Anda di halaman 1dari 16

“KABAR GEMBIRA (BUSYRÂ) DALAM PERSEPEKTIF

AL-QURAN”
PROPOSAL TESIS
Diajukan kepada Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan studi Strata Dua (S.2) untuk memperoleh gelar Magister
bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir

Oleh:
MUHIDIN SM
NIM: 192510042

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


KONSENTRASI KAJIAN ILMU AL-QURAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PTIQ JAKARTA
2021 M./ 1443 H.
OUTLINE

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat/Kegunaan Penelitian
F. Kerangka Teori
G. Tinjauan Pustaka/Penelitian Terdahulu yang Relevan
H. Metodologi Penelitian
1. Pemilihan Objek Penelitian
2. Data dan Sumber Data
3. Teknik Input dan Analisis Data
4. Pengecekan Keabsahan Data
I. Sistematika Penulisan
BAB II DEFINISI BUSYRÂ
A. Busyrâ Secara Bahasa
B. Busyrâ Secara Istilah
C. Busyrâ Secara Ilmu Balâghah
D. Pendapat Para Ulama Mengenai Kalimat Busyrâ
E. Sebab-Sebab Mendapatkan Busyrâ
BAB III KAJIAN BUSYRÂ DALAM AL-QURAN
A. Ayat-Ayat Kabar Gembira (Busyrâ) dalam Al-Quran
B. Kabar Gembira (Busyrâ) dari Sisi Ilmu Balâghah
C. Terjemah Ayat atau Lafaz-Lafaz Busyrâ dalam Al-Quran
D. Korelasi Lafaz Busyrâ untuk Orang Beriman dan Orang Kafir
BAB IV MACAM-MACAM BUSYRÂ DALAM AL-QURAN
1. Busyrâ untuk Ahli Tauhid
2. Busyrâ untuk Nabi Muhammad Saw
3. Busyrâ untuk Al-Quran
4. Busyrâ untuk Para Nabi dan Rasul
5. Busyrâ untuk Orang-Orang Beriman
6. Busyrâ untuk Anak-Anak
7. Busyrâ untuk Orang-Orang Kafir
8. Busyrâ untuk Orang-Orang Munafik
A. Tafsir Ayat-Ayat Busyrâ dalam Al-Quran
B. Hikmah Busyrâ dalam Al-Quran
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA

i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................................................7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................................................................8
a. Pembatasan Masalah.........................................................................................................................8
b. Perumusan Masalah...........................................................................................................................8
D Tujuan Penelitian......................................................................................................................8
E. Manfaat Penelitian....................................................................................................................9
F. Kerangka Teori.........................................................................................................................9
G. Tinjauan Pustaka.......................................................................................................................9
H. Metode Penelitian...................................................................................................................10
1. Pemilihan Objek Penelitian............................................................................................................11
2. Data dan Sumber Data....................................................................................................................11
3. Teknik Input dan Analisis Data.....................................................................................................11
4. Pengecekan Keabsahan Data..........................................................................................................11
I. Jadwal Penelitian....................................................................................................................12
J. Sistematika Penulisan.............................................................................................................12
K. Daftar Pustaka.........................................................................................................................14

ii
1

A. Latar Belakang Masalah


Al-Quran adalah kalam Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
dengan perantara malaikat jibril, selanjutnya disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk
utama dan kabar gembira bagi pedoman hidup manusia.
Al-Quran bagi manusia juga berfungsi sebagai petunjuk menuju jalan yang lurus dan
pemberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
Materi kandungan yang dibahas dalam Al-Quran sangat luas, baik dari sisi bahasanya
maupun dari penafsirannya. Sebagai Agama yang sempurna, Islam mengandung berbagai ajaran
utama, salah satunya adalah tentang Akhlâqul Karîmah sebagai hasil dari internalisasi terhadap
nilai-nilai keimanan dan keislaman, yang sering disebut dengan ihsan. Semakin sempurna
keimanan dan keislaman seseorang maka semakin baik akhlak dan ibadahnya, akan tetapi
sebaliknya, jika semakin lemah keimanan dan keislaman seseorang maka semakin rusak akhlak
dan ibadahnya.
Akhlak yang baik akan mencerminkan ibadah seseorang, sehingga akhlak dan ibadah
sangan penting bagi kehidupan manusia, pentingnya akhlak dan ibadah tidak hanya dirasakan
oleh kehidupan pribadi, tetapi juga dalam kehidupan keluarga, dan bahkan masayarakat.
Seseorang yang ibadahanya baik maka bisa dikatakan orang tersebut mempunyai akhlâq
mahmûdah (akhlak terpuji). Sehingga menurut penulis akhlak adalah sifat yang harus dimiliki
manusia terlebih umat muslim, karena pembahasannya itu berkaitan dengan kedisiplinan ibadah
seseorang, kedisiplinan ibadah seseorang mencerminkan dirinya akan mendapat kabar gembira
dari Allah Swt di dunia maupun di akhirat, akan tetapi sebaliknya seseorang yang ibadahnya
tidak disiplin maka tentu tidak akan mendapatkan kabar gembira dari Allah Swt melainkan
ancaman dari-Nya.
Dalam Al-Quran Allah Swt menyebutkan kabar gembira dengan kalimat Busyrâ, akan
tetapi banyak dari manusia tidak memahami dan memperdulikan bahkan mengabaikan ayat-ayat
Allah Swt, sehingga mereka hidup di dunia seperti binatang ternak. Seseorang yang tidak
mengenal Allah Swt, tidak beribadah kepada Allah Swt, tidak memperdulikan halal maupun
haram, kebaikan maupun keburukan, serta kezaliman dalam muamalahnya, tidak kepada
siapakah mereka harus tunduk dan taat serta berserah diri, atau menjalankan sesuatu yang
dicintai dan diridai-Nya, yang terpikir olehnya hanya untuk mendapatkan kesenangan duniawi
dengan hawa nafsu, walaupun harus melanggar atauran-aturan zat yang menciptakannya. Allah
Swt menggambarkan dalam Alquran tentang keadaan mereka dalam firman-Nya, mereka
memiliki mata namun tidak digunakan untuk melihat tanda-tanda kebesar Allah Swt zat yang
menciptakan alam semesta, mereka memiliki telinga namun tidak digunakan mendengar ayat-
ayat Allah Swt, serta mereka memiliki hati namun tidak mereka gunakan untuk memahami apa-
apa yang mereka lihat dan dengar dari berbagai tanda-tanda kekuasan-Nya, mereka seperti
binatang ternak bahkan mereka itu lebih sesat. Sebagaimana telah Allah SWT tegaskan dalam
surat Al-A’raf ayat/ 07 : 179 :
‫ن اَّل ُيۡب ِص ُروَن ِبَه ا‬ٞ‫ب اَّل َيۡف َقُهوَن ِبَها َو َلُهۡم َأۡع ُي‬ٞ‫َو َلَقۡد َذ َر ۡأ َنا ِلَجَهَّنَم َك ِثيٗر ا ِّم َن ٱۡل ِج ِّن َو ٱِإۡل نِۖس َلُهۡم ُقُلو‬
‫َٰٓل‬ ‫َٰٓل‬
. ‫ن اَّل َيۡس َم ُعوَن ِبَهۚٓا ُأْو ِئَك َك ٱَأۡلۡن َٰع ِم َبۡل ُهۡم َأَض ُّۚل ُأْو ِئَك ُهُم ٱۡل َٰغ ِفُلوَن‬ٞ‫َو َلُهۡم َء اَذ ا‬
“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan
manusi. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah
Swt), dan mereka memiliki mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk
2

mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lengah.
Hikmah Allah Swt menurunkan Alquran kepada umat manusia adalah sebagai pedoman
hidup guna menuju kesejahteraan dan kebahagiaan yang hakiki. Alquran dapat dikatakan sebagai
Busyrâ atau kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Hal itu dikarenakan Alquran merupakan Kalâmullah yang menjadi sumber pokok bagi syariat
Islam. Alquran mengandung berbagai ilmu pengetahuan baik tentang aqidah, ibadah, akhlak,
serta muâmalah . Allah telah menyebutkan dalam ayat-ayat Alquran ataupun hadis Nabi
Muhammad Saw. Dengan demikian, bagi umat Islam, mentadaburi dan memahami isi kandungan
Alquran melalui penafsiran-penafsiran memiliki kedudukan yang sangat penting. Alquran
memiliki beberapa kandungan pokok, yaitu aqidah, tauhid, hukum dalam ibadah, muâmalah,
serta petunjuk menggapai kebahagiaan. Alquran juga menceritakan berbagai kisah kehidupan
umat manusia semenjak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad dan merupakan wahyu ilahi yang
kebenaranya bersifat mutlak dan qath’iy.1
Lafal kabar gembira dalam Alquran sering menggunakan kalima Busyrā ( ‫ ) البرشى‬dalam
bahasa arab sering diartikan ‫مايبرشبه‬ yang artinya “apa yang diberitakan dengannya”. Allah Swt
memberikan kabar gembira terhadap setiap orang mukmin yang mengikuti petunjuk-Nya, berupa
kebahagiaan hidup dunia akhirat dan menjadikan mereka penguasa di permukaan bumi. 2
Sebagaimana salah satu janji Allah Swt di tegaskan dalam surat Al-Baqarah/02 : ayat 25 :
‫ا ُر ِز ُق وْا ِم ۡن َه ا ِم ن‬ ‫ُۖر‬ ‫َّٰن‬ ‫َّٰص‬
‫َو َبِّش ِر ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا َو َع ِم ُلوْا ٱل ِلَٰح ِت َأَّن َلُهۡم َج ٖت َتۡج ِر ي ِم ن َتۡح ِتَها ٱَأۡلۡن َٰه ُك َّلَم‬
‫ة َو ُهۡم ِفيَه ا‬ٞۖ ‫ُّم َطَّه َر‬ ‫ج‬ٞ ‫َثَم َر ٖة ِّر ۡز ٗق ا َق اُلوْا َٰه َذ ا ٱَّل ِذ ي ُر ِز ۡق َن ا ِم ن َقۡب ُۖل َو ُأُت وْا ِبِهۦ ُم َتَٰش ِبٗه ۖا َو َلُهۡم ِفيَه ٓا َأۡز َٰو‬
. ‫َٰخ ِلُد وَن‬
“Allah Swt menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat)
surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat)
tempat- tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridaan Allah adalah lebih besar; itu adalah
keberuntungan yang besar”.
Dalam ayat lain Allah Swt juga janjikan di surat An-Nur/24 : ayat 55 :
‫َو َعَد ٱُهَّلل ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ِم نُك ۡم َو َع ِم ُلوْا ٱلَّٰص ِلَٰح ِت َلَيۡس َتۡخ ِلَفَّنُهۡم ِفي ٱَأۡلۡر ِض َك َم ا ٱۡس َتۡخ َلَف ٱَّلِذ يَن ِم ن َقۡب ِلِهۡم‬
‫َو َلُيَم ِّك َنَّن َلُهۡم ِد يَنُهُم ٱَّلِذ ي ٱۡر َتَض ٰى َلُهۡم َو َلُيَبِّد َلَّنُهم ِّم ۢن َبۡع ِد َخۡو ِفِهۡم َأۡم ٗن ۚا َيۡع ُبُدوَنِني اَل ُيۡش ُك وَن ِبي َش ٗٔ‍ۡي ۚا‬
‫ِر‬ ‫َٰٓل‬
. ‫َو َم ن َكَفَر َبۡع َد َٰذ ِلَك َفُأْو ِئَك ُهُم ٱۡل َٰف ِس ُقوَن‬
“Dan Allah Swt telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman
dan mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum meraka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar
mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Tetapi barang
siapa tetap kafir setelah janji itu, maka mereka itulah orang-orang fasik”.
Dalam ayat tersebut di atas, Allah Swt memberikan kabar gembira kepada para hamba
yang melaksanakan tujuan hidupnya, dengan berbagai kenikmatan-kenikmatan yang tiada tara.
Di dunia Allah Swt memberikan kehidupan yang penuh dengan ketenangan, ketentraman, harta
melimpah yang penuh berkah, kekuasaan, nikmat hidayah dan taufik. Allah Swt menjauhkan
1
Ahmad Baidhawi, Studi Kitab Tafsir Klasik-Tengah, Yogyakarta: TH-Press, 2010, hal.138.
2
Masjfuk Zuhdi, Pengantar ‘Ulumul Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu, 1993, hal. 19.
3

mereka dari azab-Nya yang pedih serta dimasukkan kedalam surga-Nya, sebuah tempat yang
penuh dengan berbagai kenikmatan. Nabi Muhammad Saw pernah mengabarkan bahwa
keindahan surga adalah keindahan yang belum pernah terlihat, belum pernah terdengar, dan
belum pernah terbayangkan. Hamba yang dimasukkan ke dalamnya tidak akan pernah
merasakan kesusahan untuk selama-lamanya. Begitu juga Allah Swt memberikan ancaman
berupa azab yang pedih kepada orang-orang yang kufur lagi kafir kepada penciptanya, memusuhi
para nabi dan para rasul-Nya serta orang-orang mukmin, begitu pula para pelaku dosa dan
maksiat serta orang-orang yang meninggalkan segala perintah atau melanggar segala larangan-
Nya.3
Inti tugas dan kewajiban seorang manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah
menyembah Allah Swt semata dan tidak mempersekutukan sedikitpun dengan para makhluk-
Nya. Sebagaimana Allah Swt tegaskan dalam Alquran surat Ad-Dzariyat/51 : ayat 56:
. ‫َو َم ا َخ َلۡق ُت ٱۡل ِج َّن َو ٱِإۡل نَس ِإاَّل ِلَيۡع ُبُد وِن‬
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Ayat di atas mengisyaratkan hikmah diciptakannya manusia, yaitu beribadah kepada
penciptanya. Ibadah ayang memiliki makna yaitu kerendahan dan ketundukan disertai dengan
cinta.4 Beribadah kepada Allah Swt maknanya taat kepada Allah Swt dengan melaksanakan
perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Oleh karena itu, barang siapa yang menaati-Nya
niscaya mendapatkan balasan yang sempura berupa kebaikan-kebaikan dan barangsiapa yang
melakukan kemaksiatan yakni tidak taat kepada Allah Swt niscaya mendapatkan azab yang
sangat pedih.5
Berkaitan dengan makna ibadah Imam Ibnu Taimiyyah juga memberikan komentar
bahwa ibadah sebagai berikut :
‫ ِهَي ِإْس ٌم َج اِم ٌع ِلُك ِّل َم ا ُيِح ُّب ُه ُهللا َو َيْر َض اُه ِم َن اَأْلْق َو اِل َو اَأْلْع َم اِل اْلَباِط َن ُة‬: ‫َالِع َب اَد ُة‬
‫َو الَّظاِهَر ُة‬
“Ibadah adalah satu nama yang mencakup segala sesuatu yang di cintai dan di ridai
oleh Allah Swt berupa perkataan dan perbuatan baik lahir maupun batin”.
Kaidah ibadah terdiri atas empat, yaitu terealisasinya apa yang dicintai dan di ridai Allah
Swt dan Rasul-Nya, mengamalkannya dengan hati, mengamalkannya dengan lisan, serta
mengamalkannya dengan anggota badan. hakikat ibadah yang sebenarnya adalah ketika empat
tingkatan tersebut benar-benar dilakukan Allah Swt akan memberikan balasan terbaik bagi para
pelakunya .6
Untuk mewujudkan peribadahan para diri hamba, Allah Swt memberikan busyrâ berupa
kebahagian bagi yang melaksanakan perintah-Nya serta memberikan busyrâ berupa ancaman,
siksa dan azab bagi yang durhaka terhadap-Nya. Adanya busyrâ berupa kebahagiaan dan
ancaman Allah Swt bertujuan untuk melahirkan pada diri seorang hamba rasa takut dan
pengharapan yang akan menwujudkan semangat dalam melaksanakan perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya.

3
Ibnu Katsīr, Tafsir Qur’ānul ‘Adzīm, Kuwait : Jamiyah Ihya At Turos Al Islamy, 2001, Cet. V, Jilid I,
Hal. 106.
4
Sholih bin Fauzan bin Abdullah al fauzan, Kitab Tauhid, Departemen pendidikan saudi, 2006, hal. 54.
5
Abdurrahman bin Hasan, Fathul Majīd syarah kitab tauhid, Darul Ibnu Hajm, Beirut, 1999, hal. 17.
6
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Al ‘Ubudiyyah hakikat penghambaan diri, Bogor : Grilya ilmu, 2017,
cet. 1, hal. 2.
4

Allah Swt menjamin kebahagian bagi setiap pengikut agama Islam di dunia maupun di
akhirat kelak, sebab ia mempunyai sendi esensial yaitu Alquran. Alquran adalah kalam Allah Swt
yang di turunkan kepada malaikat jibril ke dalam hati Nabi Muhammad saw yang suci sebagai
penutup para nabi dan rosul, diawali dengan surat Al-Fâtihah dan di akhiri dengan surat An-Nâs.
Ia merupakan wahyu yang menyampaikan berita gembira kepada orang-orang beriman dan
berbuat kebajikan, bahwa akan diberikan berbagai macam kenikmatan kebahagian untuk mereka
di dunia dan surga akan menjadi puncak kebahagiaan dan harapan tertinggi untuk orang-orang
yang beriman di akhirat kelak.7
Janji Allah Swt kepada para hamba-Nya yaitu Dia memberikan kabar gembira
dengan memasukkan ke dalam surga bagi mereka yang beriman dan bertakwa kepada-
Nya serta selalu mengikuti dan mentaati syariat Rasul-Nya yaitu Nabi Muhammda Saw.
Berikut adalah hadis sahih yg menerangkan hal tersebut:
‫ ُك ّل ُأَّمِتي َي ْد ُخ ُلْو َن اْلَج َّن َة‬: ‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َأَّن َر ُسْو َل ِهللا َص َلى ِهللا َع َلْيِه َو َس َلم َق اَل‬
.‫ َو َم ْن َع َص اِني َفَقْد َأَبى‬،‫ َم ْن َأَطاَع ِني َد َخ َل اْلَج َّنَة‬: ‫ َقاُلوا َياَر ُسْو َل ِهللا َو َم ْن َيْأَبى ؟ َقاَل‬,‫ِإاَّل َم ْن َأَبى‬
“Semua umatku pasti akan masuk surga kecuali orang yang enggan.” Para shahabat
bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang enggan itu?” Beliau menjawab, “Barangsiapa
menaatiku pasti masuk surga, dan barangsiapa mendurhakaiku maka dialah orang yang enggan
(tidak mau masuk surga,)”. (HR. Al-Bukhori)8
Amal saleh atau perbuatan baik adalah bagian dari makna dan hakikat iman. Amal
saleh adalah konsekuensi dan tanda kejujuran iman seorang hamba. Salah satu amal saleh
yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya yaitu membaca Alquran. Dalam hadis,
Rasulullah Saw menegaskan bahwa Alquran bisa memberi pertolongan pada
pembacanya. Sesuai dengan hadis sahih dibawah ini :
‫ ِاْقَر ُء وا‬: ‫َع ْن َأِبْي ُأَم اَم َة اْلَباِهِلي َرِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل َسِم ْع ُت َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس ّلم َيُقْو ُل‬
) ‫اْلُقْر آَن َفِإَّنُه َيْأِتْي َيْو َم اْلِقَياَم ِة َش ِفْيًعا َأِلْص َح اِبِه (رواه مسلم‬.
“Bacalah oleh kalian Alquran. Karena ia (Alquran) akan datang pada hari
kiamat kelak sebagai pemberi syafaat bagi orang-orang yang rajin membacanya”. (HR.
Muslim).9
Nabi Saw memerintahkan untuk membaca Alquran dengan bentuk perintah yang
bersifat mutlak. Sehingga membaca Alquran diperintahkan pada setiap waktu dan setiap
kesempatan. Hari kiamat nanti, Allah Swt akan menjadikan pahala membaca Aquran
sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafaat dengan seizin Allah Swt
kepada orang yang rajin membacanya.10
Dari beberapa ayat Allah Swt tersebut, memberikan penegasan bahwa dunia
adalah tempat beramal dan berkarya sementara akhirat adalah tempat hidup yang
sebenarnya yaitu tempat dimana semua usaha manusia dan jin akan mendapatkan balasan
7
Wahbah az-Zuhaili, At-Tafsīrul Munīr Fil ‘Āqidah wasy Syari’ah wal Manhaj, Jakarta: Gema Insani,
2013, jilid. 1, hal. 77.
8
Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhari, Al-Jami’ Al-Musnad As-Shahīh, Turki : Dar thauq An-
Najah, t.th., jilid 9, hal. 92, No. hadits 720, bab pintu surga selalu terbuka bagi orang yang menempuhnya.
9
Muslim ibn Al-Hujaj Abu Al-Hasan Al-Qusyairy An-Naisaburi, Al-Musnad As-Shahīh Al-Mukhtashar Binaqli
Al-‘Adl ‘Anil ‘Adl ilā Rasulullah SAW, Bairut, Darul Ihya At-Taratsi Al-‘arobiy, t.t., juz 1, hal. 553, No.hadits 804,
bab Mendapatkan syafa’at bagi orang yang membaca Al-Qur’an.
10
Imam Nawawi, At-Tibyān fī Ādābi Hamalatil Qur’ān, t.t., Konsis Media, t.th., hal. 19.
5

yang setimpal.11 Allah Swt menciptakan segala sesuatu dengan benar. Benar pada
penciptaan itu sendiri dan benar pada tujuan penciptaannya.12 Dia mengutus rasul untuk
menyampaikan wahyu kepada manusia. Respon manusia terhadap utusan Allahpun
berbeda, ada manusia yang cepat menerima seruan rasul ada pula yang ragu-ragu bahkan
tak sedikit yang spontan menolak secara langsung. Dari ragam respon tersebut, dapat
dikerucutkan menjadi dua golongan yaitu muslim dan kafir. Orang muslim yang beramal
salih dijanjikan kabar gembira yaitu masuk surga-Nya Allah Swt sedangkan orang kafir
akan mendapatkan kabar gembira berupa ancaman masuk neraka.13
Kabar gembira yang dituliskan dalam Alquran tidak diragukan lagi kebenarannya.
Allah Swt berulang kali menyebut penghuni surga akan mendapat berbagai macam
nikmat. Allah Swt meberikan kenikmatan kepada hamba sesuai dengan keimanan dan
amal perbuatan yang mereka kerjakan. Kenikmatan akan diberikan kepada orang-orang
yang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Hal tersebut adalah bukti kekuasan dan janji
Allah swt untuk memberikan surga dan kenikmatan di dalamnya untuk orang-orang
pilihan-Nya.
Di era kontemporer ini, metode penafsiran yang berkembang juga sangat beragam. Ayat
Alquran tidak bisa dipahami secara literal begitu saja sebagaimana yang dipahami oleh para
mufasir lainnya.14 Dalam pengertian ini, pengambilan makna-makna ayat Alquran masih
mendapat ruang yang luas dari sisi lainnya. Konteks tidak bisa dipisahkan dari bagian yang
sangat penting dalam memahami maksud yang dikehendaki. Konteks dalam banyak hal berlaku
membatasi dalalah yang dimaksud dari kalimat. Oleh karena itu, para ulama mengisyaratkan
pentingnya konteks dan selalu tidak bisa dipisahkan dari pembicaraan.15
Pada Era Nabi Muhammad Saw, para sahabat atas perintah beliau, belajar membaca
Alquran, menghafal dan memahaminya. Mereka inilah orang-orang yang disebut al-qurra.
Setelah Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya meninggal dunia, kaum muslim pun
melanjutkan estafet penafsiran Alquran hingga saat ini. Namun seiring dengan berjalannya
waktu, para mufasir memiliki pemikiran, pemahaman, serta ideologi yang berbeda antara yang
satu dengan lainnya, sehingga secara tidak langsung melahirkan berbagai perbedaan diantara
mereka.16
Busyrâ atau kabar gembira berulang-ulang Allah Swt sebutkan di dalam Alqur’an.
Kewajiban seorang mukmin terhadapnya adalah memahami makna, isi, dan hikmah yang
terkandung di dalamnya. Untuk dapat mengetahui dan memahami makna dan hikmah yang
terkandung di dalamnya, pada ayat-ayat tersebut diperlukan sebuah tafsir. Para mufasir tatkala
mentafsirkan ayat-ayat tersebut memunculkan berbagai buku tafsir Alquran dengan corak,
ragam, metode, cara berpikir, serta menggunakan teknik penafsiran yang berbeda antara mufasir
yang satu dengan mufasir lainya. Berdasarkan orientasi dan corak yang beragam, masing-masing
mufasir sangat terpengaruh dengan latar belakang ideologi mazhab, pemikiran, keilmuan, dan
sekte keagamaan yang dianut olehnya.17

11
Abu Fatiah al-Adnani, Hidup Sesudah Mati, Solo: Granada Mediatama, 2020, cet. 8, hal. 19.
12
Yunan Yusuf, Qalbun Salīm, Tangerang: Lentera Hati, 2019, cet. 1, hal. 576.
13
Mir Valiudin, Tasawuf Dalam al-Qur’an, Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus, 2002, cet. 3, hal. 45.
14
Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an, Yogyakarta: Idea Press, 2016, cet. 2, hal. 174.
15
Abdur Rokhim Hasan, Qawâ’id at-Tafsîr: Kaidah-Kaidah Tafsir al-Qur‟an, Jakarta: Yayasan Alumni
PTIQ, 2020, edisi 1, hal. 59.
16
Abdullah Haidir, Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah, Jatim: Pustaka eLBA, 2017, Cet V, Hal.
36-37.
6

Penafsiran dan penjelasan ayat-ayat Alquran dan berbagai bentuk kajian tentang makna
yang terkandung di dalam nas Alquran dan ungkapan-ungkapannya telah diawali semejak masa
Nabi Muhammad Saw. Beliaulah orang pertama yang mengajarkan Alquran, menafsirkan,
menjelaskan maksudnya, menguraikan makna yang terkandung di dalamnya, dan menjelaskan
makna yang sulit dipahami oleh manusia sehingga dapat diketahui kandungan maknanya, bahkan
secara tegas beliau Saw diperintahkan oleh Allah Swt agar menjelaskan wahyu yang telah
diturunkan padanya dengan tujuan Alquran dapat menjadi pembimbing, petunjuk, dan rahmat
bagi semesta alam. Allah Swt telah menegaskan dalam Alqurn surat An-Nahl / 16 : 44 :
. ‫ِبٱۡل َبِّيَٰن ِت َو ٱلُّز ُبِۗر َو َأنَز ۡل َنٓا ِإَلۡي َك ٱلِّذ ۡك َر ِلُتَبِّيَن ِللَّناِس َم ا ُنِّز َل ِإَلۡي ِهۡم َو َلَع َّلُهۡم َيَتَفَّك ُروَن‬
“Dan Kami turunkan Alquran kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.18
Dalam kehidupan ini, para hamba telah Allah Swt berikan lima modal dasar sebagai
kunci guna meraih kesuksesan hidup berupa kebahagian, baik dalam kehidupan dunia maupun
akhirat, Lima modal dasar tersebut sebagaimana yang telah disebutkan oleh Nabi Muhammad
Saw yaitu umur atau waktu, kesehatan, kekayaan, masa muda, dan waktu luang. Barangsiapa
yang dapat menggunakan lima modal dasar tersebut untuk menaati Allah Swt dan Rasul-Nya
niscaya dia akan meraih kesuksesan dalam kehidupanya di dunia dan di akhirat. Sebaliknya,
barangsiapa yang tidak menggunakan kelima modal tersebut untuk taat kepada Allah Swt dan
Rasul-Nya maka dia telah mempersiapkan kegagalan dalam kehidupanya.
Oleh karena itu, barang siapa yang mengikuti petunjuk-Nya, niscaya mereka mendapat
balasan yang telah dijanjikan Allah Swt kepadanya dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak beriman dan tidak mengikutinya, niscaya mereka
mendapatkan ancaman berupa azab dan berbagai keburukan yang akan menimpanya. Allah Swt
dan Rasul-Nya mendorong para hamba yang melakukan berbagai bentuk kekufuran dan
kemaksiatan agar segera bertaubat serta memohon ampunan kepada-Nya, beriman, dan beramal
salih, agar mendapatkan kebahagian dalam hidupnya dimana kebahagiaan adalah sesuatu yg
ingin dicapai oleh manusia sesuai fitrahnya.
Berangkat dari latar belakang masalah yang penulis paparkan ini, menggambarkan
kebenaran janji-janji Allah Swt terhadap hambanya yang beriman dan mengerjakan amal saleh
akan mendapatkan kabar gembira berupa kenikmatan-kenikmatan yang besar dari Allah Swt, dan
ada juga manusia yang dalam realita kehidupan saat ini, banyak yang menangis, merasakan
kesusahan hidup, masalah pribadi, masalah ekonomi keluarga, tetapi enggan untuk beramal saleh
dan bahkan beriman kepada Allah Swt.
Sehingga dengan realita kehidupan saat ini, maka sangat diperlukan adanya pembahasan
yang mengarah kepada janji-janji Allah Swt yang berupa kabar gembira dan ancamanNya.
Dengan demikian, penulis bermaksud dapat membantu memberikan nuansa dan
menambah khazanah dalam memahami keilmuan tafsir yang dibahas dari sisi bahasa kalimat
ayat-ayat suci Alquran yang penuh makna ini karena tidak ada bahasa yang agung dan penuh
keanekaragaman makna selain bahasa Alquran. Inilah yang akan penulis gali dalam penelitian
yang di fokuskan dalam makna kalimat busyrâ atau kabar gembira dalam persepektif Alquran,
yang akan dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan bagaimana seharusnya setiap insan
menyadari akan adanya balasan dan janji-janji Allah Swt untuk orang-orang yang beriman dan

17
Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, LQS dan Adab Press,Yogyakarta, th 2012, hal.
102.
18
Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, LQS dan Adab Press,Yogyakarta, th 2012, hal.
42.
7

mengerjakan kebajikan. Maka untuk itulah penelitian ini diberi judul : “Kabar Gembira dalam
Perspektif Alquran”. Suatu kajian tafsir tematik.
B. Identifikasi Masalah
Berawal dari kebiasaan ibadah umat Islam yang tidak sesuai dengan perintah Allah Swt
dan Rasul-Nya, yakni tergesah-gesah dalam beribadah ataupun bermalas-malasan yang
mengakibatkan tidak melaksanakan perintah Allah Swt dan RasulNya. Dalam kacamata penulis,
penulis memiliki pandangan bahwa menjalankan perintah Allah Swt dan Rasul-Nya tidak hanya
didasarkan dengan kemauan yang bermula dengan ikut-ikutan, akan tetapi butuh diawali dengan
ilmu. Hal tersebut menjadi problem mendasar dalam penelitian ini, sehingga penulis mencoba
untuk mengidentifikasi kembali bagaimana sesungguhnya beribadah yang dapat diterima Allah
Swt dan pahala menggembirakan yang berupa surga dari Allah Swt. Haketkat puncak balasan
yang diinginkan dan dirindukan dari ibadah-ibadah yang dilakukan manusia di dunia adalah rida
dan surganya Allah Swt.
Oleh karena itu betapa pentingnya dalam konsep hidup seorang muslim, yang dengan
ilmu ibadah akan menjadi sempurna dan tentunya akan bernilai pahala serta mendapatkan surga
dari Allah Swt. Begitu sebaliknya jika amal perbuatan (ibadah) tidak didasari dengan ilmu maka
tidak akan bernilai pahala, bahkan agama Islam tidak menganjurkan umatnya mengerjakan amal
perbuatan (beribah) tidak didasari dengan ilmu. Ibadah yang tidak didasari dengan ilmu akan
menjerumuskan pada perbuatan yang salah dan melenceng dalam syariat Islam.
Berangkat dari sana, penulis ingin sedikit mendalami pembahasan dari janji-janji Allah
Swt yang tertulis dalam Alquran dengan kalimat busyrâ ( ‫رى‬55‫ ) بش‬dan akan difokuskan
pembahasanya dari tafsir Al-Munîr yang dikarang oleh Syekh Wahbah Az-Zuhaili.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi dan difokuskan untuk melihat tentang penafsiran ayat-ayat
janji-janji Allah Swt terutama dalam kalimat busyrā ( ‫ ) بشرى‬. Menurut para mufasir
kalimat busyra dalam Alquran tidak hanya digunakan untuk kabar gembira bagi orang-
orang mukmin saja melainkan juga digunakan sebagai kabar gembira berupa ancaman
untuk orang-orang yang tidak beriman kepada Allah Swt. Sehingga peneliti hanya
membatasi ayat-ayat tentang macam-macam kabar gembira diantaranya, kabar gembira
untuk orang-orang beriman dan kabar gembira untuk oarng-orang kafir yakni tidak semua
kalimat busyrā dalam Alquran bermakna kabar gembira.

b. Perumusan Masalah
Berdasarkan paparan yang dijelaskan di atas, baik latar belakang, identifikasi masalah,
maupun pembatasan masalah, maka perumusan masalah dapat diformulasikan menjadi bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Mengapa dalam Alquran kalimat busyrā tidak hanya diartikan sebagai kabar
gembira?
2. Siapa sajakah yang mendapatkan kabar gembira dari Allah Swt?
3. Apa hikmah kabar gembira dalam Alquran?
D. Tujuan Penelitian
8

Penelitian yang baik tidak hanya didasarkan kepada sebuah metode dan langkah-langkah
yang matang. Sebuah penelitian juga tidak hanya menuntut pada tema-tema yang menarik dan
layak untuk diteliti. Suatu penelitian akan memiliki nilai dan makna tersendiri bahkan akan
memberikan kontribusi yang baik dan terpuji manakala didukung dengan adanya manfaat dan
tujuan yang hendak dicapai. Apabila tujuan dan manfaat dirasakan minim atau bahkan tidak ada
berarti penelitian tersebut tidak memiliki nilai kontribusi dalam kehidupan manusia, baik dalam
dunia akademisi, social, maupun kehidupan masyarakat khususnya dalam kehidupan beragama.
Oleh karena itu, penelitian ini berupaya semaksimal mungkin agar memiliki daya nilai sebagai
kontribusi yang dapat disalurkan baik untuk akademisi maupun masyarakat. Upaya-upaya yang
dilakukan tentunya dengan banyak pertimbangan dan memperhatikan seberapa penting penelitian
ini dilakukan. Dengan alasan tersebut, perlu kiranya diungkapkan bahwa penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui makna arti dari busyrā yang sesungguhnya dalam Alquran terlebih dalam
kitab-kitab tafsir para ulama. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya
maka tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan beberapa hal sebagai berikut:
1. Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang makna busyrā dalam Alquran.
2. Untuk memberikan gambaran bagaimana keadaan orang beriman dan orang yang tidak
beriman setelah menerima kabar gembira dari Allah Swt.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan keislaman dan
memberikan kontribusi dalam pengembangan tafsir Alquran. Selain itu penelitian ini juga
memberikan manfaat praktis yaitu untuk menambah referensi dalam dunia akademisi khususnya
dalam keilmuan tafsir Alquran, meningkatkan pemahaman tafsir Alquran bagi masyarakat, dan
meningkatkan nilai-nilai keimanan bagi umat Islam. Sehingga manfaat secara sosial yaitu
memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat tentang makna dari busyrā dalam
Alquran, agar dapat melakukan ibadah dengan khusyuk dan yakin atas janji-janji Allah Swt
dalam ayat-ayatnya. Manfaat secara personal yaitu menambah wawasan yang luas tentang makna
sebenarnya dari kalimat busyrā yang tertulis dalam Alquran serta sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas Pascasarjana Institut Perguruan Tinggi Islam Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta.

F. Kerangka Teori
Manusia diciptakan untuk tujuan surga bukan untuk tujuan neraka. Hal ini sesuai dengan
nama-nama dan sifat-sifat Allah Swt. Untuk memasuki surga, manusia wajib mempunyai syarat-
syarat yang harus dipenuhi. Kehidupan dunia menyebabkan sebagian manusia keluar dari
fitrahnya sehingga jiwanya menjadi kotor. Diantara jiwa-jiwa yang kotor dapat dibersihkan di
dunia dengan berbagai macam ujian sehingga di akhirat nanti manusia tersebut dapat memasuki
surga dengan mudah tanpa siksa. Bahkah dipertegas dalam Alquran manusia diciptakan untuk
tujuan beribadah kepada Allah Swt. Hal ini sesuai dalam Alquran surat Ad-Dzāriat ayat 56
“tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku”. Sehingga untuk
mendapatkan kabar gembira yaitu memasuki surganya Allah Swt, manusia wajib mempunyai
syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan Allah
Swt dan meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah Swt. Penulis akan menjabarkan bagian
utama penelitian setelah melewati tahap pengajuan proposal ini.
G. Tinjauan Pustaka
9

Untuk memperkuat dan melihat batasan masalah serta sebagai referensi pelengkap
penelitian, penulis juga melakukan kajian pustaka sederhana untuk menemukan penelitian-
penelitian yang memiliki irisan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Penelitian-penelitian
tersebut memiliki kaitan dengan apa yang akan penulis teliti namun secara konteks dan masalah
tentu sangat berbeda, diantaranya adalah:
a. Desertasi dengan judul “Kehidupan dalam Pandangan Al-Qur’an” yang ditulis oleh Ahzami
Sami’un Jazuli Rahimahullah, beliau mahasiswa jurusan Ulumul Qur’an Universitas Islam
Muhammad bin Saud. Penelitian ini bertujuan untuk menggali konsep kehidupan dalam
pandangan Alquran dengan mengkomparasi penafsiran yang menjadi rujukan dalam desertasi
tersebut. Sehingga persamaan desertasi ini dengan penelitian yang akan penulis laksanakan
adalah mengenai kajiannya yakni sama-sama mengkomparasi tafsir-tafsir yang ada dengan
teori dan pendekatan perbandingan atau studi komparatif namun pembahasan utamanya sangat
berbeda, penulis membahas tentang busyra dalam Alquran.
b. Buku dengan judul “Surga yang Allah Janjikan” yang ditulis oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyyah
dan diterjemahkan oleh Zainul Ma’arif, Inti dari pembahasannya fokus kepada surga.
Pembicaraan tentang surga sudah menjadi kabar gembira untuk orang-orang beriman yang
mendengarnya. Menceritakan perihal tersebut tentu sudah menjadi persyaratan khusus untuk
orang-orang mukmin yang ingin mendapatkan surganya Allah Swt.
c. Jurnal yang berjudul “Kebahagiaan dalam Persepektif Al-Qur’an” Terdapat di jurnal
tasamuh : Jurnal Universitas Islam Negri Mataram oleh Khairul Hamim dari Fakultas Syari’ah
dan Ekonomi Islam. Inti dalam jurnal ini adalah gambaran kebahagiaan orang-orang yang
mengerjakan amal saleh, dengan mengerjakan amal saleh maka ia akan mendapatkan kabar
gembira yang berupa kenikmatan surga dari Allah Swt.
d. Sekripsi yang berjudul “Konsep Kebahagiaan dalam Persepektif Al-Qur’an”, yang ditulis
oleh Ulfa Zahara pada tahun 2018 dari salah satu mahasiswi Universitas Islam Negri Ar-
Raniry Banda Aceh yang fokus dalam bidang Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Inti dari
pembahasan karya tulisnya masih seputar balasan Allah SWT berupa surga dan kenikmatan-
kenikmatannya bagi hambanya yang patuh dan ta’at kepadaNya.
e. Buku dengan judul “Al-‘Ubudiyyah” yang ditulis oleh seorang ulama besar Islam yang
bernama Ibnu Taimiyah, yang diterjemahkan oleh M. Tashwir Daeng Nempo. Ibnu
Taimiyyah dikenal semua kalangan dan mengetahui profil keilmuan beliau. Kitab ini beliau
tulis untuk menerangkan kepada kaum muslimin bagaimana hakikat penghambaan diri kepada
Allah Swt dalam kehidupan sehari-hari agar kaum muslimin yakin akan ganjaran ibadah dari
Allah Swt.
H. Metode Penelitian
Suatu penelitian diharuskan menggunakan aturan yang berlaku agar pelaksanaannya
dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan
pembahasan fokus pada tema tertentu, diharapkan pokok bahasan tidak melebar dan keluar jauh
dari tema yang sudah ditentukan. “Penelitian pada umumnya dapat dilaksanakan dalam dua
bentuk atau jenis penelitian yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian
lapangan (field reasearch). Dalam hal ini tidak terkecuali penelitian tafsir.” 19 Berangkat dari
permasalahan yang diangkat di atas dan data-data yang akan dihimpun, tampak jelas bahwa jenis
penelitian yang dilakukan di sini adalah penelitian kepustakaan (library reasearch), sedangkan
19
Nashruddin Baidan dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2016, cet. 1, hal. 103.
10

pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan tematik (maudhu‟i). Adapun metode
yang digunakan adalah metode kualitatif. Sebagaimana diketahui bahwa metode penelitian
adalah cara atau bagaimana penelitian akan dilakukan, maka akan dijelaskan beberapa macam
point yang diperlukan, yaitu :

1. Pemilihan Objek Penelitian


Objek penelitian yang diambil dalam tesis ini adalah fokus kepada ayat-ayat tentang
kalimat busyra atau kabar gembira. Ayat-ayat tersebut merupakan ayat yang menceritakan semua
hal tentang kabar gembira, sebab tidak semua penyebutan kabar gembira selalu disandingkan
dengan orang-orang beriman. Pemilihan ini dilakukan untuk memudahkan mengetahui
penafsiran dari para mufasir sekaligus relevansinya dengan tema yang dibahas.

2. Data dan Sumber Data


Penelitian ini mengunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. “Sumber data
primer adalah sumber data yang diambil dari tangan pertama” 20 Data-data yang mencakup
kategori sumber primer berasal dari buku-buku yang memiliki relevansi langsung dengan tema
yang dibahas dan ditelaah. Sumber primer yang dimaksud adalah ayat-ayat Alquran yang
berkaitan dengan tema busyrā (kabar gembira), kitab Hâdil Arwâh ilâ bilâdil Afrâh (versi
terjemahan Surga Yang Allah Janjikan). Adapun sumber data skunder diambil dari buku-buku
yang memiliki relevansi maupun korelasi dengan tema tesis ini yaitu yang berkaitan dengan
masalah busyrā (kabar gembira) dan pembahasannya. Diantara sumber data sekunder yang akan
digunakan untuk melengkapi dan mendukung pembahasannya adalah kitab-kitab tafsir Al-Quran
karya para ulama salaf maupun khalaf seperti; Jâmi’ul Bayân kitab tafsir Ibnu Jarîr At-Thabarî,
tafsîr Jalalayn, tafsîr al-Qurthubî, tafsîr Ibnu Katsîr, tafsîr al-Maraghî, tafsîr al-Karîm ar-
Rahmân, tafsîr al-Azhar, tafsîr al-Misbah, tafsîr al-Wasîth, tafsîr al-Qur’ân al-Aisar, dan buku-
buku lain serta jurnal yang relevan serta buku-buku tentang metode penelitian.

3. Teknik Input dan Analisis Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara menghimpun ayat-ayat Alquran yang berkaitan
dengan tema busyrā (kabar gembira), menghimpun pendapat para mufasir tentang ayat-ayat
tersebut dari kitab-kitab tafsir mereka dan pendapat para ahli di dalam buku-buku maupun jurnal
yang relevan dengan tema. Pengumpulan data-data tersebut dimaksudkan agar memudahkan
proses analisa sehingga dapat dilakukan penjabaran hubungan-hubungannya, korelasinya, dan
juga relevansinya terhadap maksud dan tujuan ayat-ayat Alquran tersebut. Data-data yang telah
dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan berdasarkan bab-bab. Pada masing-masing bab
dijelaskan sesuai dengan topik pembahasannya yang diambil dari sumber-sumber data yang telah
ditentukan. Dalam setiap babnya akan dikaitkan dengan bab-bab berikutnya supaya tidak keluar
dari tema pembahasan. Dengan demikian penelitian ini dapat dilakukan secara runtut dan
memudahkan dalam analisis data.

4. Pengecekan Keabsahan Data


Semua data yang terkumpul dicek sesuai dengan klasifikasi dalam masing-masing bab
dengan penjabaran tertentu. Mengamati munasabah antar ayat dalam suratnya masing-masing.
Meneliti konteks ayat, redaksi kalimat yang digunakan dalam ayat-ayat tersebut. Meneliti ayat
antara yang ‘am dengan yang khas, Menjabarkan penafsiran ayat-ayat tentang busyrā (kabar
20
Pascasarjana PTIQ, Panduan Penyusunan Tesis dan Disertasi, Jakarta: Program Pascasarjana Institut PTIQ
Jakarta, 2017, edisi 11, hal. 11.
11

gembira) dari kitab-kitab tafsir. Kemudian Meneliti secara mendalam lafaz-lafaz busyrā dalam
Alquran dan buku-buku yang relevan serta melakukan klarifikasi terhadap teori-teori tersebut
serta melengkapi dengan hadis-hadis yang relevan.
I. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan semaksimal mungkin dalam jangka waktu yang telah
ditentukan. Dimulai sejak proposal ini disahkan hingga tahap penyelesaian. Adapun waktu yang
dibutuhkan yaitu selama enam bulan. Selama masa ini diupayakan penelitian dapat dilakukan
secara efisien dan efektif. Penelitian studi pustaka ini akan difokuskan dalam pencarian data di
perpustakaan-perpustakaan dan koleksi buku pribadi penulis maupun data-data atau referensi
digital yang keberadaannya tidak terbatas.

J. Sistematika Penulisan
Penelitian ini ditulis dengan berpedoman pada buku Panduan Penyusunan Tesis dan
Disertasi Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta 2017. Tujuan dari rujukan ini adalah agar
penelitian yang dilakukan dapat ditulis secara rapi, runtut, mendalam, dan sistematis sehingga
mudah dipahami dan diharapkan tidak keluar dari aturan-aturan yang berlaku. Untuk itu
dilakukan pembagian menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari sub bab dengan rincian sebagai
berikut:

BAB I: Pendahuluan. Bab ini terdiri dari sub bab seperti latarbelakang masalah yang berisi
penjelasan seputar problematika yang menjadi tema bahasan. Permasalahan dituangkan dalam
gambaran umum mengenai busyrā dalam Alquran. Banyak dikalangan umat islam tidak
memahami dan memperdulikan bahkan mengabaikan ayat-ayat Allah Swt, sehingga mereka
hidup di dunia, seperti binatang ternak tanpa mengenal Rabb-Nya, tidak beribadah kepada-Nya,
tidak memperdulikan halal maupun haram, kebaikan maupun keburukan, serta kezaliman dalam
muamalahnya, tidak memperdulikan kepada siapakah mereka harus tunduk dan taat serta
berserah diri, atau menjalankan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya, yang terpikir olehnya
bagaimana mendapatkan kesenangan duniawi dengan hawa nafsunya, walaupun harus melanggar
aturan-aturan zat yang menciptakannya. Sub bab kedua berisi identifikasi masalah, menjelaskan
apa saja masalah yang dapat ditarik dari uraian latar belakang. Sub bab ketiga berisi pembatasan
dan perumusan masalah yang menjadi fokus pertanyaan yang akan dijawab dalam tesis ini. Sub
bab keempat berisi tujuan penelitian, menjelaskan seberapa penting penelitian ini dilakukan dan
untuk tujuan apa saja. Sub bab kelima berisi manfaat penelitian, yang akan dijelaskan mengenai
apa saja manfaat yang dapat di ambil baik untuk masyarakat, akademisi, maupun untuk
pengembangan ilmu tafsir ke depan. Sub bab keenam berisi kerangka teori, menjelaskan tentang
hubungan tujuan penciptaan manusia dengan adanya busyrā dalam Alquran. Sub bab ketujuh
berisi tentang kajian pustaka yang menampilkan kajian-kajian penelitian ilmiah sebelumnya yang
memiliki relevansi dengan penelitian ini tetapi memiliki perbedaan dari segi metode, pendekatan,
jenis penelitian, maupun obyek bahasan. Sub bab kedelapan berisi metode penelitian,
menjelaskan cara penelitian dilaksanakan, mulai dari pengambilan sumber data, pengumpulan
data, pengolahan data, dan analisis data. Sub bab kesembilan berisi tentang jadwal penelitian,
dimaksudkan agar pelaksanaannya lebih efisien dan efektif sesuai waktu yang telah
direncanakan. Sub bab kesepuluh berisi sistematika penulisan, menjelaskan urutan dalam
12

penelitian dan pedoman yang digunakan dalam penulisan tesis serta menjelaskan masing-masing
bab dalam tesis.
BAB II Definisi Busyrā
Bagian ini berisi busyrā secara bahasa, busyrā secara istilah, busyrā secara ilmu balaghah,
pendapat para ulama mengenai kalimat busyrā, sebab-sebab mendapatkan busyrā.
BAB III Kajian Busyrā dalam Al Qur’an
Pada bagian bab ke tiga ini berisi ayat-ayat busyrā dalam Alquran, kabar gembira (busyrā) dari
sisi ilmu balaghoh, terjemah ayat atau lafaz-lafaz busyrā dalam Alquran, kosakata lafaz-lafadz
busyrā dalam Alquran, korelasi lafaz busyrā untuk orang beriman dan orang kafir.
BAB IV Analisis Komperatif Lafaz busyrā dalam Alquran
Pada bagian bab ke empat ini berisi macam-macam Busyrā dalam Alquran, Busyrā untuk Ahli
Tauhid, Busyrā untuk Nabi Muhammad Saw, Busyrā untuk Alquran, Busyrā untuk Para Nabi
dan Rasul, Busyrā untuk Orang-Orang Mukmin, Busyrā untuk Anak-Anak, Busyrā untuk Orang-
Orang Kafir, Busyrā untuk Orang-Orang Munafik, Tafsir Ayat-Ayat Busyrā dalam Alquran.
BAB V PENUTUP
Sedangkan pada bab kelima ini adalah Penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan
diambil dari semua gambaran yang telah diuraikan dari bab kedua sampai bab keempat.
Bahasannya mencakup hasil analisis dan verifikasi dari penafsiran ayat tentang busyraa fil qur’an
al karim. Kemudian ditutup dengan saran yang ditujukan kepada akademisi dan masyarakat.

K. Daftar Pustaka
Baidhawi,Ahmad Baidhawi. Studi Kitab Tafsir Klasik-Tengah, Yogyakarta: TH-Press, 2010.

Zuhdi, Masifuk. Pengantar Ulumul Qur‟an, Surabaya : Bina Ilmu, 1993.

Katsir, Ibnu. Tafsir Quranul ‘Adzim, Kuwait : Jamiyah Ihya At Turos Al Islamy, Cet. V, Jilid I,
Hal. 106, 2001.

Fauzan bin Sholih bin Fauzan bin Abdullah. Kitab Tauhid, Departemen pendidikan saudi, 2006.

Hasan bin Abdurrahman, Fathul Majid syarah kitab tauhid, Darul Ibnu Hajm, Beirut, 1999.

Taimiyyah, Syaikhul Islam Ibnu. Al ‘Ubudiyyah hakikat penghambaan diri, Bogor : Grilya ilmu,
2017.
13

Zuhaili, Wahbah. At-Tafsiirul Muniir Fil ‘Aqidah wasy Syari’ah wal Manhaj, Jakarta: Gema
Insani, 2013.

Bukhori, Muhammad ibn Ismail Abu Abdillah. Al-Jami’ Al-Musnad As-Shahih, Turki : Dar
thauq An-Najah, t.th., jilid 9, hal. 92, No. hadits 720, bab “jalan menuju syurga”.

Nasaiburi, Muslim ibn Al-Hujaj Abu Al-Hasan Al-Qusyairy. Al-Musnad As-Shahih Al-
Mukhtashar Binaqli Al-‘Adl ‘Anil ‘Adl ila Rasulullah SAW, Bairut, Darul Ihya At-
Taratsi Al-‘arobiy, t.t., juz 1, hal. 553, No.hadits 804, bab Mendapatkan syafa’at bagi
orang yang membaca Al-Qur’an.

Nawawi, Imam. At-Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Qur’an, t.t., Konsis Media, t.th.

Adnani, Abu Fatiah . Hidup Sesudah Mati, Solo: Granada Mediatama, 2020, cet. 8, hal. 19.

Yusuf, Yunan. Qalbun Salîm, Tangerang: Lentera Hati, 2019.

Valiudin, Mir, Tasawuf Dalam al-Qur‟an, Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus, 2002.

Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an, Yogyakarta: Idea Press, 2016.

Hasan, Abdur Rokhim. Qawâ’id at-Tafsîr: Kaidah-Kaidah Tafsir al-Qur’an, Jakarta: Yayasan
Alumni PTIQ, 2020.

Haidir, Abdullah. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah, Jatim: Pustaka eLBA, 2017.

Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, LQS dan Adab Press, Yogyakarta, 2012.

Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, LQS dan Adab Press,Yogyakarta, 2012.

Erwati aziz, Nashruddin Baidan. Metodologi Khusus Penelitian Tafsir, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2016.

Pascasarjana PTIQ, Panduan Penyusunan Tesis dan Disertasi, Jakarta: Program Pascasarjana
Institut PTIQ Jakarta, 2017.

Anda mungkin juga menyukai