yang berfungsi sebagai tempat
beribadah umat Islam. Masjid kuno di Indonesia yang dibangun pada masa kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia antara lain:
a) Atap masjid berbentuk tumpang (meru) dan berjumlah ganjil. Meru terdapat dalam
bangunan atap pura dalam agama Hindu.
b) Masjid didirikan di dekat istana atau ibu kota kerajaan
c) Tidak memiliki menara yang berfungsi sebagi tempat mengumandangkan adzan (kecuali
Masjid Menara Kudus dan Masjid Agung Banten)

Masjid Agung Demak Masjid Menara Kudus


Bangunannya Yang unik dalam
beebentuk seperti bangunan tersebut
pendapa, yaitu balai adalah menara masjid Masjid Agung Banten
atau ruang besar yang menyerupai Atap masjidnya
tempat rapat, dengan candi, sedangkan berbentuk tumpang
komposisi ruang yang gapuranya merupakan susun 5, dan
berbentuk persegi dan bangunan candi menaranya seperti
beratap tumpang bentar mercusuar
susun 3

2. Makam
Sesuai ajaran Islam, seorang muslim yang meninggal harus dimakamkan dalam tanah dengan
posisi menghadap kiblat. Selain itu, makam juga dibangun secara sederhana. Meskipun
demikian, makam-makam Islam kuno (khususnya makam para sultan dan pemuka agama) di
Indonesia memadukan ajaran Islam dengan kebudayaan sebelumnya (Hindu-Buddha) sehingga
menyebabkan makam Islam dibangun secara megah. Makam-makam tersebut memiliki ciri-ciri:
a) Makam terbuat dari bangunan batu yang disebut kijing / jirat.
b) Di atas kijing didirikan rumah tersendiri yang disebut cungkup (kubah)
c) Dilengkapi tembok atau gapura yang menghubungkan makam
d) Di dekat makam biasanya dibangun masjid
jirat (kijing) makam raja-raja cungkup makam gapura candi
makam Sultan Kerajaan Demak Fatimah binti bentar pada
Iskandar Muda di dekat Masjid Maimun di Leran, Pemakaman
dari Aceh Agung Demak Gresik Imogiri yaitu
makam raja-raja
Kerajaan
Mataram Islam di
Yogyakarta

B. Aksara
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan,
yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya
dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu
tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab.

C. Seni Ukir
Pada masa perkembangan Islam di zaman madya, berkembang ajaran bahwa seni ukir, patung, dan
melukis makhluk hidup, apalagi manusia secara nyata, tidak diperbolehkan. Di Indonesia ajaran tersebut
ditaati. Hal ini menyebabkan seni patung di Indonesia pada zaman madya, kurang berkembang.
Walaupun seni patung untuk menggambarkan makhluk hidup secara nyata tidak diperbolehkan. Akan
tetapi, seni pahat atau seni ukir terus berkembang. Para seniman tidak ragu-ragu mengembangkan seni
hias dan seni ukir dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan seperti yang telah dikembangkan
sebelumnya. Kemudian juga ditambah seni hias dengan huruf Arab (kaligrafi). Bahkan muncul kreasi
baru, yaitu kalau terpaksa ingin melukiskan makhluk hidup, akan disamar dengan berbagai hiasan,
sehingga tidak lagi jelas-jelas berwujud binatang atau manusia.
gambar tersebut
adalah hiasan di
dinding Masjid
Mantingan Jepara
berupa sulur-sulur
daun yang
membentuk kera. Ini
dinamakan stilasi.

D. Kalender
Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan
peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). Pada kalender Jawa, Sultan Agung melakukan
perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti
dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Dan
bahkan hari pasaran pada kalender saka juga dipergunakan. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai
tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633
M.
Berikut adalah nama-nama bulan dalam Kalender Islam dan Jawa
No Nama Bulan Hijriah (Islam) Nama Bulan Jawa
1 Muharram Sura
2 Safar Sapar
3 Rabiul Awal Mulud
4 Rabiul Akhir Bakdha Mulud
5 Jumadil Awal Jumadil Awal
6 Jumadil Akhir Jumadil Akir
7 Rajab Rejeb
8 Sya’ban Ruwah
9 Ramadhan Pasa
10 Syawal Sawal
11 Zulkaidah Dulkhaidah
12 Zulhijjah Besar

Anda mungkin juga menyukai