Anda di halaman 1dari 16

SISTEM PENDIDIKAN AKHLAK

DI PESANTREN SALAF DAN MODERN


(Komparasi di Pesantren Salaf Ma’hadut Tholabah dan Pesantren Modern Darul Ulil
Albab Tegal )

Akmad Khudaefi

Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (Iain) Syekh Nurjati


Cirebon

ABSTRAK

Pendidikan akhlak merupakan salah satu bagian penting dalam pendidikan Islam,
karena akhlak adalah ruh pendidikan Islam.Salah satu lembaga penyelenggaraan pendidikan
yang memiliki peran dalam membentuk akhlak adalah pondok pesantren. Di Indonesia,
dikenal ada dua jenis sistem penyelenggaraan pendidikan pesantren, yaitu pondok pesantren
salafi dan modern. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengeksplorasi sistem
pendidikan akhlak di Pesantren Salaf Ma’hadut Tholabah Tegal dan Pesantren Modern Darul
Ulil Albab Tegal; serta untuk mengomparasisistem pendidikan akhlak kedua pesantren
tersebut.
Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara mendalam dan dokumentasi, serta
observasi. Data yang telah dikumpukan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik di pesantren salafi
maupun modern, penyelenggaraan pendidikan di kedua lembaga tersebut melibatkan
komponen input, proses, dan output. Secara umum, sistem pendidikan di pesantren salafi
maupun modern memiliki visi yang sama yaitu mecetak pribadi yang unggul, berprestasi, dan
yang pasti berakhlak mulia. Hanya saja di dalam penerapannya, visi tersebut terwujud dalam
misi yang berbeda, di mana hal ini merujuk pada cara yang berbeda. Jika pada pesantren
salaf, misinya adalah menciptakan pesantren sebagai sarana yang mandiri dengan
menitikberatkan pada penanaman keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT; maka misi
yang disampaikan oleh pesantren modern lebih aplikatif dalam praktik kependidikan sehari-
hari dan lebih menunjukkan adanya upaya akomodatif terhadap lingkungan dan perubahan
zaman. Perbedaan ini selanjutnya yang membedakan treatment atau perlakuan
penyelenggaraan pendidikan, baik kurikulum, penjadwalan kegiatan pesantren, jenis kendala,
dan solusi yang diberikan. Kesamaan lain yang ditemukan antara pesantren salaf dan modern
adalah bahwa jenis metode pembentukan akhlaknya sama-sama menggunakan metode
pengajian kitab, tata tertib atau aturan, dan uswatun hasanah.

Kata kunci: Pendidikan Akhlak, Pondok Pesantren, Pesantren Salafi, Pesantren Modern
ABSTRACT

Moral education is an important part of Islamic education, because morality is the spirit
of Islamic education. One of the educational institutions that have a role in shaping morals is
the Islamic boarding school. In Indonesia, it is known that there are two types of pesantren
education system, namely salafi and modern Islamic boarding schools. This study aims to
describe and explore the moral education system in the Salaf Ma'hadut Tholabah Islamic
Boarding School Tegal and the Darul Ulil Albab Modern Islamic Boarding School Tegal; as
well as to compare the moral education system of the two pesantren.
This research applies a qualitative approach with a case study method. Data was
collected through in-depth interview techniques and documentation, and also observation.
The data that has been collected is then analyzed using qualitative descriptive analysis
techniques. The results show that the implementation of education in both institutions,either
salafi or modern Islamic boarding schools, involves input, process, and output components.
Generally, the education system in salafi and modern Islamic boarding schools has the same
vision, namely to produce superior, high achievers, and have noble character. It's just that in
its application, the vision is realized in a different mission, where it refers to a different way.
If in the salafi pesantren, the mission is to create a pesantren as an independent facility with
an emphasis on instilling faith and piety to Allah SWT; then the mission conveyed by modern
pesantren is more applicable in daily educational practice and shows more accommodative
efforts to the environment and changing times. This distinctions then differentiates the
treatment of education implementation, such as the curriculum, the scheduling of pesantren
activities, the types of constraints, and the solutions provided. Another similarity found
between salafi and modern pesantren is that the types of moral formation methods, in which
both of them use the method of recitation of books, rules or regulations, and uswatun
hasanah.

Keywords: Moral Education, Islamic Boarding School, Salafi Islamic Boarding School,
Modern Islamic Boarding School

1. Pendahuluan

Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak akan lepas dari kegiatan pendidikan,
baik pendidikan dalam bentuk fisik maupun pendidikan dalam bentuk psikis. Pendidikan
adalah sebuah sistem sosial yang menetapkan pengaruh adanya efektif dari keluarga dan
sekolah dalam membentuk generasi muda dari aspek jasmani, akal dan akhlak. Sehingga
dengan pendidikan tersebut seseorang mampu hidup dengan baik dalam lingkungannya.
Oleh karena itu pendidikan sejatinya menjadi sarana perubahan dalam kehidupan. Sebab
salah satu tujuan pendidikan adalah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik
pendidikan yang berlangsung secara alami maupun pendidikan yang tersistem atau formal
yang diselenggarakan oleh sekolah ,madrasah dan pesantren.1

1
Ali Mufron, Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Aura Pustaka, Cet.II, 2015), Hlm. vii.
Persoalannya bahwa pendidikan terkadang belum mampu menjawab semua
kebutuhan manusia, pendidikan hanya mampu membangun idealisme saja dan bertolak
belakang ketika berhadapan dengan realitas kehidupan manusia itu sendiri. Realitas di
masyarakat membuktikan pendidikan belum mampu menghasilkan anak didik berkualitas
secara keseluruhan. Kenyataan ini dapat dicermati dengan banyaknya perilaku tidak
terpuji terjadi di masyarakat, sebagai contoh merebaknya penggunaan narkoba,
penyalahgunaan wewenang, korupsi, pelecehan seksual, anak yang durhaka terhadap
orang tua dan akhlak buruk lainnya. Pendidikan dirasa belum merasuk kedalam jiwa
peserta didik sehingga mampu menerapkan dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam Islam sendiri, pendidikan merupakan sarana pembentukan Insan kamil atau
manusia yang sempurna, dimana kesempurnaanya dalam diri manusia mampu terkumpul
nilai ruhaniyah, akal, jasad dan akhlak serta mampu bertindak adil antara kepentingan
pribadi dan sosial. Pendidikan Akhlak salah satu bagian penting dalam pendidikan Islam.
Konsep pendidikan akhlak dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting,
sehingga hampir setiap kehidupan manusia tak pernah lepas dari etik. Pendidikan etika
yang bermuara pada akhlak adalah tema sentral bagi pelaksanaan pendidikan, karena
pendidikan akhlak ini merupakan asas dasar bagi manusia untuk berinteraksi dengan Sang
Pencipta (hablu min Allah) maupun dengan sesama manusia (hablu min an-nas).2
Abdullah Nasihudin Ulwan dalam bukunya Tarbiyah Al-Aulad Fi AlIslam,
menyebut pendidikan akhlak sebagai buahnya iman yang sempurna, untuk itu
menurutnya pendidikan akhlak harus ditanamkan kepada anak sedini mungkin.
Pembentukan akhlak melalui penanaman nilai bagi peserta didik akan lebih efektif jika
peserta didik berada dan berintraksi dalam lingkungan. pendidikan non-formal yang
terpantau. Lingkungan pendidikan non-formal yang terpantau merupakan lingkungan
yang lebih dominan yang akan membentuk akhlak secara alami, karena lingkungan
tersebut, dapat berinteraksi, bersikap, dan bertindak sesuai dengan nilai yang dipahami
dan tertanam dari diri.3
Lingkungan pondok pesantren sebagai penganti lingkungan keluarga sangatlah
efektif bagi pembentukan akhlak, mengingat zaman modern ini yang semakin
menghawatirkan, banyak keluarga yang tidak memperhatikan anaknya karena alasan
pekerjaan. Pondok Pesantren termasuk pendidikan khas Indonesia, yang tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat serta telah teruji kemandiriannya sejak
2
Rosif, Dialektika Pendidikan Etika Dalam Islam (Analisis Pemikiran Ibnu Maskawaih (Volume 3
Nomor 2 November 2015), Hlm 395
3
Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf . . . hlm. 23
berdirinya sampai sekarang. Di daerah-daerah Indonesia sekarang terdapat dua tipe
pesantren yaitu pesantren salafi dan pesantren khalafi, atau pesantren salaf dan modern.
Menurut H. Zamakhsyari Dhofier pesantren salaf adalah pesantren yang tetap
mempertahankan kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Sedangkan
pesantren khalafi (modern) adalah pesantren yang tidak lagi terikat dalam penggunaan
kitab klasik. Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah adalah salah satu pesantren salaf di
Kabupaten Tegal, tepatnya berada di Pedukuhan Babakan Desa Jatimulya Kecamatan
Lebaksiu Kabupaten Tegal. Sedangkan, pesantren yang menerapkan sistem modern
adalah Pesantren Modern Darul Ulil Albab, Pesantren ini adalah salah satu Pesantren
yang menggunakan sistem modern yang ada di Tegal, tepatnya berada di Desa
Kedugkelor Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal yang letaknya ada di pesisir jalur
Pantura. Melihat perilaku santri di pesantren ma’hadut tholabah dan darul ulil albab yang
memiliki akhlak yang baik seperti menghormati tamu, ta’dzim terhadap kiai, dan lain-
lain. Penulis ingin mengetahui bagaimana sistem pendidikan akhlak yang dijalankan di
pesantren tersebut sehingga menghasilkan perilaku santri yang berakhlakul karimah.

2. Sistem Pendidikan Akhlak


Pendidikan akhlak dalam konsepsi al-Ghazali meliputi sifat keutamaannya yang
bersifat pribadi, akal dan amal perorangan dalam masyarakat. Atas dasar itulah,
pendidikan akhlak menurut al-Ghazali memiliki tiga dimensi, yakni (1) dimensi diri,
yakni orang dengan dirinya dan tuhan, (2) dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah
dan pergaulan dengan sesamanya, dan (3) dimensi metafisik, yakni akidah dan pegangan
dasar.
Menurut Khatib Al-Baghdadi setiap individu memiliki tanggung jawab untuk
terhadap akhlaknya baik secara individu mau pun dalam lingkup sosial. 4 Artinya
berperilaku baik bukan hanya untuk diri sendiri akan tetapi bagi orang lain juga.
Pemberian pendidikan, khususnya pendidikan akhlak adalah sangat penting artinya bagi
pembentukan sikap dan tingkah laku anak, agar menjadi anak yang baik dan berakhlak
karena pembentukan akhlak yang tinggi adalah tujuan utama dari pendidikan Islam.

3. Karakteristik Pondok Pesantren


Pesantren secara teknis adalah tempat di mana santri tinggal. 5 Pondok pesantren
adalah sebuah lembaga pendidikan yang memiliki ciri khas tertentu di dalamnya, unsur-
4
Salik Ahmad Ma‟lum, Al Fikr At Tarbawi Inda Al-Khatib Al-Baghdadi (Madinah: Maktabah Lind,
1993), Hlm 156
5
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi, Esai-esai Pesantren, (Yogyakarta: LKIS, 2001), hal. 17
unsur inilah yang membedakannya dengan lembaga-lembaga pendidikan lain. beberapa
aspek yang merupakan unsur dasar dari pesantren Seperti yang dikatakan oleh Abdur
Rahman Saleh, bahwa, Pondok pesantren memiliki ciri sebagai berikut:
a. Ada kiai yang mengajar dan mendidik
b. Ada santri yang belajar dari kiai
c. Ada Masjid, dan
d. Ada Pondok/asrama tempat para santri bertempat tinggal.6

Selain itu juga, Nurcholish Majid juga mengungkapkan bahwa: “Pesantren itu
terdiri dari lima elemen yang pokok, yaitu: kyai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran
kitab-kitab Islam klasik. Kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki
pesantren dan membedakan pendidikan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan
dalam bentuk lain.”7 Dengan demikian dalam lembaga pendidikan Islam yang disebut
pesantren sekurang-kurangnya ada unsur-unsur: kyai yang mengajar dan mendidik serta
jadi panutan, santri yang belajar kepada kyai, masjid sebagai tempat penyelenggaraan
pendidikan dan sholat jamaah, dan asrama sebagai tempat tinggal santri. Sementara itu
menurut Zamakhsyari Dhofier menyebutkan ada lima elemen utama pesantren yaitu
pondok, masjid, santri, kyai, dan pengajaran kitab-kitab klasik.8

Terdapat dua tipe pesantren yaitu pesantren salafi dan pesantren khalafi, atau
pesantren salaf dan modern. Menurut H. Zamakhsyari Dhofier pesantren salaf adalah
pesantren yang tetap mempertahankan kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikan di
pesantren. Sedangkan pesantren khalafi (modern) adalah pesantren yang tidak lagi terikat
dalam penggunaan kitab klasik, antara lain : Pondok pesantren modern Gontor.9

4. Metode Penelitian
Dalam riset ini, Penulis menggunakan metode kualitatif yakni dengan untuk
menggali data tentang sistem Pendidikan akhlak di pesantren salaf dan modern, yaitu di
Pesantren Ma’hadut Tholabah dan Pesantren darul Ulil albab Tegal. Metode kualitatif
adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti

6
Abdur Rahman Saleh, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, (Jakarta: Departemen Agama RI,
1982), hal.10
7
Nurcholish Madjid, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal.63
8
Zamakhsyari Dlofier, Tradisi Pesantren, studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES,
1985), hal. 44
9
Zamakhsyari Dhofier, Trdisi Pesantren, Studi Pandangan . . .hlm. 62
membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami . 10 Bogdan dan Taylor
mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.11
Jenis pendekatan kualitatif yang penulis gunakan adalah metode study kasus,
metode ini penulis gunakan untuk menggali data tentang sistem Pendidikan akhlak di
pesantren salaf dan modern, yaitu di Pesantren Ma’hadut Tholabah dan Pesantren darul
Ulil albab Tegal. Langkah-langkah penelitian :
a. Menentukan sumber data, antara lain sumber data primer dan sumber data
sekunder.
b. Menentukan metode pengumpuan data dengan metode wawancara, pengamatan,
dan dokumentasi.
c. Menentukan metode analisis data dengan metode reduksi, metode display
(penyajian data) dan metode triangulasi.
d. Hasil Penelitian dan Pembahasan

5. Hasil Penelitian dan Pembahasan


5.1 Sistem Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah Babakan
Berdasarkan hasil wawancara bahwa sistem pendidikan akhlak di pondok
pesantren Ma’hadut Tholabah Babakan dapat dikategorikan sebagai pesantren salaf, yaitu
adalah pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional.
Pembelajaran ilmu-ilmu agama dilakukan secara individu atau kelompok dengan
menitikberatkan pada penggunaan kitab-kitab klasik, Bahasa Arab. Selain itu,
penjenjangan tidak didasarkan pada suatu waktu, tetapi berdasarkan tamatan kitab yang
dipelajari, dengan selesainya satu kitab tertentu, santri dapat naik jenjang dengan
mempelajari kitab yang tingkat kesukarannya lebih tinggi 12. Dengan demikian, kitab
kuning menjadi kajian yang disoroti sebagai ciri khas dari pondok pesantren salaf.
Tidak hanya itu, di dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antara kyai dengan
para santrinya terbilang cukup dekat secara emosional. Hal ini karena pada pesantren

10
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Edisi
KetigaBandung : Pustaka Pelajar, 2008.h. 19.
11
Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)hlm.20

12
Syamsyudin Arief, Jaringan Pesantren Di Sulawesi Selatan (Jakarta: Litbang, 2008), hlm.171.
salaf, penekanan terhadap sikap-sikap menghormati, menghargai, dan mengabdi kepada
guru adalah hal yang utama. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan harian,
mingguan, bulanan, dan tahunan yang mengedepankan aktivitas berjamaah. Pada acara
haul misalnya, adalah bentuk penilasan sejarah dan penghormatan dan penghargaan pada
guru sebagai penyampain risalah agama Islam. Apalagi, jika ditinjau dari metode
pembinaan akhlak yang diterapkan olen pesantren Ma’hadut Tholabah yang dilakukan
melalui penetapan tata tertib, penjadwalan kegiatan, uswatun hasanah, dan kajian kitab
maka keseluruhannya mengandung aspek relasi yang dekat antara pengasuh pondok
dengan santri.
Tata tertib, penjadwalan kegiatan, uswatun hasanah, dan kajian kitab bisa disebut
sebagai bentuk riyadhoh bagi santri untuk melahirkan pendisiplinan diri yang pada
akhirnya membantuk pribadi santri yang istiqomah pada hal-hal yang baik. Metode
pembentukan akhlak yang diterapkan oleh pesantren Ma’hadut Tholabah tersebut
sebagaimana dijelaskan oleh Heri Jauhari Muchtar 13, bahwa ada 5 metode yang sering
dipakai oleh pendidik di dalam pembentukan akhlak, yaitu metode uswatun khasanah,
metode pembiasaan, metode nasihat, metode memberi perhatian, metode hukuman. Selain
itu Imam Al Ghozali14 juga menyebutkan empat metode dalam pembentukan akhlak, yaitu
suritauladan, at-tajribah, riyadhah, dan mujahadah.
Terkait dengan metode uswatun hasanah, para kyai dan dewan pengurus turut
serta dalam memberi penyontohan pada para santri untuk berbuat kebajikan. Salah satunya
ditunjukkan dengan kegiatan harian para santri yang terjadwal, adanya tata tertib dan
sanksi yang diberlakukan, hingga diberi contoh secara langsung oleh kyai dan dewan
pengurus. Menjaga sholat lima waktu, secara tepat waktu, dan dilakukan dengan
berjamaah adalah kunci dari manajemen waktu yang baik. Kegiatan sholat berjamaah ini
ditetapkan sebagai salah satu tata tertib yang wajib di lakukan oleh santri. Dianggap sah
sebagai seorang santri apabila telah menunaikan kewajiban yang tertuang dalam tata tertib.
Hal tersebut juga didukung dalam kegiatan harian yang dijadwalkan, yaitu sholat
berjamaah sesuai dengan waktu-waktu yang ditentukan.
Pembiasaan baik lainnya juga dicontohkan oleh pihak pesantren dengan
berperilaku sopan, santun, dan menjaga adab serta tata krama kepada orang yang lebih tua
seperti pada para kyai, guru, dan orang dewasa lainnya. Hal ini jika dibiasakan akan
senantiasa membentuk pribadi yang memiliki tata krama dan tentu sesuai dengan apa yang
13
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 224.
14
Muhammad Al Ghazali, Khuluk Al-Muslim, (Terj). Moh. Rifa’i, (Semarang: Wicaksana, 1993),hlm. 16.
diteladankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam upaya menjaga santri
memiliki pembiasaan akhlak yang baik ini, dewan pengurus pesantren secara langsung
mengawasi dan membina para santri.
Dalam hal ini, untuk pendisiplinan pelaksanaan tata tertib, penjadwalan kegiatan,
uswatun hasanah, dan kajian kitab, maka pesantren Ma’hadut Thalabah melakukan
pengawasan kepada santri melalui Dewan A’dlo. Tata tertib kehidupan pesantren yang
sudah dilengkapi dengan kewajiban santri, larangan, dan sanksi bisa menjadi alat bagi
Dewan A’dlo untuk memudahkan dalam pelaksanaan pembinaan jika ada pelanggaran
yang dilakukan oleh para santri. Hal ini karena bagaimanapun, di dalam implementasi
penyelenggaraan pendidikan yang diikuti oleh banyak santri dengan berbagai karakter
akan ditemukan santri yang memiliki karakter tertentu, sehingga melakukan pelanggaran.
Terutama pada santri baru yang masih belum terbiasa dengan tata tertib pondok dan faktor
lingkungan seperti anak-anak yang berada di sekitar lingkungan pondok.
Berdasarkan uraian di muka maka dapat dijelaskan bahwa dalam tipologinya,
pesantren salaf diklasifikasi menjadi tiga metode yaitu sorogan, wetonan dan bandongan.
Metode sorogan dan wetonan merupakan metode yang dianggap paling tradisional karena
telah ada sejak pertama kali didirikan namun tetap dapat digunakan hingga hari ini.
Metode sorogan sendiri merupakan sistem pendidikan yang dianut pesantren dengan
membentuk para santri secara bergilir membaca kitab yang dikaji di hadapan ustadz atau
kyai. Kemudian wetonan merupakan metode yang digunakan di mana kyai membaca kitab
yang dikaji, kemudian para santri menyimak dan memaknai kajian kitab tersebut.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, Pondok Pesantren Salaf Ma’hadut Tholabah
tergolong dalam pesantren salaf dengan menggunakan ketiga metode tersebut. Di sisi lain,
dalam hasil penelitian dikemukakan bahwa secara kurikulum, pondok pesantren berbasis
salaf ini menggunakan kurikulum mandiri namun tetap terintegrasi dengan kurikulum
kementerian agama RI. Hal ini menunjukkan bahwa pondok pesantren ingin mencetak
santri-santri yang berintelektual namun tetap selaras dengan visi pesantren yaitu
membentuk pribadi santri yang beriman, berilmu amaliyah, berfikir ilmiyah dan
berakhlakul karimah.
Proses dalam sistem pendidikan pesantren salaf adalah pelaksanaan kegiatan
pengasuhan, pembinaan, dan pendidikan di pesantren dan di madrasah diniyah. Di dalam
proses ini, maka akan ditemukan kendala, di mana kendala ini akan dihadapi dengan
penyampaian solusi, antara lain pembinaan dan pemberian sanksi. Akhirnya, komponen
output dalam sistem pendidikan salaf adalah pribadi santri yang beriman, berilmu
amaliyah, berfikir ilmiyah dan berakhlakul karimah.

5.2 Sistem Pendidikan Akhlak di Pondok Pesantren Modern Daaru Ulil Albab
Tegal
Pesantren Daaru Ulil Albab sebagai pesantren modern mewujudkan misi yang
sudah ditetapkan melalui kegiatan pembelajaan di pondok pesantren. Di mana kegiatan
pembelajaran dilakukan di dalam pesantren dengan mengikuti kurikulum pesantren
Modern Gontor, Ponorogo, yaitu Kurikulum Tarbiyatul Mu’allimin al Islamiyah dan
Dinas Pendidikan Kabupaten Tegal. Pondok Pesantren Modern Daaru Ulil Albab
merupakan salah satu dari sekian pondok pesantren berbasis modern yang saat ini sudah
mulai banyak di Indonesia. Dalam sistem pendidikannya, pondok pesantren Khalafiyah ini
menggunakan kurikulum dengan konsep Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah (TMI) yang
merupakan konsep pembelajaran berbasis modern. Di mana, dalam pola pendidikannya,
konsep TMI memiliki tiga aspek yang dipergunakan diantaranya Muamalah Maallah
(hubungan manusia dengan Allah), Muamalah Maannas (hubungan manusia dengan
manusia lainnya), dan Muamalah Maalbiah (hubungan manusia dengan lingkungan
sekitarnya). Melalui konsep ini, pesantren dapat mewujudkan visi pesantren yaitu menjadi
pusat pendidikan para calon pemimpin bangsa yang berjiwa dan berakhlak Qur'ani,
unggul, unik, dan kompetitif.
Uraian di muka menunjukkan bahwa meski tidak ada kritertia khusus, namun
beberapa unsur atau kegiatan yang berlangsung di dalamnya dapat menjadi ciri khas
pondok pesantren modern. Di antara kegiatan yang menjadi ciri khas pondok pesantren
modern adalah adanya penekanan bahasa asing Arab dan Inggris dalam percakapan, tidak
lagi menggunakan sistem tradisional seperti sorogan, wetonan, atau bandongan,
menggunakan buku lieratur bahasa Arab yang kontemporer dan bukan lagi kitab kuning.
Selain itu, secara administratif hampir sama dengan administrasi yang diberlakukan di
sekolah formal.
Sebagai upaya untuk membentuk akhlakul karimah dalam diri santri, pondok
pesantren melakukan pembinaan santri yang dilakukan oleh dewan pengurus pesantren
melalui penyusunan tata tertib yang di dalamnya mengandung tata urutan kedidiplinan,
yang terdiri atas disiplin keamanan dan ketertiban, disiplin pakaian, disiplin etika &
kesopanan, disiplin ketertiban umum, disiplin ketertiban & kesehatan, disiplin ibadah dan
disiplin bahasa. Selain itu, pesantren juga menerapkan pengajian kitab dan metode
uswatun hasanah. Uswatun hasanah atau pemberian suritauladan ini sebagaimana
dijelaskan oleh Muhammad Al Ghazali 15 bahwa mutaba’ah (mengikuti) guru yang
memiliki sifat-sifat yang bagus akan menjadikan akhlak bagusnya bisa menjadi siroh
(suritauladan bagi muridnya). Dengan demikian, metode uswatun hasanah memungkinkan
pesantren dapat mendidik perilaku santri melalui bimbingan yang diselenggarakan oleh
pesantren. Mulai dari kegiatan makan, minum, berbicara, dan berbahasa juga disediakan
peraturan yang wajib dipatuhi. Hal ini sejalan dengan salah satu poin misi pesantrenDaaru
Ulil Albab yaitu menyelenggarakan proses pendidikan yang berbasis pada pengalaman
Rasulullah dan praktik Rasulullah mendidik keluarga dan para sahabat. Pondok pesantren
Khalafi ini juga mengharuskan santri menggunakan bahasa Arab atau bahasa Inggris.
Sementara itu kajian kitab juga diberikan di pesantren Daaru Ulil Albab sebagai
bentuk metode pembentukan akhlak. Pengajian kitab ini memberikan pengetahuan akhlak
dan nasihat bagi santri, sehingga santri memahami mana akhlak yang baik dan mana
akhlak yang tidak baik. Pengajian kitab ini menjadi sarana untuk menyampaikan nasihat
kepada para santri. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al ‘Ashr ayat (3) agar
kita senantiasa memberi nasihat dalam hal kebenaran dan kesabaran. Selain itu
menyampaikan ajaran agama pun bisa dilakukan melalui nasihat.
Pengajian kitab akhlak tetap digelar sesuai dengan jadwal pengajian dan metode
diskusi atau musyawarah bersama dengan kelompok santri memungkinkan adanya sifat
toleransi yang tinggi yaitu menghargai dan mennghormati pendapat orang lain. Hal ini
sejalan dengan sistem pendidikan pesantren Khalafi yang menggunakan konsep TMI yang
memiliki unsur muamalah maannas atau hubungan antara manusia dengan manusia yang
lain. Pembinaan juga menjadi upaya komprehensif yang dilakukan dalam mengatasi
adanya perbedaan latar belakang yang dimiliki santri. Pembinaan yang dimaksudkan
adalah melalui pengajian dan pembinaan secara langsung, sehingga santri dapat terpantau
akhlaknya sesuai dengan tata tertib yang berlaku di pesantren.
Proses dalam sistem pendidikan akhlak pesantren modern adalah pelaksanaan
kegiatan pengasuhan, pembinaan, dan pendidikan di pesantren yang berupa TMI dan
melalui pendidikan formal, yaitu SMP dan SMA. Di dalam proses ini, maka akan
ditemukan kendala, di mana kendala ini akan dihadapi dengan penyampaian solusi yang
antara lain pembinaan baik secara pribadi maupun dalam pengajian. Akhirnya, komponen

15
Muhammad Al Ghazali, Khuluk Al-Muslim, (Terj). Moh. Rifa’i, (Semarang: Wicaksana, 1993),hlm. 16.
output dalam sistem pendidikan modern adalah manusia yang berakhlak mulia,
berprestasi, disiplin, dan berbudaya.

5.3 Komparasi Sistem Pendidikan Akhlak Pesantren Salaf dan Modern


Tabel 1.1. Komparasi Sistem Pendidikan Pesantren Salaf dan Modern
Komponen Pesantren Salaf Pesantren Modern Sama/
Sistem Tidak
Input Nilai, Iman, ilmu amaliyah, Akhlak mulia, 
karakter, berfikir ilmiyah dan berprestasi, disiplin,
filosofi akhlakul karimah dan berbudaya

Visi Membentuk pribadi Membentuk manusia 


santri yang beriman, yang berakhlak mulia,
berilmu amaliyah, berprestasi, disiplin,
berfikir ilmiyah dan dan berbudaya
berakhlakul karimah
Misi Menjadikan pondok a) Melaksanakan 
pesantren sebagai kegiatan keagamaan
sarana yang mandiri secara rutin dan
dengan terjadwal.
menitikberatkan pada b) Melaksanakan KBM
penanaman keimanan dan bimbingan
dan ketakwaan kepada secara terjadwal,
Allah SWT efektif, dan efisien.
c) Memotivasi dan
melaksanakan
pembinaan kompetisi
bidang akademik dan
non akademik.
d) Mewujudkan
kesadaran perilaku
displin warga
pesantren.
e) Mewujudkan
kesadaran perilaku
berwawasan
lingkungan.
Kurikulum Kombinasi kurikulum Kurikulum Pesantren 
mandiri dan Kemenag Modern Gontor dan
RI Dinas Pendidikan
Kabupaten Tegal
Tata tertib Kewajiban, Tata urutan 
Larangan, kedidiplinan:
Sanksi - Disiplin keamanan
dan ketertiban,
- Disiplin pakaian,
- Disiplin etika &
kesopanan,
- Disiplin ketertiban
umum,
- Disiplin ketertiban &
Komponen Pesantren Salaf Pesantren Modern Sama/
Sistem Tidak
kesehatan,
- Disiplin ibadah
- Disiplin bahasa.
Jadwal - Jadual kegiatan * 
kegiatan rutin harian
- Kegiatan mingguan
- Kegiatan bulanan
- Kegiatan tahunan
Uswatun Pemberian contoh dari Pemberian contoh dari 
hasanah kyai, ustadz, pengasuh. kyai, ustadz, pengasuh
Kajian kitab Kitab Akhlak Lilbanin, Kitab Akhlak Lilbanin, 
kitab Taisirul Kholaq, kitab Akhlak Lilbanat,
kitab Ta’lim kitab Ta’lim
Muta’allim, dan kitab Muta’allim, dan kitab
Ayyuhal Walad al-Adab
Sumber daya Dewan Pengurus, Dewan Pengurus, Kyai, 
manusia Kyai, Ustadz, Santri, Ustadz, Santri, dll
dll
Finansial * * *
Sarana dan * * *
prasarana
Proses Pengasuhan, - Penerapan - Penerapan 
pembinaan, kurikulum mandiri kurikulum pesantren
pendidikan melalui pendidikan pesantren Gontor,
di pesantren yaitu TMI

- Penerapan - Penerapan
kurikulum Kemenag kurikulum Dinas
RI melalui Pendidikan
penyelenggaraan Kabupaten Tegal
madrasah Diniyah melalui
(MDA dan MDU) penyelenggaraan
Sekolah Formal
SMP dan SMA
Kendala - Faktor internal: santri - Perbedaan watak dan 
baru yang belum karakter santri
terbiasa dengan tata
tertib dan kebiasaan
di pondok
- Faktor eksternal,
lingkungan sekitar
banyak rumah kos
Solusi - Pembinaan - Pembinaan, baik 
- Pemberian sanksi secara pribadi
maupun dalam
pengajian
Outpu Mewujudkan Pribadi santri yang Manusia yang 
t visi beriman, berilmu berakhlak mulia,
amaliyah, berfikir berprestasi, disiplin,
ilmiyah dan dan berbudaya
berakhlakul karimah
Keterangan:  artinya sama,  artinya ada perbedaan, * artinya tidak ada informasi
Sumber: Olahan Data, Peneliti, 2021.
Berdasarkan hasil komparasi di atas dapat dilihat bahwa pada hakikatnya
penyelenggaran pendidikan di pesantren salaf maupun modern memiliki visi yang sama
yaitu mecetak pribadi yang unggul, berprestasi, dan yang pasti berakhlak mulia. Visi
pesantren ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang dicantumkan
dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Hanya saja di dalam penerapannya, visi tersebut terwujud dalam misi yang
berbeda, di mana hal ini merujuk pada cara yang berbeda. Jika pada pesantren salaf,
misinya adalah menciptakan pesantren sebagai sarana yang mandiri dengan
menitikberatkan pada penanaman keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT; maka misi
yang disampaikan oleh pesantren modern lebih aplikatif dalam praktik kependidikan
sehari-hari dan lebih menunjukkan adanya upaya akomodatif terhadap lingkungan dan
perubahan zaman (Lihat Tabel 1.1).
Sedangkan pada perbedaan penggunaan kurikulum yang digunakan, di mana jika
pesantren salaf menggunakan kombinasi kurikulum mandiri dan Kemenag RI, sedangkan
pesantren modern lebih mengedepankan kombinasi kurikulum pesantren modern Gontor
dan Dinas Pendidikan Kabupaten Tegal. Perbedaan kurikulum ini selanjutnya berpengaruh
pada implementasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu jika peyelenggaraan pendidikan di
pesantren salaf lebih didukung oleh keberadaan madrasah diniyah, sedangkan pesantren
modern lebih cenderung menggunakan keberadaan sekolah formal, yaitu SMP dan SMA.
Perbedaan ini dapat dijelaskan bahwa sebagai lembaga independen, masing-
masing pesantren memiliki kewenanganuntuk memilih dan menerapkan ideologi
yanghendak ditransformasikannya kepada para santri. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh
Ghufon16 bahwa pesantren merupakan lembagapendidikan Islam yang berada di luar

16
Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016, hlm. 157-178.
sistempendidikan nasional, sehingga tidak terjadisupervisi dan dukungan dari pihak
pemerintah.
Selajutnya, berkaitan dengan pembinaan akhlak, maka berdasarkan temuan
penelitian yang diuraikan, dapat diketahui bahwa keduanya memiliki kesamaan dalam
kaitannya pembinaan santri melalui kewajiban santri yang tertuang dalam tata tertib
pondok pesantren. Kedua pondok pesantren baik berbasis salafiyah maupun khalafiyah,
sama-sama menerapkan metode uswatun hasanah yang sejalan dengan akhlak Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, kedua pondok pesantren juga sama-sama
menggunakan metode peneladanan atau uswatun hasanah. Di mana, para kyai dan para
ustadz serta dewan pengurus santri merasa memiliki tanggung jawab untuk memberi
contoh secara langsung kepada para santri untuk memiliki kebiasaan yang baik
sebagaimana kebiasaan yang dimiliki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
bangun hingga tidur kembali.
Pembelajaran kitab yang berkaitan dengan akhlak, keduanya memiliki kesamaan
yaitu sama-sama menggunakan kitab Akhlak Lilbanin dan kitab Ta’lim Muta’allim
sebagai rujukan pengajaran akhlak. Dalam kitab Akhlak Lilbanin sendiri menjelaskan
tentang tata cara bersikap, berbuat, dan bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya. Di
mana, dalam kitab ini para santri dididik bagaimana menghargai keluarga, teman, dan
semua orang yang terlibat dalam interaksi kehidupan. Sedangkan kitab Ta’lim al-
Muta’allim merupakan kitab yang membahas adab-adab seorang penuntut ilmu agar dapat
sukses dalam menuntut ilmu. Kedua kitab ini memang memiliki peran yang cukup penting
bagi para santri dalam melahirkan akhlak yang terpuji.
Di sisi lain, antara kedua pondok pesantren memiliki perbedaan pada kurikulum
pendidikan yang digunakan. Pada pondok pesantren salafi, kurikulum yang digunakan
ialah kurikulum mandiri namun tetap berintegrasi dengan kementerian agama RI. Secara
metode, pondok pesantren Salafi menggunakan tiga metode dasar, di antaranya sorogan,
wetonan, dan bondongan yang mana ketiganya masih bersifat tradisional. Sedangkan pada
pondok pesantren khalafi, kurikulum yang digunakan berbeda dari pondok pesantren pada
umumnya dan menganut kurikulum mondern yang sama dengan pondok pesantren modern
Gontor. Adapun pondok pesantren ini memungkinkan adanya pembaharuan metodologi
yaitu metode klasikal. dengan konsep Tarbiyatul Mu’allimin al-Islamiyah (TMI) yang
merupakan konsep pembelajaran berbasis modern. Modernisasi kurikulum diterapkan
dengan cara tetap memberikan pengajaran ajaran Islam sekaligus memasukkan mata
pelajaran umum sebagai substansi pendidikan.
6. Kesimpulan
Pondok pesantren Ma’hadut Tholabah Babakan dapat dikategorikan sebagai
pesantren salaf, sedangkan pondok pesantren Daaru Ulil Albab dikategorikan sebagai
pesantren modern. Sistem pendidikan di pesantren salaf maupun modern memiliki visi
yang sama yaitu mecetak pribadi yang unggul, berprestasi, dan yang pasti berakhlak
mulia.Hanya saja di dalam penerapannya, visi tersebut terwujud dalam misi yang berbeda,
di mana hal ini merujuk pada cara yang berbeda. Jika pada pesantren salaf, misinya adalah
menciptakan pesantren sebagai sarana yang mandiri dengan menitikberatkan pada
penanaman keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT; maka misi yang disampaikan
oleh pesantren modern lebih aplikatif dalam praktik kependidikan sehari-hari dan lebih
menunjukkan adanya upaya akomodatif terhadap lingkungan dan perubahan zaman.
Perbedaan ini selanjutnya yang membedakan treatment atau perlakuan penyelenggaraan
pendidikan, baik kurikulum, penjadwalan kegiatan pesantren, jenis kendala, dan solusi
yang diberikan. Kesamaan lain yang ditemukan antara pesantren salaf dan modern adalah
bahwa jenis metode pembentukan akhlaknya sama-sama menggunakan metode pengajian
kitab, tata tertib atau aturan, dan uswatun hasanah.
7. Saran
Pondok pesantren, untuk senantiasa meningkatkan pengawasan dan pembinaan
kepada santri-santri yang ada di pondok pesantren. Selain itu, dapat meningkatkan
perhatian terhadap output atau hasil ketika para santri lulus dari pondok pesantren, apakah
sudah sesuai dengan visi yang sudah ditetapkan oleh pesantren.
8. Referensi
Al-Ghazali, Syaikh Muhammad. 2004. Akhlak Seorang Muslim. Jakarta: Mustaqim
Arief, Saymsudin. 2008. Jaringan Pesantren Di Sulawesi Selatan. Jakarta: Litbang.
hlm.171.
Dlofier, Zamakhsyari. 1985. Tradisi Pesantren, studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1985), hal. 44
Ma’lum, Salik Ahmad. 1993. Al Fikr At Tarbawi Inda Al-Khatib Al-Baghdadi
(Madinah: Maktabah Lind.
Majid, Nurcholish. 2002. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Ciputat Press.
Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Hal..20
Muchtar, Hery Jauhari. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
hal. 224.
Mufron, Ali. 2015. Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Aura Pustaka. Cet.II
Mustofa, Ahmad. 1997.Akhlak Tasawuf. Bandung: CV.Pustaka Setia.
Nikmatullah, Cecep dkk. 2016. Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota
Serang. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 1. No. 2. hlm. 157-178.
Rosif. 2015. Dialektika Pendidikan Etika Dalam Islam (Analisis Pemikiran Ibnu
Maskawaih
Saleh, Abdur Rahman. 1982. Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren. Jakarta:
Departemen Agama RI.
Wahid, Abdurrahman. 2001.Menggerakkan Tradisi, Esai-esai Pesantren. Yogyakarta:
LKIS.

Anda mungkin juga menyukai