Anda di halaman 1dari 12

MODUL AJAR

Nama Sekolah : SMKS BINA PUTRA Materi : Solid State Relay


Nama Pelajaran : Sistem Kendali Alokasi Waktu : 15 x 45 menit
Fase/Kelas/Semester : F/XI/Gasal Pertemuan ke : 6,7,8,9,10,
11,12,13,14,15
Pokok Bahasan (Elemen) : Sistem Kendali

I. A. Tujuan Pembelajaran (diambil dari Tujuan Pembelajaran)


A.1 menerapkan solid state relay
A.2 menerapkan rangkaian isolasi

B. Profil Pelajar Pancasila


1. Mandiri
2. Kreatif
3. Bernalar Kritis

C. Model Pembelajaran
Discovery Learning/PBL

D. Media Pembelajaran
Power point, Gambar dan Vidio pembelajaran: https://www.youtube.com/watch?v=Dx5393LtgLY

E. Pertanyaan Pemantik
Bagaimana cara mengendalikan lampu di rumah ?

F. Rencana Assesmen
1. Formatif : Observasi selama kegiatan pembelajaran
2. Sumatif :
a. Keterampilan : Keterampilan saat diskusi dan presentasi
b. Pengetahuan : Kemampuan menjawab soal.

G. Berdiferensiasi :
1. Bagi siswa yang kurang dalam materi prasyarat, diberikan jam tambangahan sepulang sekolah
2. Bagi siswa yang sullit memahami materi, diberikan tambahan soal dan tugas mandiri.

II. Langah-langkah Pembelajaran

Pertemuan ke 6
Pendahuluan
1. Guru memberikan pertanyaan pemantik, kemudian memberikan kesempatan murid untuk
menjawab dan diskusi terbuka

Kegiatan Inti
1. Murid melihat dan menyimak gambar dan video yang ditujukan guru
2. Guru menjelaskan tujuan serta pengetahuan bermakna mengenai materi : solid state relay
3. Murid berdiskusi bersama guru untuk membahas hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk
menyelesaikan masalah
4. Murid menerima lembar kerja yang dibagikan guru untuk berdiskusi kelompok tentang materi : :
solid state relay
5. Murid berdiskusi bersama kelompok untuk menjawab rumusan masalah yang disajikan dalam
lembar kerja.
6. Murid mencari informasi yang diperlukan melalui berbagai literature
7. Murid mencatat point-point penting yang diperoleh dan menyusunnya dalam suatu bentuk
untuk dipresentasikan
8. Murud melakukan presentasi hasil diskusi
9. Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Penutup
1. Bersama murid guru menyimpulkan pelajaran
2. Guru menjelaskan rencana pertemuan berikutnya
3. Guru dan siswa menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

Cihampelas, Agustus 2022


Mengetahui
Kepala SMKS BINA PUTRA Guru Sistem Kendali,

Rudianto Surya HS., S.Pd Nisa Ikrima, A.Md


NIP.

Refleksi dan Catatan Guru :

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MATERI AJAR I RELAY

A. Pengertian Relay
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen
Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet
(Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip
Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil
(low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh,
dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan
Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.

B. Fungsi dan Aplikasi Relay


Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika
diantaranya adalah :
a) Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)
b) Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay Function)
c) Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan dari Signal
Tegangan rendah.
d) Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya dari
kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).

C. Prinsip Kerja Relay


Pada dasarnya, relay terdiri dari 4 komponen dasar, yaitu :
1) Elektromagnet (coil)
2) Armature
3) Switch contact point (saklar)
4) Spring
Berikut ini merupakan gambar dari bagian relay :

Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :


 Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi
CLOSE (tertutup)
 Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi
OPEN (terbuka)
Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil
yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan arus
listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk
berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat
menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada
sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik,
Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay untuk menarik
Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.

Agar siswa lebih mudah memahami bagaimana relay bekerja, guru menayangkan cara kerja
relay melalui video youtube dengan link : https://www.youtube.com/watch?v=lcbQOE0tfSE

D. Arti Pole dan Throw pada Relay


Karena relay merupakan salah satu jenis dari saklar, maka istilah pole dan throw yang dipakai
dalam saklar juga berlaku pada relay. Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai istilah
Pole and Throw :
 Pole : Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay
 Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (Contact)
Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Throw pada sebuah relay. Maka relay dapat
digolongkan menjadi :
a) Single Pole Single Throw (SPST) : Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2 Terminal untuk
Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
b) Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay golongan ini memiliki 5 Terminal, 3 Terminal untuk
Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
c) Double Pole Single Throw (DPST) : Relay golongan ini memiliki 6 Terminal, diantaranya 4
Terminal yang terdiri dari 2 Pasang Terminal Saklar sedangkan 2 Terminal lainnya untuk
Coil. Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
d) Double Pole Double Throw (DPDT) : Relay golongan ini memiliki Terminal sebanyak 8
Terminal, diantaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay SPDT yang dikendalikan
oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya untuk Coil
E. Sumatif (Soal Ujian)
Siswa memperhatikan video yang ditayangkan oleh guru. Kemudian siswa menjawab pertanyaan
dibawah ini berdasarkan video yang ditayangkan. Adapun link videonya adalah :
https://www.youtube.com/watch?v=z1n2GbsnRv8
Pertanyaan :
1. Power Supply pada rangkaian tersebut adalah …
2. Type relay yang digunakan adalah ….
3. Pin koil pada relay adalah …
4. Ada berapa channel pada relay ? Sebutkan !
5. Output ketika relay pada posisi NO (awal) adalah …
6. Output ketika relay pada posisi NC (setelah saklar ditekan) adalah …
7. Output pada rangkaian adalah …
8. Jenis siekring pada rangkaian di video adalah ….

Tugas Mandiri (diferensiasi)

Jawablah soal dibawah ini berdasarkan gambar diatas


1. Ada berapa kaki pada relay ?
2. Type relay adalah …
3. Pin koil ada relay adalah …
4. Ada berapa channel NO dan NC ? sebutkan !
5. Relay tersebut dapat digunakan pada tegangan …. Dengan kapasitas berapa ampere ?
Soal tambahan (diferensiasi)
Simaklah video pada url berikut ini : https://www.youtube.com/watch?v=1XIWpEmVNBg
Berdasarkan video diatas, jelaskan perbedaan antara Saklar, Relay dan Magnetic Kontaktor. Jelaskan
dengan mengisi tabel dibawah ini :
Saklar Relay Magnetic Kontaktor

Komponen

Beban Maksimal

Tegangan yang
digunakan

Kapasitas

Contoh penggunaan
MATERI AJAR II SOLID STATE RELAY

A. Pengertian
Solid State Relay atau SSR adalah saklar elektronik menggunakan semikonduktor yang bisa
mengendalikan aliran arus listrik lebih besar dengan kontrol hanya menggunakan arus listrik
yang kecil. Perbedaan dengan relay biasa adalah tidak terdapatnya coil untuk membentuk
medan magnet sehingga tugas pada relay bisa berubah posisi.

Namun relay elektro mekanik memiliki banyak keterbatasan bila dibandingkan dengan SSR,
salah satunya seperti siklus hidup kontak yang terbatas, mengambil banyak ruang, dan
besarnya daya kontaktor relay. Karena keterbatasan ini, banyak produsen relay menawarkan
perangkat SSR dengan semikonduktor modern yang menggunakan SCR, TRIAC, atau output
transistor sebagai pengganti saklar kontak mekanik.

SSR juga berarti relay yang tidak mempunyai bagian yang bergerak sehingga tidak terjadi
aus. SSR juga mampu menghidupkan dan mematikan dengan waktu yang jauh lebih cepat
bila dibandingkan dengan relay elektromekanik. Juga tidak ada pemicu percikan api antar
kontak sehingga tidak ada masalah korosi kontak. Namun SSR masih terlalu mahal untuk
dibuat dengan rating arus yang sangat tinggi. Sehingga, kontaktor elektromekanik atau relay
konvensional masih terus mendominasi aplikasi-aplikasi di industri saat ini.
SSR merupakan relay yang dapat didiskripsikan sebagai berikut :
 Mempunyai empat buah terminal, 2 input terminal dan 2 buah output terminal.
 Tegangan input dapat berupa tegangan AC atau DC.
 Antara output dan input diisolasi dengan sistem optikal.
 Output menggunakan keluarga thyristor, SCR untuk beban DC dan TRIAC untuk beban
AC.
 Switching ON, yang sering disebut ‘firing’, SSR hanya bisa terjadi pada saat tegangan
yang masuk ke output pada level yang sangat rendah mendekati nol volt.
 Output berupa tegangan AC (50 Hz atau 60 Hz).
B. Fungsi solid state relay
Fungsi SSR adalah seperti pada relay biasa yaitu untuk mengontrol aliran arus dengan daya
besar dengan hanya arus input/kontrol yang kecil. Tetapi karena beberapa kelebihan SSR
dibanding relay konvensional maka sangat cocok digunakan pada rangkaian yang memerlukan
proses respon switching on-off sangat cepat serta pada rangkaian listrik yang ditempatkan
pada area goncangan tinggi.
Biasanya SSR digunakan pada proyek robotik, mesin dan peralatan industri, peralatan medis,
peralatan instrumentasi, circuit multiplexers, alat ukur (air/gas), peralatan elektronik rumah
tangga, rangkaian dengan noise rendah.

C. Kelebihan dan Kelemahan Solid State Relay


Kelebihan :
 Pada SSR tidak terdapat bagian yang bergerak seperti halnya pada relay. Relay
mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang disebut kontaktor dan bagian ini tidak ada
pada SSR. Sehingga tidak mungkin terjadi ‘no contact’ karena kontaktor tertutup debu
bahkan karat.
 Tidak terdapat ‘bounce’, karena tidak terdapat kontaktor yang bergerak paka pada SSR
tidak terjadi peristiwa ‘bounce’ yaitu peristiwa terjadinya pantulan kontaktor pada saat
terjadi perpindahan keadaan. Dengan kata lain dengan tidak adanya bounce maka tidak
terjadi percikan bunga api pada saat kontaktor berubah keadaan.
 Proses perpindahan dari kondisi ‘off’ ke kondisi ‘on’ atau sebaliknya sangat cepat hanya
membutuhkan waktu sekitar 10us sehingga SSR dapat dengan mudah dioperasikan
bersama-sama dengan zero-crossing detektor. Dengan kata lain opersai kerja solid-state
relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing detektor.
 SSR kebal terhadap getaran dan goncangan. Tidak seperti relay mekanik biasa yang
kontaktornya dapat dengan mudah berubah bila terkena goncangan/getaran yang cukup
kuat pada body relay tersebut.
 Tidak menghasilkan suara ‘klik’, seperti relay pada saat kontaktor berubah keadaan.
 Kontaktor output pada SSR secara otomatis ‘latch’ sehingga energi yang digunakan untuk
aktivasi solid-state relay lebih sedikit jika dibandingkan dengan energi yang digunakan
untuk aktivasi sebuah relay. Kondisi ON sebuah solid-state relay akan di-latc sampai SSR
mendapatkan tegangan sangat rendah, yaitu mendekati nol volt.
 SSR sangat sensitif sehingga dapat dioperasikan langsung dengan menggunakan level
tegangan CMOS bahkan level tegangan TTL.
 Rangakain kontrolnya menjadi sangat sederhana karena tidak memerlukan level
konverter.Masih terdapat couple kapasitansi antara input dan output tetapi sangat kecil
sehingga arus bocor antara input output sangat kecil. Kondisi diperlukan pada peralatan
medical yang memerlukan isolasi yang sangat baik.

Kelemahan :
 Resistansi Tegangan transien. Tegangan yang diatur/dikontrol oleh SSR benar-benar tidak
bersih. Dengan kata lain tidak murni tegangannya berupa sinyal sinus dengan tegangan
peak to peak 380 vpp tetapi terdapat spike-spike yang dihasilkan oleh induksi motor atau
peralatan listrik lainnya. Spike ini level tegangannya bervariasi jika terlalu besar maka
dapat merusakkan solid-state relay tersebut. Selain itu sumber-sumber spike yang lain
adalah sambaran petir, imbas dari selenoid valve dan lain sebagainya.
 Tegangan drop. Karena SSR dibangun dari bahan silikon maka terdapat tegangan jatuh
antara tegangan input dan tegangan output. Tegangan jatuh tersebut kira-kira sebesar 1
volt. Tegangan jatuh ini menyebabkan adanya dissipasi daya yang besarnya tergantung
dari besarnya arus yang lewat pada solid-state relay ini.
 Arus bocor-‘Leakage current’. Pada saat solid-state relay ini dalam keadaan off atau
keadaan open maka dalam kondisi yang idel seharusnya tidak ada arus yang mengalir
melewati solid-state relay tetapi tidak demikian pada komponen yang sebenarnya.
Besarnya arus bocor cukup besar untuk jika dibandingkan arus pada level TTL yaitu sekitar
10mA rms.
 Sukar dimplementasikan pada aplikasi multi fasa.

D. Cara Kerja SSR


Komponen SSR, bisa dilihat pada gambar dibawah ini :
Cara Kerja SSR
Cara kerja SSR yaitu dnegan menggunakan optocoupler, yaitu sirkuit sederhana yang dkontrol
dengan cahaya, biasanya sumber cahaya digunakan pada SSR bisa berupa lampu LED atau infra
red.

Saat tegangan input diberi tegangan dengan kisaran tegangan 3-4 hingga 24 Volt maka
optocoupler ini akan menyala dan memberi sinyal ke rangkaian yang ada di SSR untuk
mengubah kontak elektronik baik dari NC ke NO atau sebaliknya tergantung konfigurasi SSR.
Pada saat kontak elektronik ini dalam posisi “ON”, biasanya berupa komponen SCR atau TRIAC
maka akan menyebabkan arus sepenuhnya mengalir pada kontak output. Tentunya cara kerja
solid state relay tidak sesederhana ilustrasi diatas karena banyak blok bagian dengan fungsi
tertentu supaya SSR aman digunakan, berikut ini adalah sirkuit internal pada 'sebuah solid
state relay yang cukup umum digunakan (OMRON).

Agar siswa dapat lebih memahami bagaimana konsep dari solid state relay, guru akan
menayangkan video tentang Solid State Relay. Berikut url nya :
Url 1 : Konsep dan Cara kerja SSR : https://www.youtube.com/watch?v=wmkKWTZ9tDY
Url 2 : Carakerja SSR dan praktek : https://www.youtube.com/watch?v=Dx5393LtgLY
E. Sumatif (Soal Ujian-Konsep SSR)
Berdasarkan gambar dibawah ini jawablah pertanyaan berikut :

1. Merk dan type SSR diatas adalah ….


2. Berapa INPUT SSR ?
3. Pin ground SSR adalah …
4. Berapa OUTPUT SSR ? Sebutkan range nya !
5. Pin output SSR adalah ….

Tugas Mandiri (differensiasi)


Jawablah soal dibuku catatan dengan jawaban yang jelas dan singkat !
1. SSR adalah …
2. Sebutkan 4 kelebihan SSR ….
3. Sebutkan 4 kelemahan SSR ….
4. Sebutkan 4 aplikasi SSR …
5. Apa kelebihan utama dari SSR jika dibandingkan dengan relay ? Jelaskan !

Soal Tambahan (differensiasi)


Simaklah video pada tautan berikut : https://www.youtube.com/watch?v=i7NifDJgMmQ
Jawablah pertanyaan dibawah ini :
1. Jelaskan 2 kekurangan dan kelebihan SSR yang dijelaskan pada video
2. Gambarkan skema rangkaian SSR yang ada pada video secara sederhana
3. Jelaskan cara kerja skema rangkaian tersebut !

Anda mungkin juga menyukai