Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL ILMIAH

KEPEMIMPINAN DAN BERFIKIR SISTEM KESEHATAN


MASYARAKAT

Nama : Dian Anugrah Cahyani

NIM : 2000029171

Kelas : IKM C

FAKULTAS STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2022
ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
OTORITA BATAM
Dian Anugrah Cahyani, 2000029171

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
kepuasan kerja, dengan mengukur pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan
kepemimpinan transaksional terhadap kepuasan kerja di Rumah Sakit Otorita Batam
(RSOB). Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan dari gaya kepemimpinan.
Artikel ini membahas tentang gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional
yang di terapkan pada Rumah Sakit Otorita Batam. Berdasarkan hasil yang saya
pahami diketahui gaya kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan
transaksional mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan
kerja dengan besar pengaruh yang berbeda. Kepemimpinan transformasional
mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kepuasan kerja dibandingkan dengan
kepemimpinan transaksional.
Kata kunci : Gaya Kepemimpinan, Kepemimpinan transformasional, dan
kepemimpinan tranksaksional
Abstract

This article aims to analyze the effect of leadership style on job satisfaction, by
measuring the effect of transformational leadership style and transactional leadership
on job satisfaction at Batam Authority Hospital. Is there a positive and significant
influence of leadership style. This article discusses the transactional and
transformational leadership styles that are applied to the Batam Authority Hospital.
Based on the results that I understand, it is known that transformational leadership
style and transactional leadership have a positive and significant effect on job
satisfaction with different magnitudes of influence. Transformational leadership has a
greater influence on job satisfaction than transactional leadership.
Keywords : Leadership Style, Transformational Leadership, and Transactional
Leadership
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah rumah sakit dengan misi yang berbeda pun memerlukan analisis
pemasaran supaya posisi organisasinya menjadi lebih baik dan dapat
mempertahankan eksistensinya pada lingkungan yang kompetitif, yang
disebabkan kebijakan Pemerintah yang memperbolehkan pik swasta
mengusahakan rumah sakit. (Darmanto Djojodibroto, 1997;133, dalam Ratna,
Rini dan Soehardi, 2021). Rumah Sakit merupakan organisasi yang sangat
unik dan kompleks. Dikatakan unik karena rumah sakit menghasilkan jasa
pelayanan perhotelan sekaligus jasa pelayanan kesehatan kepada pasien rawat
inap dan rawat jalan. Dikatakan kompleks karena rumah sakit merupakan suatu
organisasi padat karya dengan latar belakang karyawan yang berbeda.
Memadupadankan keunikan dan ke kompleksan merupakan tantangan yang
tidak mudah dalam menjalankan sebuah rumah sakit.
Rumah Sakit Otorita Batam merupakan suatu institusi pelayanan
kesehatan dan unit pelaksana teknis yang berada di bawah Nawungan hukum
badan Otorita Batam, yang selalu akan berkembang secara dinamis dan
berubah menyesuaikan fungsi dan tugasnya mengikuti tantangan dan
perkembangan dunia teknologi dan kesehatan. Sehubungan dengan hal tersebut
Rumah Sakit Otorita Batam berusaha mengantisipasi setiap perubahan dan
tuntutan kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dan pengguna jasa di bidang kesehatan, terutama mengenai perbaikan mutu
dan kualitas pelayanan kesehatan berkaitan dengan penggunaan pelayanan
kesehatan dengan teknologi canggih (terbaru) Dalam bidang kedokteran guna
mendukung peningkatan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan serta tetap
terjangkau bagi kesehatan. Perkembangan dan peningkatan Rumah Sakit
Otorita Batam terus disempurnakan sesuai dengan tuntutan dan penggunaan
jasa masyarakat. Dan melalui surat keputusan kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 473/Menkes/SK/V/2002 tertanggal 2 mei 2002 Rumah Sakit Otorita
Batam Milik Badan Otorita Batam telah ditetapkan peningkatan kelas menjadi
Rumah Sakit Kelas B Non Pendidikan (Yuri dan Nurcahyo, 2013).
Hal pertama yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah kepemimpinan.
Menurut (Fahmi, 2013) bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh besar dalam
mendorong peningkatan kinerja karyawannya. Sebagai pemimpin tentunya
dapat mempengaruhi karyawannya dengan proses organisasi yang sesuai
dengan kebutuhan, baik itu kebutuhan individu, kelompok maupun kebutuhan
organisasi. Untuk dapat menciptakan organisasi yang memiliki daya saing
tinggi maka diperlukan orang-orang yang memiliki gaya kepemimpinan yang
baik untuk setiap perubahan yang terjadi di organisasi.
Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dapat digunakan oleh
pemimpin untuk dapat mempengaruhi perilaku bawahannya. Selain gaya
kepemimpinan yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan, tentunya disiplin
kerja juga mempengaruhinya. Kedisiplinan dapat dikatakan fungsi manajemen
yang terpenting bagi perusahaan untuk mencapai hasil yang optimal. Tentunya
jika semakin baik kedisiplinan karyawan, semakin tinggi juga prestasi kerja
yang dapat dicapai. Menurut (Sinambela 2016) disiplin juga bermanfaat untuk
mendidik pegawai dalam mematuhi dan mentaati peraturan, prosedur, serta
kebijakan yang ada sehingga menghasilkan kinerja yang baik.
Untuk dapat meningkatkan disiplin kerja yang baik tentu merupakan suatu
hal yang tidak mudah. Namun untuk mengatasi hal tersebut sebagai pemimpin
dapat memberikan contoh dan arahan kepada karyawannya dengan
menjelaskan peraturan-peraturan yang terdapat pada perusahaan. Perusahaan
yang baik tentunya memerlukan karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi
untuk menghadapi tantangan yang ada pada lingkungan perusahaan yang
semakin kompetitif dalam mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan.
Menurut (Rivai & Sagala, 2010) kinerja merupakan perilaku nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan
sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan dalam waktu
tertentu perlu adanya evaluasi untuk dapat tercapai dalam melaksanakan tugas-
tugas yang telah diserahkan pemimpin kepada bawahannya dengan waktu yang
telah ditentukan
Tingginya tingkat kepuasan kerja di suatu perusahaan/organisasi
menandakan perusahaan/organisasi tersebut dikelola dengan baik. Sedangkan
rendahnya tingkat kepuasan kerja menandakan sebaliknya. Hal ini dapat
diindikasikan oleh banyaknya keluhan dari karyawan, rendahnya performance,
tingginya tingkat turnover karyawan, rendahnya kedisplinan dan masalah-
masalah lainnya yang mungkin dihadapi oleh perusahaan tersebut (Lussier,
2010 dalam Noegraha, 2019).
Pada beberapa peneliti biasanya percaya bahwa hubungan antara kepuasan
kerja dengan kinerja pekerjaan adalah mitos manajemen, tetapi, sebuah
tinjauan dari 300 penelitian menunjukkan bahwa korelasi tersebut cukup kuat.
Ketika data produktivitas dan kepuasaan secara keseluruhan dikumpulkan
untuk organisai yang mempunyai karyawan yang lebih puas cenderung lebih
efektif bila diandingkan organisasi yang mempunyai karyawan yang kurang
puas
Kepuasan kerja (Job satisfaction) dapat didefenisikan sebagai suatu
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah
evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi
memiliki perasaan perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara
seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan ea rah tentang
pekerjaan tersebut. Ketika individu membicarakan sikap karyawan, yang sering
dimaksudkan adalah kepuasan kerja.
Seorang pemimpin harus mampu mengembangkan strategi untuk
mempengaruhi bawahan sesuai yang diinginkan organisasi. Dengan kata lain,
maju mundurnya suatu organisasi sangat tergantung seberapa baik pemimpin
memainkan perannya atau kepemimpinannya, agar organisasi tersebut survive
serta terus berkembang. Hal ini dikarenakan pemimpinlah yang menjadi yang
akan membawa organisasi pada puncak keberhasilan. Seorang pemimpin harus
mampu mengembangkan strategi untuk mempengaruhi bawahan sesuai yang
diinginkan organisasi. Dengan kata lain, maju mundurnya suatu organisasi
sangat tergantung seberapa baik pemimpin memainkan perannya atau
kepemimpinannya, agar organisasi tersebut survive serta terus berkembang.
Hal ini dikarenakan pemimpinlah yang menjadi yang akan membawa
organisasi pada puncak keberhasilan (Sunarsi,2018).
Mcgregor Burns mengidentifikasi dua jenis kepemimpinan yaitu
kepemimpinan transaksional mencakup hubungan pertukaran antara pemimpin
dan pengikut. Kepemimpinan transformasional lebih mendasar pada
pergeseran nilai dan kepercayaan pemimpin, serta kebutuhan pengikitnya
(Wahjono, 2010 : 296). Kedua jenis kepemimpinan ini saling melengkapi,
tetapi tidak berarti keduanya sama penting. Kepemimpinan transformasional
lebih unggul daripada kepemimpinan transaksional dan menghasilkan tingkat
upaya dan kinerja para pengikutnya yang melampaui apa yang bisa dicapai
hanya pendekatan transaksional saja yang diterapkan.
Kepemimpinan transformasioanal seringkali dipersandingkan dengan
kepemimpinan transaksional, karena setiap perilaku kepemimpinan melahirkan
transaksi antara pemimpin dan yang dipimpin. Meskipun ada perbedaan
esensial antara kedua jenis kepemimpinan tersebut, perbedaan itu bukan atas
dasar tujuan yang dikehendaki, melainkan pada perilaku, dimana yang satu
mengedepankan transformasi, sementara yang lainnya mengarah ke transaksi
(Jamaludin, 2017)
Menurut Bass yang dikutip oleh Harsiwi (2005), kepemimpinan
transaksional adalah kepemimpinan yang memilihara atau melanjutkan status
quo, sedangkan kepemimpinan transformasional melibatkan perubahan dalam
organisasi, bertentangan dengan kepemimpinan yang dirancang untuk
memeilihara staus quo (Danim dan Suparno, 2009 : 53-54).
Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan
kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain dan tercapainya suatu
tujuan tertentu. Sedangkan Young dalam Kartono mendefinisikan bahwa
“Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan
pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat
sesuatu, berdasarkan akseptasi atau penerimaan oleh kelompoknya dan
memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi tertentu”. Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
mempengaruhi bawahan atau kelompok untuk bekerja sama mencapai tujuan
organisasi atau kelompokk
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam atikel
ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan transformasional dan
kepemimpinan transaksional ?
2. Gaya kepemimpinan apa yang di terapkan di Rumah Sakit Otorita Batam ?
3. Bagimana penerapan gaya kepemimpinan transformasional dan
kepemimpinan transaksional di petugas Rumah Sakit Otorita Batam ?
4. Apa pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan
transaksional di petugas Rumah Sakit Otorita Batam?
5. Dampak Kepuasan Kerja pada Kinerja Karyawan Rumah Sakit Otorita
Batam?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gaya Tranksaksional dan Gaya Transformasional
Pemimpin transaksional adalah pemimpin yang mengarahkan para
pengikutnya yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas
mereka. Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang menginspirasi para
pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka demi
kebaikan organisasi dan mereka mampu memiliki pengaruh yang luar biasa
pada diri para pengikutnya. Pemimpin transformasional menaruh perhatian
terhadap kebutuhan pengembangan diri para pengijutnya, mengubah kesadaran
para pengikutnya atas isu-isu yang ada dengan cara membantu orang lain
memandang masalah. lama dengan cara yang baru, serta mampu
menyenangkan hati dan menginspirasi para pengikutnya untuk bekerja keras
guna mencapai tujuan-tujuan Bersama.
Kepemimpinan transaksional dan transformasional hendaknya tidak
dipandang sebagai pendekatan yang saling bertentangan. Kedua jenis
kepemimpinan ini saling melengkapi, tetapi tidak berarti keduanya sama
penting. Kepemimpinan transfromasional lebih unggul daripada kepemimpinan
transaksional dan menghasilkan tingkat upaya dan kinerja para pengikutnya
yang melampaui apa yang bisa dicapai kalau hanya pendekatan transaksional
saja yang diterapkan. Kepemimpinan transformasional seringkali
dipersandingkan dengan kepemimpinan transaksional, kaena setiap perilaku
kepemimpinan melahirkan traksasi antara pemimpin dan yang dipimpin. Ada
perbedaan esensial antara kedua jenis kepemimpinan tersebut, perbedaan itu
bukan atas dasar tujuan yang dikehendaki, melainkan pada perilaku, dimana
yang satu mengedepankan kearah transformasi. Sementara yang lainnya
mengarah ke transaksi. Terkait dengan kepemimpinan, bahwa salah satu faktor
yang ingin dicapai dari kepemimpinan traksaksional dan transformasional
adalah tercapainya kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja dipandang dapat
mempengaruhi jalannya organisasi secara keseluruhan. Sebagai salah satu
faktor penentu kinerja organisasi, kepuasan kerja merupakan faktor yang
sangat kompleks karena kepuasan kerja dipengaruhi berbagai faktor.
Menurut (Sopiah,2012) ada berbagai macam jenis kepemimpinan, antara
lain sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Transaksional Model kepemimpinan ini berfokus pada
transaksi antar pribadi, antara manajemen dengan karyawan.
2. Kepemimpinan Karismatik Kepemimpinan ini menekankan perilaku
pemimpin yang simbolis.
3. Kepemimpinan Visioner Kepemimpinan ini merupakan kemampuan untuk
menciptakan dan mengartikulasikan suatu visi yang realistis, dapat dipercaya,
atraktif dengan masa depan bagi suatu organisasi atau unit organisasi yang
terus tumbuh dan terus meningkat.
4. Kepemimpin Tim Menjadi pemimpin efektif harus mempelajari
keterampilan seperti kesabaran untuk membagi informasi, percaya kepada
orang lain, menghentikan otoritas dan memahami kapan harus melakukan
intervensi.
Dengan penerapan kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa
dipercaya, dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya. Kepemimpinan
transformasional pada prinsipnya memotivasi bawahan untuk berbuat lebih
baik dari apa yang bisa dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan
kepercayaan atau keyakinan diri bawahan yang akan berpengaruh terhadap
peningkatan kinerja. Berdasarkan uraian diatas menyimpulkan bahwa
kepemimpinan transformasional yang mencakup upaya perubahan terhadap
bawahan untuk berbuat lebih positif atau lebih baik dari apa yang biasa
dikerjakan yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja.

2.2 Gaya Kepemimpinan Apa Yang di Terapkan RS Otorita Batam


Menurut Aznedra 2014 Rumah Sakit Otorita Batam menerapkan gaya
tranksaksional dan gaya transformasional. Gaya transformasional dan gaya
tranksaksional cukup mempengaruhi kualitas kerja di RS Otorita Batam. Dari sisi
gaya kepemimpinan transaksional, hasil dari peneliti menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan transaksional berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja.
Kepemimpinan transaksional akan lebih berorientasi pada jangka pendek,
sedangkan kepemimpinan transformasional senantiasa mendorong terciptanya
kreativitas karyawan. Kontribusi kreativitas dari karyawan sangat penting artinya
dalam terobosaninovasi yang dapat dilakukan perusahaan. Untuk itu pemimpin
haruslah mampu menciptakan kondisi yang kondusif untuk mencari sesuatu yang
baru bukan hanya berorientasi pada pemecahan masalah. Pemimpin haruslah
memilih dan mempertahankan karyawan yang kreatif dan mandiri serta
memberikan peluang bagi mereka untuk berinovasi (Aznedra, 2014).

2.3 Penerapan Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan


Transaksional di Petugas Rumah Sakit Otorita Batam
Penerapan gaya transformasional dan gaya tranksaksional di RSOB ini
juga menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan. Hal ini berarti bahwa pada dasarnya seseorang dalam bekerja akan
merasa nyaman dan tinggi kesetiaannya pada perusahaan apabila dalam bekerja
memperoleh kepuasan kerja sesuai dengan apa yang diinginkan. Kepuasan kerja
itu sendiri adalah suatu perasaan yang dialami oleh seseorang, dimana apa yang
diharapkan telah terpenuhi atau bahkan apa yang diterima melebihi apa yang
diharapkan, sedangkan kerja merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan
dengan memperoleh pendapatan. Untuk itu pemimpin haruslah mampu
menciptakan kondisi yang kondusif untuk mencari sesuatu yang baru bukan hanya
berorientasi pada pemecahan masalah. Pemimpin haruslah memilih dan
mempertahankan karyawan yang kreatif dan mandiri serta memberikan peluang
bagi mereka untuk berinovasi.

2.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan


Transaksional di Petugas Rumah Sakit Otorita Batam
Gaya kepemimpinan di Rumah Sakit Otorita Batam memiliki pengaruh
besar terhadap karyawan kerjanya. Dari sisi gaya kepemimpinan transaksional,
hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transaksional
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja dan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja. Hal ini juga menunjukkan
bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini
menunjukan bbahwa pada dasarnya seseorang dalam bekerja akan merasa nyaman
dan tinggi kesetiaannya pada perusahaan apabila dalam bekerja memperoleh
kepuasan kerja sesuai dengan apa yang diinginkan. Kepuasan kerja itu sendiri
adalah suatu perasaan yang dialami oleh seseorang, dimana apa yang diharapkan
telah terpenuhi atau bahkan apa yang diterima melebihi apa yang diharapkan,
sedangkan kerja merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan dengan
memperoleh pendapatan.

2.5 Dampak Kepuasan Kerja pada Kinerja Karyawan Rumah Sakit Otorita
Batam?
Salah satu faktor penentu kinerja organisasi maka kepuasan kerja
merupakan faktor yang sangat kompleks karena kepuasan kerja di pengaruhi
berbagai faktor diantaranya gaya kepemimpinan. Pada dasarnya kepemimpinan
merupakan kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi karyawan dalam sebuah
organisasi sehingga mereka termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepuasan kerja merupakan faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup
karyawan karena sebagian besar waktu karyawan dipergunakan untuk bekerja
sehingga melihat adanya hubungan erat antara kepuasan kerja, absensi,
pemogokan kerja dan turnover. Faktor-faktor tersebut akhirnya bermuara pada
kinerja yang dihasilkan. Jika karyawan tidak puas besar kemungkinan untuk
melakukan tindakan indisipliner seperti halnya ketidakhadiran, tidak loyal dan
tingginya angka keterlambatan. Peningkatan kinerja organisasi yang optimal tidak
lepas dari kepuasan kerja karyawan sebagai salah satu faktor yang menentukan
kinerja organisasi. Kepentingan para pemimpin pada kepuasan kerja cenderung
berpusat pada efeknya terhadap kinerja karyawan.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan artikeln dan pembahasan Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan
Disiplin Kerja terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Otorita Batam dapat di
tarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Gaya kepemimpinan yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
hal ini menunjukkan bahwa apabila perusahaan meningkatkan gaya
kepemimpinan nya maka semangat kinerja karyawan akan semakin tinggi.
2. Disiplin kerja yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. semakin
tinggi disiplin kerja yang di miliki seseorang maka akan meningkatkan kinerja.
3. Gaya kepemimpinan dan disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja
karyawan . semakin gaya kepemimpinan di terapkan dengan baik di perusahaan
begitupun dengan meningkatnya kedisiplinan kerja karyawan akan membuat
perusahaan dan karyawan mendapatkan kinerja yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Aznedra, 2020. ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL DAN KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
TERHADAP KEPUASAN KERJA ASISTEN APOTEKER DI RUMAH
SAKIT BUDI KEMULIAAN BATAM. Dosen Fakultas Ekonomi Program
Studi Akuntansi Universitas Riau Kepulauan.
Jamaludin, A. (2017). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT. Kaho Indahcitra Garment Jakarta. JABE (Journal of
Applied Business and Economic), 3(3), 161-169.
Noegraha, A.M. (2019). Mengkaji Hubungan Antara Role, Stress Personality
Types dan Kepuasan Kerja : Studi Kasus Divisi Risk Management
Perbankan. Jakarta, Perpustakaan MM-UI.
Ratna, Rini dan Soehardi, 2021. PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN
DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN RUMAH SAKIT
TAMAN HARAPAN BARU BEKASI. Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Jakarta.
Rivai, Veithzal dan Sagala, Ella Jauvani. 2010. Manajemen Sumber Daya
Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Sinambela. Lijan Poltak. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia: Membangun
Tim Kerja yang Solid untuk MeningkatkaSn Kinerja, Jakarta: Bumi
Aksara
Sopiah.2012, Perilaku Organisasional.: C.V Andi Offset, Yogyakarta.
Sunarsi, D. (2018). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Disiplin Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada CV. Usaha Mandiri Jakarta. JENIUS (Jurnal
Ilmiah Manajemen Sumber Daya Manusia).
Yuri dan Rahmat Nurcahyo. (2013). TQM Manajemen Kualitas Total dalam
Perspektif Teknik Industri. Jakarta: Indeks.
Wahjono, Sentot Imam. (2010). Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai