pada awal abad ke-15 Masehi. Lokasinya yang dekat dengan Selat Malaka membuat kerajaan ini pernah memiliki salah satu bandar dagang paling ramai di kawasan Asia Tenggara. Pusat pemerintahan kerajaan ini berada di Melaka, kini termasuk wilayah negara Malaysia.Didirikan pada 1405. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara.Ibu kota ialah MelakaBahasa yang umum digunakan bahasa Melayu.Pemerintahan ialahh Monarki Peta kerajaan malaka Sistem kepercayaan Kehidupan perekonomian masyarakat malaka bertumpu pada perdagangan dan pelayaran. Sistem Masyarakat malaka dapat disebut sebagai masyatakat maritim, masyarakatnya banyak yang perekonomian berprofesi sebagai pedagang dan nelayan sebagai masyarakat yang hidup dalam dunia maritim. Terdapat 2 sumber sejarah yaitu: Sulalatus Salatin dan kronik Tiongkok masa Dinasti Ming. Berdasarkan Sulalatus Salatin kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu di Sumber Singapura, kemudian serangan Jawa dan Siam menyebabkan pusat pemerintahan berpindah ke Malaka. sejarah Kronik Dinasti Ming mencatat Parameswara sebagai pendiri Malaka.Sulalatus Salatin juga mengambarkan kedekatan hubungan Malaka dengan Pasai, hubungan kekerabatan ini dipererat dengan adanya pernikahan putri Sultan Pasai dengan Raja Malaka. Masjid Raya Baitulrahman Aceh. Masjid Agung Deli. Masjid Johor Baru.
Peninggalan Peninggalan
Mata uang, yang merupakan peninggalan dari
akhir abad ke-15. Benteng A'Farmosa, yang merupakan bukti penaklukkan Malaka oleh pasukan portugis. Perkembangan pemerintahan
Silsilah Raja-Sultan Malaka
1396-1414 Masehi : Sultan Iskandar Syah atau Parameswara 1414-1424 Masehi : Sultan Muhammad Iskandar Syah 1424-1458 Masehi : Sultan Mudzafat Syah 1458-1477 Masehi : Sultan Mansyur Syah 1477-1488 Masehi : Sultan Alaudin Syah 1488-1511 Masehi : Sultan Mahmud Syah Perkembangan pemerintahan
Pada tahun 1414 Parameswara digantikan putranya,
Megat Iskandar Syah, memerintah selama 10 tahun, kemudian menganut agama Islam dan digantikan oleh Sri Maharaja atau Sultan Muhammad Syah. Putra Muhammad Syah yang kemudian menggantikannya, Raja Ibrahim, mengambil gelar Sri Parameswara Dewa Syah. Namun masa pemerintahannya hanya 17 bulan, dan dia mangkat karena terbunuh pada 1445. Saudara seayahnya, Raja Kasim, kemudian menggantikannya dengan gelar Sultan Mudzaffar Syah. Puncak kejayaan Kerajaan malaka mencapai puncak kejayaan pada abad ke 15. Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming.Di bawah perlindungan Ming, Malaka berkembang menjadi pelabuhan penting di pesisir barat Semenanjung Malaya yang tidak dapat disentuh oleh Majapahit dan Ayutthaya. Pada masa pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah, Malaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya dan pesisir timur pantai Sumatra, setelah sebelumnya berhasil mengusir serangan Siam. Penaklukan Malaka atas kawasan sekitarnya ditopang oleh kekuatan armada laut yang kuat pada masa tersebut serta kemampuan mengendalikan Orang Laut yang tersebar antara kawasan pesisir timur Pulau Sumatra sampai Laut Tiongkok Selatan. Orang laut ini berperan mengarahkan setiap kapal yang melalui Selat Malaka untuk singgah di Malaka serta menjamin keselamatan kapal-kapal itu sepanjang jalur pelayarannya setelah membayar cukai di Malaka. Hingga akhir abad ke-15 Malaka telah menjadi kota pelabuhan kosmopolitan dan pusat perdagangan dari beberapa hasil bumi seperti emas, timah, lada dan kapur. Malaka muncul sebagai kekuatan utama dalam penguasaan jalur Selat Malaka. Masa kemunduran Pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Syah (1477-1488 M), tanda-tanda kemunduran Kesultanan Malaka mulai terlihat. Banyak terjadi pemberontakan dari negeri-negeri bawahan.Keruntuhan Kesultanan Malaka terjadi pada era Sultan Mahmud Syah (1488- 1511 M). Bangsa Portugal di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque menyerang Malaka pada 10 Agustus 1511. Tanggal 24 Agustus 1511, Malaka jatuh ke tangan Portugis.Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke Bintan. Tanggal 23 Oktober 1526, Bintan dihancurkan Portugis dan Sultan Mahmud melarikan diri ke Kampar. Dua tahun kemudian Sultan Mahmud wafat.