Anda di halaman 1dari 24

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MALANG

WIDYA CIPTA HUSADA


Program Diploma : D3 Kebidanan, D3 Radiodiagnostik & Radioterapi, D3 Rekam Medik & Informasi Kesehatan
Program Sarjana : S1 Ilmu Keperawatan, S1 Kebidanan, S1 Ilmu Gizi
Program Profesi : Profesi Ners, Pendidikan Profesi Bidan
Jl. Jend. Sudirman (Sidotopo) No.11 Kepanjen Malang (65163), Telp. (0341) 7480720
Website: itkm-wch.ac.id, Email: itkm.wch@gmail.com

Prodi : S1 Keperawatan dan Profesi Ners


Semester : 3 (Tiga)

SOP ASUHAN PERSALINAN NORMAL

1. PENGERTIAN
Suatu tindakan pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir secara spontan dengan presentasi belakang
kepala dan tanpa komplikasi.

2. TUJUAN
Sebagai acuan dalam melaksanakan asuhan persalinan normal.

3. REFERENSI
1) JNPK-KR. (2018). Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Dini, JHPIEGO kerja sama
Save The Children Federation Inc-US, Modul. Jakarta: JNPK-KR.
2) Kemenkes, R.I. (2017). Permenkes RI No. 28 tahun 2017 tentang izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Reprublik Indonesia.
3) Kemenkes, R.I. (2019). Kemenkes RI No. 4 tahun 2019 tentang Kebidanan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
4) Kemenkes, R.I. (2020). Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/Menkes/320/2020 tentang
Standar Profesi Bidan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
5) Menteri Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
6) Menteri Kesehatan RI. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.21 tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan,
dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan Kesehatan Seksual
7) Kasiati dan Wahyul Anis. (2023). Asuhan Kebidanan dengan Pendekatan Holistik Series:
Asuhan Persalinan. Yogyakarta: Deepublish.

4. PERSIAPAN
a. Klien
1) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
2) Lakukan Informed Consent
b. Lingkungan
Berikan lingkungan yang aman dan nyaman
c. Alat dan Bahan
1) Bak Instrumen DTT/steril berisi:
- 2 buah klem arteri Kocher
- 1 buah ½ Chirurgi
- 1 buah gunting tali pusat
- 1 buah gunting episiotomy
- 1 buah kateter nelaton
- Kasa DTT/steril
- Pengikat tali pusat
2) Underpad
3) Tensimeter
4) Termometer
5) Funandoskop/Doppler
6) Korentang
7) Sarung tangan standar
8) Lampu ginekologi
9) Nasal/masker oksigen
10) Standar infus
11) Spuit 3 cc dan 5 cc/10 cc
12) Alkohol swab
13) Kom tertutup berisi kapas DTT
14) Bengkok
15) Persiapan Obat:
- Oksitosin 8 ampul/setaranya
- Metilergometrin 1 ampul
- Lidokain 1% 4 ampul
- Aquabides
16) Persiapan Petugas:
- Penutup kepala
- Kacamata (goggles)
- Masker
- Apron standar
- Sepatu tertutup (sepatu boots)
- Face Shield
17) Pencegahan Infeksi:
- Instrumen
Larutan detergen/enzimatik
- Lingkungan
Larutan Klorin 0,5%
18) Bak plastic berisi air DTT
19) Gelas pengukur darah
20) Alat pelindung diri level 12
21) Sampah Infeksius dan non-infeksius
22) Safety box
23) Bak tertutup untuk baju kotor ibu
24) Tempat plasenta
25) Alat resusitasi:
- Stopwatch
- Stetoskop Infant
- Tremometer digital
- Timbangan Bayi
- Infantometer untuk mengukur panjang badan
- Metline untuk mengukur lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar lengan bayi
- Kasa steril/DTT
- Salep mata
- Vitamin K1 (Fitomenadion), Injeksi
- Spuit 1 cc
- Alkohol swab
- Vaksin HB0
- Pengisap Lendir Delee/balon isap lendir
26) Persiapan Kegawatdaruratan
- Cairan infus (RL, NaCl 0,9%)
- Blood set
- Spuit
- Kateter IV No.16/18
- Plester
- Plester fiksasi luka tusuk jarum
- Gunting plester
- Uterotonika
27) Persiapan Ibu
- Kain panjang/jarit
- Baju atasan buka depan
- 2 buah handuk
- Underpad
- 2 buah waslap
- Kain untuk menahan perineum
- Celana dalam
- Pembalut/pampers
- Selimut
28) Persiapan Bayi
- Satu pasang baju bayi dan topi
- Kain bedong bayi
d. Persiapan Petugas
1) Cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah melakukan Tindakan
2) Pakai alat pelindung diri
5. PROSEDUR
A. Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1) Dengar dan lihat tanda gejala kala II Persalinan
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
c. Perineum tampak menonjol
B. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan BBL
Untuk Ibu:
- Gelar kain di perut bawah ibu
- Siapkan oksitosin 10 unit
- Siapkan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Pakai alat pelindung diri: Penutup kepala, kacamata, masker, celemek, sepatu boots.
4) Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, lalu cuci tangan dengan sabun
dan air bersih mengalir, kemudian keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi
yang bersih dan kering.
5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.
C. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin
7) Bersihkan vulva dan perineum, seka dengan hati-hati dari anterior (depan) ke
posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
- Jika introitus vagina, perineum, dan anus terkontaminasi feses (tinja), maka
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
- Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
- Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan, dan rendam sarung tangan
tersebut dalam larutan klorin 0,5%. Pakai sarung tangan DTT/steril untuk
melaksanakan Langkah lanjutan.
8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Jika selaput ketuban
masih utuh saat pembukaan sudah lengkap, maka lakukan amniotomi.
9) Lakukan dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit). Cuci kedua tangan
setelah sarung tangan dilepaskan.
10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk
memastikan bahwa DJJ masih dalam batas normal (120-160 kali/menit).
- Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
- Dokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf
D. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Meneran
11) Beritahu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup baik, kemudian bantu
ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai.
- Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran. Lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
serta dokumentasikan semua yang ada.
- Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu serta melakukan meneran secara benar.
12) Minta keluaraga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin meneran
atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi ini, ibu diposisikan setengah duduk atau
posisi lain yang diinginkan, dan pastikan ibu merasa nyaman.
13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat.
- Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring telentang dalam waktu yang lama).
- Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai.
- Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
- Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
- Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.
- Berikan cukup asupan cairan per oral (minum).
- Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
- Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan
lengkap dan pimpin meneran 120 menit (2 jam) pada primigravida atau 60 menit
(1 jam) pada multigravida.
 Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
- Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
E. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
14) Bantu ibu menemukan posisi yang aman dan nyaman.
15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di bagian perut bawah ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1⁄2 bagian sebagai alas bokong ibu.
17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan peralatan dan bahan.
18) Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.
F. Pertolongan untuk Melahirkan Bayi
 Lahirnya Kepala
19) Bantu melahirkan bayi setelah tampak kepala bayi membuka vulva dengan diameter
5-6 cm. Lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering, dan tangan yang satunya menahan belakang kepala untuk mempertahankan
posisi defleksi serta membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran secara
efektif atau bernapas cepat dan dangkal.
20) Dengan lembut, seka bagian muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa
yang bersih.
21) Lakukan pengecekan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi. Jika tali pusat melilit leher secara
longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi, dan jika tali pusat melilit leher
secara kuat, klem tali pusat di satu tempat dan potong di antara dua klem tersebut.
22) Tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan.
 Lahirnya Bahu
23) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut, gerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis, kemudian gerakkan ke arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
 Lahirnya Badan dan Tungkai
24) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
25) Setelah tubuh lahir, penelusuran tangan atas berlangsung ke punggung, bokong,
tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan
pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya
pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).
G. Asuhan Bayi Baru Lahir
26) Lakukan penilaian (selintas).
- Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif?
27) Keringkan tubuh bayi kecuali telapak tangan, kemudian bungkus kepala dan badan
bayi kecuali bagian pusat.
28) Lakukan pemeriksaan kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).
29) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. Dalam 1
menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (intramuskular) di 1⁄2 distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum melakukan penyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusar bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan yang satunya
untuk mendorong isi tali pusat ke arah ibu, lalu klem tali pusat pada sekitar 2 cm
distal dari klem pertama.
31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
1) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
2) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi, kemudian lingkarkan lagi
benang tersebut, dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya,
3) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu atau areola mammae ibu.
4) Selimuti ibu dan bayi dengan kain kering dan hangat serta pasang topi di kepala
bayi.
5) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit dari dada ibu paling sedikit 1 jam.
6) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu
30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
7) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
menyusu.
H. Manajemen Aktif Kala III Persalinan (MAK III)
33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva. 34. Letakkan
satu tangan di atas simfisis untuk mendeteksi kontraksi.
34) Tangan yang satunya memegang klem untuk menegangkan tali pusat.
35) Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri). Jika belum terdapat tanda pelepasan plasenta
selama 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
8) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau suami untuk melakukan
stimulasi puting susu.
36) Jika ada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah dorsal ternyata
diikuti dengan pemanjangan tali pusat ke arah distal, maka lanjutkan dorongan ke
arah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan
9) Ibu boleh meneran, tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara kuat
terutama jika uterus tidak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah
bawah sejajar-lantai-atas).
10) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
11) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
a) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
b) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung kemih penuh.
c) Minta keluarga untuk mempersiapkan rujukan.
d) Ulangi tekanan dorsokranial dan penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
e) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir dan terdapat
pengeluaran darah atau perdarahan, maka segera lakukan manual plasenta.
37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
12) Jika selaput ketuban robek, ganti sarung tangan dengan menggunakan
sarung tangan obstetri untuk melakukan eksplorasi sisa selaput, kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem ovum untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus. Letakkan
telapak tangan di atas fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (uterus teraba bulat/globular dan keras).
13) Jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan
taktil/masase, maka lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual
internal, kompresi aorta abdominalis, dan tampon kondom kateter).
I. Menilai Perdarahan
39) Lakukan evaluasi laserasi, apakah terjadi laserasi derajat 1 atau derajat 2 dan/atau
menimbulkan perdarahan. Jika ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif,
segera lakukan penjahitan.
40) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal). Pastikan plasenta telah dilahirkan
lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus.
J. Asuhan Pasca Persalinan
41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
42) Pastikan kandung kemih kosong. Apabila penuh, lakukan pengosongan kandung
kemih.
43) Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
detergen/enzimatik. Bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan
dengan kain yang bersih dan kering.
44) Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
 Evaluasi
45) Periksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
46) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60
kali/menit).
14) Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, maka bayi diresusitasi dan
segera rujuk ke rumah sakit.
15) Jika bayi bernapas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS rujukan.
16) Jika kaki bayi teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali
kontak kulit ke kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.
 Kebersihan dan Keamanan
48) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DTT.
Bersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah di ranjang atau di sekitar ibu berbaring.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
49) Pastikan ibu merasa nyaman, lalu bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
50) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan detergen/ enzimatik selama
10-15 menit. Cuci dan bilas peralatan.
51) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
detergen/enzimatik. Lepaskan sarung tangan dengan keadaan terbalik, dan rendam
dalam larutan detergen/enzimatik selama 10-15 menit.
54) Cuci kedua tangan dengan sabun di air mengalir, kemudian keringkan dengan tisu
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
55) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan vitamin K (1 mg) intramuskular
di paha kiri anterolateral dan salep mata profilaksis infeksi dalam 1 jam pertama
kelahiran.
56) Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah 1 jam kelahiran bayi). Pastikan kondisi
bayi tetap baik (pernapasan normal 40-60 kali/ menit dan suhu tubuh normal 36,5-
37,5°C) setiap 15 menit.
57) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B0 di paha
kanan anterolateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat
disusukan.
58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan
detergen/enzimatik selama 10-15 menit.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun di air mengalir, kemudian keringkan tangan dengan
tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
 Dokumentasi
60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda- tanda vital dan
asuhan kala IV persalinan.

AMNIOTOMI
A. Pengertian
Suatu tindakan pemecahan ketuban yang dilakukan dengan indikasi.
B. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan amniotomi pada persalinan.
C. Referensi
1. JNPK-KR. (2018). Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini, JHPIEGO
kerja sama Save The Children Federation Inc-US, Modul. Jakarta: JNPK-KR.
2. Kemenkes, R. I. (2017). Permenkes RI No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Kemenkes, R. I. (2019). Kemenkes RI No. 4 tahun 2019 tentang Kebidanan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Kemenkes RI. (2020). Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/Menkes/320/2020 tentang
Standar Profesi Bidan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Menteri Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/
Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
6. Menteri Kesehatan RI. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 21 tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan
Kesehatan Seksual.
7. Kasiati dan Wahyul Anis. (2023). Asuhan Kebidanan dengan Pendekatan Holistik
Series: Asuhan Persalinan. Yogyakarta: Deepublish.
D. Persiapan
1. Klien
1) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
2) Lakukan informed consent.
2. Lingkungan
Berikan lingkungan yang aman dan nyaman.
3. Alat dan Bahan
17) ½ Chirurgi 1 buah
18) Sarung tangan DTT/steril 1 pasang.
19) Kom DTT tertutup berisi kapas DTT dan air DTT.
20) Underpad.
21) Bengkok
22) Larutan klorin 0,5%.
23) Larutan detergen/enzimatik. Partograf.
24) Pinnard/fetoskop/Doppler.
25) Jam yang mempunyai jarum detik.
26) Alat pelindung diri level 2.
4. Petugas
1) Cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2) Pakai alat pelindung diri.
E. Prosedur
1. Pakai sarung tangan DTT atau steril.
2. Lakukan pemeriksaan dalam di antara kontraksi dengan hati-hati. Raba dengan hati-
hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah masuk dengan baik dan
bahwa tali pusat dan/atau bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi tidak bisa
dipalpasi. Jika tali pusat atau bagian-bagian kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan
pecahkan selaput ketuban. Lakukan langkah-langkah mengatasi kegawatdaruratan dan
rujuk segera.
3. Pecahkan ketuban dengan menggunakan tangan yang satunya, tempatkan pemecah
ketuban dengan lembut ke dalam vagina dan pandu klem dengan jari dari tangan yang
digunakan untuk pemeriksaan hingga mencapai selaput ketuban.
4. Pecahkan selaput ketuban dengan memegang ujung 2 Chirurgi sejajar dengan jari
telunjuk (21⁄2 Chirurgi menempel pada jari telunjuk). Gerakkan jari telunjuk dengan
lembut sampai selaput ketuban robek (ketuban pecah).
5. Keluarkan klem dengan tangan yang lain, kemudian tempatkan ke dalam larutan
detergen/enzimatik untuk didekontaminasi. Biarkan jari tangan pemeriksaan tetap di
dalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala janin dan memastikan bahwa tali
pusat atau bagian kecil dari bayi tidak teraba. Setelah memastikan penurunan kepala
dan tidak ada tali pusat serta bagian-bagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan
pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.
6. Nilai estimasi jumlah dan warna cairan ketuban. Periksa apakah ada mekonium atau
darah (lebih banyak dari bercak bercampur darah yang normal). Jika mekonium atau
darah terlihat bercampur dengan cairan ketuban, lakukan langkah-langkah
kegawatdaruratan.
 Pascatindakan
1. Celupkan sarung tangan ke dalam larutan detergen/enzimatik, lalu lepaskan sarung
tangan dan biarkan terendam di larutan detergen/ enzimatik selama 10-15 menit.
2. Lakukan pemantauan ulang DJJ.
3. Dokumentasikan pada partograf waktu dilakukannya pemecahan selaput, warna air
ketuban, dan DJJ.
EPISIOTOMI
A. Pengertian
Suatu tindakan pengguntingan kulit dan otot perineum saat persalinan sesuai indikasi
B. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan tindakan episiotomi.
C. Referensi
1. JNPK-KR. (2018). Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini, JHPIEGO
kerja sama Save The Children Federation Inc-US, Modul. Jakarta: JNPK-KR.
2. Kemenkes, R. I. (2017). Permenkes RI No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Kemenkes, R. I. (2019). Kemenkes RI No. 4 tahun 2019 tentang Kebidanan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Kemenkes RI. (2020). Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/Menkes/320/2020 tentang
Standar Profesi Bidan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Menteri Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/
Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
6. Menteri Kesehatan RI. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 21 tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan
Kesehatan Seksual.
7. Kasiati dan Wahyul Anis. (2023). Asuhan Kebidanan dengan Pendekatan Holistik
Series: Asuhan Persalinan. Yogyakarta: Deepublish.
D. Persiapan
1. Klien
1) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
2) Lakukan informed consent.
2. Lingkungan
Berikan lingkungan yang aman dan nyaman.
3. Alat dan Bahan
1) Gunting episiotomi
2) Spuit 5/10 cc.
3) Lidokain 1% tanpa epinefrin.
4) Aquabides.
5) Underpad.
6) Kasa/kapas DTT.
7) Sarung tangan.
8) Alat pelindung diri level 2.
4. Petugas
1) Cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2) Gunakan alat pelindung diri.
E. Prosedur
1. Berikan informed choice tentang indikasi episiotomi.
2. Berikan anestesi lokal pada daerah yang akan diepisiotomi.
3. Tunggu sampai perineum menipis dan pucat, serta kepala bayi sudah terlihat 3-4 cm
pada saat kontraksi.
4. Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum. Kedua jari
agak diregangkan dan berikan sedikit tekanan lembut ke arah luar pada perineum.
5. Lakukan pengguntingan 2-3 cm ke arah perineum dimulai dari tengah fourchette
posterior secara mediolateral dengan mantap.
6. Lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan kasa apabila kepala bayi belum juga
lahir.
7. Pindahkan alat pada tempatnya.
8. Lanjutkan prosedur pertolongan persalinan berikutnya.

PENJAHITAN LASERASI PERINEUM

A. Pengertian
Suatu tindakan menyatukan kembali jaringan luka pada perineum dengan melakukan
penjahitan.
B. Tujuan
Sebagai acuan bidan dalam melakukan penjahitan perineum.
C. Referensi
1. JNPK-KR. (2018). Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini, JHPIEGO
kerja sama Save The Children Federation Inc-US, Modul. Jakarta: JNPK-KR.
2. Kemenkes, R. I. (2017). Permenkes RI No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Kemenkes, R. I. (2019). Kemenkes RI No. 4 tahun 2019 tentang Kebidanan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Kemenkes RI. (2020). Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/Menkes/320/2020 tentang
Standar Profesi Bidan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Menteri Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/
Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
6. Menteri Kesehatan RI. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 21 tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan
Kesehatan Seksual.
7. Kasiati dan Wahyul Anis. (2023). Asuhan Kebidanan dengan Pendekatan Holistik
Series: Asuhan Persalinan. Yogyakarta: Deepublish.
D. Persiapan
1. Klien
1) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.
2) Lakukan informed consent
2. Lingkungan
Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman.
3. Alat dan Bahan
Bak instrument DTT/steril berisi:
1) Sarung tangan steril/DTT.
2) Klem nald voeder.
3) Pinset Chirurgis.
4) Pinset anatomi.
5) Jarum jahit kulit dan otot.
6) Gunting benang.
7) Benang catgut chromic nomor 02.
8) Kasa DTT/steril.
9) Spuit 5/10 cc.
10) Lidokain 1% tanpa epinefrin.
11) Aquabides.
12) Bengkok.
13) Underpad.
14) Lampu ginekologi.
15) Alat pelindung diri Level 2.
4. Petugas
1) Cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2) Gunakan alat pelindung diri.
E. Prosedur
1. Persiapan Penjahitan
1) Bersihkan sarung tangan di dalam larutan detergen/enzimatik, lalu lepaskan dalam
keadaan terbalik, dan rendam dalam larutan detergen/ enzimatik.
2) Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan:
- Buka alat suntik sekali pakai 10 mL, kemudian masukkan ke dalam bak
instrumen.
- Patahkan ampul lidokain (lidokain 1% tanpa epinefrin). Perkirakan volume
lidokain yang akan digunakan sesuai dengan besar/ dalamnya robekan.
3) Isi tabung suntik 10 mL dengan larutan lidokain 1% atau lidokain 2% dengan
diencerkan aquabides menjadi larutan lidokain 1%.
4) Bantu ibu memosisikan bokong pada sudut ujung tempat tidur, dengan posisi
litotomi.
5) Atur lampu ginekologi/senter ke arah vulva/perineum ibu.
6) Pakai sarung tangan kanan.
7) Lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan.
8) Pasang kain DTT di bawah bokong ibu.
9) Bersihkan daerah luka darah atau bekuan darah dan nilai kembali luas. serta
dalamnya robekan pada daerah perineum dengan kasa bersih.
2. Anestesi Lokal
1) Beri tahu ibu akan disuntik yang akan terasa tidak nyaman.
2) Suntikkan pada ujung luka/robekan perineum, kemudian masukkan jarum secara
subkutan di sepanjang tepi luka.
3) Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terisap. Jika ada darah,
tarik jarum sedikit dan kembali masukkan. Ulangi lagi aspirasi (cairan lidokain
yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan denyut jantung tidak
teratur)
4) Masukkan anestesi dengan cara menyuntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik
jarum suntik pada epi luka daerah perineum.
5) Arahkan jarum suntik tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka. Arahkan jarum
suntik ke sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, kemudian lakukan aspirasi,
suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik (jika robekan besar dan
dalam, anestesi daerah bagian dalam robekan dan jalur suntikan anestesi akan
berbentuk seperti kipas: tepi perineum, dalam luka, tepi mukosa vagina).
6) Lakukan langkah No. 2 s/d 5 untuk kedua tepi robekan.
7) Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan hasil optimal
dari anestesi.
3. Penjahitan Robekan
1) Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat derajat robekan. Bersihkan
darah di area robekan dengan menggunakan deppers steril jika terdapat perdarahan
yang menutupi luka robekan.
2) Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci pemegang jarum.
3) Pasang benang jahit (chromic 2-0) pada mata jarum.
4) Lihat dengan jelas batas luka episiotomi.
5) Lakukan penjahitan pertama ±1 cm di atas puncak luka robekan di dalam vagina.
Ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong ujung benang yang bebas (ujung
benang tanpa jarum) hingga tersisa ±1 cm. 6) Jahit mukosa vagina dengan
menggunakan jahitan jelujur hingga tepat di belakang lingkaran hymen (jarak
antar-jahitan ±1 cm). Jika menggunakan benang plain catgut, buat simpul mati pada
jahitan jelujur di belakang lingkaran.
6) Keterangan: plain catgut memiliki daya serap 7-12 hari, sehingga kekuatannya
perlu diperhitungkan, sedangkan chromic, daya serapnya lebih lama.
7) Tusukkan jarum pada mukosa vagina dari belakang lingkaran hymen hingga
menembus luka robekan bagian perineum.
8) Jika robekan yang terjadi sangat dalam:
- Lepaskan jarum dari benang.
- Ambil benang baru dan pasang pada jarum.
- Buat jahitan terputus pada robekan bagian dalam untuk menghindari rongga
bebas/dead space.
- Gunting sisa benang.
- Pasang kembali jarum pada benang jahitan jelujur semula.
9) Lanjutkan jahitan jelujur pada luka robekan perineum sampai ke bagian bawah luka
robekan. Jika menggunakan benang plain catgut, buat simpul mati pada jahitan
jelujur paling bawah.
10) Jahit jaringan subkutis kanan kiri ke arah atas hingga tepat di muka lingkaran
hymen.
11) Tusukkan jarum dari depan lingkaran hymen ke mukosa vagina di belakang
lingkaran hymen. Buat simpul mati di belakang lingkaran hymen dan potong
benang hingga tersisa ±1 cm.
12) Lakukan pengecekan anus dengan memasukkan jari telunjuk pada rektum dan
rabalah dinding atas rektum. Jika teraba jahitan, ganti sarung tangan dan lakukan
penjahitan ulang.
13) Beritahu ibu agar membasuh perineum dengan sabun dan air, terutama setelah
buang air besar dan buang air kecil (arah basuhan dari bagian muka ke belakang).
14) Masukkan alat yang telah digunakan ke dalam larutan detergen/ enzimatik.
15) Lepas sarung tangan secara terbalik, lalu rendam dalam larutan detergen/enzimatik.
16) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan pada rekam medis/ kartu ibu/buku
KIA/partograf.
PENGISIAN PARTOGRAF

A. Pengertian
Suatu cara pengisian alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan, serta keadaan ibu
dan janin selama proses persalinan.
B. Tujuan
Sebagai acuan dalam pengisian partograf.
C. Referensi
1. JNPK-KR. (2018). Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini, JHPIEGO
kerja sama Save The Children Federation Inc-US, Modul. Jakarta: JNPK-KR.
2. Kemenkes, R. I. (2017). Permenkes RI No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Kemenkes, R. I. (2019). Kemenkes RI No. 4 tahun 2019 tentang Kebidanan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
4. Kemenkes RI. (2020). Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/Menkes/320/2020 tentang
Standar Profesi Bidan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
5. Menteri Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/
Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
6. Menteri Kesehatan RI. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 21 tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan
Kesehatan Seksual.
7. Kasiati dan Wahyul Anis. (2023). Asuhan Kebidanan dengan Pendekatan Holistik
Series: Asuhan Persalinan. Yogyakarta: Deepublish.
D. Persiapan
1. Klien
-
2. Lingkungan
-
3. Alat
1) Alat tulis
2) Buku KIA/rekam medis/status ibu.
3) Lembar partograf.
4. Petugas
Cuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
E. Prosedur
HALAMAN DEPAN (Harus segera diisi di setiap pemeriksaan Kala I fase Aktif)
1. Isi bagian awal partograf dengan teliti:
1) Nomor registrasi/nomor kode klinik atau fasilitas kesehatan.
2) Identitas ibu/pasien.
3) Waktu kedatangan (tertulis sebagai tanggal dan jam).
4) Ketuban sudah pecah atau belum.
5) Kapan ibu mulai merasa mulas.
2. Catat hasil pemeriksaan denyut jantung janin pada kolom yang tersedia, beri tanda titik
(.) pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan frekuensi.
3. Nilai ketuban setiap melakukan pemeriksaan dalam.
4. Nilai molase (penyusupan kepala janin) setiap melakukan pemeriksaan dalam.
5. Beri tanda silang (X) pada angka yang sesuai dengan hasil pemeriksaan pembukaan
serviks pada garis waspada saat pertama kali masuk pada fase aktif (sesuai dengan
syarat pertama kali memasukkan hasil pemeriksaan pada partograf).
6. Cantumkan penurunan kepala dengan tanda (0) pada garis waktu yang sama dengan
pemeriksaan dalam dengan sistem perlimaan.
7. Catat kontraksi yang terjadi dalam 10 menit dengan mengisi pada kotak yang sesuai:
lama dan frekuensi kontraksi. Catat semua pemberian obat- obatan/cairan infus sesuai
dengan kolom waktu.
8. Catat nadi, tekanan darah, suhu tubuh, jumlah, dan hasil pemeriksaan urine pada
kolom yang tersedia.
a) Catat asuhan, pemantauan, dan/atau keputusan klinik (jumlah oral yang diberikan,
keluhan sakit kepala atau penglihatan atau pandangan kabur, konsultasi dengan
penolong lainnya, persiapan sebelum melakukan rujukan dan upaya rujukan) di sisi
luar kolom partograf.
9. Buat kesimpulan setiap kali selesai melakukan pemeriksaan.
a) Buat rencana penatalaksanaan sesuai perubahan yang terjadi.
b) Nilai kemajuan persalinan dengan ukuran dan nilai-nilai standar normal keadaan
ibu dan janin.
HALAMAN BELAKANG ( Diisi dan dilengkapi setelah seluruh proses persalinan
selesai)
10. Catat hasil observasi selama persalinan meliputi: data dasar, kala I, kala II, kala III,
bayi baru lahir pada tempat/kolom yang disediakan.
11. Pantau persalinan 2 jam postpartum (kala IV), kemudian isi tabel hasil pemeriksaan
berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
1) 1 jam pertama setiap 15 menit dilakukan pemantauan:
a. Tekanan darah.
b. Nadi.
c. Suhu.
d. Tinggi fundus uteri
e. Kontraksi uterus.
f. Kandung kemih.
g. Perdarahan.
2) 1 jam kedua setiap 30 menit dilakukan pemantauan:
a. Tekanan darah.
b. Nadi.
c. Suhu.
d. Tinggi fundus uteri.
e. Kontraksi uterus.
f. Kandung kemih.
g. Perdarahan.
12. Lakukan KIE setelah 2 jam PP kondisi ibu sehat/stabil.
1) Senam nifas.
2) Breast care.
3) ASI eksklusif.
4) Perawatan tali pusat.
5) Tanda bahaya bayi baru lahir.
6) Gizi.
7) Imunisasi.
8) Kesehatan lingkungan.
Keterangan: Centang (√) pada kolom partograf jika sudah dilakukan KIE.

Anda mungkin juga menyukai