Jurnal Skripsi Kurikulum Merdeka
Jurnal Skripsi Kurikulum Merdeka
Jurnal Skripsi Kurikulum Merdeka
ABSTRAK (10PT)
1
FUNDADIKDAS Vol X. No.X October 2020 p. 67-73
Pendahuluan
Paradigma pelajar Indonesia saat ini, melihat negara barat sebagai sebuah negara maju, ketika
budaya barat masuk ke Indonesia maka sebagian masyarakat tidak mampu memfilterisasi budaya
luar yang kontradiksi dengan nilai-nilai budaya yang berlaku di Indonesia. Dalam hal ini, jelaslah
bahwa pengaruh tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap peserta didik baik dari
sikap maupun perilakunya. Fenomena di atas mengisyaratkan bahwa pendidikan karakter sangat
urgen untuk diterapkan khususnya di Pendidikan Anak Usia Dini hingga Sekolah Dasar, karena
peserta didik pada masa ini, memerlukan pendidikan moral yang mampu menekankan pada
prinsip-prinsip yang abstrak tentang benar dan salah, agar dapat bersifat preventif dalam
mengatasi permasalahan sikap dan perilaku pada lingkup pendidikan (Mustoip et al., 2018). Hal
ini sejalan dengan pendapat (Elizabeth, 2016) bahwa, “Perkembangan moral pada awal masa
kanak-kanak masih dalam tingkat yang rendah, sehingga belum mampu menerapkan prinsip-
prinsip abstrak tentang benar dan salah”
Pendidikan karakter di Sekolah Dasar, harus mendapatkan perhatian yang lebih untuk
membentuk pondasi akhlak mulia peserta didik yang kuat. Hal tersebut dilakukan agar peserta
didik memiliki kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai karakter dan memiliki komitmen untuk
selalu melakukan kebaikan pada pendidikan selanjutnya maupun dalam kehidupan sehari-hari,
selaras dengan pendapat (Rohendi, 2016) bahwa, “Pendidikan karakter harus dimulai dari SD
karena jika karakter tidak terbentuk sejak dini maka akan susah untuk merubah karakter
seseorang”. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 mempunyai
Visi dan Misi dalam program Profil Pelajar Pancasila tentang Rencana Strategis Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 (Kebudayaan, 2020). Program sekolah penggerak
mendukung Visi Pendidikan Indonesia yaitu mewujudkan Indonesia maju, berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian melalui terciptanya profil pelajar pancasila. Profil pelajar pancasila merupakan
upaya penguatan pendidikan karakter dan dapat diterapkan kepada siswa dalam satuan
pendidikan baik dalam kegiatan budaya sekolah, intrakulikuler, projek dan ekstrakulikuler.
Nilai-nilai karakter pelajar pancasila sebagai pegangan hidup, ideologi dan sumber moral
bangsa Indonesia tidak terlepas dari tantangan dan 2 dinamika nasional dan global. Sebagai
contoh cepatnya arus informasi melalui sosial media menjelaskan segala hal atau peristiwa yang
terjadi dapat diketahui secara cepat oleh orang lain walaupun berada di wilayah lain (Nurizka &
Rahim, 2020). Nilai-nilai pancasila sangat erat kaitanya dengan karakter, sebab nilai-nilai
pancasila tercermin dari jati diri masyarakat Indonesia yang mempunyai kekhasan pribadi
bangsa. Karakter inilah yang perlu diwariskan kepada generasi muda sebagai pedoman hidup
yang bertujuan melestarikan kepribadian bangsa yang diambil dari nilai-nilai luhur bangsa
indonesia. Profil pelajar pancasila menurut (AepMuhyidinSyaefulloh et al., 2022) ada 6 profil yang
menjadi kompetensi inti dalam kurikulum merdeka dalam mewujudkan profil pelajar pancasila,
diantaranya: 1) beriman, bertaqwa kepada Tuhan dan berakhlak mulia; 2) mandiri; 3) bernalar
kritis; 4) kreatif; 5) bergotong royong; 6) berkebhinekaan global. Saat ini di era globalisasi
pendidikan karakter berperan menyeimbangkan perkembangan teknologi globalisasi dan
perkembangan manusianya (Faiz & Kurniawaty, 2022).
Pada awal tahun 2022 mulai penerapan kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka yang
dimana kurikulum merdeka dimaknai sebagai “kebebasan unit Pendidikan (sekolah, guru dan
murid) dalam berinovasi, mandiri dan kreatif”(Syafi’i, 2022). Merdeka belajar berfokus pada
kebebasan dan pemikiran kreatif. Salah satu program yang dipaparkan oleh Kemendikbud dalam
peluncuran merdeka belajar ialah dimulainya program sekolah penggerak. Program sekolah ini
dirancang untuk mendukung setiap sekolah dalam menciptakan generasi pembelajar sepanjang
hayat yang berkepribadian sebagai siswa pelajar Pancasila. Merdeka belajar memberi guru
keleluasaan dan kebebasan dalam pembelajaran dengan desain kontekstual dan bermakna sesuai
standar profil pelajar pancasila (Sibagariang et al., 2021). Guru diberi kebebasan untuk memilih
perangkat ajar dengan menyesuaikan minat, kebutuhan, dan karakter peserta didik untuk
menguatkan karakter profil pelajar pancasila.
Upaya peningkatan mutu pembelajaran diharapkan didukung holeh lembaga satuan
pendidikan baik tingkat daerah maupun nasional untuk menciptakan profil pelajar pancasila
(Syafi’i, 2022). Aspek yang tercantum dikurikulum merdeka berbeda dengan kurikulum
sebelumnya (Solehudin et al., 2022), terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan
(Sumarsih et al., 2022) bahwa disekolah penggerak telah berhasil melangsungkan implementasi
kurikulum merdeka secara optimal dengan kemauan tinggi untuk berubah atara kepala sekolah
dan guru-gurunya. Namun, penelitian yang dilakukan (Pratikno et al., 2022) mengungkapkan
bahwa kurikulum dirancang sangat relevan dan sangat baik hanya saja terhambat ketika di
terapkan diprakteknya. Semangat yang tinggi untuk berubah dan rasa percaya yang diberikan
orang tua siswa kepada sekolah untuk mendidik dan membentuk karakter peserta didik
menjadikan implementasi kurikulum merdeka berjalan dengan optimal (Sumarsih et al., 2022).
Para peneliti ini berfokus pada penelitian tentang hal-hal yang berkaitan dengan implementasi
kurikulum merdeka. Berdasarkan uraian diatas, maka fokus penelitian yaitu tentang model
strategi pembelajaran yang tepat dalam mewujudkan profil pelajar pancasila dimensi bernalar
kritis pada kurikulum merdeka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi implementasi
kurikulum merdeka dalam penguatan profil pelajar pancasila yang dilakukan guru untuk
menumbuhkan karakter peserta didik.
Setelah berhasil dilakukan disekolah penggerak, kini kurikulum merdeka mulai diterapkan
disekolah non penggerak. Di tahun pertama pelaksanaan implementasi kurikulum merdeka dalam
penguatan profil pelajar pancasila disekolah non penggerak tentunya menjadi tantangan
tersendiri. Banyak yang harus disiapkan oleh sekolah non penggerak guru tentang strategi guru
dalam pembelajaran untuk menerapkan nilai-nilai profil pelajar pancasila. Implementasi
kurikulum merdeka disekolah non penggerak dilakukan ditahun ajaran pertama dikelas 1 dan 4
sama seperti pada sekolah penggerak yang mengimplementasikan pertama kali dikelas 1 dan 4
yang sekarang sudah ditahun ajaran kedua berarti implementasi dikelas 1, 2, 4 dan 5 (Hamriani &
Sudirman, 2023).
Wawancara yang dilakukan terkait Strategi guru dalam pembelajaran untuk menerapkan
nilai-nilai penguatan profil pelajar pancasila di SD Muhammadiyah tonggalan yang merupakan
salah satu sekolah non penggerak dikabupaten Klaten. Hasilnya guru masih awam dan baru
mengenal tentang kurikulum merdeka dan profil pelajar pancasila. Meskipun guru masih belum
memahami secara gamblang tentang strategi guru dalam pembelajaran untuk menerapkan nilai -
nilai profil pelajar pancasila pada kurikulum merdeka, dengan semangat yang tinggi dan terus
belajar serta dukungan kepala sekolah untuk berubah (Sekar Ningrum, 2023).
Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilakukan pada bulan November menunjukkan
bahwa guru memiliki peran penting dalam menerapkan nilai-nilai penguatan profil pelajar
pancasila pada kurikulum merdeka, karena merupakan role model bagi siswa dan memiliki
kewenangan untuk menentukan strategi pembelajaran yang akan di gunakan (Mulyasa, 2021).
Guru mengaku bahwa belum tahu ingin membuat sebuah proyek apa karena belum bisa membuat
perencanaan proyek bahkan tema yang ingin diambil juga belum tahu. Walaupun belum tahu
ingin membuat dan mengembangkan sebuah proyek, pihak sekolah tetap berupaya
menguatkan profil pelajar pancasila dalam diri peserta didik terutama di kelas 4 melalui
pembiasaan-pembiasaan yang menguatkan nilai-nilai profil pelajar pancasila. Guru didukung
Kepala Sekolah memanfaatkan fasilitas sekolah yang ada dalam menguatkan Profil Pelajar
Pancasila melalui kegiatan yang membiasakan peserta didik untuk terlibat aktif dengan
memanfaatkan fasilitas sekolah. Pembiasaan yang dilakukan kepada peserta didik sejauh ini
berjalan baik, dan peserta didik antusias dalam berkegiatan, meskipun terdapat beberapa kendala
tetapi tidak berpengaruh besar. Guru berharap, melalui pembiasaan yang kerap dilakukan
mampu mendesain karakter peserta didik yang memiliki sikap mulia yang mencerminkan ciri
profil pelajar pancasila.
Berdasarkan uraian tersebut didapat permasalahan berupa strategi guru dalam pembelajaran
untuk menerapkan nilai-nilai penguatan profil pelajar pancasila pada kurikulum merdeka apakah
ini dapat dikatakan berhasil atau masih perlu dikembangkan, maka dari itu diperlukan penelitian
dengan judul ”Strategi Guru Dalam Pembelajaran Untuk Menerapkan Nilai-Nilai Penguatan Profil
Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka”.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Jenis
data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data meliputi
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah guru dan peserta didik.
Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Analisis data dalam
penelitian ini yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
1. Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh beberapa temuan
mengenai penerapan Project Base Learning dalam penguatan profil pelajar pancasila pada
kurikulum merdeka di SD Muhammadiyah Tonggalan. Adapun temuan tersebut terkait dengan
strategi pelaksanaan serta faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan Project Base
Learning melalui profil pelajar pancasila yaitu bernalar kritis pada kurikulum merdeka. Berikut
ini merupakan hasil data yang peneliti peroleh selama penelitian:
a. Pelaksanaan Project Base Learning dalam penguatan profil pelajar pancasila pada kurikulum
merdeka di SD Muhammadiyah Tonggalan
Pada Pelaksaan Project Base Learning pihak sekolah melakukan sosialisasi dengan
orangtua siswa mengenai pembelajaran berbasis proyek dalam kurikulum merdeka.
Sosialisasi ini dilakukan agar kedepannya tidak terjadi kesalahpahaman antara guru dan
orangtua siswa mengenai kegiatan peserta didik yang lebih banyak melakukan tugas yang
berbentuk proyek, juga membahas mengenai peralatan yang harus disiapkan siswa dalam
pembelajarannya. Melalui sosialisasi ini sekolah mengharapkan adanya kerjasama dari
semua pihak, yakni antara kepala sekolah, guru, komite sekolah, orangtua siswa dan siswa,
agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Selanjutnya, Pada saat pembelajaran guru memberikan pertanyaan pemantik seputar
permasalahan dalam dunia nyata terkait dengan topik yang dibahas. Biasanya pertanyaan ini
4Strategi Guru dalam Proses Pembelaran……. (Yoga Arda Saputra) 2
FUNDADIKDAS Vol X. No.X October 2020 p. 67-73
Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) memiliki faktor pendukung dalam
pelaksanaannya adalah dari guru sendiri dan juga siswa. Berdasarkan pernyataan guru kelas
yaitu berjalannya pelaksanaan pembelajaran didukung oleh guru yang suka berinovasi, mau
mengubah cara mengajar tradisional ke pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga
siswa tidak hanya pasif duduk diam mendengarkan penjelasan guru, akan tetapi siswa
terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.
c. Faktor pendukung pelaksanaan Project Base Learning dalam penguatan profil pelajar
pancasila pada kurikulum merdeka di SD Muhammadiyah Tonggalan
Tidak dapat dipungkiri bahwa baik dalam pelaksanaan project based learning juga
terdapat faktor penghambat yang dihadapi. faktor penghambat dalam pelaksanaan project
based learning yaitu orangtua.
d. Profil pelajar pancasila dimensi bernalar kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif
maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis
informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Pelajar yang bernalar kritis maksudnya
pelajar yang mampu pelajar yang senang mencari tahu informasi terbaru. Seperti contoh,
ketika guru sedang menjelaskan materi pembelajaran, anak yang bernalar kritis akan
bertanya mengenai materi yang disampaikan.
Guru menggunakan strategi pembagian kelompok, untuk melihat keaktifan anak. Dengan
pembagian kelompok, dapat terlihat anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, anak
akan mencari informasi-informasi, dan anak mampu mengelola informasi yang ia dapatkan,
dan mampu membuat kesimpulan sesuai hasil diskusi kelompok mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peserta didik menyatakan bahwa strategi
yang dilakukan oleh guru dalam mewujudkan profil pelajar bernalar kritis ialah guru
menggunakan strategi pembagian kelompok, untuk melihat keaktifan anak dalam menggali
informasi, mengevaluasi sehingga siswa tersebut mampu mengelola dan menganalisa serta
membuat kesimpulan dan guru menjadi motivator bagi anak.
Berdasarkan hasil penelitian terkait dimensi bernalar kritis yaitu kemampuan ini dapat
mengarahkan siswa menjadi pribadi yang memiliki pemikiran terbuka sehingga ia mau
memperbaiki pendapat serta selalu menghargai orang lain. Elemen-elemen kunci dari
bernalar kritis adalah Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, Menganalisis dan
mengevaluasi penalaran, dan Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Strategi Guru Dalam Pembelajaran Untuk
Menerapkan Nilai-Nilai Penguatan Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka” yang
dilakukan di kelas IV SD Muhammadiyah Tonggalan yang diperoleh melalui serangkaian
teknik penelitian yakni observasi, wawancara, serta serta studi dokumen dengan rumusan
masalah bagaimana strategi guru dalam pembelajaran untuk menerapkan nilai-nilai
penguatan profil pelajar pancasila pada kurikulum merdeka dan bagaimana cara guru dapat
menerapkan strategi yang efektif dalam pembelajaran untuk menerapkan nilai-nilai
penguatan profil pelajar pancasila pada kurikulum merdeka serta faktor penghambat dan
faktor pendukung yang di hadapi dalam pelaksanaan pengembangan nilai-nilai penguatan
profil pelajar pancasila di SD Muhammadiyah Tonggalan. Peneliti menemukan bahwa guru
kelas IV telah melakukan pelaksanaan “Strategi Guru Dalam Pembelajaran Untuk Menerapkan
Nilai-Nilai Penguatan Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka. Berikut merupakan
pembahasannya.
Pelaksanaan Project Base Learning dalam penguatan profil pelajar pancasila pada
kurikulum merdeka di SD Muhammadiyah Tonggalan. Pada Pelaksanaan Project Base
Learning pihak sekolah melakukan sosialisasi dengan orangtua siswa mengenai pembelajaran
berbasis proyek dalam kurikulum merdeka. Sosialisasi ini dilakukan agar orangtua siswa
dapat memahami perubahan kurikulum untuk menghindari kesalahpahaman mengenai
kegiatan pembelajaran siswa yang lebih banyak berbasis proyek. Jika orangtua tidak
mendapatkan sosialisasi mengenai kurikulum merdeka maka bisa terjadi kesalahpahaman
terkait tugas anak-anak yang berupa proyek. (Asrijanty, 2022) juga menjelaskan bahwa perlu
mengkomunikasikan hal ini kepada orangtua, terkadang orangtua siswa merasa bahwa ini
hanya akan menjadi beban baru untuk anak mereka. Oleh karena itu, penting bagi sekolah
untuk mensosialisasikannya.
Pada pelaksanaannya, guru memberikan pertanyaan pemantik untuk menimbulkan rasa
ingin tahu siswa. Pertanyaan pemantik adalah pertanyaan acuan yang digunakan sebagai
pintu masuk ke topik-topik pembelajaran sekaligus untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa (Pusmenjar, 2020). Pertanyaan pemantik diberikan di awal sebagai pengenalan,
selanjutnya sebagai pengantar aksi dan sebagai tindak lanjut dari kegiatan yang sudah
dilakukan, hal ini bertujuan untuk memancing proses inkuiri siswa.
Kemudian, pembelajaran senantiasa berpusat pada siswa, yakni siswa terlibat langsung
dalam pembelajaran seperti berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok, mengerjakan dan
menampilkan produk, sementara itu guru berperan sebagai fasilitator. Menurut (Prasetyo,
2022) pembelajaran yang berpusat pada siswa menjadikan pembelajaran lebih bermakna
dengan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran dikelas.
Penerapan pelaksanaan Project based learning di SD Muhammadiyah Tonggalan
dilakukan dengan mempelajari bagaimana cara membuat atau mengolah produk yang berasal
dari umbi-umbian, menjual produk dikegiatan market day, serta menghitung laba dan rugi
setiap penjualan. SD Muhammadiyah Tonggalan memfokuskan dimensi Bergotong royong,
Bernalar kritis. Melalui kedua dimensi tersebut, Siswa dapat merancang strategi untuk
meningkatkan potensi ekonomi lokal dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Selain itu,
dengan fokus pada produk yang adadi daerah masing-masing dan siswa bisa menunjukkan
kekhasan atau potensi lokal daerahnya untuk dijadikan usaha.
Tahap selanjutnya yaitu diadakannya pameran hasil proyek siswa. Jadi, karya siswa
dipajang atau diperjual belikan. Kegiatan ini disebut dengan market day sebagai bentuk
apresiasi terhadap hasil proyek siswa. Adapun bentuk karya siswa yang di perjualbelikan
mulai makanan yang berbahan dasar singkong, umbi-umbian, pisang dan jagung. tahap ini
disebut juga dengan perayaan belajar, yang dirayakan adalah prosesnya bukan produknya
karena pada pelaksanaannya tentu ada proses yang dijalani dan berbagai hal yang dipelajari
siswa seperti berkomunikasi, berkolaborasi, kerjasama dan lain sebagainya sehingga fokusnya
bukan pada produk tetapi pada proses yang dijalani siswa. Melalui pelaksanaan pameran
memberikan kesempatan siswa untuk menyebarluaskan pengetahuan dan pengalamannya.
(Asrijanty, 2022) menyatakan bahwa “perayaan belajar adalah kegiatan di mana siswa dapat
menampilkan proses atau produk hasil belajarnya dalam sebuah perayaan belajar, umumnya
berupa kegiatan pertunjukan atau pameran yaitu siswa membagikan pengalaman belajarnya
kepada orang lain”.
Selanjutnya ada refleksi dan evaluasi. Refleksi dengan cara Setiap akhir pembelajaran
siswa menuliskan perasaannya di lembar refleksi diri. Kadang refleksi juga dilakukan secara
lisan dengan cara siswa mengungkapkan perasaannya secara langsung mengenai
pembelajaran pada hari itu, seperti yang diungkapkan oleh (Saragih, 2021) bahwa “refleksi
dilakukan terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dikerjakan. Pada tahap ini, siswa
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama mengerjakan proyek”.
Sedangkan untuk evaluasi dilakukan dalam bentuk rubrik penilaian yang didalamnya
terdapat sub elemen yang harus dicapai siswa. Jadi yang dinilai bukan produk, melainkan
proses ketika siswa dapat bekerjama dan mandiri, atau sesuai dengan sub element yang
terdapat pada modul proyek, sehingga nilai akhir siswa bukan berupa angka melainkan sikap
yang terbentuk selama proses belajar dan bersifat kualitatif. Hal tersebut senada dengan yang
dijelaskan oleh (Asrijanty, 2022) yakni “Evaluasi penerapan proyek fokus kepada proses dan
bukan hasil akhir. Jadi tolak ukur dari evaluasi adalah perkembangan dan pertumbuhan diri
siswa, pendidik, dan satuan pendidikan. Misalnya: yang dievaluasi bukanlah berapa banyak
siswa mendapatkan nilai akhir yang tinggi atau kualitas produk, tetapi yang dievaluasi adalah
bagaimana dan seberapa jauh siswa mengalami pembelajaran dan berkembang sebagai
individu selama proyek berjalan.
Melalui project based learning dengan Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan
tema kewirausaan (makanan lokal) dapat mendorong siswa untuk meningkatkan potensi
ekonomi lokal dalam kerangka pembangunan berlanjut, siswa bisa menunjukkan kekhasan
atau potensi lokal daerahnya untuk dijadikan usaha.
Berjalannya project based learning dalam kurikulum merdeka ini didukung oleh kepala
sekolah, guru, komite sekolah, orangtua, siswa dan pemerhati pendidikan. (Asrijanty, 2022)
menjelaskan bahwa orang tua serta warga satuan pendidikan dapat bekerja sama untuk
membantu anak-anak mengembangkan keterampilan dan kompetensi yang dituju. Meski
sudah menjalankan project based learning berdasarkan langkah-langkahnya, akan tetapi
sebagai sekolah yang baru pertama kali menerapkan P5 dan kurikulum merdeka tentunya
tidak terlepas dari kesulitan yang dihadapi, yaitu: interaksi kepada orangtua.
Dalam mewujudkan profil pelajar Bernalar Kritis, guru menggunakan strategi pembagian
kelompok, untuk melihat keaktifan anak dalam menggali informasi, mengevaluasi sehingga
siswa tersebut mampu mengelola dan menganalisa serta membuat kesimpulan dan guru
menjadi motivator bagi anak.
Bernalar kritis artinya proses berpikir untuk mencerminkan untuk memperoleh dan
memodifikasi keputusan atau kesimpulan yang tepat dan membantu siswa menyelesaikan
masalah yang benar. Itu tidak dapat diajarkan sekali, tetapi dibutuhkan lebih banyak waktu.
Karena itu, siswa perlu dilatih dan dibiasakan untuk berpikir kritis. Setiap pembelajaran di
sekolah diharapkan dapat meningkatkan keterampilan kecakapan hidup dan meningkatkan
kemampuan serta keterampilan berpikir kritis siswa. Dalam mewujudkan bernalar kritis,
guru menekankan kepada siswa dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan berpikir
intelektual peserta didik.
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh temuan penelitian bahwa strategi guru
dalam pembelajaran ntuk Menerapkan Nilai-Nilai Penguatan Profil Pelajar Pancasila Pada
Kurikulum Merdeka di SD Muhammadiyah Tonggalan. Pelaksanaan, yaitu sosialisasi dengan
orangtua siswa, menjalankan project based learning yang berpusat pada siswa, guru senantiasa
membimbing siswa, alur kegiatan pembelajaran yang bervariasi, dan diakhiri dengan perayaan
belajar, hasil karya siswa, refleksi dan evaluasi, dan pemahaman baru siswa tentang isu yang
berkaitan dengan tema dan topik yang dipilih. Kemudian, pada penerapannya memfokuskan
dimensi Beriman, Bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa dan dimensi Bergotong Royong, mandiri,
bernalar kritis dan kreatif sebagai dimensi yang dikembangkan untuk Penguatan Profil Pelajar
Pancasila.
Pada dimensi bernalar kritis mempunyai elemen-elemen yaitu Memperoleh dan memproses
informasi dan gagasan, Menganalisis dan mengevaluasi penalaran, dan Merefleksi dan
mengevaluasi pemikirannya sendiri. Sekolah ini sudah menjalankan project based learning sesuai
dengan langkah-langkah atau sintaks project based learning dalam kurikulum merdeka.
Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) memiliki faktor pendukung dalam
pelaksanaannya adalah dari guru sendiri dan juga siswa. faktor penghambat dalam pelaksanaan
project based learning yaitu orangtua.
Daftar Pustaka
AepMuhyidinSyaefulloh, D. W., Putriani, P., Rohaeni, S., & Gustian, R. (2022). Implementasi
Habituasi Profil Pelajar Pancasila Dan Eksistensinya Bagi Mahasiswa. Jurnal
Kewarganegaraan, 6(1).
Asrijanty. (2022). Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA),. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Elizabeth, B. (2016). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan.
Faiz, A., & Kurniawaty, I. (2022). Urgensi Pendidikan Nilai di Era Globalisasi. J. Basicedu,
6(3).
Hamriani, H., & Sudirman, S. (2023). Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Penguatan
Profil Pancasila di SDN 213 Lagoci. Jurnal PGSD Universitas Lamappapoleonro, 1(2),
108–118.
4Strategi Guru dalam Proses Pembelaran……. (Yoga Arda Saputra) 2
FUNDADIKDAS Vol X. No.X October 2020 p. 67-73