Anda di halaman 1dari 110

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DALAM MATA


PELAJARAN BACA TULIS AL-QURAN DI SMA

(Studi Kasus pada Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur tahun
pelajaran 2010-2011)



SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
Program Strata Satu (S-1) Program Studi Pendidikan Agama Islam




oleh
SAMSUDIN
NIMKO : 0903.0219
NRK : 45211.2009








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH NURUL HIKMAH
CIANJUR
2011 M 1432 H


2

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DALAM MATA
PELAJARAN BACA TULIS AL-QURAN DI SMA

(Studi Kasus pada Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur
tahun pelajaran 2010-2011)



oleh
SAMSUDIN
NIMKO : 0903.0219
NRK : 45211.2009

Disetujui Oleh

Pembimbing I,








Pembimbing II,











Mengetahui :

Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nurul Hikmah Cianjur,












3
PENGESAHAN
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DALAM MATA
PELAJARAN BACA TULIS AL-QURAN DI SMA

(Studi Kasus pada Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur tahun pelajaran
2010-2011)



Cianjur, Juli 2011




Sidang Munaqosah

Ketua,








Pembimbing II,













Penguji I,








Penguji II,
















4

Motto:

Keberhasilan itu
tidaklah datang dengan sendirinya
melainkan diperoleh dengan langkah-langkah pasti
disertai kesabaran, ketekunan, dan keuletan dalam menempuhnya









Sebenarnya, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata
di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada
yang mengingkari ayat-ayat kami kecuali orang-orang yang
zalim
(Quran Surah Al-Ankabut : 49)










Skripsi
ini
kupersembahkan
kepada ayahanda dan ibunda tercinta,
Istri dan anak-anakku tersayang atas dorongan dan doa restunya
selama penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.



5
ABSTRAK
SAMSUDIN: Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) Dalam Mata Pelajaran Baca Tulis Al-Quran
di SMA (Studi Kasus pada Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah
Cianjur tahun pelajaran 2010-2011)

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) struktur isi perencanaan pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata
pelajaran baca tulis Al-Quran, (2) pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-
Quran, dan (3) menguji efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-Quran
pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur. Subjek penelitian yang digunakan
adalah siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur tahun pelajaran 2010-2011 yang
seluruhnya berjumlah 32 orang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan penelitian tindakan
kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Division) pada kompetensi menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan perintah shalat dan zakat. Temuan-temuan dalam penelitian
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.
(1) Struktur rencana pelaksana-an pembelajaran (RPP) pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Division) dalam menemukan dan menghapal
ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah shalat dan zakat telah
disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun
2008 tentang Standar Proses serta Panduan Pengembangan Silabus dan RPP
(BSNP, 2006).
(2) Proses pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran menemukan dan
menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan dengan perintah
pelaksanaan shalat dan zakat telah berlangsung sesuai dengan rumusan prosedur
pembelajaran yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dan
dilaksanakan dalam dua siklus secara berturut-turut. Berdasarkan hasil analisis
atas penilaian yang dilakukan oleh guru pamong, guru pendamping, dan kepala
madrasah dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang meliputi langkah-
langkah apersepsi, eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan refleksi terpusat pada
siswa. Guru secara umum bertindak sebagai fasilitator yang melayani siswa
selama pembelajaran berlangsung.
(3) Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa menemukan dan
menghapal ayat-ayat Al-Quran yang erhubungan dengan perintah pelaksanaan
shalat dan zakat. Hal ini dibuktikan dengan pengujian statistik uji t dua pihak
menunjukkan bahwa t
hitung
= 10,343 dan t
tabel
= 2,021. Berdasarkan ketentuan Ho
diterima jika t
tabel
< t
hitung
> t
tabel
. Pada konteks ini ternyata -2,021 < 10,343 >
2,021. Artinya, Ho ditolak dan H
A
diterima yang mengandung makna bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran pada siklus II dan
hasil pembelajaran siklus I dalam memahami mata pelajaran Baca Tulis Al-
Quran.

6
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas rahmat, karunia, dan bimbingan-Nya penulis dapat me-
nyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Nurul Hikmah
Cianjur.
Kesulitan dan hambatan tentu saja banyak ditemui selama persiapan, proses
penelitian, hingga penyusunan skripsi ini, baik dai segi teknis pengumpulan data,
pengolahan data, maupun teknis penulisan. Atas bantuan berbagai pihak,
Alhamdulillah kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi sehingga karya tulis ini akhirnya
dapat terwujudkan. Oleh sebab itu, sangat patut pada kesempatan ini penulis me-
nyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak ...................., Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Nurul Hikmah
Cianjur, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
rangkaian penelitian ini;
2. Bapak ........., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan serta kemudahan-kemudahan pelaksanaan penelitian dan proses
penyusunan skripsi ini;
3. Bapak .............. selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu penulis
dalam pengolahan sampai dengan penyelesaian skripsi ini;
4. Kepala SMA Al-Muawanah Cianjur, yang telah memberikan fasilitas dan
kemudahan kepada penulis selama melaksanakan penelitian;

7
5. anak-anak, suami, serta selurtuh keluarga yang telah memberikan dorongan
yang besar sehingga penulis dapat tiba pada akhir pendidikan di Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Nurul Hikmah Cianjur ini; serta
6. berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis
dalam menyelesaikan skrpsi ini.
Semoga kebaikan-kebaikan Ibu dan Bapak yang diberikan kepada penulis sejak tahap-
tahap persiapan hingga penyelesaian skripsi ini memperoleh imbalan pahala dari Allah
Azza wa-zalla. Amin.
Skripsi ini hanyalah merupakan setetes air di tengah samudera keilmuan yang
mahaluas, sehingga bukan mustahil jika di dalamnya terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan. Oleh sebab itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan
dan pengembangan lebih lanjut.

Cianjur, Juli 2011

Penulis,


SAMSUDIN
NIMKO : 0903.0219
NRK : 45211.2009





8
DAFTAR ISI
halaman

Pengesahan ..................................................................................................
Abstrak .........................................................................................................
Kata Pengantar .............................................................................................
Daftar Isi .......................................................................................................
Daftar Tabel dan Gambar ..............................................................................
Daftar Lampiran ...........................................................................................
iii
v
vi
viii
x
xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
A. Latar Belakang Masalah ......................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................
D. Kerangka Pemikiran .............................................................
E. Manfaat Penelitian ...............................................................
F. Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................
G. Langkah-langkah Penelitian ................................................
H. Kajian Kepustakaan .............................................................
1
1
8
9
9
12
14
15
22

BAB II LANDASAN TEORETIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD DAN BACA TULIS AL-QURAN .......................
A. Belajar dan Pembelajaran ....................................................
1. Pengertian Belajar .........................................................
2. Hasil Belajar .................................................................
3. Pembelajaran ................................................................
B. Pembelajaran Kooperatif .....................................................
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................................
1. Siklus Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
D. Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran .................................

26
26
26
29
30
32
42
42
43
48





9
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................
A. Hasil Penelitian .....................................................................
1. Struktur Isi Perencanaan Pembelajaran Kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Division) dalam
Menguasai Mata Pelajaran Baca Tulis Al-Quran pada
Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur ................
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) dalam
Menguasai Mata Pelajaran Baca Tulis Al-Quran pada
Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur ................
3. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) dalam
Menguasai Mata Pelajaran Baca Tulis Al-Quran pada
Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur ................
B. Pembahasan ..........................................................................
1. Struktur Isi Perencanaan Pembelajaran Kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Division) dalam
Menguasai Mata Pelajaran Baca Tulis Al-Quran pada
Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur ................
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) dalam
Menguasai Mata Pelajaran Baca Tulis Al-Quran pada
Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur ................
3. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) dalam
Menguasai Mata Pelajaran Baca Tulis Al-Quran pada
Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur ................
C. Pembuktian Hipotesis ..........................................................
58
58



59



61



77
83



83



85



89
90

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................
A. Kesimpulan .........................................................................
B. Saran-saran .........................................................................
92
92
94
Daftar Pustaka .............................................................................................. 97
Lampiran-lampiran ........................................................................................ 98




10
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

halaman
Tabel 1.1 Data Populasi Penelitian ............................................................ 15
Gambar 1.1 Desain Penelitian ........................................................................ 19
Tabel 4.1 Data Hasil Penilaian Guru Pamong, Pendamping, dan Kepala
Sekolah tentang Struktur RPP Menemukan dan Menghapalkan
Ayat-ayat Al-Quran yang Berhubungan dengan Perintah
Melaksanakan Shalat dan Zakat .. 60
Tabel 4.2 Data Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru
Pamong, Guru Pendamping, dan Kepala Sekolah ... 62
Tabel 4.3 Data penilaian proses pembelajaran siklus I ................................ 65
Tabel 4.4 Data empirik hasil pembelajaran menemukan dan
menghapalkan Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan
perintah shalat dan zakat siswa kelas X SMA Al-Muawanah
Cianjur pada Siklus I . 66
Gambar 4.1 Grafik Perolehan Nilai Hasil Pembelajaran Siswa Kelas X
SMA Al-Muawanah Cianjur pada Siklus I . 68
Tabel 4.5 Data penilaian proses pembelajaran siklus II ............................. 73
Tabel 4.6 Data empirik hasil pembelajaran menemukan dan
menghapalkan Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan
perintah shalat dan zakat siswa kelas X SMA Al-Muawanah
Cianjur pada Siklus II 74
Gambar 4.2 Grafik Perolehan Nilai Hasil Pembelajaran Siswa kelas X SMA
Al-Quran Cianjur pada Siklus II 76
Tabel 4.7 Data Hasil Pengujian Chi-Kuadrat pada Siklus I dan Siklus II ... 79
Tabel. 4.8 Hasil Uji t Dua Pihak ... 81












11
DAFTAR LAMPIRAN


Daftar Riwayat Hidup .............................................................................
Lampiran 1: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................
Lampiran 2: Lembar Observasi/Penilaian ..............................................
Lampiran 3: Data Empirik Hasil Penelitian ............................................
Surat Keputusan Ketua STIT Nurul Hikmah Cianjur ............................
Surat Izin Melaksanakan Penelitian ........................................................
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ..................................



























12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dinyatakan bahwa fungsi Pendidikan Nasional adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuannya untuk mengembang-
kan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Namun,
akhir-akhir ini muncul gugatan terhadap sistem pendidikan yang dianggap tidak
mampu menghasilkan generasi yang berkualitas, memiliki visi, transparansi dan
pandangan jauh kedepan seperti yang ingin dicapai oleh tujuan pendidikan
Nasional tersebut diatas. Bahkan yang dihasilkan justru cenderung tidak memiliki
orientasi masa depan yang jelas, sementara krisis yang terjadi dalam berbagai
kehidupan belakangan ini adalah bersumber dari rendahnya kualitas SDM,
kemampuan dan semangat kerja.
Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat meng-ekspresikan
dirinya dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian, yaitu
emosional, intelektual, sosial, moral dan religius. Beberapa upaya dalam
pendidikan diarahkan untuk membina perkembangan kepribadian manusia secara
menyeluruh dalam berbagai aspek kognitip, afektif, psikomotoris, dan nilai-nilai
serta keterampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Persoalannya dalam

13
implementasi di sekolah aspek kognitif lebih mendominasi jika dibandingkan
dengan dua aspek lainnya yaitu afektif dan psikomotorik sehingga hasilnya kualitas
sumber daya manusia masih jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya.
Menurut catatan Human Development Indexs-Standard PBB untuk tingkat
kesejahteraan negara yang salah satu indikatornya adalah pendidikan, Indonesia
menduduki urutan 102 dari 174 negara, antara lain penyebabnya ialah disorientasi
pendidikan di masyarakat.

Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral
di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, guru akan menjadi
bahan pembicaraan banyak orang, terutama yang berkaitan dengan kinerja dan
totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya.
Sorotan tersebut, sebagaimana dapat dilihat sekarang ini, lebih bermuara kepada
kompetensi guru dalam berbagai aspek, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan
proses pembelajaran. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi kelemahan
guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan mungkin ada sistem yang
berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan berpengaruh terhadap permasalahan tadi.
Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan, bagaimana kompetensi akan
berdampak kepada pendidikan bermutu. Sistem pendidikan nasional memiliki
sejumlah kelemahan yang mendasar, dengan berganti-ganti kurikulum pendidikan,
maka secara langsung atau tidak akan berdampak kepada pengembangan kompetensi
guru dalam hal pengelolaan pembelajaran. Perubahan kurikulum dapat menjadi beban
psikologis bagi guru, dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat
perubahan tersebut. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki kompetensi
profesional rata-rata atau di bawah rata-rata.

14
Salah satu permasalahan lainnya dalam sistem pendidikan di negara ini adalah
penerapan konsep pendidikan barat yang tidak menyeluruh (unintegrated), dengan
kata lain konsep yang diadopsi tersebut terkesan terkotak-kotak, tidak utuh dalam
penerapannya di sekolah. Hal ini terjadi karena dalam mengimplementasi konsep
tersebut diperlukan dana yang cukup besar serta sarana dan prasarana yang
memadai, sementara dalam RAPBN sektor pendidikan selalu memperoleh dana
yang sangat kecil, jika dibandingkan dengan sektor lainnya, yang pada akhirnya
berdampak pengadopsian konsep pendidikan barat tersebut tidak utuh
pelaksanaannya sehingga tidak pernah mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam kondisi apapun upaya peningkatan kualitas maupun kuantitas pendidikan
seharusnya harus tetap diperhatikan. Peningkatan kualitas SDM merupakan
prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan bangsa dan wahana untuk meningkatkan
kualitas SDM tersebut adalah pendidikan. Sebagai faktor penentu keberhasilan
pembangunan, pada tempatnyalah jika pendidikan yang dilaksanakan secara
sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan
(IMTAK).
Proses pengembangan pendidikan merupakan upaya dasar, terorganisasi dan
dilakukan untuk mewujudkan kualitas peserta didik dalam mempertahankan hidup
dan mengembangkan potensinya. Penyelenggaraan pendidikan di negara kita
mempunyai misi luhur, yaitu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa memlalui
pemberian dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai untuk
menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, penyelenggaraan
di sekolah bukan hanya berperan sosialisasi ilmu pengetahuan dan teknologi seperti

15
yang berlangsung selama ini, melainkan juga mempunyai peran pewarisan nilai-
nilai luhur bangsa kepada peserta didik dan masyarakat.
Untuk kepentingan tersebut di atas, sebagai kebijakan, program, metode dan
konsep pendidikan telah diterapkan, misalnya link and mactch, local content
curriculum, total quality management, school based management, competence
based curriculum, quantum learning and teaching, accelerated learning, life skill,
dan masih banyak bentuk kebijakan pendidikan lainnya. Tujuan dari masing-
masing program pendidikan tersebut relatif sama yaitu ingin mendongkrak
keterpurukan sistem pendidikan yang ada, dan nantinya mampu menghasilkan
generasi cerdas dan memberi nuansa kehidupan yang cerdas pula, dan secara
progresif akan membentuk kemandirian. Masyarakat bangsa yang demikian
merupakan investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis dan siap untuk
menghadapi dunia global.
Harapan ke depan, terbentuknya sinergi baru dalam lingkungan persekolahan dan
yang perlu menjadi perhatian, adalah terjalinnya kinerja yang efektif dan efisien pada
setiap struktur yang ada di persekolahan. Kinerja terbentuk bilamana masing-masing
struktur memiliki tanggung jawab dan memahami tugas dan kewajiban masing-
masing. Sebab, ukuran kompetensi guru yang sesungguhnya terletak pada kemampuan
guru dalam menempatkan dirinya secara proporsional dan profesional pada
lingkungan kerjanya.
Indikator kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat sumber daya
manusianya, dan indikator sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan
masyarakatnya. Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat

16
pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu indikator tersebut sangat
ditentukan oleh kinerja guru yang berkompeten.
Bila diamati di lapangan, guru sesungguhnya telah menunjukkan wujud kinerja
maksimal di dalam menjalan tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar, dan
pelatih. Akan tetapi, barangkali masih ada sebagian guru yang belum menunjukkan
kinerja baik, belum menunjukkan kompetensi yang sesungguhnya. Tentunya hal ini
akan berpengaruh terhadap penilaian atas sikap prefesionalitas dan kompetensi secara
makro.
Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya menjalankan amanah,
profesi yang diembannya, rasa tanggung jawab moral di pundaknya. Semua itu akan
terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya
di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan disertai pula
dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran
sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu, guru juga sudah
mempertimbangkan akan metodologi yang akan digunakan, termasuk alat media
pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang digunakan di dalam
pelaksanaan evaluasi.
Kinerja dan kompetensi guru dari hari kehari, minggu ke minggu dan tahun ke
tahun terus ditingkatkan. Guru punya komitmen untuk terus dan terus belajar, tanpa
itu maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap tertinggal akan
akselerasi zaman yang semakin tidak menentu. Apalagi pada kondisi kini seluruh
bangsa dihadapkan pada era global, semua serba cepat, serba dinamis, dan serba
kompetitif.

17
Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen
persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Kinerja
guru akan bermakna bila dibarengi dengan niat yang bersih dan ikhlas, serta selalu
menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan berupaya untuk dapat
meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan ke arah
yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini akan lebih baik dari kinerja hari
kemarin, dan tentunya kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini.
Akar dari permasalahan dalam sistem pendidikan di negeri ini adalah karena
sekolah dan madrasah telah dipisahkan dari soal-soal kehidupan sehari-hari.
Sekolah telah berubah menjadi semacam pendidikan militer, ajang indoktrinasi
dan kaderisasi manusia muda yang harus belajar untuk patuh sepenuhnya kepada
sang komandan. Tak ada ruang yang cukup untuk eksperimen, mengembangkan
kreativitas, dan belajar menggugat kemapanan status quo yang membelengu dan
menjajah jiwa-jiwa anak muda, tak ada upaya yang dianggap sebagai membangun
jiwa bangsa kecuali membangun raga bangsa. Semuanya serba terpola,
terprogram, seolah-olah teratur dan dapat dikontrol. Siswa dijejali oleh begitu
banya pelajaran, dan bukan oleh diskusi-diskusi mendalam hakikat proses
pembelajaran dan pendidikan.
Adegan di sekolah selalu monoton, yakni setiap siswa datang ke sekolah lalu duduk
dengan rapi, baris demi baris lalu dengan patuhnya mendengarkan guru mengajar
di hadapan mereka. Adegan ini sudah merupakan pemandangan yang lazim
semenjak bertahun-tahun. Kurikulum sekolah membebani para siswa dengan IPA,
Matematika, Geografi, IPS dan lainnya, di mana informasi tanggal, bilangan/angka
dan fakta yang tanpa henti dijejalkan ke dalam benak siswa dalam subjek-subjek

18
mata pelajaran yang terpisah-pisah. Semua dilakukan tanpa mengetahui seberapa
jauh anak didik dapat memetik menfaat dari pelajaran-pelajaran itu.
Layanan pembelajaran yang diberikan selama ini melalui pendekatan klasikal
cenderung menyamaratakan kemampuan peserta didik. Kondisi ini mengabaikan
kenyataan bahwa setiap orang dilahirkan sebagai individu yang berbeda. Berbeda
dalam kemampuan, potensi, sifat dan bakat. Keberagaman bakat, minat, dan
karakter anak ini sering tidak dapat dilayani oleh guru akibat pemilihan metode dan
pendekatan yang kurang tepat.
Untuk mengatasi keberagaman tersebut di atas, diperlukan penguasaan yang lebih
luas dan mendalam dari para guru dalam hal strategi belajar mengajar. Pada
konteks ini, guru sangat diberi penekanan mengembangkan kemampuannya dalam
pengelolaan pembelajaran di kelas. Penguasaan berbagai model pembelajaran
sangat diperlukan dan menjadi modal dasar bagi guru dalam upaya
mengembangkan minat belajar siswa.
Oleh karena itu, diperlukan pemikiran-pemikiran komprehensif tentang bagaimana
mengaktifkan pembelajaran di dalam kelas sehingga minat siswa dalam belajar
dapat tumbuh secara wajar yang pada gilirannya siswa akan mengalami proses
belajar yang menyenangkan, khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang terdiri atas sub mata pelajaran Fiqih, Al-Quran & Hadits, Sejarah
Kebudayaan Islam, serta Aqidah dan Akhlaq.
Atas dasar uraian di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian
tentang Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dalam Mata Pelajaran Baca Tulis Al-Quran di SMA (Studi
Kasus pada Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur tahun pelajaran 2010-2011).

19
B. Rumusan Masalah
Agar masalah yang akan diteliti teridentifikasi dengan jelas dan operasional,
maka perlu dirumuskan masalahnya. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah struktur isi perencanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis
Al-Quran pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur dipersiapkan?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-Quran pada
siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur?
3. Bagaimanakah efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-Quran pada
siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut.
1. Struktur isi perencanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-Quran pada
siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur.
2. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-Quran pada siswa kelas X
SMA Al-Muawanah Cianjur.

20
3. Efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-Quran pada siswa kelas X
SMA Al-Muawanah Cianjur.
D. Kerangka Pemikiran
Kemampuan profesional guru pada dasarnya adalah kompetensi guru.
Kompetensi itu sendiri didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Depdiknas,
2003:5).
Menurut Spencer, dalam Yulaelawati (Puskur, 2003:3), kompetensi adalah
karakteristik mendasar yang merupakan hubungan kausalitas antara referensi kriteria
yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada situasi tertentu.
Karakteristik mendasar pada pendapat di atas mengadung arti bahwa
kompetensi tersebut tertanam mendalam dan bertahan lama dalam penampilan
seseorang dan dapat digunakan untuk memprediksi tingkah laku seseorang ketika
berhadapan dalam berbagai situasi dan tugas. Hubungan kausal memiliki makna
bahwa suatu kompetensi dapat menyebabkan atau memprediksi perubahan tingkah
laku dan kinerja seseorang. Sedangkan referensi kriteria menentukan dan memprediksi
apakah seseorang dapat bekerja dengan baik atau tidak dalam ukuran yang spesifik
atau standar.
Kompetensi guru adalah kemampuan atau kesanggupan guru dalam mengelola
pembelajaran. Dalam hal ini yang lebih ditekankan adalah kemampuan guru dalam
pembelajaran bukanlah apa yang harus dipelajari (learning what to be learnt), tetapi
guru dituntut harus mampu menciptakan dan menggunakan keadaan positif untuk
membawa mereka ke dalam pembelajaran agar anak dapat mengembangkan

21
kompetensinya, sehingga mereka/anak dapat memahami belajar yaitu bagaimana anak
dapat belajar (learning how to learn).
Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung di sekolah. Pada konteks ini harus terjadi interaksi antara guru dan siswa,
siswa dan siswa, serta siswa dan lingkungan sekitarnya. Banyak terjadi kegiatan
belajar mengajar terasa sangat menjemukan dan melelahkan, baik bagi guru maupun
siswa. Kondisi ini sesungguhnya diakibatkan oleh kesalahan guru dalam memilih
pendekatan serta model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Oleh karena
itu, penetapan strategi pembelajaran yang tepat dan baik akan menumbuhkan suasana
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Pada konteks ini, minat dan motivasi
siswa dalam belajar akan tumbuh secara optimal dan wajar tanpa harus diberi tekanan
oleh guru.
Kegiatan pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, dan kontekstual
sesungguhnya merupakan landasan pendidikan yang dikembangkan dalam Islam.
Islam mengajari kita untuk bersikap lemah lembut sesuai dengan kondisi yang
terdapat pada konteks. Bahkan Allah SWT menjelaskan hal ini dalam surah Ali-Imran
ayat 159 berikut ini.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu bersikap lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan (keduniaan) itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka

22
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya. (Bachtiar Surin, 1986:286)
Sifat lemah lembut adalah karakter yang diberikan Allah kepada manusia untuk
dapat bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hal ini berlaku pula dalam dunia
pendidikan, yakni pada proses belajar mengajar, pada saat terjadinya interaksi antara
guru dan siswa serta siswa dan siswa.
Firman Allah SWT pula dalam surah An-Nahl ayat 125:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik (Bachtiar Surin,
1986:1139).
Bachtiar Surin (1986:1139) memberikan penafsiran tentang kandungan ayat di
atas bahwa dalam mengajak orang kepada agama Allah, Islam menganjurkan
supaya dipakai cara kebijaksanaan, dengan ilmu hikmah serta pengajaran yang
baik. Jika terjadi perbedaan pendapat, kebijaksanaan itu harus lebih ditingkatkan
lagi dengan mengemukakan dalil-dalil yang meyakinkan dengan penuh toleransi.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara
langsung maupun tidak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam pengembangan model pembelajaran yang sesuai

23
dengan konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), khususnya yang
berlaku di lingkungan SMA Al-Muawanah Cianjur..
2. Manfaat Praktis
Sekecil apapun makna penelitian ini, penulis berharap memiliki makna yang
bermanfaat bagi siswa, guru, maupun lembaga pendidikan yang terkait, terutama bagi
penulis sendiri.
Bagi guru, penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu alternatif dalam
pengembangan model dan metode pembelajaran pendidikan agama Islam. Guru yang
bijaksana adalah guru yang mampu menerapkan metode teknik yang tepat dalam
situasi pembelajaran yang tepat. Sesederhana apa pun model pembinaan siswa yang
dipaparkan dalam penelitian ini akan menjadi pilihan yang tepat jika diterapkan dalam
situasi yang tepat pula. Di sisi lain, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi
masukan dan dasar pemikiran guru dan calon guru untuk dapat memilih metode yang
tepat dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas
Selanjutnya, bagi lembaga pendidikan terkait, diharapkan keberhasilan
penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya perkembangan dunia pendidikan dan pengajaran. Lebih jauh
lagi, penulis berharap pula jika hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi
siapa pun yang berminat melakukan penelitian serupa di masa mendatang.
Bagi peneliti sebagai calon pendidik, dapat menjadi bekal untuk terjun ke
dunia pendidikan. Bagi siswa supaya memiliki kemandirian belajar yang tinggi agar
dapat memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Bagi peneliti lain, hasil penelitian
ini dapat dijadikan referensi dan motivasi meneliti pelajaran lain serta sebagai acuan
penelitian berikutnya.

24
F. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi menurut adalah semua nilai baik melalui perhitungan
kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai objek yang
lengkap dan jelas. Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, maka populasi
terdiri dari populasi terbatas (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak
terhingga), dan dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan
heterogen. Menurut Sugiyono (2003:11) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan.
Secara sederhana, Subana (2000:12) memberikan batasan tentang
populasi sebagai berikut.
a. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1988).
b. Populasi adalah kumpulan dari indivisu dengan kualitas serta ciri-ciri
yang ditetapkan (Nazir, 1983).
c. Populasi adalah sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Vincent,
1989).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda,
hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai dumber data yang
mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah siswa SMA Al-
Muawanah, Kabupaten Cianjur yang seluruhnya berjumlah 92 orang dengan
perincian sebagai berikut.

25
Tabel 1.1
Data Populasi Penelitian
Jumlah Siswa
Kelas
Laki-laki Perempuan Jumlah
X 14 17 32
XI 18 14 32
XII 10 18 28
Jumlah 42 49 92
2. Sampel Penelitian
Penelitian yang dikembangkan pada kegiatan ini adalah berbentuk
penelitian tindakan kelas dengan menetapkan kompetensi dasar menemu-kan
dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah
melaksanakan shalat dan zakat yang terdapat di kelas X. Dengan demikian,
subjek tindakan yang dipilih adalah siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur
yang seluruhnya berjumlah 32 orang.
G. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian yang
dirumuskan dalam penelitian ini, maka metode yang akan digunakan adalah
metode deskritif, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Winarno
Surakhmad (1982:131), yakni suatu cara untuk menyimpulkan masalah aktual
dengan jalan menyimpulkan, menyusun, dan meng-klasifikasi data.
Amir Suyatna (2000:14) mengemukakan bahwa secara praktis,
penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk memper-oleh

26
akumulasi data dasar secara deskriptif, tidak saling berhubungan, tidak
menguji hipotesis, tidak membuat ramalan, atau tidak mendapatkan makna
implikasi. Selain dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemerian
(mendeskripsikan) berupa gambaran sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat populasi atau hal yang diteliti.
Penelitian ini adalah penelitian kelas dengan bentuk penelitian
tindakan, karena permasalahan yang dihadapi dialami oleh guru/peneliti, maka
solusinya dirancang berdasarkan kajian teori pembelajaran dan input dari
lapangan. Di samping itu, pelaksanaan tindakan juga dilakukan oleh
guru/peneliti. Adapun rancangan solusi yang dimaksud adalah tindakan
penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dalam mengajarkan
kompetensi dasar menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat di SMA. Dalam
menerapkan pendekatan pembelajaran tersebut digunakan tindakan
berulang/siklus dalam setiap pembelajaran, artinya cara menerap-kan
pendekatan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran pertama, sama
dengan yang diterapkan pada pembelajaran kedua, pembelajaran ketiga, hanya
refleksi terhadap setiap pembelajaran berbeda, tergantung dari fakta dan
interpretasi data yang ada atau situasi dan kondisi yang dijumpai. Hal ini
dilakukan agar diperoleh hasil yang maksimal mengenai cara penggunaan
pendekatan pembelajaran kontekstual.
Prosedur penelitian dilaksanakan dalam tahap-tahap sebagai berikut.
a. Penyusunan perencanaan penelitian yang meliputi langkah-langkah:

27
1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan
yang digariskan dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2008 tentang
Standar Proses, Pedoman Pengembangan Silabus (BSNP, 2006) serta
dokumen Pusat Kurikulum tentang pengembangan silabus dan skenario
pembelajaran (Pusat Kurikulum, 2004);
2) memilih dan menentukan bahan ajar;
3) menyusun perangkat penilaian sesuai dengan indikator dan tujuan
pembelajaran yang dirumuskan.
b. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan langsung oleh peneliti dengan
menyertakan dua orang observer yang terdiri atas kepala sekolah dan
seorang guru mata pelajaran muatan lokal Baca Tulis Al-Quran. Fungsi
observer terutama adalah mengamati perilaku pembel-ajaran yang
berlangsung dan memberikan catatan-catatan saran yang dapat
dikembangkan pada siklus berikutnya jika hasil pembelajaran belum
mencapai kriteria ketuntasan minimum.
c. Penilaian kompetensi siswa dilakukan terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung secara kualitatif serta hasil pembelajaran dengan mengacu
kepada indikator dan tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Skala
penilaian yang digunakan adalah 0 10 dengan dua angka desimal sesuai
kriteria yang ditetapkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
d. Analisis hasil belajar, yakni proses analisis terhadap hasil belajar siswa
pada setiap indikator yang telah dirumuskan. Angka KKM yang di-
gunakan dalam penelitian ini adalah angka KKM yang telah ditetapkan
oleh sekolah dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum

28
Mandiri SMA Al-Muawanah Cianjur) edisi tahun pelajaran 2010-2011
untuk mata pelajaran muatan lokal Baca Tulis Al-Quran.
Selanjutnya disain penelitian secara umum digambarkan seperti bagan di
bawah ini.

Keterangan :
P : Perencanaan T : Tindakan
O : Observasi E/R : Evaluasi / Refleksi
Gambar 1.1 Desain Penelitian
Siklus pembelajaran berikutnya dilakukan apabila hasil pembel-ajaran
tidak menunjukkan ketuntasan yang dipersyaratkan dalam KTSP.
Selain data yang diperoleh dari tindakan pembelajaran di atas, penulis
juga menggunakan teknik penelitian sebagai berikut guna melengkapi dan
memperkuat perolehan data.
a. Observasi atau pengamatan yang digunakan untuk memperoleh data
dengan cara mengamati proses pelaksanaan penelitian. Proses pengamatan
dalam penelitian ini dilakukan oleh tiga orang secara serempak, yakni
seorang guru pamong, guru pendamping, dan kepala sekolah.
b. Studi Literatur yang dilakukan untuk menggali pemahaman teoritis
tentang pembinaan nilai-nilai pendidikan agama Islam serta aspek-aspek
SIKLUS 1 SIKLUS 2

29
yang relevan dengan rumusan masalah serta esensi penelitian ini secara
keseluruhan.

2. Prosedur Penelitian
Analisis data diperlukan untuk melihat sampai sejauh mana pelaksanaan
penelitian dan hasilnya dicapai. Analisis data ini pun digunakan untuk me-
ngurangi subjektivitas dan mencapai reliabilitas tertentu pada hasil penelitian
sehingga digunakan cara triangulasi dengan memanfaatkan kolaborator atau
observer. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi waktu yang meng-
gunakan waktu berkali-kali dalam melakukan penelitian tindakan sehingga hasil
yang diperoleh siswa pada pembelajaran ini memiliki validitas dan bukan
merupakan suatu kebetulan.
Setiap data yang diperoleh dari hasil penelitian pada setiap siklus dianalisis
dengan prosedur sebagai berikut.
a. Data kualitatif penelitian dihimpun dan dikategorikan berdasarkan per-
masalahannya untuk dianalisis. Data kualitatif yang dihimpun meliputi catatan
observer dalam setiap siklus pembelajaran, wawancara dengan siswa, hasil
angket, serta catatan-catatan temuan yang dilakukan selama penelitian.
b. Data kuantitatif, berupa nilai hasil belajar siswa yang diperoleh pada setiap
siklus pembelajaran, dianalisis dengan cara membandingkannya dengan
kriteria ketuntasan minimum kompetensi dasar menemukan dan
menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah
melaksanakan shalat dan zakat dan KKM mata pelajaran muatan lokal Baca
Tulis Al-Quran di kelas X.

30
c. Hasil analisis data kualitatif maupun kuantitatif dijadikan dasar bagi
pengembangan perbaikan perencanaan pembelajaran pada siklus berikut-nya.
3. Prosedur Analisis Data
Prosedur pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai
berikut.
1) Penentuan kesimpulan atas konsepsi awal siswa diperoleh melalui hasil
analisis pembelajaran siklus pertama. Hasil pembelajaran siklus pertama ini
dianggap sebagai skemata dasar siswa untuk mengikuti pembelajaran dan
dijadikan dasar perbandingan (komparasi) pada akhir pembelajaran dengan
hasil tes pembelajaran pada siklus akhir.
2) Kesimpulan pada proses pembelajaran didasarkan kepada kriteria yang
ditetapkan dalam lembar pengamatan dan penilaian secara kualitatif dengan
skala nilai B C K. Pembelajaran dianggap berhasil jika siswa rata-rata
mencapai nilai C pada seluruh aspek dan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.
3) Kesimpulan pada fase akhir pembelajaran diperoleh setelah dilakukan analisis
atas data hasil pembelajaran yakni membandingkannya dengan KKM yang
telah ditetapkan. Di samping itu, secara formal dilakukan juga analisis statistik
deskriptif pada hasil-hasil pembelajaran setiap siklus sebagai hasil proses
pembelajaran kontekstual.
4) Analisis tentang efektivitas pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
statistik komparatif dengan cara membandingkan hasil pembelajaran siklus I
dengan siklus II. Pada analisis ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut.
Proses pembelajaran menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran
yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat dengan

31
menggunakan pembelajaran kooperatid tipe STAD dapat meningkatkan
kemampuan dan dapat mengubah perilaku belajar siswa kelas X SMA Al-
Muawanah Cianjur Semester 2 Tahun Pelajaran 2010-2011.
Penentuan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan dilaku-kan
dengan menggunakan pedoman penilaian sebenarnya (authentic assessment),
yakni dengan mempertimbangkan hasil pembelajaran serta proses
pembelajaran. Artinya, proses pembelajaran yang telah dinilai secara kualitatif
ditafsirkan dan dikonversikan menjadi nilai kuantitatif untuk kemudian
dipadukan dengan nilai hasil pembelajaran. Jika nilai (secara individual) hasil
penggabungan ini sama dengan atau lebih besar daripada KKM (kriteria
ketuntasan minimum), maka siswa yang bersangkutan dianggap telah tuntas
dan berhasil menyelesaikan pembel-ajaran dan hipotesis tindakan yang
diajukan telah terbukti.
H. Kajian Kepustakaan
Beberapa penelitian yang dilakukan berkenaan dengan pembelajaran Al-
Quran dan Al-Hadits dapat dikemukakan sebagai berikut.
Penelitian berjudul Pelaksanaan Teknik Menghapal Al-Quran dan
Efeknya terhadap Pengamalan Ibadah Siswa di Madrasah Aliyah Nurul Huda
Kawali, Ciamis oleh Muhammad Idris pada tahun 2004-2005 menunjukkan hasil
sebagai berikut. (1) Pelaksanaan teknik menghapal Al-Quran di Madrasah Aliyah
Nurul Huda Kawali Ciamis dapat dikatakan cukup baik. Lihat rata-rata prosentase
61,25 %. Dan juga terlihat dari kondisi proses belajar mengajar, metode yang
diterapkan guru serta sarana-sarana penunjang yang terdapat di sekolah tersebut.
(2) Pengamalan ibadah siswa masih kurang berdasarkan rata-rata prosentase hanya

32
mencapai 44,40 %. (3) Efek pelaksanaan pendidikan agama Islam terhadap
pengamalan ibadah ada, tetapi kecil sekali.
Muammar Khadafi (2001) melakukan penelitian dengan judul
Internalisasi Nilai-nilai Akhlak Melalui Pembelajaran Al-Quran Hadits di SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini
menghasilkan hal-hal sebagai berikut. Internalisasi nilai-nilai akhlak merupakan
tugas guru untuk menciptakan siswa siswi yang berakhlakul karimah. Sehingga
terciptanya masyarakat yang berlingkungan yang islami dan tatanan masyarakat
yang ideal sesuai norma-norma yang berlaku. Akhlak merupakan tolok ukur suatu
bangsa dan keberhasilan pendidikan. Dunia modern saat ini, termasuk di Indonesia
ditandai oleh terjadinya dekadensi moral atau kemerosotan akhlak yang benar-
benar berada para taraf yang mengkhawatirkan. Internalisasi nilai-nilai akhlak
melalui pembelajaran Al-Quran Hadits telah dilaksanakan di SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta yang menggunakan sistem full day school. Rumusan
masalah ini adalah nilai-nilai akhlak apa yang diinternalisasikan melalui
pembelajaran Al-Quran Hadts di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Apa faktor
pendudukung, dan penghambat internalisasi nilai-nilai akhlak pada pelajaran Al-
Quran Hadts di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Tujuan penelitiaan adalah
untuk mengetahui (1) nilai-nilai akhlak yang diinternalisasikan melalui
pembelajaran Al-Quran Hadts di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta, (2) faktor
pendukung dan penghambat internalisasi nilai-nilai akhlak melalui pembelajaran
Al-Quran Hadits di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Adapun penelitian ini
dianalisis dengan deskriptif kualitatif (berupa kata-kata tertulis dari orang dan
prilaku yang diamati). Untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat
digunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Kesimpulan

33
penelitian ini adalah Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai akhlak melalui
pembelajaran Al-Quran hadits di SMP Muahmmadiyah 8 Surakarta bisa
dikatakan baik, dengan penanaman akhlakul karimah, seperti hormat pada guru,
hormat pada orang tua, akhlak sesama manusia, akhlak dalam bermuamalah,
akhlak beribadah serta untuk menunjang materi ini SMP Muhammadiyah 8
Surakarta menambah materi penunjang seperti takhsin, BTQ, takhfiz juz amma
serta shalat sunnah. namun perlu usaha yang lebih keras untuk untuk
meningkatkannya.
Andre Wirawan (2011) melakukan penelitian tentang Efektivitas
Pembelajaran Bidang Studi Al-Quran Hadits Melalui Metode Menghafal Bagi
Siswa Kelas VII MTs Begeri Batu, Kabupaten Malang. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
eksperimen tentang penerapan metode menghapal dalam memahami dan
menguasai bacaan Al-Quran dan Hadits. Hipotesis dari penelitian ini adalah
metode menghafal lebih efektif daripada metode ceramah dalam peningkatan
nilai siswa. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIA MTs Negeri Batu
dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa.
Hasil penelitian dari data kuantitatif yang diperoleh dari tes dan hasil tes
bidang studi Al-Quran Hadits adalah sebagai berikut: Berdasarkan analisis statistik
menggunakan tes-t dibahas dalam bab IV, t
hitung
yang didapat dari tes akhir yaitu
0,473 lebih kecil daripada t
tabel
yang memiliki taraf signifikan 95% yaitu 1,68. Dari
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
prestasi belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode menghafal pada
pelajaran Al-Quran Hadits dan dari mereka yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran ceramah pada siswa kelas VII di MTs Negeri Batu Tahun

34
ajaran 2010/2011. Sehingga, hipotesis penelitian ini terbukti. Sementara itu,
pencapaian kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol karena nilai
rata-rata kelompok eksperimen adalah 14,50 sedangkan kelompok kontrol adalah
14,15. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode menghafal lebih baik
dibandingkan dengan metode ceramah.



35
BAB II


LANDASAN TEORETIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DAN
BACA TULIS AL-QURAN


A. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan
proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari
pengalaman. Dengan pengembangan tekhnologi informasi, belajar tidak hanya
diartikan sebagai suatu tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak
ilmuwan yang mengatakan belajar menurut sudut pandang mereka. Beberapa
definisi belajar sebagai suatu perubahan menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut.
a. Gagne dan Berliner (Ani Tri, 2004:2) menyatakan bahwa belajar
merupakan proses dimana sesuatu organisme mengubah perilakunya
karena hasil dari pengalaman.
b. Menurut Teori Belajar Konstruktivisme (Ani Tri, 2004:49-50) belajar
adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampu
menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus bisa
menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berkutat
dalam berbagai gagasan. Guru adalah bukan orang yang mampu
memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab siswa yang harus
mengkonstruksikan pengetahuan didalam memorinya sendiri. Sebaliknya

36
tugas guru yang paling utama adalah : (a) memperlancar siswa dengan cara
mengajarkan cara-cara membuat informasi bermakna dan relevan dengan
siswa; (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan gagasannya sendiri; (c) memanamkan kesadaran belajar dan
menggunakan strategi belajarnya sendiri. Di samping itu, guru harus
mampu mendorong siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
terhadap materi yang dipelajarinya .
c. Menurut Suharsimi Arikunto (1980:19) mengartikan bahwa belajar
merupakan suatu proses karena adanya usaha untuk mengadakan per-
ubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud mem-
peroleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keteram-pilan
maupun sikap.
Hudojo (1988:1) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan bel-ajar
bila diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku. Selanjutnya Winkel (1989:36)
mendifinisikan belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung
dalam interaktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Slameto
(1980:2) mengemukakan bahwa secara psikologis belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya lebih jauh dikatakan bahwa perubahan tingkah laku dalam
belajar adalah: (1) perubahan ini terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam
belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar
bersifat/bernilai positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara, dan (5) perubahan belajar bertujuan dan terarah. Sedang Rusyan

37
(1989:8) mengemukakan pendapatnya tentang belajar, sebagai berikut: belajar
dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan
dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian mengenai sikap dan
nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau peng-
alaman yang terorganisasi.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan belajar dapat
disimpulkan sebagai berikut.
a. Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja
b. Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang baru baik
yang segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa
penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari
c. Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan jasmani,
kecepatan perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir, sikap terhadap nilainilai
dan inhibisi serta lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan
aspek psikis dan fisik).
d. Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang bersifat positif dalam diri
seseorang. Perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk, misalnya bertambahnya pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan perubahan sikap. Salah satu contoh hasil dari
usaha belajar menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat adalah dari

38
belum memiliki pengetahuan dan kemampuan tentang menemukan dan
menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah
melaksanakan shalat dan zakat menjadi memiliki pengetahuan dan
kemampuan tentang menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran
yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley (Sudjana, 2001: 22)
membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan; (2)
pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing
golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.
a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia.
Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan
faktor psikologis. Faktor biologis antara lain usia, kematangan dan
kesehatan, sedangkan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati,
motivasi, minat dan kebiasaan belajar.
b. Faktor yang bersumber dari luar manusia.
Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor
non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik. Beberapa
ciri untuk melihat hasil belajar yang diperoleh siswa setelah melakukan
proses belajar adalah sebagai berikut:

39
1) Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah dipelajari-nya
dalam kurun waktu yang cukup lama.
2) Siswa dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip yang telah
dipelajarinya.
3) Siswa dapat mengaplikasikan atau menggunakan konsep dan prinsip
yang telah dipelajarinya.
4) Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari bahan
pelajaran lebih lanjut.
5) Siswa terampil mengadakan hubungan sosial seperti kerja sama dengan
siswa lain, berkomunikasi dengan orang lain, dan lain-lain.
6) Siswa memperoleh kepercayaan diri bahwa ia mempunyai kemampuan
dan kesanggupan melakukan tugas belajar.
7) Siswa menguasai bahan yang telah dipelajari minimal 65% dari yang
seharusnya dicapai.
3. Pembelajaran
Seperti halnya pengertian belajar, pengertian pembelajaran juga sulit
diartikan secara jelas karena beberapa ahli telah memberi definisi yang
berbeda-beda.
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam
agar terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa
dengan siswa (Suyitno, 2004 : 2).
Pembelajaran terjemahan dari kata instruction yang berarti self
instruction (dari internal) dan external instruction (dari eksternal).

40
Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut
teaching atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-
prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.
Sesuatu yang dikatakan prinsip biasanya berupa aturan atau ketentuan dasar
yang bila dilakukan secara konsisten, sesuatu yang ditentukan itu akan efektif
atau sebaliknya. Prinsip pembelajaran merupakan aturan/ketentuan dasar
dengan sasaran utama adalah perilaku guru Pembelajaran yang berorientasi
bagaimana perilaku guru yang efektif, beberapa teori belajar mendeskripsikan
pembelajaran sebagai berikut.
a. Usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan
lingkungan agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah
laku si belajar (Behavioristik).
b. Cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar
memahami apa yang dipelajari (Kognitif).
c. Memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran
dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya
(Humanistik).
Sedangkan pembelajaran yang berorientasi bagaimana si belajar ber-perilaku,
memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses
yang bersifat individual yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke
dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil
belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hasil belajar itu memberikan
kemampuan kepada si belajar untuk melakukan berbagai penampilan. Senada
dengan arti pembelajaran tersebut Briggs menjelaskan bahwa pembelajaran

41
adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa
sehingga si belajar memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya
dengan lingkungan (Sugandi, 2004:9-10)
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar mengajar di mana
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan
kognitif yang heterogen. (Woolfolk dalam Budiningarti 1998: 22) menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang
didasarkan pada faham konstruktivisme. Pada pembelajaran kooperatif siswa
percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika dan hanya jika setiap
anggota kelompoknya berhasil. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan
kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas
yang terstruktur disebut sebagai pengajaran gotong-royong atau cooperatif
learning. Sistem pendidikan gotong royong merupakan alternatif menarik yang
dapat mencegah timbulnya kegresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan
dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah; (1) belajar bersama dengan
teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, (3) saling
mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok, (4) belajar dari teman
sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produk-tif
berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan tergantung pada
siswa sendiri, (8) siswa aktif (Stahl, 1994). Senada dengan ciri-ciri tersebut,
Johnson dan Johnson (1984) serta Hilke (1990) mengemukakan ciri-ciri
pembelajaran kooperatif adalah; (1) terdapat saling ketergantungan yang positif di

42
antar anggota kelompok, (2) dapat dipertanggungjawabkan secara individu, (3)
heterogen, (4) berbagi kepemimpinan, (5) berbagi tanggung jawab, (6)
menekankan pada tugas dan kebersamaan, (7) membentuk keteram-pilan sosial,
(8) peran guru/guru mengamati proses belajar siswa, (9) efektivi-tas belajar
tergantung pada kelompok. Proses belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil
(3-4 orang anggota), bersifat heterogen tanpa memperhatikan perbedaan
kemampuan akademik, jender, suku, maupun lainnya.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa
pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan
kooperatif. Beberapa pendekatan tersebut diintegrasikan dimaksudkan untuk
menghasilkan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Belajar aktif, ditunjukkan dengan
adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses bel-ajar,
tidak sekedar aktifitas fisik semata. Siswa diberi kesempatan untuk ber-diskusi,
mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang
sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam
kelompok. Siswa dibebaskan untuk mencari berbagai sumber belajar yang relevan.
Kegiatan demikian memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan lingkungan dan
kelompoknya, sebagai media untuk mengembangkan pengetahuannya.
Pendekatan konstruktivistik dalam model pembelajaran kooperatif dapat
mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuannya secara bersama-
sama di dalam kelompok. Mereka didorong untuk menemukan dan
mengkonstruksi materi yang sedang dipelajari melalui diskusi, observasi atau
percobaan. Siswa menafsirkan bersamasama apa yang mereka temukan atau

43
mereka bahas. Dengan cara demikian, materi pelajaran dapat dibangun ber-sama
dan bukan sebagai transfer dari guru. Pengetahuan dibentuk bersama berdasarkan
pengalaman serta interaksinya dengan lingkungan di dalam kelompok belajar,
sehingga terjadi saling memperkaya diantara anggota kelompok. Ini berarti, siswa
didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahaman
terhadap fenomena yang sedang dipelajari meningkat. Mereka didorong untuk
memunculkan berbagai sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama,
untuk kemudian membangun sudut pandang atau mengkonstruksi pengetahuannya
secara bersama pula. Hal ini merupakan realisasi dari hakikat konstruktivisme
dalam pembelajaran.
Pendekatan kooperatif mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa
untuk trampil berkomunikasi. Artinya, siswa didorong untuk mampu menyatakan
pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya
dengan tepat, meminta feedback serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan
baik. Siswa juga mampu membangun dan menjaga kepercayaan, terbuka untuk
menerima dan memberi pendapat serta ide-idenya, mau berbagi informasi dan
sumber, mau memberi dukungan pada orang lain dengan tulus. Siswa juga mampu
memimpin dan trampil mengelola kontroversi (managing controvercy) menjadi
situasi problem solving, mengkritisi ide bukan persona orangnya.
Model pembelajaran kooperatif ini akan dapat terlaksana dengan baik jika
dapat ditumbuhkan suasana belajar yang memungkinkan diantara siswa serta
antara siswa dan guru merasa bebas mengeluarkan pendapat dan idenya, serta
bebas dalam mengkaji serta mengeksplorasi topik-topik penting dalam kurikulum.
Guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan atau permasalahan yang harus
dipecahkan di dalam kelompok. Siswa berupaya untuk berpikir keras dan saling

44
mendiskusikan di dalam kelompok. Kemudian guru serta siswa lain dapat
mengejar pendapat mereka tentang ide-idenya dari berbagai perspektif. Guru juga
mendorong siswa untuk mampu mendemonstrasikan pemahamannya tentang
pokok-pokok permasalahan yang dikaji menurut cara kelompok.
Berpijak pada karakteristik pembelajaran di atas, diasumsikan model
pembelajaran kooperatif mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai
kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugas
bersama secara kreatif. Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam
pembelajaran di berbagai bidang studi atau matakuliah, baik untuk topik-topik
yang bersifat abstrak maupun yang bersifat konkrit.
Menurut Muslimin Ibrohim (2000:6) Unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut.
1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama.
2. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti
milik mereka sendiri.
3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama.
4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang
juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

45
6. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
7. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
Dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif pada siswa
berarti sekolah ( guru dan murid):
1. mengembangkan dan menggunakan keterampilan kooperatif berfikir kritis
dan kerja sama kelompok;
2. menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang
berasal dari latar belakang yang berbeda;
3. menerapkan bimbingan oleh teman (peer coaching);
4. menciptakan lingkungan yang menghargai, menghormati nilai-nilai ilmiah;
5. membangun sekolah dalam suasana belajar.
Slavin (1995: 16) menyatakan terdapat dua aspek penting yang
mendasari keberhasilan cooperatif learning yaitu teori motivasi dan teori
kognitif.
1. Teori motivasi
Aspek motivasi pada dasarnya ada dalam konteks pemberian
penghargaan kepada kelompok. Adanya tujuan kelompok (tujuan bersama)
mampu menciptakan situasi di mana cara bagi setiap anggota kelompok untuk
mencapai tujuannya sendiri adalah dengan mengupayakan agar tujuan
kelompoknya tercapai terlebih dahulu.
2. Teori Kognitif

46
Asumsi dasar teori-teori perkembangan kognitif adalah bahwa interaksi
antar siswa disekitar tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan ketuntasan
mereka tentang konsep-konsep penting. Vygotsky mendefinisi-kan Zone of
proximal development sebagai suatu selisih atau jarak antara tingkat
perkembangan potensial yang ditentukan oleh pemecah masalah dengan
bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan sejawat yang lebih
mampu.
Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat
langkah, yaitu; orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian peng-
hargaan. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para guru
dengan berpegang pada hakekat setiap langkah sebagai berikut.
a. Orientasi
Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali
dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang
akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru
mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkahlangkah serta hasil akhir
yang diharapkan dikuasai oleh siswa, serta sistem penilaiannya. Pada langkah
ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa
saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang diharapkan atau sistem
penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara guru dan siswa, namun pada akhir
orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.
b. Kerja kelompok
Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok sebagai inti ke-giatan
pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam bentuk kegiatan me-mecahkan

47
masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Kerja
kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan
ekslporasi, observasi, percobaan, browsing lewat internet, dan sebagainya.
Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luas dan dalamnya materi
yang harus dikerjakan. Kegiatan yang memerlukan waktu lama dapat
dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang memerlukan sedikit
waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran.
Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat
sebagai pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan ini disiapkan oleh guru.
Panduan harus memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan
tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang
diharapkan dapat dicapai. Misalnya, siswa diharapkan dapat mengembang-kan
media tepatguna dalam pembelajaran. Untuk itu, siswa secara bersama-sama
perlu berdiskusi, melakukan analisis terhadap komponen-komponen
pembelajaran seperti; kompetensi apa yang diharapkan dicapai oleh peserta
didik, materi apa yang dipelajari, strategi pembelajaran yang digunakan, serta
bentuk evaluasinya. Siswa juga melakukan eksplorasi untuk mengembangkan
media tepat guna. Eksplorasi dapat dilakukan secara individual atau kelompok
sesuai kesepakatan. Hasil eksplorasi di-bahas dalam kelompok untuk
menghasilkan media-media pembelajaran tepatguna yang sesuai untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan
dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan
pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa, mengarahkan ketrampilan
kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat diperlukan.
c. Tes/Kuis

48
Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu
memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian
masing-masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman
mereka terhadap konsep/topik/ masalah yang dikaji. Penilaian individu ini
mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif dan ketrampilan. Misalnya,
bagaimana melakukan analisis pembelajaran? Mengapa perlu melakukan
analisis pembelajaran sebelum mengembangkan media? Siswa dapat juga
diminta membuat prototype media tepatguna yang memiliki tingkat interaktif
tinggi dalam pembelajaran, dan sebagainya.

d. Penghargaan kelompok
Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada
kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu.
Kenaikan skor dihitung dari selisih antara skor dasar dengan sekor tes
individual. Menghitung skor yang didapat masing-masing kelompok dengan
cara menjumlahkan skor yang didapat siswa di dalam kelompok tersebut
kemudian dihitung rata-ratanya. Selanjutnya berdasarkan skor rata-rata
tersebut ditentukan penghargaan masing-masing kelompok. Misalnya, bagi
kelompok yang mendapat rata-rata kenaikan skor sampai dengan 15 mendapat
penghargaan sebagai Good Team. Kenaikan skor lebih dari 15 hingga 20
mendapat penghargaan Great Team. Sedangkan kenaikan skor lebih dari 20
sampai 30 mendapat penghargaan sebagai Super Team.
Anggota kelompok pada periode tertentu dapat diputar, sehingga dalam satu
satuan waktu pembelajaran anggota kelompok dapat diputar 2-3 kali putaran. Hal

49
ini dimaksudkan untuk meningkatkan dinamika kelompok di antara anggota
kelompok dalam kelompok tersebut. Di akhir tatap muka guru memberikan
kesimpulan terhadap materi yang telah dibahas pada pertemuan itu, sehingga
terdapat kesamaan pemahaman pada semua siswa.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Sehingga model pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru-guru yang
baru memulai menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Perencanaan
pembelajaran kooperatif tipe STAD disusun berdasarkan siklus yang tetap pada
pengajarannya (Slavin, 2000: 269).
1. Siklus Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang tetap sebagai berikut.
a. Mengajar : mempresentasikan pelajaran.
b. Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim mereka dengan
menggunakan Lembar Kegiatan Siswa untuk menuntaskan materi
pelajaran.
c. Tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual.
d. Pengahargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota
tim, sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan
untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor
tertinggi.
Pada dasarnya siklus pembelajaran kooperatif tipe STAD, mengacu
pada sintaks pembelajaran kooperatif dengan menggabungkan fase 1 dan fase

50
2 ke dalam kegiatan mengajar, dan fase 3 dan fase 4 ke dalam kegiatan belajar
dalam tim. Sedangkan fase 5 dan fase 6 pada pembelajaran kooperatif masuk
pada kegiatan tes dan penghargaan kelompok pada pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Slavin (dalam Nur, 1998: 24) menguraikan langkah-langkah mengantar
siswa kepada STAD adalah sebagai berikut.
a. Bagilah siswa ke dalam kelompok masing-masing terdiri dari empat atau
lima anggota. Pastikan bahwa kelompok yang terbentuk itu berimbang
dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin dan asal suku.
b. Buatlah Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran
yang anda rencanakan untuk diajarkan.
c. Pada saat anda menjelaskan STAD kepada kelas anda, bacakan tugas-tugas
yang harus dikerjakan tim.
d. Bila tiba saatnya memberikan kuis, bagikan kuis atau bentuk evaluasi yang
lain, dan berikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tes itu.
e. Pengakuan kepada prestasi tim, segera setelah anda menghitung poin untuk
siswa dan menhitung skor tim.
Adapun penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin
(1995), STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu, presentasi kelas,
kelompok, kuis (tes), skor peningkatan individual dan penghargaan kelompok.
Masing-masing komponen akan diuraikan sebagai berikut:


51
1) Presentasi Kelas
Materi dalam STAD disampaikan pada presentasi kelas. Presentasi kelas
ini biasanya menggunakan pengajaran langsung (direct instruc-tion) atau
ceramah, dilakukan oleh guru. Presentasi kelas dapat pula menggunakan
audiovisual. Presentasi kelas ini meliputi tiga komponen, yakni
pendahuluan, pengembangan dan praktek terkendali.
2) Kelompok
Kelompok terbentuk terdiri dari empat atau lima siswa, dengan
memperhatikan perbedaan kemampuan, jenis kelamin dan ras atau etnis.
Fungsi utama kelompok adalah memastikan bahwa semua anggota
kelompok terlibat dalam kegiatan belajar, dan lebih khusus adalah
mempersiapkan anggota kelompok agar dapat menjawab kuis (tes) dengan
baik. Termasuk belajar dalam kelompok adalah mendiskusikan masalah,
membandingkan jawaban dan meluruskan jika ada anggota kelompok yang
mengalami kesalahan konsep.
3) Kuis (Tes)
Setelah beberapa periode presentasi kelas dan kerja kelompok, siswa
diberikan kuis individual. Siswa tidak diperkenankan saling membantu
pada saat kuis berlangsung.
4) Skor Peningkatan Individual
Penilaian kelompok berdasarkan skor peningkatan individu, sedangkan
skor peningkatan tidak didasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi
berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor

52
sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum
pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor
untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor
dasar mereka.
5) Penghargaan Kelompok
Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata-rata skornya
melampaui kriteria tertentu. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe STAD pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan 5 fase, adapun fase-fase kegiatan itu sebagai berikut:
Fase 1
Menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar yang ingin dicapai
dalam materi pelajaran secara lisan dan memotivasi siswa untuk
mempelajari materi yang diajarkan dan memberikan informasi keuntungan
dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD secara lisan.
Fase 2
Menyajikan materi, guru menyampaikan dan menyajikan materi yang
dipelajari secara klasikal yang terdapat di dalam lembar kegiatan siswa
(LKS). Dan siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan penjelasan
guru apabila ada materi yang kurang dimengerti.




53
Fase 3
1) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok dan
membimbing kelompok bekerja dan belajar. Adapun kegiatan-kegiatan
dalam fase ini diantaranya adalah sebagai berikut:
2) Membentuk kelompok-kelompok kecil (terdiri 4 5 siswa) secara
heterogen yang telah ditentukan oleh guru.
3) Menginformasikan pada siswa untuk mengerjakan tugas secara
berkelompok dan setiap anggota kelompok bertanggungjawab pada
kelompok masing-masing dan terhadap diri sendiri.
4) Menyuruh siswa mengerjakan soal dalam LKS secara berkelom-pok.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya siswa mengerjakan secara
mandiri atau berpasangan dan selanjutnya dicocokkan dan didiskusikan
ketepatan jawabannya dengan teman sekelompok. Dan jika ada anggota
kelompok yang belum memahami, maka teman sekelompoknya yang
sudah faham menjelaskan, sebelum meminta bantuan kepada guru.
5) Selama siswa dalam kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai
fasilitator yang mengawasi dan mengamati setiap kegiatan kelompok.
6) Menyuruh beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya dan kelompok yang lain menanggapi.
Fase 4
Penghargaan kelompok, penghargaan kelompok dilakukan dalam dua
tahap perhitungan, yaitu:
1) Menghitung skor individu dan skor kelompok

54
Cara pemberian skor pada pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat
berperan untuk memotivasi siswa bekerja sama dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Setelah siswa
mempelajari materi secara berkelompok, setiap siswa mengerjakan kuis
secara individual dan memperoleh skor kuis serta nilai perkembangan.
Nilai perkembangan bergantung pada kemajuan yang dicapai siswa
dengan memperhatikan skor kuis atau skor dasar siswa. Skor dasar
siswa adalah rata-rata skor siswa yang bersangkutan untuk kuis-kuis
terdahulu, dengan syarat materi yang diujikan pada kuis-kuis tersebut
masih berada dalam satu topik. Jika belum pernah diadakan kuis untuk
topik tersebut, maka skor dasar siswa adalah skor tes awal. Selanjutnya
untuk meng-hitung skor kelompok, Slavin (1995: 80) mengungkapkan
bahwa untuk menghitung skor kelompok, catatlah masing-masing poin
kemajuan anggota kelompok di atas lembar rekapitulasi kelompok dan
bagilah jumlah poin kemajuan anggota kelompok dengan banyak
anggota kelompok yang hadir dan bulatkan pecahannya.
2) Menghargai prestasi kelompok
Kemudian berkaitan dengan banyaknya tingkat penghargaan
kelompok, menurut Slavin (1995: 80) ada tiga tingkat penghargaan
yang disediakan didasarkan pada skor rata-rata kelompok, seperti
tertera pada tabel berikut.
Rentang Skor Simbol Kategori
100 86 A Super Team
85 66 B Great Team

55
65 56 C Good Team

D. Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran
Pembelajaran membaca Al-Quran merupakan salah satu kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh setiap muslim dengan tujuan memahami dan
mengamalkannya. Proses pembelajaran membaca Al-Quran ini harus dilakukan
sejak usia dini dan menjadikannya sebagai kebiasaan yang terus tumbuh dalam
diri setiap anak hingga mereka dewasa.
Proses pembelaran membaca dan menulis Al-Quran tentu saja dapat
dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan
peserta didik. Berbagai metode pembelajaran membaca Al-Quran telah dikenal
sejak dulu hingga sekarang ini. Baik metode pembelajaran bagi siswa-siswa
tingkat pemula hingga tingkat mahir.
Metode-metode pembelajaran baca tulis Al-Quran telah banyak ber-
kembang di Indonesia sejak lama. Tiap-tiap metode dikembangkan berdasar-kan
karakteristiknya.
1. Metode Baghdadiyah
Metode ini disebut juga dengan metode Eja, berasal dari Baghdad
masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa
penyusunnya. Dan telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air.
Secara dikdatik, materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke
abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada
materi yang terinci (khusus). Secara garis besar, Qoidah Baghdadiyah
memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampil-kan secara utuh

56
dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut men-jadi tema central
dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah me-nimbulkan rasa estetika
bagi siswa (enak didengar) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat
karena penulisan huruf yang sama. Metode ini diajarkan secara klasikal
maupun privat.
Beberapa kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara lain
a. Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.
b. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh
sebagai tema sentral.
c. Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.
d. Keterampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik
tersendiri.
e. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.
Beberapa kekurangan Qoidah baghdadiyah antara lain
a. Qoidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah mengalami
beberapa modifikasi kecil.
b. Penyajian materi terkesan menjemukan.
d. Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman
siswa.
e. Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca Al-Quran
2. Metode Iqro
Metode Iqro disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede
Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid dan
Musholla) Yogyakarta dengan membuka TK Al-Quran dan TP Al-Quran.

57
Metode Iqro semakin berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah
munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Quran dan metode
Iqro sebagai sebagai program utama perjuangannya.
Metode Iqro terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang
memikat perhatian anak TK Al-Quran. 10 sifat buku Iqro adalah :
a. Bacaan langsung.
b. CBSA
c. Privat
d. Modul
e. Asistensi
Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro antara lain
a. TK Al-Quran
b. TP Al-Quran
c. Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
d. Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Quran
e. Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
f. Digunakan di majelis-majelis taklim
3. Metode Qiroati
Metode baca al-Qu ran Qira'ati ditemukan KH. Dachlan Salim
Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang, Jawa Tengah. Metode yang disebarkan
sejak awal 1970-an, ini memungkinkan anak-anak mempelajari Al-Quran
secara cepat dan mudah..
Kiai Dachlan yang mulai mengajar Al-Quran pada 1963, merasa
metode baca Al-Quran yang ada belum memadai. Misalnya metode Qa'idah

58
Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang dianggap metode tertua, terlalu
mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca tartil (jelas dan tepat,
red.) Kiai Dachlan kemudian menerbitkan enam jilid buku Pelajaran Membaca
Al-Quran untuk TK Al-Quran untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986.
Usai merampungkan penyusunannya, KH. Dachlan berwasiat, supaya tidak
sembarang orang mengajarkan metode Qira'ati. Tapi semua orang boleh diajar
dengan metode Qira'ati. Dalam perkembangannya, sasaran metode Qiraati kian
diperluas. Kini ada Qiraati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12 tahun, dan
untuk mahasiswa.
Secara umum metode pengajaran Qiroati adalah sebagai berikut.

a. Klasikal dan privat
c. Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan,
selanjutnya siswa membaca sendiri ( CBSA)
d. Siswa membaca tanpa mengeja.
e. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan
cepat.
4. Metode Al Barqy
Metode al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat membaca Al-
Quran yang paling awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN
Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon pada 1965. Awalnya, al-Barqy
diperuntukkan bagi siswa SD Islam at-Tarbiyah, Surabaya. Siswa yang belajar
metode ini lebih cepat mampu membaca Al-Quran. Muhadjir lantas

59
membukukan metodenya pada 1978, dengan judul Cara Cepat Mempelajari
Bacaan Al-Quran al-Barqy.
Muhadjir Sulthon Manajemen (MSM) merupakan lembaga yang
didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal pemberantasan buta
Baca Tulis Al-Quran dan Membaca Huruf Latin. Berpusat di Surabaya, dan
telah mempunyai cabang di beberapa kota besar di Indonesia, Singapura &
Malaysia.
Metode ini disebut ANTI LUPA karena mempunyai struktur yang
apabila pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf/suku kata yang telah
dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa
bantuan guru. Penyebutan Anti Lupa itu sendiri adalah dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Departemen Agama RI.
Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak hingga
orang dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa
sehingga secara langsung dapat mempermudah dan mempercepat anak / siswa
belajar membaca. Waktu untuk belajar membaca Al Quran menjadi semakin
singkat.
Keuntungan yang didapat dengan menggunakan metode ini adalah
sebagai berikut.
a. Guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat mengajar dengan
lebih baik, bisa menambah penghasilan di waktu luang dengan keahlian
yang dipelajari.

60
b. Siswa merasa cepat belajar sehingga tidak merasa bosan dan menambah
kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan mengusainya dalam
waktu singkat, hanya satu level sehingga biayanya lebih murah.
c. Sekolah menjadi lebih terkenal karena murid-muridnya mempunyai
kemampuan untuk menguasai pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan
sekolah lain.
5. Metode Tilawati
Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari Drs.H.
Hasan Sadzili, Drs. H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh
Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati dikembangkan
untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TK-TPA, antara lain:
Mutu Pendidikan Kualitas santri lulusan TK/TP Al Quran
belum sesuai dengan target.
Metode Pembelajaran Metode pembelajaran masih belum
menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Sehingga proses belajar tidak efektif.
Pendanaan Tidak adanya keseimbangan keuangan
antara pemasukan dan pengeluaran
Waktu pendidikan Waktu pendidikan masih terlalu lama
sehingga banyak santri drop out sebelum
khatam Al-Quran
Kelas TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana

Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi santri-santrinya,
antara lain :
a. Santri mampu membaca Al-Quran dengan tartil.
b. Santri mampu membenarkan bacaan Al-Quran yang salah.
c. Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan secara
kelompok 80%.

61
Prinsip-prinsip pembelajaran Tilawati :
a. Disampaikan dengan praktis.
b. Menggunakan lagu Rost.
c. Menggunakan pendekatan klasikal dan individu secara seimbang.

6. Metode Iqro Dewasa dan Metode Iqro Terpadu
Kedua metode ini disusun oleh Drs. Tasrifin Karim dari Kalimantan
Selatan. Iqro terpadu merupakan penyempurnaan dari Iqro Dewasa.
Kelebihan Iqro Terpadu dibandingkan dengan Iqro Dewasa antara lain
bahwa Iqro Dewasa dengan pola 20 kali pertemuan sedangkan Iqro Terpadu
hanya 10 kali pertemuan dan dilengkapi dengan latihan membaca dan menulis.
Kedua metode ini diperuntukkan bagi orang dewasa.
Prinsip-prinsip pengajarannya seperti yang dikembangkan pada TK-TP
Al-Quran.
7. Metode Iqro Klasikal
Metode ini dikembangkan oleh Tim Tadarrus AMM Yogyakarta
sebagai pemampatan dari buku Iqro 6 jilid. Iqro Klasikal diperuntukkan bagi
siswa SD/MI, yang diajarkan secara klasikal dan mengacu pada kurikulum
sekolah formal.
8. Dirosa (Dirasah Orang Dewasa)
Dirosa merupakan sistem pembinaan islam berkelanjutan yang diawali
dengan belajar baca Al-Quran. Panduan Baca Al-Quran pada Dirosa disusun

62
tahun 2006 yang dikembangkan Wahdah Islamiyah Gowa. Panduan ini khusus
orang dewasa dengan sistem klasikal 20 kali pertemuan.
Buku panduan ini lahir dari sebuah proses yang panjang, dari sebuah
perjalanan pengajaran Al Qur'an di kalangan ibu-ibu yang dialami sendiri oleh
Pencetus dan Penulis buku ini. Telah terjadi proses pencarian format yang
terbaik pada pengajaran Al Qur'an di kalangan ibu-ibu selama kurang lebih 15
tahun dengan berganti-ganti metode. Dan akhirnya ditemukanlah satu format
yang sementara dianggap paling ideal, paling baik dan efektif yaitu
memadukan pembelajaran baca Al-Quran dengan pengenalan dasar-dasar
keislaman. Buku panduan belajar baca Al-Qurannya disusun tahun 2006.
Sedangkan buku-buku penunjangnya juga yang dipakai pada santri TK-TP Al-
Quran.
Panduan Dirosa sudah mulai berkembang di daerah-daerah, baik
Sulawesi, Kalimantan maupun beberapa daerah kepulauan Maluku; yang
dibawa oleh para dai. Secara garis besar metode pengajarannya adalah Baca-
Tunjuk-Simak-Ulang, yaitu pembina membacakan dan peserta menunjuk
tulisan, mendengarkan dengan seksama kemudian mengulangi bacaan tadi.
Tehnik ini dilakukan bukan hanya bagi bacaan pembina, tetapi juga bacaan
dari sesama peserta. Semakin banyak mendengar dan mengulang, semakin
besar kemungkinan untuk bisa baca Al-Quran lebih cepat.
9. PQOD (Pendidikan Quran Orang Dewasa)
Dikembangkan oleh Bagian dakwah LM DPP WI, yang hingga saat ini
belum diekspos keluar. Diajarkan di kalangan anggota Majlis Taklim dan satu
paket dengan kursus Tartil Al-Quran .

63
Metode-metode pembelajaran Al-Quran di atas dipadukan dalam model
pembelajaran kooperatif sehingga siswa dapat belajar dalam komunitas yang
relatif beragam sehingga dapat saling bertukar kemampuan.



64
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan pada Bab I, bahwa penelitian ini pada dasarnya akan membuktikan
hipotesis yang berbunyi Proses pembelajaran menemukan dan menghapalkan
ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan
zakat dengan menggunakan pembelajaran kooperatid tipe STAD dapat meningkatkan
kemampuan dan dapat mengubah perilaku belajar siswa kelas X SMA Al-Muawanah
Cianjur Semester 2 Tahun Pelajaran 2010-2011. Adapun tujuan penelitian yang
telah dirumuskan adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan struktur isi perencanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca
tulis Al-Quran pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-
Quran pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur.
3. Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis Al-
Quran pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur.
Sesuai dengan tujuan tersebut, maka data hasil penelitian yang dideskripsi-kan
pada bagian ini terdiri atas empat bagian, yakni deskripsi rencana pelaksanaan
pembelajaran, deskripsi proses pembelajaran, deskripsi skor perolehan membaca

65
memindai, dan rata-rata kecepatan membaca memindai siswa dalam menemukan
informasi.
1. Struktur Isi Perencanaan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) dalam Menguasai Mata Pelajaran Baca
Tulis Al-Quran pada Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur
Format rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun dan
digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada kandungan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2098 tentang Standar Proses.
Sedangkan pengembangan isi pembelajaran mengacu kepada Kurikulum SMA
Al-Muawanah Cianjur, sebagai bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP).
Penyajian struktur rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
digunakan dalam penelitian ini dinilai oleh tiga orang yang terdiri atas seorang
guru pamong, seorang guru pendamping, dan kepala sekolah. Penilaian ini
dilakukan untuk memperoleh justifikasi dan validitas rencana pelaksanaan
pembelajaran yang sesuai dengan standar sekolah sehingga tidak mengganggu
proses pembelajaran secara keseluruhan. Guru pendamping dan guru pamong
adalah guru mata pelajaran muatan lokal Baca Tulis Al-Quran dan guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Keterlibatan guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam ini disebabkan karena SMA Al-Muawanah Cianjur
hanya memiliki seorang guru muatan lokal Baca Tulis Al-Quran. Di samping
itu, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan kelompok guru
mata pelajaran serumpun.
Struktur Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang menemukan
dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah

66
melaksanakan shalat dan zakat adalah sebagaimana terdapat pada lampiran 1
skripsi ini. Sedangkan hasil penelaian yang dilakukan oleh guru pamong, guru
pendamping, dan kepala sekolah adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1
Data Hasil Penilaian Guru Pamong, Pendamping, dan Kepala Sekolah
tentang Struktur RPP Menemukan dan Menghapalkan Ayat-ayat Al-Quran
yang Berhubungan dengan Perintah Melaksanakan Shalat dan Zakat
Hasil Penilaian
No. Aspek yang Dinilai
Ya Tidak
1 Struktur RPP pembelajaran mengacu
kepada ketentuan yang dikeluarkan oleh
Depdiknas
3 -
2 RPP memuat identitas satuan pendidikan
serta standar kompetensi dan kompetensi
dasar
3 -
3 RPP menyajikan tujuan pembelajaran
atau indikator pencapaian kompetensi
yang operasional
3 -
4 RPP memuat materi esensial
pembelajaran dalam tata urutan yang
sesuai dengan indikator/tujuan
pembelajaran
3 -
5 RPP memuat langkah-langkah
pembelajaran yang operasional sesuai
dengan Permendiknas No. 41 Tahun
2008
3 -
6 Langkah-langkah pembelajaran dalam
RPP mencerminkan aktivitas siswa
secara keseluruhan
3 -
7 Langkah-langkah pembelajaran
memberikan peluang penggunaan media
pembelajaran yang variatif
3 -
8 Model pembelajaran menyajikan
pedoman penilaian berbasis kelas dan
penilaian sebenarnya (authentic
assessment)
3 -
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dalam Menguasai Mata Pelajaran Baca Tulis Al-
Quran pada Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur

67
Proses pembelajaran yang dimaksud adalah tindakan tatap muka antara
peneliti sebagai guru dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Proses
pembelajaran ini dilangsungkan dalam satu kali pertemuan selama 2 jam
pelajaran yang dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 9 April 2011 di kelas X.
Selama proses pembelajaran dilaksanakan, dilakukan penilaian langsung
oleh guru pamong, guru pendamping, dan kepala sekolah dengan rincian hasil
penilaian sebagai berikut.

Tabel 4.2
Data Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru Pamong, Guru
Pendamping, dan Kepala Sekolah
Hasil Penilaian
No. Aspek yang Dinilai
Ya Tidak
1 Proses pembelajaran diawali dengan
apersepsi secara proporsional selama
tidak lebih dari 10 menit
3 -
2 Proses pembelajaran dibentuk dalam
komunitas belajar
3 -
3 Proses pembelajaran sesuai dengan
runtutan prosedur dalam model
pembelajaran
3 -
4 Proses pembelajaran berpusat pada siswa 3 -
5 Guru melakukan aktivitas sebagai
fasilitator kepada seluruh siswa dengan
cara berkeliling pada saat diskusi
kelompok
3 -
6 Guru mengarahkan proses konsolidasi
pembelajaran dan memberikan justifikasi
3 -
7 Guru dan siswa melaksanakan refleksi
secara terbuka
3 -
Sedangkan proses pelaksanaan pembelajaran dilakukan selama dua
siklus dengan langkah-langkah sebagai berikut.

68
a. Siklus I
i. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan pada kompetensi dasar menemukan dan
menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah
melaksanakan shalat dan zakat ini didasarkan kepada hasil
pembelajaran kompetensi sebelumnya yang berada di bawah kriteria
ketuntasan minimum. Nilai rata-rata perolehan tersebut adalah 62,14
yang berada 2,86 di bawah KKM yang ditetapkan, yakni 65.
Perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan pemilihan
kompetensi dasar menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran
yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat
dan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Aspek-aspek yang direncanakan adalah sebagai berikut.
a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b) Strategi pembagian kelompok siswa didasarkan kepada data
kemampuan siswa yang telah ada. Siswa dibagi dalam tiga
kelompok tingkat kemampuan. Masing-masing kelompok siswa ini
kemudian disebarkan ke 8 (delapan) kelompok sehingga masing-
masing kelompok memiliki anggota 4 orang.
c) Instrumen pengamatan yang digunakan oleh guru pamong, guru
pendamping, dan kepala sekolah berupa lembar peng-amatan
aktivitas peneliti selama proses pembelajaran.

69
d) Model pembelajaran yang digunakan.
ii. Pelaksanaan Tindakan
Pada pembelajaran siklus I ini siswa menerima penjelasan
kompetensi dasar (KD), tujuan pembelajaran, indikator pembel-ajaran,
dan KKM yang harus diperoleh setelah proses belajar mengajar
dilakukan. Selanjutnya siswa menerima penjelasan ten-tang tahapan-
tahapan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksana-kan serta
melakukan tanya jawab berkaitan dengan lembaga-lembaga
pemerintahan di tingkat kabupaten, kota, dan prvovinsi.
Proses pembelajaran menemukan dan menghapalkan ayat-ayat
Al-Quran yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan
zakat dengan menerapkan metode STAD diawali dengan pemanasan
dan apersepsi yang berisi penjelasan sebagaimana dikemukakan pada
perencanaan di atas.
Selanjutnya, tahap kedua pembelajaran (eksplorasi) dilaku-kan
dengan mulai membahas permasalahan yang diajukan dalam lembar
kegiatan pembelajaran. Pada proses eksplorasi pembelajar-an ini setiap
kelompok membaca Al-Quran dan menemukan ayat-ayat yang
berkaitan dengan perintah pelaksanaan shalat dan zakat serta berusaha
menghapalkannya. Kemudian saling menukar hasil pekerjaan
antaranggota kelompok. Kegiatan pembelajaran tahap kedua ini
berlangsung selama 35 menit.
Tahap ketiga pembelajaran adalah konsolidasi yang dilaksa-
nakan dalam bentuk presentasi kelompok tentang hasil diskusi.

70
Mengingat keterbatasan waktu, presentasi hanya dilaksanakan oleh satu
kelompok saja, kelompok yang lainnya menanggapinya. Pada tahap
presentasi ini tampaknya masih banyak siswa belum aktif terlibat
dalam proses dan sebagian besar siswa belum dapat menghapalkan
ayat-ayat Al-Quran dengan baik dan benar. Siswa yang aktif masih
didominasi oleh siswa-siswa yang pintar saja. Presentasi kelompok
tersebut memerlukan durasi waktu 28 menit.
Pada proses belajar dalam kelompok, pada umumnya siswa
mengikuti pembelajaran secara sungguh-sungguh. Akan tetapi, karena
sebagian besar siswa belum terbiasa melakukan pembel-ajaran secara
kelompok seperti ini, maka hasil proses pembelajaran dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Data penilaian proses pembelajaran siklus I
Kelompok
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
4
Aspek
5
Rata-
rata
Kesimpulan
1 B B C C B B Great Team
2 B B K C C C Good Team
3 B C C C C C Good Team
4 B C B C B B Great Team
5 C C C C C C Good Team
6 B B C C B C Great Team
7 C C C K C C Good Team
8 C K C C K C Good Team
Keterangan:
Aspek 1 = Keterlibatan seluruh anggota kelompok dalam
identifikasi permasalahan
Aspek 2 = Pelaksanaan/kelancaran kegiatan diskusi kelompok yang
dilakukan
Aspek 3 = Kecermatan dalam pencatatan hasil diskusi

71
Aspek 4 = Keluasan dan kedalaman penggunaan referensi
Aspek 5 = Urun saran/ partisipasi
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Dari hasil pengamatan terhadap setiap kelompok data diperoleh
hasil 3 kelompok termasuk kategori GREAT TEAM dan 5 kelompok
termasuk kategori GOOD TEAM.
Akhir pembelajaran ditutup dengan kuis selama 25 menit
kemudian melaksanakan refleksi selama 5 menit.
iii. Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran secara keseluruhan belum menunjukkan hasil yang
memuaskan. Dari 32 siswa yang mengikuti pembelajaran, rata-rata
perolehan nilai adalah 60,59 dengan data selengkapnya sebagai berikut.
Tabel 4.4 Data empirik hasil pembelajaran menemukan dan menghapalkan
Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan perintah shalat dan zakat siswa
kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur pada Siklus I
No. NIS Nama Siswa L/P
Jumlah
Skor
Nilai
Perolehan
Ketuntasan
1 1011.10.001 Kiki Syarif H L 38 54,29 Belum Tuntas
2 1011.10.002 Fahri M. Fauzi L 48 68,57 Tuntas
3 1011.10.003 Rizal Jaelani L 48 68,57 Tuntas
4 1011.10.004 Fani Fajar Lestari P 47 67,14 Tuntas
5 1011.10.005 Sella Anjani P 49 70,00 Tuntas
6 1011.10.006 Siti Rahmawati P 44 62,86 Belum Tuntas
7 1011.10.007 Ramadan Nugraha L 41 58,57 Belum Tuntas
8 1011.10.008 Cecep Mubarok H L 40 57,14 Belum Tuntas
9 1011.10.009 Sulastri P 42 60,00 Belum Tuntas
10 1011.10.010 Imas Nurgayani P 56 80,00 Tuntas
11 1011.10.011 Saepuloh L 45 64,29 Belum Tuntas
12 1011.10.012 Memey Meli P 51 72,86 Tuntas
13 1011.10.013 Ayu Sri Elpiandi P 51 72,86 Tuntas

72
No. NIS Nama Siswa L/P
Jumlah
Skor
Nilai
Perolehan
Ketuntasan
14 1011.10.014 Arni Yuniar P 49 70,00 Tuntas
15 1011.10.015 Erpan Mulyana L 20 28,57 Belum Tuntas
16 1011.10.016 Yesi Fitriayanti P 46 65,71 Tuntas
17 1011.10.017 Mela Oktaviani N P 46 65,71 Tuntas
18 1011.10.018 Bilal M. Bilal L 50 71,43 Tuntas
19 1011.10.019 Dimas Maulana A L 34 48,57 Belum Tuntas
20 1011.10.020 Suci F. Karmina P 49 70,00 Tuntas
21 1011.10.021 Melani Supriani P 59 84,29 Tuntas
22 1011.10.022 Sri Rizki Patonah P 52 74,29 Tuntas
23 1011.10.023 Angga Maulana L 38 54,29 Belum Tuntas
24 1011.10.024 Sumarna L 37 52,86 Belum Tuntas
25 1011.10.025 Sirojudin L 31 44,29 Belum Tuntas
26 1011.10.026 Pitriani P 30 42,86 Belum Tuntas
27 1011.10.027 Wulan Riska Rahayu P 54 77,14 Tuntas
28 1011.10.028 Riki Gunawan L 29 41,43 Belum Tuntas
29 1011.10.029 Riska Selpia P 57 81,43 Tuntas
30 1011.10.030 Nurasiah P 31 44,29 Belum Tuntas
31 1011.10.031 Doni Firmansyah L 33 47,14 Belum Tuntas
32 1011.10.032 Ristiani P 62 88,57 Tuntas
JUMLAH SKOR 1407 2010,00 17
SKOR RATA-RATA 43,97 62,81
SKOR TERTINGGI 62 88,57
SKOR TERENDAH 20 28,57
SKOR IDEAL 70 100
KKM 65
STANDAR DEVIASI 11,032
PERSENTASE KETUNTASAN 62,81 62,81 53,13 %
Dari hasil penelitian siklus I diperoleh fakta bahwa rata-rata
nilai perolehan siswa dalam memahami kompetensi dasar menemukan
dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan
perintah melaksanakan shalat dan zakat adalah 62,81 dengan nilai
tertinggi 88,57 dan nilai terendah 28,57. Rata-rata perolehan nilai ini
masih berada di bawah kriteria ketuntasan minimum yang
dipersyaratkan, yakni 65. Di samping itu, jumlah siswa yang mencapai

73
ketuntasan pada siklus I ini adalah 17 orang dari jumlah siswa
sebanyak 32 orang atau hanya sebanyak 53,13 %, padahal ketuntasan
klasikan yang dipersyaratkan adalah 85 %.
Data grafik perolehan hasil pelajar dapat ditampilkan sebagai
berikut.
62,81
88,57
28,57
17
15
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Nilai Rata
rata
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Jumlah
Siswa
Tuntas
Siswa
Belum
Tuntas

Gambar 4.1 Grafik Perolehan Nilai Hasil Pembelajaran Siswa Kelas X
SMA Al-Muawanah Cianjur pada Siklus I
Berdasarkan data perolehan di atas, diperlukan perlakuan
tindakan pada siklus II.
iv. Observasi / Pengamatan
Aspek-aspek yang diamati pada siklus I ini meliputi kegiatan
belajar siswa yang masih ragu-ragu dalam mengemukakan jawabannya.
Wawasan siswa tentang aspek-aspek kepemerintahan relatif sangat
terbatas sehingga diperlukan penjelasan dan pelayan-an siswa secara
lebih intensif.

74
Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti secara
konseptual sudah memenuhi persyaratan, tetapi pada praktiknya masih
terdapat kesalahan yang disebabkan kurangnya komunikasi dengan
siswa. Jumlah kelompok siswa yang relatif banyak (8 kelompok) dapat
mengganggu tingkat pelayanan guru terhadap kelompok-kelompok
siswa tersebut. Kurangnya pelayan-an ini berakibat kepada rendahnya
kemampuan analisis siswa terhadap materi pembelajaran.
v. Refleksi
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada proses pembelajaran dan
hasil pembelajaran, diperlukan pembelajaran pada siklus berikutnya.
Pada siklus kedua ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dan
ditambah. Perbaikan pertama adalah pada penentuan anggota kelompok
dengan menempatkan siswa yang memiliki kemampuan akademis di
atas rata-rata kepada setiap kelompok secara merata (pada siklus I
terdapat 17 siswa yang memiliki kemampuan akademis di atas KKM,
ke-17 siswa ini kemudian disebar ke 8 kelompok secara merata).
Perbaikan kedua adalah memberikan rangsangan dengan memberikan
beberapa ayat yang sering dibacakan. Di samping itu, saran yang
disampaikan oleh observer berkaitan dengan perlakuan setiap
kelompok, khususnya dalam memberikan penghargaan diupayakan
lebih terbuka.
Atas dasar pertimbangan hasil refleksi inilah rencana pembelajar-an
siklus II kemudian disusun. Struktur pembelajaran dibuat sedemikian

75
rupa sehingga pengelolaan pembelajaran dapat lebih mudah dan
komunikatif.
b. Siklus II
i. Perencanaan Tindakan
Siklus II penelitian tindakan ini merupakan perbaikan dari temuan-
temuan dan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siklus I.
Kekurangan yang ditemukan pada siklus I ini meliputi aspek-aspek
sebagai berikut.
a) Pembagian kelompok pada siklus I masih bersifat homogen
sehingga perlu diperbaiki secara sistematis agar siswa secara
heterogen berkumpul dalam kelompoknya secara merata.
b) Rencana pelaksanaan pembelajaran yang diperbaiki leih mengacu
kepada perbaikan kompetensi siswa sohingga tingkat kesulitan soal
dipermudah dengan pemberian penghargaan yang lebih konkret.
c) Permasalahan yang diajukan kepada siswa lebih diperjelas dengan
memberi tahu beberapa ayat Al-Quran dengan menyebutkan nama
surahnya.
ii. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran siklus II berjalan sesuai dengan perencanaan yang
tersusun dalam RPP. Perubahan kelompok dilakukan sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai karena memakan waktu yang relatif lama. Proses
pemanasan ini berisi penjelasan tentang rencana perubahan kelompok
belajar serta perubahan permasalahan. Sementara itu, tujuan

76
pembelajaran serta kriteria ketuntasan minimum pada kompetensi dasar
ini kembali diinformasikan kepada siswa.
Prosedur pembelajaran yang berlangsung selama siklus II ini
dapat diuraikan sebagai berikut.
Siswa melaksanakan proses eksplorasi dengan menelaah indeks Al-
Quran dalam bentuk terjemahan yang dikeluarkan oleh
Departemen Agama.
Setiap kelompok siswa sudah mulai tearah dan sistematis dalam
melakukan pemecahan masalah. Hal ini tampak pada proses
pembelajaran yang dilalui mereka dengan langsung menyusun
kerangka pemecahan masalah secara sistematis.
Diskusi pada tahap eksplorasi berjalan dengan lancar dan mengolah
permasalahan secara terarah.
Tahap konsolidasi menampilkan seluruh kelompok dalam me-
nyampaikan hasil diskusi kelompok. Sumbang saran dan per-baikan
isi materi berkembang selama presentasi sesuai dengan kondisi
yang berlangsung.
Siswa memperoleh penguatan hasil diskusi dan justifikasi hasil
belajar.
Setiap siswa melaksanakan tes penguasaan kompetensi dasar yang
diperoleh selama pembelajaran. Tes penguasaan kompetensi dasar
dalam pembelajaran ini dilakukan selama 30 menit sebagai bentuk
proses pembentukan sikap.

77
iii. Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran yang diperoleh ada dua macam, yakni
pengamatan atas proses pembelajaran dan hasil tes pemahaman materi
pembelajaran. Hasil pembelajaran selengkapnya yang meliputi ketiga
jenis penilaian di atas dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Data penilaian proses pembelajaran siklus II
Kelompok
Aspek
1
Aspek
2
Aspek
3
Aspek
4
Aspek
5
Kesimpulan
1 A B B B B Great Team
2 A B B B B Great Team
3 A A B A B Super Team
4 B B B B B Great Team
5 A A B A B Super Team
6 B A B B B Great Team
7 B A A A A Super Team
8 A A A A A Super Team
Keterangan:
Aspek 1 = Keterlibatan seluruh anggota kelompok dalam identifikasi
permasalahan
Aspek 2 = Pelaksanaan/kelancaran kegiatan diskusi kelompok yang
dilakukan
Aspek 3 = Kecermatan dalam pencatatan hasil diskusi
Aspek 4 = Keluasan dan kedalaman penggunaan referensi
Aspek 5 = Urun saran/ partisipasi
A = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Sementara itu, hasil pembelajaran secara keseluruhan belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Dari 44 siswa yang mengikuti

78
pembelajaran, rata-rata perolehan nilai adalah 81,91 dengan data
rekapitulasi selengkapnya sebagai berikut.

Tabel 4.6 Data empirik hasil pembelajaran menemukan dan menghapalkan
Ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan perintah shalat dan zakat siswa
kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur pada Siklus II
No. NIS Nama Siswa L/P
Jumlah
Skor
Nilai
Perolehan
Ketun-
tasan
1 1011.10.001 Kiki Syarif H
L
52 74,29 Tuntas
2 1011.10.002 Fahri M. Fauzi
L
52 74,29 Tuntas
3 1011.10.003 Rizal Jaelani L 57 81,43 Tuntas
4 1011.10.004 Fani Fajar Lestari
P
58 82,86 Tuntas
5 1011.10.005 Sella Anjani
P
58 82,86 Tuntas
6 1011.10.006 Siti Rahmawati
P
63 90,00 Tuntas
7 1011.10.007 Ramadan Nugraha L 58 82,86 Tuntas
8 1011.10.008 Cecep Mubarok H
L
57 81,43 Tuntas
9 1011.10.009 Sulastri
P
57 81,43 Tuntas
10 1011.10.010 Imas Nurgayani
P
65 92,86 Tuntas
11 1011.10.011 Saepuloh L 55 78,57 Tuntas
12 1011.10.012 Memey Meli
P
56 80,00 Tuntas
13 1011.10.013 Ayu Sri Elpiandi
P
58 82,86 Tuntas
14 1011.10.014 Arni Yuniar
P
62 88,57 Tuntas
15 1011.10.015 Erpan Mulyana L 58 82,86 Tuntas
16 1011.10.016 Yesi Fitriayanti
P
55 78,57 Tuntas
17 1011.10.017 Mela Oktaviani N
P
58 82,86 Tuntas
18 1011.10.018 Bilal M. Bilal
L
60 85,71 Tuntas
19 1011.10.019 Dimas Maulana A L 55 78,57 Tuntas
20 1011.10.020 Suci F. Karmina
P
58 82,86 Tuntas
21 1011.10.021 Melani Supriani
P
63 90,00 Tuntas
22 1011.10.022 Sri Rizki Patonah
P
60 85,71 Tuntas
23 1011.10.023 Angga Maulana L 48 68,57 Tuntas
24 1011.10.024 Sumarna L
47 67,14 Tuntas
25 1011.10.025 Sirojudin L
51 72,86 Tuntas
26 1011.10.026 Pitriani P
46 65,71 Tuntas
27 1011.10.027 Wulan Riska Rahayu P 61 87,14 Tuntas
28 1011.10.028 Riki Gunawan L
50 71,43 Tuntas

79
No. NIS Nama Siswa L/P
Jumlah
Skor
Nilai
Perolehan
Ketun-
tasan
29 1011.10.029 Riska Selpia P
65 92,86 Tuntas
30 1011.10.030 Nurasiah P 50 71,43 Tuntas
31 1011.10.031 Doni Firmansyah L
52 74,29 Tuntas
32 1011.10.032 Ristiani P
65 92,86 Tuntas
JUMLAH SKOR 1810 2585,71 32
SKOR RATA-RATA 56,56 80,80
SKOR TERTINGGI 65 92,86
SKOR TERENDAH 46 65,71
SKOR IDEAL 20 100
KKM 65
STANDAR DEVIASI 7,471
PERSENTASE KETUNTASAN 282,81 80,80 100,00
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa rata-rata nilai
hasil pembelajaran siklus II adalah 80,80 dengan nilai ter-tinggi 92,86
dan nilai terendah 65,71. Jika nilai tersebut dikomparasikan dengan
kriteria ketuntasan minimum (65), maka proses pembel-ajaran
kompetensi dasar menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran
yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat
telah dianggap tuntas. Seluruh siswa telah mencapai ketuntasan
sehingga tingkat ketuntasan pembelajaran pada siklus II ini mencapai
100 % yang ternyata lebih tinggi dari prasyarat ketuntasan klasikal
sebesar 85 %. Oleh karena itu, tidak diperlukan perlakuan
pembelajaran pada siklus berikutnya.
Data grafik perolehan hasil pelajar dapat ditampilkan sebagai
berikut.

80
80,8
92,86
65,71
32
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai Rata
rata
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Jumlah
Siswa
Tuntas
Siswa
Belum
Tuntas

Gambar 4.2 Grafik Perolehan Nilai Hasil Pembelajaran Siswa kelas X SMA
Al-Quran Cianjur pada Siklus II

iv. Observasi/Pengamatan
Peningkatan pembelajaran pada hasil pembelajaran siklus II ini
sangat terlihat. Aktivitas diskusi yang berlangsung pada masing-masing
kelompok berjalan cukup dinamis dan cepat. Di samping itu, hasil
pembelajaran yang diperoleh siswa telah meningkat lebih baik
dibandingkan dengan siklus I.
Dalam pengamatan observer, kegiatan pembelajaran sudah
berlangsung jauh lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Pelayanan
siswa dalam kelompok belajar dapat terpenuhi dengan baik meskipun
dalam waktu yang sangat terbatas.
v. Refleksi
Refleksi pada pembelajaran siklus II ini diisi dengan kesimpulan-
kesimpulan pembelajaran. Pada umumnya proses pem-belajaran
berjalan sangat lancar karena seluruh siswa sudah memahami arah

81
pembelajaran dengan baik. Pemahaman arah dan sistematika
pembelajaran tersebut berdampak kepada hasil pem-belajaran yang
rata-rata berada di atas kriteria ketuntasan minimum (> 65,00).
Meskipun demikian, masih terdapat kekurangan dalam hal penyesuaian
diri siswa terhadap situasi pembelajaran yang baru dilakukannya.
3. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dalam Menguasai Mata Pelajaran Baca Tulis Al-
Quran pada Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur
Efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran
ditentukan dengan cara membandingkan hasil pembelajaran siklus I dengan
hasil pembelajaran siklus II. Pada analisis ini akan dilakukan
pengidentifikasian dan pengujian atas distribusi frekuensi data hasil penelitian,
penentuan simpangan baku, serta normalitas distribusi data. Pengujian
normalitas distribusi data menggunakan perhitungan dengan Chi Kuadrat (
2
).
Untuk mengukur tingkat efektivitas pembelajaran ini dilakukan analisis
statistik komparatif (perbandingan) dengan mengajukan hipotesis statistik
sebagai berikut.
H
O
:
1
=
2
: Tidak terdapat perbedaan antara hasil pembelajaran
menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat pada
siklus I dan siklus II.

82
H
A
:
1

2
: Terdapat perbedaan antara hasil pembelajaran menemukan dan
menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan
perintah melaksanakan shalat dan zakat pada siklus I dan siklus II.
Berdasarkan hasil pengujian statistik tersebut dapat ditentukan jika H
O

diterima, maka pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak efektif meningkatkan
kemampuan siswa dalam mata pelajaran muatan lokal Baca Tulis Al-Quran.
Sebaliknya, jika H
O
ditolak dan H
A
diterima, maka pembelajaran kooperatif
tipe STAD efektif meningkatkan kemampuan siswa dalam mata pelajaran
muatan lokal Baca Tulis Al-Quran.
Langkah-langkah pengujian statistik dilakukan dengan mengguna-kan
aplikasi Microsoft Excel dan SPSS 11.0 for Windows untuk memper-mudah
pengolahan. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Menguji Normalitas Distribusi Kedua Data Siklus I dan II
Pengujian normalitas distribusi data dilakukan sebagai persyaratan
pengujian statistik. Cara pengujian yang dilakukan adalah dengan me-
lakukan uji
2
(Chi Kuadrat). Hasil pengolahan data dengan menggunakan
SPSS 11.0 for Windows diketahui hasilnya sebagaimana terlihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.7
Data Hasil Pengujian Chi-Kuadrat pada Siklus I dan Siklus II
Data Siklus I Data Siklus II
Chi-Square 8,000 10,450
df 9 5
Asymp. Sig. ,534 ,013
a 10 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The
minimum expected cell frequency is 3,2.

83
b 0 cells (,0%) have expected frequencies less than 5. The
minimum expected cell frequency is 5,3.
Dalam pengujian dengan menggunakan SPSS 11.0 for Windows
pada taraf signifikansi 1% diperoleh harga
2
hitung
untuk Siklus I adalah
8,000 dan untuk Siklus II adalah 10,450. Sebuah data dikatakan dapat
berdistribusi normal jika harga
2
hitung
<
2
tabel
(Chi-kuadrat hitung lebih
kecil daripada Chi-kuadrat tabel). Untuk dapat membandingkan harga Chi-
kuadrat tersebut, diperlukan harga Chi kuadrat tabel yang diperoleh dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.

2
tabel
=
2
(1 - ) (k - 3)
Nilai k diperoleh dari perhitungan
k = 1 + 3,33 log n
= 1 + 3,33 log 32
= 1 + (3,33 x 1,505)
= 1 + 5,012
= 6,012 dan dibulatkan menjadi 6
Sehingga
2
tabel
=
2
(1 - ) (k - 3)

=
2
(1 0.01) (6 - 3)

=
2
(0,99) (3)

Jadi, pada dk 3 dan taraf signifikansi 1% ternyata harga
2
tabel

adalah 11,341. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa kedua data hasil
pembelajaran siklus I dan siklus II berdistribusi normal karena harga

2
hitung
<
2
tabel
.
Di mana:
k = panjang kelas
n = jumlah sampel

84
b. Menguji Homogenitas Varian Kedua Data Siklus I dan II
Untuk menentukan ada atau tidak adanya perbedaan antara kedua tes,
terlebih dahulu harus dilakukan pengujian homogenitas kedua varians
dengan menggunakan rumus berikut ini.
F =
l VarianKeci
ar VariansBes
=
55,815841
121,705024
) 471 , 7 (
) 032 , 11 (
2
2
= = 2,18407 2,184
Varians besar (V1) adalah (SD1)
2
yakni (11,032)
2
Varians kecil (V2) adalah (SD)
2
yakni (7,471)
2
Dari perhitungan di atas dapat diketahui F
hitung
= 2,184
Derajat kebebasan ditentukan dengan rumus:
db
1
= n
1
1 >> db
1
= 32 1 = 31
db
2
= n
2
1 >> db
2
= 32 1 = 31
Untuk menentukan nilai F
tabel
dari daftar pada taraf signifikansi 5 % adalah
F
0,05(32/32)
.
F
0,05(30/32)
= 2,38
F
0,05(40/32)
= 2,29
0,09
Berdasarkan perhitungan di atas ternyata F
hitung
< F
0,01(32/32)
, yakni 2,184
< 2,335 yang mengandung makna pada taraf signifikansi 5 % kedua varian
homogen sehingga analisis dapat dilanjutkan dengan uji t.
c. Melakukan Uji t untuk menguji Hipotesis Statistik.
Uji t dua pihak digunakan untuk menentukan adanya perbedaan antara data
hasil pembelajaran Siklus I dan hasil pembelajaran Siklus II. Hasil
F
0,01(32/32)
= 2,38 - (0,09) = 2,335

85
perhitungan dengan menggunakan aplikasi SPSS 11.0 for Windows
menunjukkan hasil sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. 4.8 Hasil Uji t Dua Pihak
Paired Differences

Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95%
Confidence
Interval of
the
Difference
t df
Sig. (2-
tailed)

Lower Upper
Data Siklus I -
Data Siklus II
21,8750 11,96433 2,11501 26,1886 17,5614 10,343 31 ,000

Data di atas menunjukkan hasil bahwa t
hitung
untuk data siklus I dan siklus
II adalah 10,343. Agar dapat dibandingkan, maka harus dicari nilai t
tabel
.
Rumus yang digunakan pada uji t dua pihak adalah t
tabel
= t
(1 - x db)

pada taraf signifikansi () = 0,05 dan db = 30.
Nilai t yang akan dicari adalah t
(0,95)(31)
dalam daftar t.
t
(0,95)(30)
= 2,042
t
(0,95)(60)
= 2,000
Selisih = 0,042
Jadi, t
hitung
= 10,343 dan t
tabel
= 2,021
Hipotesis statistik yang diajukan pada pengujian t sepihak adalah sebagai
berikut.
H
O
:
1
=
2
: Tidak terdapat perbedaan antara hasil pembelajaran
menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat
pada siklus I dan siklus II.
t
(0,95)(31)
= 2,042 - ) 042 , 0 (
60
30
= 2,021

86
H
A
:
1

2
: Terdapat perbedaan antara hasil pembelajaran menemukan
dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan
dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat pada siklus I dan
siklus II.
Berdasarkan ketentuan Ho diterima jika t
tabel
< t
hitung
< t
tabel
. Pada
konteks ini ternyata -2,021 < 10,343 > 2,021. Artinya, Ho ditolak da H
A

diterima yang mengandung makna bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil pembelajaran siklus I dan hasil pembel-ajaran siklus
II pada kompetensi dasar menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-
Quran yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat.
B. Pembahasan
1. Struktur Isi Perencanaan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) dalam Menguasai Mata Pelajaran Baca
Tulis Al-Quran pada Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah bentuk perencana-an
pembelajaran yang disusun sendiri oleh guru pada saat akan menyam-paikan
satu kompetensi dasar tertentu. RPP merupakan pegangan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan
untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam
RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran
dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar (Depdiknas,
2006c:2).
Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompe-tensi
yang memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di

87
dalam RPP secara rinci harus dimuat tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembel-ajaran,
sumber belajar, dan penilaian.
Identitas RPP sebagai perangkat penelitian telah dicantumkan dengan
benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan di atas secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa format rencana
pelaksanaan pembelajaran menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran
yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat telah sesuai
dengan ketentuan yang digariskan dalam Panduan Pengembangan RPP Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2006c). Secara operasional, rencana
pelaksanaan pembelajaran tersebut telah memiliki keterbacaan dan dapat
digunakan oleh siapa saja serta dalam lingkungan pembelajaran apa pun.
Sebagaimana dikemukakan pada analisis di atas, sebuah model
pembelajaran merupakan rumusan atau rencana dan strategi yang digunakan
dalam upaya memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Pada sebuah
model pembelajaran terkandung pendekatan, metode, serta teknik
pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan kata
lain, model pembelajaran adalah strategi yang diterapkan dalam upaya
memberikan suatu materi pembelajaran tertentu dengan menggunakan
pendekatan, metode, serta teknik pembelajaran yang diduga tepat sesuai
dengan asumsi kondisi siswa yang ada. Oleh sebab itu, pada sebuah model
pembelajaran harus termuat di dalamnya rumusan strategi pembelajaran
(pendekatan, metode, dan teknik), rumusan materi pembelajaran, serta
prosedur penilaian secara keseluruhan.

88
Hasil analisis atas model pembelajaran menemukan dan menghapal-kan
ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat
dan zakat ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan rumusan model
pembelajaran yang dipersiapkan telah mencerminkan adanya stra-tegi
pembelajaran, rumusan materi pembelajaran, dan prosedur penilaian. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran menemukan dan
menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah
melaksanakan shalat dan zakat dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran
karena di dalamnya telah termuat rumusan-rumusan yang diperlukan bagi
sebuah proses pembelajaran siswa.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dalam Menguasai Mata Pelajaran Baca Tulis Al-
Quran pada Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur
Proses pembelajaran merupakan inti kegiatan belajar mengajar serta
merupakan sasaran performansi guru. Hal-hal yang dipikirkan, direncana-kan,
dan dirumuskan melalui perangkat perencanaan pembelajaran diarahkan
kepada satu tujuan, yakni pelaksanaan proses pembelajaran. Keberhasilan
pencapaian tujuan dalam pembelajaran akan sangat bergantung kepada
kemampuan guru dalam mengkomunikasikan rumusan yang telah dibuatnya
dalam bentuk perencanaan pembelajaran.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa prinsip
pembelajaran adalah kerangka teori yang mengarahkan bagaimana seharusnya
sebuah metode pembelajaran digunakan dilihat dari segi-segi bahan yang
diajarkan, proses belajar mengajar, guru yang mengajarkan, siswa yang
mempelajari, serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Konsep dasar

89
pertama yang perlu memperoleh perhatian dalam pembelajaran, khususnya
mata pelajaran muatan lokal Baca Tulis Al-Quran, adalah konstruktvisme.
Slavin, dalam Depdiknas (2002:10) mengemukakan bahwa konstruktivisme
merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-
konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia hanya mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Berdasarkan
teori tersebut dapat dilihat bahwa konstruktivisme adalah faham pembelajaran
yang berasumsi bahwa pengetahuan seseorang dibentuk secara bertahap dari
hal-hal yang mendasar kemudian berkembang ke pemerolehan pengembangan
yang lebih luas dan lebih kompleks.
Deskripsi dan pembahasan pembelajaran yang disajikan di sini
merupakan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan penerapan model
pembelajaran menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat dengan
menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD. Aspek-aspek yang diamati
disesuaikan dengan prosedur atau langkah-langkah pembelajaran yang
ditempuh.
a. Proses pembelajaran diawali dengan pembentukan komunitas belajar
dalam bentuk kelompok pasangan siswa sehingga dalam kelas terdapat 8
(delapan) kelompok. Kegiatan pembentukan kelompok ini berlangsung
selama 3 menit dan setelah ditambah dengan pelaksanaan pengarahan
pendahuluan yang seluruhnya memakan waktu 7 menit.

90
b. Setiap pasangan siswa memperoleh penjelasan mengenai prosedur
pembelajaran yang akan dilakukan, di samping memperoleh lembar
petunjuk pembelajaran. Pada langkah ini, setiap kelompok siswa
memahami dengan baik petunjuk yang diberikan sehingga proses
penjelasan ini berjalan relatif singkat, yakni kurang dari 10 menit.
c. Setiap kelompok siswa memperoleh sebuah Al-Quran dengan
terjemahannya yang harus dibaca sesuai dengan petunjuk dan prosedur
pembelajaran yang telah dijelaskan.
d. Proses eksplorasi pembelajaran dilakukan dengan cara mengamati
karakteristik sebuah ensiklopedi secara bersama-sama. Pada umumnya
siswa melakukan kegiatan pengamatan terhadap karakteristik Al-Quran
ini dengan cermat sehingga suasana kelas menjadi hening.
e. Pada proses diskusi kelompok, sesuai dengan langkah-langkah yang
disusun, siswa melakukan kegiatan ini dengan dinamis. Pada kegiatan ini
siswa menyimpulkan karakteristik penempatan indeks dalam Al-Quran,
cara menemukan ayat-ayat yang dimaksud secara cepat dengan
menggunakan teknik membaca memindai serta pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Pada umumnya setiap kelompok siswa mampu menemukan
ayat-ayat yang ditugaskan dan berusaha menghapalkan-nya sehingga dapat
disimpulkan bahwa tahap eksplorasi pembelajaran berlangsung dengan
baik. Proses eksplorasi ini berlangsung selama 17 menit.
f. Tahap berikutnya dari kegiatan pembelajaran adalah kegiatan konsolidasi
di mana setiap kelompok siswa menyampaikan hasil diskusinya berupa
kesimpulan dan komentar atas tata cara membaca dan menemukan ayat-

91
ayat Al-Quran yang dimaksud secara cepat. Pada tahap ini terdapat
keberagaman kesimpulan yang kemudian memper-oleh penguatan dari
guru mata pelajaran.
g. Tahap elaborasi dilakukan dengan cara menerapkan hasil kesimpulan siswa
dalam praktik menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat. Pada tahap
ini setiap pasangan siswa harus menemukan sebuah kata yang ditetapkan
secara cepat dengan teknik membaca memindai. Prosedur penggunaan Al-
Quran dalam kegiatan menemukan dan menghapalkan ayat-ayat yang
berhubungan dengan perintah melak-sanakan shalat dan zakat dilakukan
secara bergantian antar-pasangan. Ketika siswa yang satu melakukan
kegiatan, maka siswa lainnya menghitung waktu tempuh pencarian
informasi dan membaca infor-masi tersebut. Demikian pula sebaliknya.
h. Kegiatan refleksi dilakukan sebagai penutup pembelajaran. Pada tahap ini
siswa melakukan kegiatan perenungan kembali proses pembel-ajaran dan
mayoritas siswa menyatakan bahwa mereka merasa puas dengan proses
belajar yang telah dilaluinya.
Berdasarkan analisis yang dilakukan atas penilaian yang diberikan oleh
guru pamong, guru pendamping, dan kepala sekolah, dapat disimpul-kan
bahwa secara keseluruhan proses pembelajaran telah berhasil dengan baik dan
sesuai dengan rumusan prosedur pembelajaran yang tertuang dalam silabus
dan model pembelajaran. Di samping itu, aspek pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan telah sesuai dengan strategi pembelajaran yang dirumuskan
dalam model pembelajaran.

92
3. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dalam Menguasai Mata Pelajaran Baca Tulis Al-
Quran pada Siswa Kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur
Untuk mengukur efektivitas pembelajaran yang dilaksanakan, hasil
pembelajaran siklus I dan hasil pembelajaran siklus II sebagai produk
pembelajaran harus dianalisis dengan menggunakan statistik univariat yang
menggunakan uji t dua pihak. Uji t dua pihak digunakan untuk menentukan
adanya perbedaan antara hasil pembelajaran siklus I dan hasil pembelajaran
siklus II.
Analisis statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa hasil pembel-
ajaran yang diukur melalui hasil pembelajaran siklus II jauh lebih baik
daripada hasil pembelajaran siklus II. Hal ini dibuktikan dengan uji t dua pihak
yang menunjukkan bahwa harga t
tabel
< t
hitung
> t
tabel
, atau -2,021 < 10,343 >
2,021. Pada pengujian ini Ho ditolak yang mengandung makna bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran siklus I dan hasil
pembelajaran siklus II pembelajaran membaca ensiklopedi dengan teknik
memindai (scanning).
Pengujian statistik serta data hasil pembelajaran siklus I dan hasil;
pembelajaran siklus II tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ternyata efektif
dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan dan menghapalkan
ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat
dan zakat.



93
C. Pembuktian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran menemukan dan
menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah
melaksanakan shalat dan zakat dengan menggunakan pembelajaran kooperatid tipe
STAD dapat meningkatkan kemampuan dan dapat mengubah perilaku belajar siswa
kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur Semester 2 Tahun Pelajaran 2010-2011.
Untuk membuktikan hipotesis di atas disusun hipotesis statistik sebagai
berikut.
H
O
:
1
=
2
: Tidak terdapat perbedaan antara hasil pembelajaran menemukan
dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan
perintah melaksanakan shalat dan zakat pada siklus I dan siklus II.
H
A
:
1

2
: Terdapat perbedaan antara hasil pembelajaran menemukan dan
menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah
melaksanakan shalat dan zakat pada siklus I dan siklus II.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis statistik di atas ternyata dapat
dibuktikan bahwa berdasarkan uji t dua pihak dapat diketahui bahwa t
hitung
=
10,343 dan t
tabel
= 2,021. Berdasarkan ketentuan Ho diterima jika t
tabel
< t
hitung
<
t
tabel
. Pada konteks ini ternyata -2,21 < 10,343 > 2,021. Artinya, Ho ditolak dan
H
A
diterima yang mengandung makna bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil pembelajaran siklus I dan hasil pembelajaran siklus II pada
kompetensi menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan perintah melaksanakan shalat dan zakat.

94
Atas dasar hasil analisis hipotesis statistik di atas dapat dibuktikan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan dalam menemukan dan
menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah
melaksanakan shalat dan zakat pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur
tahun pelajaran 2010 2011.


95
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Tujuan umum dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menguji bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achieve-ment Division)
berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam menemukan
dan menghapal ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan perintah shalat dan
zakat tahun pelajaran 2010 2011. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah
(1) mendeskripsikan struktur isi perencana-an pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis
Al-Quran; (2) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran baca tulis
Al-Quran; dan (3) mendeskripsikan efektivitas pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Division) dalam menguasai mata pelajaran
baca tulis Al-Quran pada siswa kelas X SMA Al-Muawanah Cianjur.
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan serta analisis atas data
tersebut, diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil penilaian guru pamong, guru pendamping, dan kepala
madrasah serta hasil analisis yang dilakukan, struktur rencana pelaksana-an
pembelajaran (RPP) pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) dalam menemukan dan menghapal ayat-ayat Al-Quran
yang berhubungan dengan perintah shalat dan zakat telah disusun berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2008 tentang Standar

96
Proses serta Panduan Pengembangan Silabus dan RPP (BSNP, 2006) yang di
dalamnya termuat komponen-komponen identitas sekolah, standar kompetensi,
kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, indikator pencapaian hasil belajar,
prosedur pembelajaran, materi esensial pembelajaran, media pembelajaran,
serta penilaian berbasis kelas dan tindak lanjut pembelajaran. Prosedur
pembelajaran yang dirumuskan telah mengandung tahap-tahap atau langkah
pembelajaran yang proporsional dan terdiri atas langkah apersepsi, eksplorasi,
elaborasi, konfirmassi, serta tahap refleksi pembelajaran.
2. Proses pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran menemukan
dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan dengan
perintah pelaksanaan shalat dan zakat telah berlangsung sesuai dengan
rumusan prosedur pembelajaran yang tertuang dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran dan dilaksanakan dalam dua siklus secara berturut-turut.
Berdasarkan hasil analisis atas penilaian yang dilakukan oleh guru pamong,
guru pendamping, dan kepala madrasah dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran yang meliputi langkah-langkah apersepsi, eksplorasi, elaborasi,
konfirmasi, dan refleksi terpusat pada siswa. Guru secara umum bertindak
sebagai fasilitator yang melayani siswa selama pembelajaran berlangsung.
Penilaian berbasis kelas dilaksanakan bukan hanya oleh guru, melainkan juga
oleh siswa lain secara terbuka sebagai penghargaan. Proses refleksi telah
menghasilkan masukan-masukan baru bagi perbaikan pengelolaan
pembelajaran bagi guru di masa mendatang.
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa menemukan dan
menghapal ayat-ayat Al-Quran yang erhubungan dengan perintah pelaksanaan

97
shalat dan zakat. Hal ini dibuktikan dengan pengujian statistik uji t dua pihak
menunjukkan bahwa t
hitung
= 10,343 dan t
tabel
= 2,021. Berdasarkan ketentuan
Ho diterima jika t
tabel
< t
hitung
< t
tabel
. Pada konteks ini ternyata -2,021 <
10,343 > 2,021. Artinya, Ho ditolak dan H
A
diterima yang mengandung makna
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran pada
siklus II dan hasil pembelajaran siklus I dalam memahami mata pelajaran Baca
Tulis Al-Quran. Atas dasar hasil analisis hipotesis statistik di atas dapat
dibuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achieve-ment Division) berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan
siswa dalam menemukan dan menghapal ayat-ayat Al-Quran yang
berhubungan dengan perintah shalat dan zakat pada siswa kelas X SMA Al-
Muawanah Cianjur tahun pelajaran 2010 2011.
B. Saran-saran
Saran-saran dan rekomendasi yang dapat disampaikan pada kesempatan ini
adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran yang berhasil selalu diawali dengan perencanaan yang baik serta
sesuai dengan kondisi siswa. Pada konteks ini, disarankan agar guru mata
pelajaran muatan lokal Baca Tulis Al-Quran di tingkat satuan pendidikan dapat
menyusun perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan baik dan
benar, sesuai dengan kondisi yang berlangsung di sekolah. Perencanaan
pembelajaran ini selayaknya telah menggambarkan model pembelajaran yang
dipilih oleh guru. Pengembangan model pembelajaran yang baik dan tepat
(sesuai dengan kemampuan siswa) merupakan salah satu tugas dan kompetensi

98
guru yag harus selalu diasah dan dikembangkan sehingga menjadi guru yang
benar-benar profesional.
2. Setiap guru disarankan untuk membuat bahan ajar sendiri karena bahan ajar
yang baik adalah bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
siswanya. Untuk itu, gurulah yang paling tahu. Hal yang perlu diperhatikan
dalam penyediaan bahan ajar bagi pembelajaran di tingkat sekolah adalah
bahan ajar tersebut harus disusun sesuai dengan kandungan isi dan sistematika
yang direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
3. Proses pembelajaran, bagaimanapun juga merupakan inti dari penyelenggaraan
pendidikan. Berhasil tidaknya sebuah proses pendidikan akan sangat
bergantung kepada keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan atau proses
pembelajaran ini. Idealnya, sebuah proses pembelajaran dilengkapi dengan
media pembelajaran yang memadai dan komprehensif sehingga proses
pembelajaran akan memiliki makna penting bagi siswa. Oleh sebab itu, sangat
disarankan sekolah mampu memenuhi media pembelajaran secara maksimal
dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran serta kebermaknaan proses
pembelajaran. Sebuah sekolah yang berstandar Nasional sudah selayaknya
memiliki sarana pembelajaran yang lengkap yang dapat selalu digunakan oleh
siswa di saat siswa memerlukannya. Media-media audio yang menyajikan
bacaan Al-Quran baik dalam bentuk qiraat maupun murotal sebaiknya dapat
disajikan untuk membantu siswa dalam proses menghapal.
4. Di samping itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan selayaknya mampu
menyediakan kebutuhan siswa dalam hal meningkatkan kemampuan membaca
dan menghapalkan Al-Quran secara komprehensif beserta memahami makna

99
yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, fungsi perpustakaan selayaknya
lebih ditingkatkan dengan menyediakan tafsir dan terjemahan Al-Quran yang
baik dan relatigf lengkap.
5. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan muatan lokal Baca Tulis
Al-Quran di sekolah disarankan untuk lebih banyak memantau aktivitas siswa
dalam melaksanakan pengajian serta kegiatan-kegiatan keagamaan di luar jam
sekolah.


100
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maliki, Muhammad Bin Alawi. 1986. Zubdatul Itqon. Makkah: Darus Syuruq.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek REVISI
IV. Jakarta: Rineka Cipta.
As-suyuti, Imam Jamaluddin. 2006. Samudra Ulumul Quran. Jilid I. Surabaya : Bina
Ilmu.
Imam Ghazali. 1983. Ihya Ulumuddin alih bahasa Nurhichmah dan R.H.A. Suminto.
Jakarta: Tintamas.
Imam Nawawi. 1964. Riadush Shalihin alih bahasa oleh Salim Bahreisi. Bandung: Al-
Maarif.
Kasbolah, Kasihani . 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Depdikbud. Jakarta.
Makmun, Abin Syamsuddin. 1996. Psikologi Kependidikan: Belajar dan
Pembelajaran, Bandung: CV Remaja Rosda Karya.
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga.
Tuti Sukamto. 1993. Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional. Jakarta:
Penerbit Intermedia.
Sayuti, Hamid. 2000. Teori-teori Pembelajaran. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Slameto. 1995. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga.
Subana, M. dkk. 2000. Statistik Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana. 1996. Teknik Analisis Data Kualitatif, Bandung: Penerbit Tarsito.
Surin, Bachtiar. 1986. Adz-Dzikra: Terjemah dan Tafsir Al-Quran, Bandung:
Angkasa.
Suyatna, Amir. 2000. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pengajaran
Bahasa, FBPS UPI Bandung.
Winarno Surakhmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito.




101
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


I. Identitas
1. Satuan Pendidikan : SMA Al-Muawanah Cianjur
2. Mata Pelajaran : Muatan Lokal Baca Tulis Al-Quran
3. Kelas : X
4. Semester : 2
5. Alokasi Waktu : 90 menit

II. Standar Kompetensi
Menghapal ayat-ayat Al-Quran dalam surah-surah tertentu.
III. Kompetensi Dasar
Menemukan dan menghapalkan ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan
perintah pelaksanaan shalat.
IV. Indikator Pencapaian Kompetensi
1) Menemukan 5 ayat Al-Quran yang berkaitan dengan perintah pelaksanaan
shalat.
2) Menghapalkan 5 ayat Al-Quran yang berkaitan dengan perintah pelaksanaan
shalat.
V. Tujuan Pembelajaran
Menemukan dan menghapalkan 5 ayat Al-Quran yang berhubungan dengan
perintah pelaksanaan shalat.
VI. Materi Pembelajaran
- Surah Al-Baqarah
- Surah Ali Imran

VII. Metode/Model Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran : STAD (Student Teams Achievement Division)
Teknik pembelajaran : Diskusi kelompok, inkuiri terbimbing,
presentasi.
VIII. Alokasi Waktu
2 jam pellajaran masing-masing 45 menit.

102
IX. Prosedur Pembelajaran
A. Kegiatan Pendahuluan
1. Seluruh siswa memperoleh penjelasan mengenai tujuan pembelajaran,
indikator yang harus dicapai, serta kriteria ketuntasan minimum yang
harus dicapai.
2. Mempersiapkan siswa dalam kelompok belajar (komunitas belajar)
dengan jumlah anggota masing-masing 4 orang setiap kelompok.
3. Setiap kelompok siswa memperoleh lembar kegiatan pembelajaran serta
Al-Quran dan terjemahannya.
B. Kegiatan Inti
Fase Prosedur Kegiatan
Eksplorasi 1. Siswa mempelajari lembar kegiatan
pembelajaran.
2. Siswa membuka dan membaca Surah Al-
Baqarah dan Ali Imran
Elaborasi 3. Siswa berdiskusi untuk menemukan 5 ayat yang
berkaitan dengan perintah pelaksanaan shalat
dari surat Al-Baqarah dan Ali Imran.
4. Siswa menghapalkan 5 ayat yang berkaitan
dengan perintah pelaksanaan shalat dari surat
Al-Baqarah dan Ali Imran.
Konfirmasi 5. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya.
6. Kelompok lain memberikan tanggapan dan
saran.
7. Siswa melakukan aan Al-Quran.

C. Kegiatan Penutup
1. Guru dan siswa melaksanakan refleksi atas proses dan hasil pembelajaran.
2. Guru menyampaikan apresiasi atas partisipasi siswa selama mengikuti
pembelajaran.

X. Penilaian
A. Teknik dan Bentuk Penilaian
No.
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Penilaian
1 Menemukan 5 ayat Al-Quran Tes Tertulis Uraian

103
No.
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Penilaian
yang berkaitan dengan perintah
pelaksanaan shalat.
2 Menghapalkan 5 ayat Al-Quran
yang berkaitan dengan perintah
pelaksanaan shalat.
Tes Praktik Demosntrasi
B. Instrumen Penilaian
Nomor
Indikator
Rumusan Instrumen Penilaian
1 Tuliskanlah 5 ayat yang berkaitan dengan perintah
pelaksanaan shalat dan zakat dari Surat Al-Baqarah dan
Surat Ali Imran!
2 Bacakanlah 5 ayat yang berkaitan dengan perintah
pelaksanaan shalat dan zakat dari Surat Al-Baqarah dan
Surat Ali Imran!
C. Pedoman Penilaian
Nomor
Indikator
Kunci Jawaban Rentang Skor
1 Menuliskan 5 ayat dengan benar.
Menuliskan arti/terjemahan ayat
dengan benar.
0 10

0 10
2 Membacakan 5 ayat dengan lancar.
Membacakan dengan bacaan yang
benar.
0 25

0 25
JUMLAH RENTANG SKOR IDEAL 0 70
Nilai Siswa = 100 x
70
Siswa Perolehan kor Jumlah S


XI. Alat dan Sumber Belajar
A. Sumber Pembelajaran
Departemen Agama RI. 2002. Al-Quran dan Terjemahannya.

104
Bachtiar Surin. 1986. Tafsir Adz-Dzikra. Bandung: Angkasa
B. Media Pembelajaran
- Media audio.




Cianjur, 5 April 2011
Diketahui oleh:
Kepala SMA Al-Muawanah Cianjur Peneliti,



H. WAWAN RIDWAN I, S.Pd., M.H. SAMSUDIN
NIP. NIMKO. 0903.0219





105
LEMBAR PENILAIAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Judul Penelitian : Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) dalam Mata Pelajaran Baca
Tulis Al-Quran di SMA (Studi Kasus pada Siswa Kelas X
SMA Al-Muawanah Cianjur tahun pelajaran 2010-2011)
Peneliti : SAMSUDIN
NIMKO / NRK : 0903.0219 / 45211.2009
Tempat Penelitian : SMA Al-Muawanah Cianjur
Hasil Penilaian
No. Aspek yang Dinilai
Ya Tidak
1 Struktur RPP pembelajaran mengacu kepada
ketentuan yang dikeluarkan oleh Depdiknas

2 RPP memuat identitas satuan pendidikan
serta standar kompetensi dan kompetensi
dasar

3 RPP menyajikan tujuan pembelajaran atau
indikator pencapaian kompetensi yang
operasional

4 RPP memuat materi esensial pembelajaran
dalam tata urutan yang sesuai dengan
indikator/tujuan pembelajaran

5 RPP memuat langkah-langkah pembelajaran
yang operasional sesuai dengan
Permendiknas No. 41 Tahun 2008

6 Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP
mencerminkan aktivitas siswa secara
keseluruhan

7 Langkah-langkah pembelajaran memberikan
peluang penggunaan media pembelajaran
yang variatif

8 Model pembelajaran menyajikan pedoman
penilaian berbasis kelas dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment)


Cianjur, .......................................
Penilai:
Guru Pamong,

_______________________
NIP.


106
LEMBAR PENILAIAN
PROSES PEMBELAJARAN

Judul Penelitian : Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) dalam Mata Pelajaran Baca
Tulis Al-Quran di SMA (Studi Kasus pada Siswa Kelas X
SMA Al-Muawanah Cianjur tahun pelajaran 2010-2011)
Peneliti : SAMSUDIN
NIMKO / NRK : 0903.0219 / 45211.2009
Tempat Penelitian : SMA Al-Muawanah Cianjur
Hasil Penilaian
No. Aspek yang Dinilai
Ya Tidak
1 Proses pembelajaran diawali dengan apersepsi
secara proporsional selama tidak lebih dari 10
menit

2 Proses pembelajaran dibentuk dalam komunitas
belajar

3 Proses pembelajaran sesuai dengan runtutan
prosedur dalam model pembelajaran

4 Proses pembelajaran berpusat pada siswa
5 Guru melakukan aktivitas sebagai fasilitator
kepada seluruh siswa dengan cara berkeliling
pada saat diskusi kelompok

6 Guru mengarahkan proses konsolidasi
pembelajaran dan memberikan justifikasi

7 Guru dan siswa melaksanakan refleksi secara
terbuka


Cianjur, .......................................

Penilai:
Guru Pamong,


_______________________
NIP.



107
LEMBAR PENILAIAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Judul Penelitian : Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) dalam Mata Pelajaran Baca
Tulis Al-Quran di SMA (Studi Kasus pada Siswa Kelas X
SMA Al-Muawanah Cianjur tahun pelajaran 2010-2011)
Peneliti : SAMSUDIN
NIMKO / NRK : 0903.0219 / 45211.2009
Tempat Penelitian : SMA Al-Muawanah Cianjur
Hasil Penilaian
No. Aspek yang Dinilai
Ya Tidak
1 Struktur RPP pembelajaran mengacu kepada
ketentuan yang dikeluarkan oleh Depdiknas

2 RPP memuat identitas satuan pendidikan
serta standar kompetensi dan kompetensi
dasar

3 RPP menyajikan tujuan pembelajaran atau
indikator pencapaian kompetensi yang
operasional

4 RPP memuat materi esensial pembelajaran
dalam tata urutan yang sesuai dengan
indikator/tujuan pembelajaran

5 RPP memuat langkah-langkah pembelajaran
yang operasional sesuai dengan
Permendiknas No. 41 Tahun 2008

6 Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP
mencerminkan aktivitas siswa secara
keseluruhan

7 Langkah-langkah pembelajaran memberikan
peluang penggunaan media pembelajaran
yang variatif

8 Model pembelajaran menyajikan pedoman
penilaian berbasis kelas dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment)


Cianjur, .......................................
Penilai:
Guru Pendamping,

_______________________
NIP.


108
LEMBAR PENILAIAN
PROSES PEMBELAJARAN

Judul Penelitian : Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) dalam Mata Pelajaran Baca
Tulis Al-Quran di SMA (Studi Kasus pada Siswa Kelas X
SMA Al-Muawanah Cianjur tahun pelajaran 2010-2011)
Peneliti : SAMSUDIN
NIMKO / NRK : 0903.0219 / 45211.2009
Tempat Penelitian : SMA Al-Muawanah Cianjur
Hasil Penilaian
No. Aspek yang Dinilai
Ya Tidak
1 Proses pembelajaran diawali dengan apersepsi
secara proporsional selama tidak lebih dari 10
menit

2 Proses pembelajaran dibentuk dalam komunitas
belajar

3 Proses pembelajaran sesuai dengan runtutan
prosedur dalam model pembelajaran

4 Proses pembelajaran berpusat pada siswa
5 Guru melakukan aktivitas sebagai fasilitator
kepada seluruh siswa dengan cara berkeliling
pada saat diskusi kelompok

6 Guru mengarahkan proses konsolidasi
pembelajaran dan memberikan justifikasi

7 Guru dan siswa melaksanakan refleksi secara
terbuka


Cianjur, .......................................
Penilai:
Guru Pendamping,



_______________________
NIP.


109
LEMBAR PENILAIAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Judul Penelitian : Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) dalam Mata Pelajaran Baca
Tulis Al-Quran di SMA (Studi Kasus pada Siswa Kelas X
SMA Al-Muawanah Cianjur tahun pelajaran 2010-2011)
Peneliti : SAMSUDIN
NIMKO / NRK : 0903.0219 / 45211.2009
Tempat Penelitian : SMA Al-Muawanah Cianjur
Hasil Penilaian
No. Aspek yang Dinilai
Ya Tidak
1 Struktur RPP pembelajaran mengacu kepada
ketentuan yang dikeluarkan oleh Depdiknas

2 RPP memuat identitas satuan pendidikan
serta standar kompetensi dan kompetensi
dasar

3 RPP menyajikan tujuan pembelajaran atau
indikator pencapaian kompetensi yang
operasional

4 RPP memuat materi esensial pembelajaran
dalam tata urutan yang sesuai dengan
indikator/tujuan pembelajaran

5 RPP memuat langkah-langkah pembelajaran
yang operasional sesuai dengan
Permendiknas No. 41 Tahun 2008

6 Langkah-langkah pembelajaran dalam RPP
mencerminkan aktivitas siswa secara
keseluruhan

7 Langkah-langkah pembelajaran memberikan
peluang penggunaan media pembelajaran
yang variatif

8 Model pembelajaran menyajikan pedoman
penilaian berbasis kelas dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment)


Cianjur, .......................................
Penilai:
Kepala Sekolah,

_______________________
NIP.


110
LEMBAR PENILAIAN
PROSES PEMBELAJARAN

Judul Penelitian : Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Division) dalam Mata Pelajaran Baca
Tulis Al-Quran di SMA (Studi Kasus pada Siswa Kelas X
SMA Al-Muawanah Cianjur tahun pelajaran 2010-2011)
Peneliti : SAMSUDIN
NIMKO / NRK : 0903.0219 / 45211.2009
Tempat Penelitian : SMA Al-Muawanah Cianjur
Hasil Penilaian
No. Aspek yang Dinilai
Ya Tidak
1 Proses pembelajaran diawali dengan
apersepsi secara proporsional selama tidak
lebih dari 10 menit

2 Proses pembelajaran dibentuk dalam
komunitas belajar

3 Proses pembelajaran sesuai dengan runtutan
prosedur dalam model pembelajaran

4 Proses pembelajaran berpusat pada siswa
5 Guru melakukan aktivitas sebagai fasilitator
kepada seluruh siswa dengan cara berkeliling
pada saat diskusi kelompok

6 Guru mengarahkan proses konsolidasi
pembelajaran dan memberikan justifikasi

7 Guru dan siswa melaksanakan refleksi secara
terbuka


Cianjur, .......................................

Penilai:
Kepala Sekolah,


_______________________
NIP.

Anda mungkin juga menyukai