Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

TAHUN PELAJARAN 2023/2024

KEJAKSAAN NEGERI KOTA BEKASI


JL. VETERAN NO.1, MARGA JAYA, KEC. BEKASI SELATAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : HARRY DARMAWAN WICAKSONO


NIS :-
PROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI INFORMASI
KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK KOMPUTER JARINGAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH III
SMK NEGERI 8 KOTA BEKASI
Jl. Bojong Asih 11, Rawalumbu Telp. (021) 82436199
Website : smkn8kotabekasi.sch.id ; smkn8kotabekasi@yahoo.co.id
Kota Bekasi – 17116
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) SMK NEGERI 8 KOTA BEKASI


Tahun Pelajaran 2023/2024 Ini Telah Dibaca, Ditelaah, Pada:

Hari :-
Tanggal :-

Dan Disahkan Oleh:

Ka. Kompetensi Keahlian Guru Pembimbing

Rini Setyowati Andrianto


NIP. NIP.

Pimpinan DU/DI HUBIN

Lier Budhi Trapsilo, S.H. Roksana Tambunan, M.Pd


NIP. NIP.

Mengetahui,
Ka. SMKN 8 Kota Bekasi

Drs. Riadi, M.Pd


NIP. 19661007 200212 001

i
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur, penulis ingin menyampaikan terima kasih atas
kehadiran Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya selama
penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Laporan ini disusun sebagai bagian
dari pemenuhan persyaratan mengikuti Ujian Akhir Nasional/Ujian Akhir Sekolah
di SMKN 8 BEKASI, dalam rangka menyelesaikan tahun pelajaran 2023/2024.

Praktik Kerja Lapangan ini telah menjadi bagian dari kurikulum di SMKN
8 BEKASI, memungkinkan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh di lingkungan industri. Melalui laporan ini, penulis
berharap dapat memberikan gambaran yang jelas dan bermanfaat tentang
pengalaman praktik kerja yang telah dilalui.

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya disampaikan kepada pihak-


pihak yang telah berperan dalam kelancaran penyelesaian laporan ini.
Penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Riadi, M.Pd selaku kepala sekolah SMKN 8 KOTA BEKASI
2. Bapak Hikmah Tuloh Sidik, S,Kom, M.Kom. selaku Wakil Kepala
Sekolah Urusan Kurikulum
3. Ibu Renny Juliana, S.Pd, M.Pd. selaku Wakil Kepala Sekolah Urusan
Kesiswaan
4. Ibu Roksana Tambunan, S.Pd, M.Pd. selaku Wakil Kepala Sekolah Urusan
Hubungan Masyarakat dan Hubungan Industri
5. Ibu Nur Nugrahani S., SE., ME., Ak., CA. selaku Wakil Kepala Sekolah
Urusan Sarana dan Prasarana
6. Ibu Rini Setyowari, S.Kom. selaku Kepala Program Keahlian Teknik
Komputer dan Jaringan
7. Bapak Tarwan, S.Kom. selaku Wali Kelas
8. Bapak Lier Budhi Trapsilo, S.H. selaku Pimpinan bidang PB3R di
Kejaksaan Negeri Kota Bekasi
9. Ibu Rima Selviana, A.Md selaku pembimbing dari bagian PB3R di
Kejaksaan Negeri Kota Bekasi
10. Terima kasih kepada orang tua dan teman-teman yang memberikan
dukungan secara moral dan materi selama pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan.

Akhir kata, penulis ingin menyampaikan permohonan maaf sebesar-


besarnya apabila terdapat kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja,
kepada semua pihak, terutama yang telah tercantum di atas.
Bekasi, 16 Januari 2023

Harry Darmawan W.

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan (PKL)......................................1
1.2 Maksud dan Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)...............................2
1.2.1 Maksud PKL.....................................................................................2
1.2.2 Tujuan PKL......................................................................................2
1.3 Kegunaan Praktik Kerja Lapangan (PKL)...............................................3
1.3.1 Manfaat untuk Siswa........................................................................3
1.3.2 Manfaat untuk Sekolah.....................................................................3
1.3.3 Manfaat bagi Instansi Tempat Praktek.............................................3
1.4 Tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL)...................................................3
1.5 Jadwal Waktu PKL..................................................................................4
1.5.1 Tahap Persiapan................................................................................4
1.5.2 Tahap Pelaksanaan PKL...................................................................4
1.5.3 Tahap Penulisan Laporan Kegiatan PKL.........................................4
BAB II TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL...............................................5
2.1 Sejarah Instansi........................................................................................5
2.1.1 Sebelum Reformasi..........................................................................5
2.1.2 Masa Reformasi................................................................................6
2.1.3 Visi dan Misi.....................................................................................8

iii
DAFTAR TABEL

iv
DAFTAR GAMBAR

v
DAFTAR LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu komponen penting dalam
kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). PKL bukan hanya sekadar
kegiatan lapangan, melainkan suatu pengalaman yang memberikan siswa
kesempatan untuk mendalami dan menghayati kemampuan yang mereka
pelajari di dalam kelas dalam situasi kerja yang sebenarnya. PKL bukan hanya
tentang penerapan teori dalam praktik, tetapi juga mengenai pengembangan
sikap, keterampilan, dan pemahaman siswa terhadap dunia pekerjaan.

Pertama, terdapat perbedaan antara kurikulum di sekolah dengan


kebutuhan di dunia kerja yang sebenarnya. Meskipun lulusan diharapkan
memiliki keterampilan yang relevan, adakalanya proses pembelajaran di
sekolah belum sepenuhnya mampu menyajikan tantangan dan situasi yang
dihadapi di lapangan. Hal ini menciptakan kesenjangan kompetensi yang perlu
diatasi melalui PKL.

Selanjutnya, beberapa permasalahan yang muncul berkaitan dengan


bidang tugas praktikan menjadi poin penting. Misalnya, ada situasi di mana
siswa mengalami kesulitan mengaplikasikan pengetahuan teoritis dalam
konteks kerja nyata, atau mungkin menghadapi kendala dalam beradaptasi
dengan tuntutan pekerjaan sehari-hari. Hal-hal ini menjadi dasar pemikiran
mengenai perlunya PKL untuk memberikan pengalaman langsung yang dapat
mengatasi ketidaksesuaian ini.

Dengan pemahaman latar belakang ini, diharapkan para lulusan memiliki


pemahaman yang lebih baik tentang mengapa program ini diimplementasikan.
Melalui Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan siswa dapat mengaplikasinkan
ilmu yang didapat di sekolah serta dapat menambah ilmu dan pengalaman
kerja di dunia industri.

1
1.2 Maksud dan Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
1.2.1 Maksud PKL
Maksud diadakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) mencakup
rangkaian tujuan yang bertujuan memberikan pengalaman praktis
kepada siswa. Melalui PKL, siswa memiliki kesempatan untuk
memahami secara lebih mendalam bidang pekerjaan tertentu dengan
langsung terlibat dalam aktivitas sehari-hari di lapangan. Hal ini
diharapkan dapat memberikan wawasan praktis yang tidak dapat
diperoleh dari pembelajaran di kelas.
PKL diarahkan untuk memastikan bahwa siswa mampu
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka
peroleh selama pendidikan di sekolah sesuai dengan latar belakang
pendidikan masing-masing. Adanya keterkaitan langsung antara
pendidikan formal di sekolah dan aplikasi praktis di tempat kerja
menjadi inti dari maksud PKL.
Selain itu, PKL juga berperan sebagai bagian penting dari struktur
kurikulum, sebagai wujud konkret pemenuhan kewajiban belajar siswa.
PKL menggabungkan unsur teori dan praktik sehingga siswa tidak hanya
memahami konsep, tetapi juga dapat melihat implementasinya dalam
dunia kerja sebenarnya.
Terakhir, PKL berfungsi sebagai persiapan siswa memenuhi syarat
untuk mengikuti Uji Sertifikasi Kompetensi. Hal ini menegaskan bahwa
PKL tidak hanya sebagai pengalaman lapangan semata, tetapi juga
sebagai langkah untuk menjadi peserta Uji Sertifikasi Kompetensi
(USK) yang diakui oleh industri.

1.2.2 Tujuan PKL


Tujuan dari pelaksanaan PKL sangat beragam, melibatkan
pencapaian berbagai aspek yang mendukung pengembangan siswa
secara menyeluruh. Pertama, PKL bertujuan untuk menumbuhkan
karakter dan budaya kerja profesional pada siswa. Melalui pengalaman
langsung di tempat kerja, diharapkan siswa dapat membentuk sikap,
perilaku, dan nilai-nilai profesional yang menjadi modal berharga di
dunia kerja.
Tujuan berikutnya adalah meningkatkan kompetensi peserta didik
sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan dunia kerja. PKL dirancang
untuk memberikan siswa pemahaman yang lebih baik tentang tuntutan
dan kebutuhan industri, sehingga kompetensi yang dimiliki dapat lebih
sesuai dengan perkembangan terkini.
Terakhir, tujuan PKL adalah menyiapkan kemandirian peserta didik
untuk bekerja atau berwirausaha setelah menyelesaikan pendidikan.
Dengan memberikan pengalaman langsung dalam lingkungan kerja,
diharapkan siswa dapat mengasah keterampilan berkomunikasi,
menyelesaikan masalah, dan inisiatif yang menjadi kunci kesuksesan
dalam dunia kerja.

2
1.3 Kegunaan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Praktek Kerja Lapangan (PKL) memberikan manfaat langsung bagi siswa,
termasuk:

1.3.1 Manfaat untuk Siswa


Praktek Kerja Lapangan (PKL) memberikan manfaat langsung bagi
siswa, termasuk
- Memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh di kelas ke dalam situasi kerja yang nyata.
- Membantu dalam pengembangan keterampilan teknis dan non-teknis
yang diperlukan di dunia kerja.
- Memperkuat sikap profesional, tanggung jawab, dan kedisiplinan
siswa.
- Memberi kesempatan bagi siswa untuk lebih memahami minat dan
aspirasi karir mereka.

1.3.2 Manfaat untuk Sekolah


Pelaksanaan PKL juga memberikan kontribusi positif bagi
lingkungan SMK NEGERI 8 Kota Bekasi termasuk:
- Memberikan umpan balik berharga untuk penyempurnaan kurikulum
agar lebih sesuai dengan kebutuhan industri.
- Menambah dimensi praktis pada pembelajaran di kelas, memastikan
siswa siap menghadapi dunia kerja.
- Membangun kemitraan dengan industri yang dapat meningkatkan
peluang kerja dan mendukung program pendidikan.

1.3.3 Manfaat bagi Instansi Tempat Praktek


Bagi instansi atau perusahaan yang menjadi tempat PKL, terdapat
manfaat sebagai berikut:
- Mendapatkan kontribusi tenaga kerja tambahan dari siswa yang
dapat membantu memperlancar operasional.
- Menghadirkan perspektif baru dan ide-ide segar dari siswa yang
dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
- Membuka peluang untuk membangun kemitraan jangka panjang
dengan lembaga pendidikan.

1.4 Tempat Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Praktikan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Instansi Negeri
yaitu Kejaksaan Negeri Kota Bekasi, dan di tempatkan di Seksi Pengelolaan
Barang Bukti dan BarangRampasan. Berikut uraian informasi mengenai
tempat pelaksanaan program Praktik Kerja Lapangan (PKL) :

3
Nama Instansi : Kejaksaan Negeri Kota Bekasi
Alamat : Jl. Veteran No.1, RT.002/RW.002, Marga Jaya,
Kec. Bekasi Sel., Kota Bks, Jawa Barat 17141
Telepon : (021) 8841450
Website : kejari-bekasikota.go.id

1.5 Jadwal Waktu PKL


Kegiatan praktik kerja lapangan dilaksanakan pada tanggal 1 September
2023 sampai dengan 29 Desember 2023, terhitung kurang lebih empat bulan
praktikan melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan guna mempelajari
setiap pekerjaan yang diterima, Adapun rincian tahapannya, sebagai berikut :

1.5.1 Tahap Persiapan


Pada tahap ini praktikan mencari informasi mengenai perusahaan
yang sesuai dan menerima PKL selama bulan September s.d Desember.
Setelah menemukan perusahaan yang sesuai, praktikan mengurus surat
permohonan pelaksanaan PKL di SMKN 8 Kota Bekasi yang ditujukan
ke Kejaksaan Negeri Kota Bekasi. Permohonan PKL praktikan tidak
langsung disetujui oleh pihak perusahaan. Setelah dua minggu praktikan
kembali lagi ke perusahaan untuk menanyakan kelanjutan perohonan
PKL dan praktikan diterima untuk melaksanakan PKL pada 1 September
2023 sampai dengan 29 Desember 2023. Kemudian praktikan diberikan
surat balikan dari perusahaan.

1.5.2 Tahap Pelaksanaan PKL


Praktikan melaksanakan PKL di Kejaksaan Negeri Kota Bekasi
dimulai pada tanggal 1 September 2023 sampai 29 Desember 2023.
Dengan waktu kerja sebanyak lima hari (Senin-Jum’at). Setiap hari
kegiataan PKL ini dimulai pada pukul 08.00 dan berakhir pada pukul
15.00. Yang diantaranya dari jam 12.00-13.00 adalah waktu ishoma dan
kembali melanjutkan aktivitas PKL sampai dengan selesai pada pukul
15.00.

1.5.3 Tahap Penulisan Laporan Kegiatan PKL


Setelah menyelesaikan praktik kerja lapangan, praktikan mulai
menulis laporan PKL. Penulisan Laporan PKL dimulai pada bulan
Desember 2023 hingga Januari 2024. Penulisan dimulai dengan mencari
data-data yang dibutuhkan dalam penulisan laporan PKL. Kemudian
data tersebut diolah dan diserahkan sebagai tugas akhir laporan praktik
kerja lapangan.

4
BAB II

TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL

2.1 Sejarah Instansi


2.1.1 Sebelum Reformasi
Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia. Pada
zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan
Majapahit, istilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu
pada posisi dan jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari
bahasa kuno, yakni dari kata-kata yang sama dalam Bahasa Sansekerta.
Seorang peneliti Belanda, W.F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa
adalah pejabat negara di zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu
Hayam Wuruk tengah berkuasa (1350-1389 M). Dhyaksa adalah hakim yang
diberi tugas untuk menangani masalah peradilan dalam sidang pengadilan.
Para dhyaksa ini dipimpin oleh seorang adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang
memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi.

Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya dengan


jaksa dan Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie. Lembaga ini
yang menitahkan pegawai-pegawainya berperan sebagai Magistraat dan
Officier van Justitie di dalam sidang Landraad (Pengadilan Negeri), Jurisdictie
Geschillen (Pengadilan Justisi) dan Hooggerechtshof (Mahkamah Agung)
dibawah perintah langsung dari Residen / Asisten Residen. Hanya saja, pada
prakteknya, fungsi tersebut lebih cenderung sebagai perpanjangan tangan
Belanda belaka. Dengan kata lain, jaksa dan Kejaksaan pada masa penjajahan
belanda mengemban misi terselubung yakni antara lain:

1. Mempertahankan segala peraturan Negara


2. Melakukan penuntutan segala tindak pidana
3. Melaksanakan putusan pengadilan pidana yang berwenang

Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi


difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman
pendudukan tentara Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu
Seirei No.3/1942, No.2/1944 dan No.49/1944. Eksistensi kejaksaan itu berada
pada semua jenjang pengadilan, yakni sejak Saikoo Hoooin (pengadilan
agung), Koootooo Hooin (pengadilan tinggi) dan Tihooo Hooin (pengadilan
negeri). Pada masa itu, secara resmi digariskan bahwa Kejaksaan memiliki
kekuasaan untuk:

5
1. Mencari (menyidik) kejahatan dan pelanggaran
2. Menuntut Perkara
3. Menjalankan putusan pengadilan dalam perkara kriminal.
4. Mengurus pekerjaan lain yang wajib dilakukan menurut hukum.

Secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak kemerdekaan


Indonesia diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari
setelahnya, yakni tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam
struktur Negara Republik Indonesia, yakni dalam lingkungan Departemen
Kehakiman.

Kejaksaan RI terus mengalami berbagai perkembangan dan dinamika


secara terus menerus sesuai dengan kurun waktu dan perubahan sistem
pemerintahan. Sejak awal eksistensinya, hingga kini Kejaksaan Republik
Indonesia telah mengalami 22 periode kepemimpinan Jaksa Agung. Seiring
dengan perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, kedudukan pimpinan,
organisasi, serta tata cara kerja Kejaksaan RI, juga juga mengalami berbagai
perubahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta
bentuk negara dan sistem pemerintahan. Menyangkut Undang-Undang tentang
Kejaksaan, perubahan mendasar pertama berawal tanggal 30 Juni 1961, saat
pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 1961 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan RI. Undang-Undang ini menegaskan
Kejaksaan sebagai alat negara penegak hukum yang bertugas sebagai penuntut
umum (pasal 1), penyelenggaraan tugas departemen Kejaksaan dilakukan
Menteri / Jaksa Agung (Pasal 5) dan susunan organisasi yang diatur oleh
Keputusan Presiden. Terkait kedudukan, tugas dan wewenang Kejaksaan
dalam rangka sebagai alat revolusi dan penempatan kejaksaan dalam struktur
organisasi departemen, disahkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1961
tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi.

Pada masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut


Kejaksaan RI sesuai dengan perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun
1961 kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991, tentang Kejaksaan
Republik Indonesia. Perkembangan itu juga mencakup perubahan mendasar
pada susunan organisasi serta tata cara institusi Kejaksaan yang didasarkan
pada adanya Keputusan Presiden No. 55 tahun 1991 tertanggal 20 November
1991.

2.1.2 Masa Reformasi


Masa Reformasi hadir ditengah gencarnya berbagai sorotan terhadap
pemerintah Indonesia serta lembaga penegak hukum yang ada, khususnya
dalam penanganan Tindak Pidana Korupsi. Karena itulah, memasuki masa
reformasi Undang-undang tentang Kejaksaan juga mengalami perubahan,
yakni dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 untuk
menggantikan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991. Kehadiran undang-

6
undang ini disambut gembira banyak pihak lantaran dianggap sebagai
peneguhan eksistensi Kejaksaan yang merdeka dan bebas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah, maupun pihak lainnya.

Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2


ayat (1) ditegaskan bahwa “Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan
lain berdasarkan undang-undang”. Kejaksaan sebagai pengendali proses
perkara (Dominus Litis), mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan
hukum, karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah
suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti
yang sah menurut Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai penyandang
Dominus Litis, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana
putusan pidana (executive ambtenaar). Karena itulah, Undang-Undang
Kejaksaan yang baru ini dipandang lebih kuat dalam menetapkan kedudukan
dan peran Kejaksaan RI sebagai lembaga negara pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan.

Pada masa reformasi pula Kejaksaan mendapat bantuan dengan hadirnya


berbagai lembaga baru untuk berbagi peran dan tanggungjawab. Kehadiran
lembaga-lembaga baru dengan tanggungjawab yang spesifik ini mestinya
dipandang positif sebagai mitra Kejaksaan dalam memerangi korupsi.
Sebelumnya, upaya penegakan hukum yang dilakukan terhadap tindak pidana
korupsi, sering mengalami kendala. Hal itu tidak saja dialami oleh Kejaksaan,
namun juga oleh Kepolisian RI serta badan-badan lainnya.

Akhirnya, UU No. 30 Tahun 2002 dalam penjelasannya secara tegas


menyatakan bahwa penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang
dilakukan secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai
hambatan. Untuk itu, diperlukan metode penegakan hukum luar biasa melalui
pembentukan sebuah badan negara yang mempunyai kewenangan luas,
independen, serta bebas dari kekuasaan manapun dalam melakukan
pemberantasan korupsi, mengingat korupsi sudah dikategorikan sebagai
extraordinary crime. Karena itu, UU No. 30 Tahun 2002 mengamanatkan
pembentukan pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang bertugas dan
berwenang memeriksa dan memutus tindak pidana korupsi. Sementara untuk
penuntutannya, diajukan oleh Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(KPK) yang terdiri dari Ketua dan 4 Wakil Ketua yang masing-masing
membawahi empat bidang, yakni Pencegahan, Penindakan, Informasi dan
Data, Pengawasan internal dan Pengaduan masyarakat.

Dari ke empat bidang itu, bidang penindakan bertugas melakukan


penyidikan dan penuntutan. Tenaga penyidiknya diambil dari Kepolisian dan
Kejaksaan RI. Sementara khusus untuk penuntutan, tenaga yang diambil
adalah pejabat fungsional Kejaksaan. Hadirnya KPK menandai perubahan
fundamental dalam hukum acara pidana, antara lain di bidang penyidikan.

7
2.1.3 Visi dan Misi
Visi Kejaksaan R.I :
Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang bersih, efektif, efisien,
transparan, akuntabel, untuk dapat memberikan pelayanan prima dalam
mewujudkan supremasi hukum secara profesional, proporsional dan
bermartabat yang berlandaskan keadilan, kebenaran, serta nilai – nilai
kepatutan.

Misi Kejaksaan R.I :


1. Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi Kejaksaan dalam pelaksanaa tugas
dan wewenang, baik dalam segi kualitas maupun kuantitas penanganan
perkara seluruh tindak pidana, penanganan perkara Perdata dan Tata Usaha
Negara, serta pengoptimalan kegiatan Intelijen Kejaksaan, secara
profesional, proposional dan bermartabat melalui penerapan Standard
Operating Procedure (SOP) yang tepat, cermat, terarah, efektif, dan
efisien.
2. Mengoptimalkan peranan bidang Pembinaan dan Pengawasan dalam
rangka mendukung pelaksanaan tugas bidang-bidang lainnya, terutama
terkait dengan upaya penegakan hukum.
3. Mengoptimalkan tugas pelayanan publik di bidang hukum dengan penuh
tanggung jawab, taat azas, efektif dan efisien, serta penghargaan terhadap
hak-hak publik;
4. Melaksanakan pembenahan dan penataan kembali struktur organisasi
Kejaksaan, pembenahan sistem informasi manajemen terutama
pengimplementasian program quickwins agar dapat segera diakses oleh
masyarakat, penyusunan cetak biru (blue print) pembangunan sumber daya
manusia Kejaksaan jangka menengah dan jangka panjangtahun 2025,
menerbitkan dan menata kembali manajemen administrasi keuangan,
peningkatan sarana dan prasarana, serta peningkatan kesejahteraan
pegawai melalui tunjangan kinerja atau remunerasi, agar kinerja
Kejaksaan dapat berjalan lebih efektif, efisien, transparan, akuntabel dan
optimal.
5. Membentuk aparat Kejaksaan yang handal, tangguh, profesional, bermoral
dan beretika guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok, fungsi
dan wewenang, terutama dalam upaya penegakan hukum yang berkeadilan
serta tugas-tugas lainnya yang terkait.

8
2.1.4 Makna Logo Kejaksaan Negeri Kota Bekasi
Gambar II.1
Logo Kejaksaan Negeri Kota Bekasi

Sumber : kejari-bekasikota.go.id/logo-dan-makna

Bintang bersudut tiga


Bintang adalah salah satu benda alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
tinggi letaknya dan memancarkan cahaya abadi. Sedangkan jumlah tiga
buah merupakan pantulan dari Trapsila Adhyaksa sebagai landasan
kejiwaan warga Adyaksa yang harus dihayati dan diamalkan.

Pedang
Senjata pedang melambangkan kebenaran, senjata untuk membasmi
kemungkaran/kebathilan dan kejahatan.

Timbangan
Timbangan adalah lambang keadilan, keadilan yang diperoleh melalui
keseimbangan antara suratan dan siratan rasa.

Padi dan Kapas


Padi dan kapas melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran yang
menjadi dambaan masyarakat.

Seloka ”Satya Adi Wicaksana”


Merupakan Trapsila Adhyaksa yang menjadi landasan jiwa dan raihan
cita-cita setiap warga Adhyaksa dan mempunyai arti serta makna:

 Satya : Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur, baik terhadap


Tuhan Yang Maha Esa, terhadap diri pribadi dan keluarga maupun
kepada sesama manusia.
 Adi : kesempurnaan dalam bertugas dan yang berunsur utama,
bertanggungjawab baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap
keluarga dan terhadap sesama manusia.
 Wicaksana : Bijaksana dalam tutur-kata dan tingkah laku,
khususnya dalam penerapan kekuasaan dan kewenangannya.

9
Makna tata warna
Warna kuning diartikan luhur, keluhuran makna yang dikandung dalam
gambar/lukisan, keluhuran yang dijadikan cita-cita.
Warna hijau diberi arti tekun, ketekunan yang menjadi landasan
pengejaran/pengraihan cita-cita.

2.2 Struktur Organisasi

Adapun nama-nama pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan


program serta tugas pokok dan fungsi dari masing-masing jabatan yang
dijabatnya, yaitu:

1. Kepala Kejaksaan Negeri Kota Bekasi Dijabat oleh LAKSMI


I004EDRIYAH R., S.H., LL.M.
Mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Memimpin dan mengendalikan Kejaksaan dalam hal melaksanakan tugas


pokok, fungsi dan wewenang dari kejaksaan sesuai dengan 17 lingungan yang
bersangkutan untuk menciptakan daya guna dan berhasil guna.
b. Bertanggung jawab dalam hal pengelolaan data statistik kriminal serta
menerapkan pengembangan manajemen teknologi informasi di lingkungan
Kejaksaan.
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, prapenuntutan,
pemeriksaan, eksekusi dan tindakan hukum lainnya yang berdasarkan dengan
peraturan perundang-undangan serta kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Jaksa Agung.

10

Anda mungkin juga menyukai