Perkembangan Psikologi Anak Dan Remaja
Perkembangan Psikologi Anak Dan Remaja
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, diciptakan
lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia dilengkapi
akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya
di dunia. Akibat unsur kehidupannya, manusia berkembang dan mengalami
perubahan, baik perubahan dalam segi fisiologis maupun perubahan dalam
segi psikologis.
1
Musa Asy'ari, 1999, Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir, Yogyakarta: LESFI, hlm. 2.
2
Op. Cit., Musa Asy'ari, 1999, Filsafat Islam hlm. 4.
2
yang dapat dilihat dalam setting sejarah dan setting psikologis situasi
emosional dan intelektual yang melatar- belakangi karyanya. Dari karya yang
dibuatnya, manusia mampu menciptakan sejarah.
3
Op. Cit., Musa Asy'ari, 1999, Filsafat Islam hlm, 7.
4
K. Bertens, 2005, Panorama Filsafat Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 31.
3
e. Manusia dikatakan sebagai homo faber dikarenakan manusia dapat
menjadi tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya.
f. Manusia disebut sebagai homo ludens (makhluk yang senang bermain).
Permainan dalam sejarahnya juga digunakan untuk memikat dewa-
dewa. Bahkan, ada yang menganggap permainan sebagai ritual suci.
5
Denis Collins, 2002. Paulo Freire, Kehidupan, Karya, dan Pemikirannya Yogyakarta: Komunitas APIRU, hlm. 44.
6
Franz Magnis Suseno, 1999, Pemikiran Karl Marx, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 55.
4
dengan objek yang inheren, karena manusia berproduksi menurut
hukum-hukum keindahan.
c. Manusia bekerja secara bebas dan universal. Bebas, yaitu dapat bekerja
meskipun tidak merasakan kebutuhan langsung, sedangkan universal,
yaitu dapat memakai beberapa cara untuk tujuan yang sama. Pada pihak
lain, manusia dapat menghadapi alam tidak hanya dalam kerangka salah
satu kebutuhan.
Oleh sebab itu, menurut Marx, manusia hanya terbuka pada nilai- nilai
estetik. Hakikat perbedaan manusia dengan binatang adalah adanya
hakikat bebas dan universal pada manusia.
6
Pengetahuan dan pengenalan atas diri dan dunianya membantu manusia
untuk mengarahkan dirinya pada hidup yang lebih baik. Pengetahuan
merupakan kekayaan dan kesempurnaan bagi manusia. Pengetahuan
menjadikan manusia berhubungan dengan dunia dan dengan orang lain, dan
membentuk manusia itu sendiri. Salah satu cara manusia mengetahui dirinya
dan lingkungannya adalah melalui pendidikan. Pendidikan di sini tentu saja
pendidikan yang diharuskan untuk seni yang baik, yang khas hanya untuk
manusia, dan yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Dalam filsafat, suatu materi terbagi menjadi dua macam, yaitu esensi dan
eksistensi. Demikian pula, manusia dilihat sebagai materi yang memiliki dua
macam bagian, yaitu esensi dan eksistensi. Esensi dan eksistensi manusia
inilah yang menjadikan manusia ada dalam muka bumi.
8
Manusia yang memahami tentang dirinya sendiri akan memahami
Penciptanya. Proses pemahaman diri dengan pencipta menjadikan manusia
berproses menuju kesempurnaan yang berada dalam diri manusia. Proses
pemahaman diri dengan refleksi kritis diri, agama, dan realitas menjadikan
manusia sebagai insan kamil atau manusia sempurna.
9
Manusia yang melakukan refleksi menyadari bahwa ia adalah makhluk yang
berdimensional dan bersifat unik, serta bertanggung jawab pada
eksistensinya yang terdiri atas berbagai macam dimensi tersebut. 9
a. Materialisme
Para materialis memercayai bahwa tidak ada kekuatan apa pun yang
bersifat spiritual di balik suatu gejala atau peristiwa yang bersifat material.
Jika ada suatu gejala yang belum diketahui atau belum dipecahkan oleh akal
manusia, hal itu bukan berarti ada kekuatan yang bersifat spiritual di
belakang peristiwa tersebut, melainkan karena pengetahuan dan akal pikiran
manusia belum dapat memahaminya. Oleh karena itu, penjelasan tentang
10
Loc. Cit., Zainal Abidin, 2011, Filsafat Manusia, hlm. 36.
11
gejala tersebut tidak perlu dicari dalam dunia spritual, tetapi harus
berdasarkan data- data yang bersifat indriawi.
b. Idealisme
12
Kebalikan dari materialisme adalah idealisme. Menurut aliran ini,
kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering
disebut juga spiritualisme). Para idealis percaya bahwa ada kekuatan atau
kenyataan spiritual di belakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari
kenyataan spiritual ini adalah berpikir (res cogitans). Karena kekuatan atau
kenyataan spiritual tidak dapat diukur atau dijelaskan berdasarkan pada
pengamatan empiris, kita hanya dapat menggunakan metafor kesadaran
manusia.
13
Jika perilaku manusia diarahkan pada nilai-nilai atau norma- norma,
hidup manusia adalah bertujuan (teleologis), yaitu menggapai sekaligus
mengaktualisasikan nilai, norma, atau hukum. Perilaku manusia mengandung
maksud dan tujuan, bukan semata- mata bergerak secara mekanis.
Penggerak utama perilaku bukan kekuatan eksternal, melainkan internal,
yaitu jiwa, yang hendak mewujudkan dirinya dalam menggapai nilai-nilai
pribadinya dan norma atau hukum masyarakat dan agamanya.
c. Dualisme
d. Vitalisme
e. Eksistensialisme
15
eksistensialis menyebut manusia sebagai suatu proses, "menjadi", gerak yang
aktif, dan dinamis
f. Strukturalisme
g. Posmodernisme
16
1. Manusia sebagai Objek Pemikiran Filsafat
Pendapat Plato bahwa manusia adalah jiwa itu sendiri ditentang oleh
Thomas Aquinas. Menurut Aquinas, manusia merupakan kesatuan antara jiwa
dan badan. Kesatuan antara jiwa dan badan ini yang menjadikan manusia
dapat disebut sebagai pribadi yang utuh, meskipun belum dapat berdiri
sendiri. Aquinas juga tidak setuju dengan pendapat Plato yang mengatakan
bahwa ada 'pra-eksistensi' jiwa sebelum dipertemukan dengan badan.
Manusia sebagai pribadi menurut Aquinas adalah "makhluk individual yang
dianugerahi kodrat rasional.13
Pendapat ini sejalan dengan salah satu pendekatan yang dipakai dalam
psikologi, yaitu pendekatan kognitif, terutama yang menggunakan
information-processing approach (pendekatan pemrosesan informasi) yang
berisi tentang cara individu memproses informasi yang masuk ke dalam dunia
mereka, yaitu bagaimana informasi masuk dalam pikiran, disimpan kemudian
disebarkan, lalu informasi diakses kembali untuk digunakan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan berpikir.15
Inti dari pendekatan kognitif dalam psikologi ini adalah cara mendeteksi
informasi dari lingkungan dengan menggunakan sensor pancaindra yang
dimiliki manusia (sensing) untuk memunculkan persepsi (perception) dan
menyimpannya dalam bentuk memori. Memori ini saat diperlukan - akan
diakses lagi- dan muncul dalam bentuk pemikiran manusia yang
tersampaikan dengan perkembangan bahasa yang dimilikinya.
Pada pembahasan ini, objek material tidak perlu digali lebih dalam.
Akan tetapi, nilai-nilai keberagaman perlu dipupuk agar manusia memahami
sisi kehidupan lain selain kehidupan bangsanya. Ada hewan, tumbuh-
tumbuhan, dan partikel lain yang membutuhkan sentuhan tangan bijak
manusia yang berperan sebagai pemimpin. Fungsi manusia sebagai khalifah
sangat jelas terlihat pada peranannya dalam kehidupan kompleks di dunia
antara manusia dan alam, sebagaimana dipaparkan Musa Asy'ari berikut. 16
14
Loc. Cit., Hardono P. Hadi, 1996, Jatidiri Manusia..., hlm. 35.
15
John W. Santrock, 2002, Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. ed 5. Jakarta: Erlangga, hlm.
79.
16
Loc. Cit., Musa Asy'ari, 1999, Filsafat Islam..., hlm. 15-17.
18
Sebagai pemimpin di muka bumi, manusia diajarkan cara memimpin
yang baik. Manusia memiliki kekuatan dan pengetahuan yang jika
diimplementasikan terhadap kataʼmanusia sebagai khalifah' akan menjadi
sangat ideal. Hal ini dikarenakan hanya manusialah makhluk yang memiliki
akal dan nurani yang menjadi pengontrol bagian lainnya.
Mengenai hal ini, tidak hanya satu agama ataupun satu aliran filsafat
yang mengajarkan teori manusia mulai dari terciptanya manusia hingga
tujuan akhirnya kelak. Jika spiritualisme mengatakan bahwa manusia
diciptakan oleh Tuhan dan kelak kembali kepada- Nya, materialis mengatakan
manusia dan juga partikel alam lain terjadi secara kebetulan. Jika mati, siklus
19
kehidupan manusia berakhir sebab mereka tidak percaya adanya kekuatan
mahaabsolut bernama Tuhan.
20
sebagai manusia seutuhnya, yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna.
21