Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Menyatakan bahwa:
1. Sesungguhnya Laporan Kerja Praktek yang saya susun ini merupakan hasil
karya tulis saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam laporan ini
yang saya peroleh dari hasil karya tulis orang lain, telah saya tulis
sumbernya dengan jelas dan sesuai dengan kaidah penulisan yang benar.
2. Jika dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek, baik pembuatan tugas
khusus maupun Laporan Kerja Praktek secara keseluruhan, ternyata
terbukti dibuatkan oleh orang lain, maka saya menerima sanksi yang
diberikan akademik, berupa pembatalan Kerja Praktek dan mengulang
kembali kegiatan dan laporannya dengan judul baru.
Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan
dari pihak manapun.
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Dosen Pembimbing
iii
HALAMAN DEWAN PENGUJI
Diketahui,
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Dosen Pembimbing
v
KATA PENGANTAR
Atas berkat dan rahmat Allah SWT, saya dapat menyelesaikan Kerja Praktek ini.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan Kerja Praktek ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Ibu Dr. Hj. Zerni Melmusi, MM, Ak, CA,selaku Ketua Yayasan
Perguruan Tinggi Komputer “YPTK” Padang
(2) Bapak Prof. Dr. H. Sarjon Defit, S. Kom., M.Sc., selaku Rektor
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
(3) Ibu Dr. Ir. Zefri Yenni, MM selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Putra Indonesia “YPTK” Padang
(4) Ibu Meldia Fitri, ST, MP selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
(5) Bapak Muhammad Ilham Adelino, ST. MT, Selaku Dosen Pembimbing
Selama Mengerjakan Laporan Kerja Praktek;
(6) Ibu Ireny Fatricia Tamba, selaku HRD di PT KJA Dumai
(7) Bapak Subramaniam, selaku Manager Produksi di PT KJA Dumai
(8) Bapak Ahmad Zakaria, selaku Superintendent Produksi dan Pembimbing
lapangan di PT KJA Dumai
(9) Kepada seluruh karyawan di PT KJA Dumai yang telah membantu saya
selama menjalankan KP di PT KJA Dumai
(10) Kedua orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral; dan
(11) Teman-teman yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
laporan ini
(12) Dan teruntuk tubuh saya sendiri terima kasih telah sehat dan berjuang
sampai sejauh ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga laporan kerja praktek ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
This practical work activity is carried out at PT. Kreasijaya Adhikarya Dumai
which started on February 6 to March 25 2023. This company is a CPO
processing industry company located in the PELINDO area, East Dumai sub-
district, Dumai City, Riau. During practical activities, there were problems with
imperfect RBDPO crystallization in plant fractionation, this was caused by
several machines not functioning optimally, namely Valves, Agitators and Pumps.
The I.V target for crystallization is 50 < 52, RBDPO crystallization quality on 2
March 2023, 12 March 2023, until 18 March 2023 does not comply with the
standard specifications set by the company, these standard specifications are seen
from the control room, the actions taken to address important issues also to
involve a maintenance team or technicians who are experienced in evaluating,
repairing, and maintaining equipment. The use of advanced monitoring
technology can also help identify problems early and optimize equipment
performance.
Keywords: Plant Fracsination, Kristalisasi, RBDPO
viii
DAFTAR ISI
ix
3.7.1.2 Pre-Treatment Section........................................................24
3.7.1.3 Bleacher Section .................................................................25
3.7.1.4 Filtrasion Section ...............................................................28
3.7.1.5 Deodorization Section ........................................................31
3.7.1.6 Fraksinasi ...........................................................................35
3.7.1.7 Kristalisasi .........................................................................37
3.7.1.8 Filtrasi.................................................................................39
3.8 Pengelolaan Limbah ...............................................................................42
3.9 Produk Akhir ...........................................................................................43
3.10 Jaminan Kualitas ....................................................................................43
3.11 Distribusi dan Konsumen Akhir .............................................................46
BAB IV. STUDI KASUS
4.1 Kegiatan dan Jadwal Pelaksanaan ..........................................................48
4.2 Masalah ..................................................................................................49
4.3 Solusi dalam mengatasi masalah yang ditimbul .....................................51
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................54
5.2 Saran ........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................55
LAMPIRAN ........................................................................................................56
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
PT Kreasijaya Adhikarya merupakan perusahaan pengolahan kelapa sawit
yang memproduksi Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil (RBDPO).
RBDPO merupakan produk penting dalam industri minyak kelapa sawit dan
memiliki permintaan yang tinggi di pasar. Namun, dalam beberapa kasus, PT
Kreasijaya Adhikarya menghadapi masalah dengan kristalisasi RBDPO yang tidak
sempurna. Hal ini dapat mengurangi kualitas dan nilai jual produk, serta
mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Kristalisasi adalah proses pembentukan struktur kristal dari partikel terlarut
dalam sebuah larutan. Proses ini terjadi ketika zat terlarut mengendap dan
membentuk kristal padat dengan susunan teratur. Proses kristalisasi melibatkan
serangkaian tahap yang penting. Tahap pertama adalah supersaturasi, di mana
larutan mengandung zat terlarut dalam jumlah yang lebih tinggi daripada yang
seharusnya dalam keadaan jenuh. Supersaturasi dapat dicapai melalui pendinginan
larutan, penguapan pelarut, atau penambahan zat terlarut tambahan. Selanjutnya,
kristalisasi melibatkan nukleasi, yaitu pembentukan inti kristal awal yang stabil.
Nukleasi dapat terjadi secara spontan, tetapi juga dapat diinduksi dengan
menggunakan bahan nukleasi atau perubahan kondisi seperti getaran atau
pengadukan. Inti kristal yang terbentuk kemudian tumbuh dengan menambahkan
partikel zat terlarut ke permukaan kristal.
Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal dari larutan dengan
mengendapkan zat terlarut dalam bentuk padat. Ini adalah proses yang penting
dalam banyak industri, termasuk farmasi, kimia, dan manufaktur. Namun, dalam
praktiknya, kristalisasi sering kali menghadapi masalah ketika tidak terjadi secara
sempurna. Masalah kristalisasi tidak sempurna dapat menghasilkan kristal yang
tidak ideal, mempengaruhi kualitas produk akhir, dan menyebabkan efisiensi
produksi yang rendah. Salah satu faktor dapat menyebabkan masalah kristalisasi
tidak sempurna, yaitu peralatan yang tidak berfungsi secara optimal.
1
1. 2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui penyebab kristalisasi RBDPO tidak sesuai dengan
standar spesifikasi perusahaan.
2. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam
mengendalikan kristalisasi RBDPO agar sesuai dengan standar
spesifikasi perusahaan.
Selain tujuan, ada juga manfaat yang didapatkan dari dilakukannya kerja
praktek ini adalah sebagai berikut.
1. Mendapatkan ilmu dan memperoleh wawasan saat kerja praktek
dilapangan dengan proses produksi Crude Palm Oil (CPO).
2. Dapat memperoleh pengalaman dan menambah wawasan dalam dunia
industri.
3. Dapat mengembangkan ilmu mengenai masalah yang sedang terjadi
pada perusahaan serta mengetahui solusi yang dapat dilakukan oleh
perusahaan.
4. Dapat mengetahui bagaimana perubahan warna pada Crude Palm Oil
(CPO) hingga menjadi minyak goreng.
1. 3 Batasan Masalah
Agar laporan kerja praktek ini menjadi lebih terarah, maka penulis
menetapkan permasalahan yang akan dibahas. Berikut adalah batasan masalah pada
laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut.
1. Menganalisa kualitas kristalisasi pada proses produksi yaitu pada
tahap fraksination.
2. Untuk kualitas RBDPO diambil dari satu parameter uji yaitu
kristalisasi.
1. 4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang ditetapkan oleh penulis, maka penulis
mengangkat beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa penyebab kristalisasi RBDPO tidak sesuai dengan spesifikasi
mutu perusahaan?
2
2. Bagaimana tindakan perusahan terhadap RBDPO yang tidak sesuai
dengan spesifikasi standar mutu perusahaan?
1. 5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berisikan uraian yang akan dibahas pada masing-
masing bab laporan ini. Adapun sistematika penulisan pada laporan kerja praktek
ini adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan dan
manfaat, batasan masalah, rumusan masalah, dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan
rumusan masalah yang dapat membantu dalam proses pemecahan
masalah.
BAB III TINJAUAN PERUSAHAAN
Pada bab ini membahas mengenai perusahaan seperti kegiatan dan
jadwal pelaksanaan kerja praktek, sejarah perusahaan, pemasok dan
bahan baku, sumber daya manusia, mesin dan peralatan yang
digunakan, proses produksi, tata letak perusahaan, produk akhir,
jaminan kualitas, distributor dan konsumen akhir.
BAB IV STUDI KASUS
Pada bab ini membahas tentang salah satu masalah yang terjadi dan
tindakan yang dilakukan oleh prusahaan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan yang diperolah dari
pembahasan bab-bab sebelumnya. Selain itu, penulis juga
menyampaikan saran-saran untuk perbaikan selanjutnya.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
2. 2 Pemurnian Minyak Sawit
Pada dasarnya proses pemurnian minyak sawit adalah tahapan pemisahan
komponen pengotor yang masih terkandung pada CPO guna menghasilkan minyak
sawit yang lebih murni lagi yaitu olein atau dapat disebut sebagai minyak goreng.
Dengan demikian standar mutu produk yang dihasilkan dari proses pemurnian ini
lebih tinggi dari pada standar mutu CPO. Jika CPO masih diperkenankan
mengandung asam lemak bebas (ALB) maksimal 3,00–5,00% (tergantung pada
acuan standar), maka produk akhir dari proses ini haruslah berada di bawah 0,1%.
Untuk mencapai standar tersebut diperlukan proses pemisahan komponen dengan
metode yang lebih intensif. Secara umum metode yang dilakukan adalah melalui
tahapan proses refining, yang terdiri dari (proses degumming, bleaching, filtrasi,
serta deodorisasi) dan proses fraksinasi. (Nugroho, 2019).
Pada dasarnya proses pemurnian CPO adalah proses pemisahan komponen
perusak mutu seperti air, asam lemak bebas, gum, fosfatida, protein, senyawa
logam, resin, pigmen dan senyawa lainnya. Teknologi pemurnian CPO dilakukan
melalui dua tahap utama, yaitu refining dan fraksinasi. Proses refining merupakan
proses pemurnian CPO dengan menghilangkan asam lemak bebas dan sumber bau,
serta memucatkan warna. Sedangkan fraksinasi adalah tahapan pemisahan antara
fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein) yang menjadi penyusun minyak sawit.
(Nugroho, 2019).
Pengolahan CPO menjadi olein atau minyak goreng akan meningkatkan
kembali nilai tambahnya. Teknologi proses pemurnian ini perlu dikuasai dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang berkompetensi dalam teknologi
pengolahan kelapa sawit. Pemanfaatan minyak sawit paling besar adalah sebagai
minyak goreng.Sebagai minyak goreng, maka fungsinya adalah sebagai media
proses penggorengan yang menghantarkan panas dari sumber panas menuju bahan
yang digoreng. Penggorengan pada dasarnya adalah proses pengeringan bahan
untuk menghilangkan kandungan air sehingga akan diperoleh produk yang
memiliki tekstur yang renyah (crispy) dan juga meningkat cita rasanya. Peningkatan
cita rasa disebabkan karena minyak goreng juga berperan dalam memberikan rasa
gurih pada bahan makanan yang digoreng. (Nugroho, 2019).
5
Teknologi pengolahan minyak sawit terdiri dari berbagai tahapan mulai dari
ekstraksi dan klarifikasi, pemurnian lanjut menjadi olein dan stearin, serta
pengolahan menjadi produk turunannya. Tahapan ekstraksi meliputi proses
pengepresan terhadap daging buah kelapa sawit sehingga didapatkan minyak sawit
kasar (CPO). CPO masih mengandung kotoran terlarut dan tidak terlarut dalam
minyak yang terdiri dari air, asam lemak bebas, gum, fosfatida, protein, senyawa
logam, resin, pigmen dan senyawa lainnya. Adanya pengotor pada minyak akan
menurunkan kualitas dan mempengaruhi penampilan fisik seperti warna, rasa,
aroma, dan juga umur simpan minyak. Untuk itu perlu proses pemurnian lanjutan
untuk memisahkan pengotor baik fraksi padat ataupun fraksi cair. (Nugroho, 2019).
6
2. 4 Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO)
RBDPO (refined bleached deodorized palm oil) merupakan produk dari
proses bleaching dan deodorizing yang masih tercampur antara fraksi padat
(stearin) dengan fraksi cair (olein). Refined Bleached Deodorized Palm Oil
(RBDPO) adalah minyak sawit yang telah mengalami proses penyulingan untuk
menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna
dan menghilangkan bau.
Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) merupakan produk
setengah jadi sebelum diolah lagi menjadi minyak goreng. Faktor-faktor yang
menentukan kualitas Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) adalah
kadar asam lemak bebas, kadar air dan warna yang dihasilkan. Produk yang
dihasilkan memiliki kualitas yang dihasilkan itu berbeda-beda dan juga kualitas
sering tidak sesuai dengan standar spesifikasi yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Adapun standar spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan
untuk produk Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) adalah kadar FFA
sebesar 0,1%, kadar air sebesar 0,25 max, dan kadar warna sebesar 3,0 max.
(Sudarminto, 2017)
7
minyak yang telah diputihkan. Minyak yang dihasilkan setelah proses ini memiliki
warna yang lebih terang, bau yang lebih sedikit, dan rasa yang lebih netral.
Bleaching earth adalah salah satu komponen penting dalam proses pengolahan
minyak nabati untuk menghasilkan minyak yang sesuai standar kualitas.
Penggunaan BE dalam industri minyak membantu meningkatkan penampilan,
kestabilan, dan kualitas keseluruhan minyak yang dihasilkan. (Kurniasih. 2020).
2. 6 Pengendalian Mutu
Memperbaiki dan mempertahankan mutu adalah hal penting dalam proses
pengolahan untuk meningkatkan nilai tambahnya. Mutu sangat berkaitan dengan
nilai (value). Peningkatan mutu dengan proses pemurnian dilakukan seiring dengan
usaha mempertahankan mutunya dari ancaman kerusakan mutu selama proses
berlangsung. (Nugroho,2019).
Dalam industri pengolahan selalu ada kesepakatan tentang standar mutu
antara pihak konsumen dengan produsen. Standar mutu ini harus dipenuhi jika ingin
industri ingin tetap eksis. Untuk itu perlu usaha pengendalian mutu, baik atas proses
yang dilakukan maupun produk akhir yang siap dipasarkan. Pengendalian mutu
dilakukan dengan pemantauan secara intensif atas mutu pada setiap tahapan proses
melalui pengukuran parameter-parameter mutu. (Nugroho, 2019).
Pengendalian mutu dapat diartikan sebagai kegiatan pengendalian proses
dan material agar sesuai dengan kondisi yang ditetapkan pada saat perencanaan,
proses, dan produk akhir hingga produk siap dikirim dan sampai pada tangan
konsumen. Dalam upaya pengendalian mutu diperlukan spesifikasi atau standar
mutu produk. Penetapan spesifikasi suatu produk bertujuan untuk menjaga mutu
produk agar setiap produk yang dipasarkan selalu berada pada rentang spesifikasi
yang ditetapkan. Dengan spesifikasi yang telah distandarisasi maka suatu produk
akan dapat dijamin mutunya secara ilmiah dan apabila terjadi ketidaksesuaian
spesifikasi (out of spect) maka dapat dengan cepat ditinjau penyebabnya dan
ditentukan tindakan perbaikannya. (Nugroho, 2019).
8
2. 7 Kristalisasi
Kristalisasi suatu fraksi menjadi padat pada temperatur tertentu, kemudian
dilakukan pemisahan terhadap kedua fraksi tersebut. Pada miniplant, proses yang
terjadi adalah proses fraksionasi kering yang didasarkan pada pendinginan minyak
dengan kondisi yang terkendali tanpa penambahan bahan kimia. Minyak yang telah
dipompakan, didinginkan dengan air dingin sambil dilakukan pengadukan, proses
pendinginan dilanjutkan dengan menggunakan chiller hingga mencapai suhu 18C.
Setelah proses pendinginan selesai, minyak dipompakan ke filter press untuk
memisahkan kedua fraksi.
Kristalisasi RBDPO (Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil) adalah
proses pembentukan kristal-kristal padat dari minyak kelapa sawit yang telah
melalui tahap pemurnian, pemutihan, dan penghilangan bau. Kristalisasi RBDPO
merupakan langkah penting dalam proses pengolahan minyak kelapa sawit untuk
menghasilkan produk yang memiliki tekstur dan stabilitas yang diinginkan.Selain
itu, kristalisasi RBDPO juga berperan dalam meningkatkan titik leleh (melting
point) minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit mentah memiliki titik leleh yang
rendah, sehingga melalui proses kristalisasi, kristal-kristal padat yang lebih stabil
terbentuk, dan ini membantu meningkatkan stabilitas minyak dalam aplikasi
pengolahan makanan dan kosmetik (Noor, 2015)
9
BAB III
TINJAUAN PERUSAHAAN
10
2. HR & GA department: berkaitan dengan ketenagakerjaan, legalitas
perusahaan, hubungan internal dan eksternal, serta kesejahteraan
karyawan dan perusahaan.
3. Production department: berkaitan dengan pengolahan bahan baku
sampai menjadi finishing produk.
4. Logistic department: terkait penerimaan, penimbunan, dan pengeluaran
barang/komoditi.
5. Under BOD department: terdiri dari kesekretariatan, safety dan QMR,
IT support, purchasing, dan engineering (project).
6. Maintenance department: terdiri dari utility, mekanik, dan elektrik.
7. QA/QC department: berkaitan dengan penjagaan mutu dari bahan
baku/supporting chemical, dan mutu dari finishing produk.
11
3.2.1 Jumlah Tenaga Kerja
Karyawan yang terdaftar di PT Kreasijaya Adhikarya sebanyak 112 orang,
dengan latar belakang pendidikan sarjana, diploma, dan tingkat SMA/SMK.
12
2. Finance department
a. Tax: Pengaturan pembayaran dan penerimaan pajak sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
b. Accounting: Pembayaran, material reporting, banking, dan budget.
c. Store: Inventory, penerimaan dan pengeluaran barang material.
3. Logistic department
a. Receiving: Pengaturan penerimaan bahan baku material melalui truk,
tongkang, dan tanker.
b. Shipment: Pengaturan pengeluaran/pengiriman finishing product via
tanker atau tongkang.
c. Wightbridge: Pengaturan penerimaan dan pengeluaran
material/barang/raw material melalui timbangan.
4. Under BOD department
a. IT: Hal-hal yang terkait dengan instalasi komputer, software, jaringan,
CCTV, dan sistem.
b. Secretariat terbagi menjadi dua bagian yaitu: secretary dan reporting &
admin. Secretary mengurus segala sesuatu yang terkait dengan
administrasi Director dan President Director. Reporting & admin
bertugas membuat pelaporan/reporting daily report harian untuk stok
bahan baku material dan penggunaan utilities.
c. Safety & QMR terbagi menjadi tiga bagian yaitu: certificate, safety, dan
environment. Certificate berkaitan dengan sertifikasi perusahaan.
Safety berkaitan dengan keselamatan pekerja dan perusahaan.
Environment berkaitan dengan lingkungan perusahaan, seperti: limbah,
amdal, dan lain-lain.
5. Maintenance department
a. Electric: Hal-hal yang terkait dengan perbaikan listrik dan instrumen di
perusahaan.
b. Utility: Hal-hal yang berkaitan dengan boiler, WWTP & RO, turbine,
dan genset.
13
c. Mechanic: Hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan dan perawatan
pompa, valve, dan lainnya.
14
3. Payroll Junior Supervisor: Memastikan penggajian tepat pada waktunya dan
tidak ada kesalahan dalam pembayaran.
4. Adm Service Junior Supervisor: Memastikan hal-hal yang berkaitan
administrasi HR sesuai dengan prosedurnya.
5. GA Executive: Bertanggungjawab untuk hal-hal yang berkaitan dengan
hubungan ekternal berjalan dengan baik.
6. General Services Junior Supervisor: Memastikan hal-hal yang berkaitan
dengan kepuasan karyawan secara umum, seperti: fasilitas, seragam, dan lain-
lain.
7. Security Junior Supervisor: Memastikan dan melakukan pengawasan untuk
keamanan karyawan dan perusahaan.
15
1. UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. PP No.50 tahun 2012 tentang SMK3
5. Peraturan Perusahaan, yaitu:
a. Gunakan pakaian kerja yang tepat (yang telah disediakan perusahaan).
b. Gunakan sepatu keselamatan.
c. Gunakan safety helmet di area yang diharuskan.
d. Gunakan pelindung telinga di area kebisingan.
e. Gunakan alat pelindung diri lainnya sesuai dengan potensi bahaya.
f. Gunakan tanda pengenal diri (badge/pass).
6. Spesifikasi APD untuk pekerjaan khusus
1. Penanganan bahan kimia:
a. Chemical glove
b. Safety glass/goggles/face shield
c. Respirator
d. PVS apron
e. Special chemical suit untuk penanganan bahan kimia yang kritikal.
2. Pekerjaan Welding:
a. Leather glove
b. Welding Shield/cap
c. Leather Apron
d. Coverall
e. Respirator/masker
f. Safety shoes
3. Pekerjaan Laboratorium:
a. Safety glasses/goggle
b. Lab coat
c. Sarung tangan tahan bahan kimia
d. Celana panjang
e. Sepatu
16
f. Respirator chemical (penggunaan bahan kimia yang berbahaya bagi
saluran pernapasan/merusak organ dalam).
17
Gambar 3.4 Crude Palm Oil (CPO)
(Sumber: PT KJA Dumai, 2023)
18
Gambar 3.6 Tempat Penimbangan Truk Tangki
(Sumber: PT KJA Dumai, 2023)
Bahan pendukung adalah bahan-bahan yang ikut dalam proses produksi
tetapi tidak tampak dalam produk akhir, serta berfungsi untuk memperbaiki proses
produksi. Bahan pendukung dalam proses produksi minyak goreng di PT KJA
yaitu terdiri dari :
a. Phosporic Acid (H3PO4) berfungsi untuk mengikat posfatida
(gum/getah), kandungan logam, dan kotoran lainnya menjadi
gumpalan-gumpalan dalam proses degumming, asam phospat yang
dibutuhkan pada tahap degumming adalah berkisar antara 0,048-0,050
%.
19
Gambar: 3.8 Tanki Bleaching Earth
(Sumber: PT KJA Dumai, 2023)
20
3. Tank Bleacher Earth
Tanki bleacher earth ini berbentuk silinder yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan BE.
4. Mixer
Mixer berbentuk silinder yang berfungsi sebagai alat untuk
pencampuran CPO dan BE
5. Bleacer
Bleacer ini berbentuk silinder yang berfungsi sebagai wadah untuk
pencapuran CPO dan BE
6. Niagata Filter
Niagata Filter berbentuk tabung yang berfungsi untuk menyaring
minyak yang telah diproses pada bleacher sehingga kotoran dan minyak
yang bersih dapat dipisahkan dengan baik.
7. Slop oil tank
Slop oil tank berbentuk silinder yang digunakan untuk menampung
minyak dari niagata filter apabila terjadi penggosongan pada salah satu
niagata filter kemudian dikirim kembali ke bleacher dengan pompa
sentrifugal.
8. Tank BPO
Tank BPO berbentuk silinder yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan BPO.
9. Final Heater
Final Heater berbentuk silinder yang berfungsi sebagai pemanasan
akhir, dengan temperatur 266°C - 268°C
10. Prestripper
Prestripper berbentuk tabung yang prosesnya untuk pemisahan
RBDPO dengan PFAD
11. Tank PFAD
Tank PFAD berbentuk tabung yang berfungsi untuk menyimpan PFAD
12. Deodorizer
Deodorizer berbentuk silinder yang berfungsi untuk mengoksidasi
21
asam lemak bebas dan menghilangkan bau.
13. Filter RBDPO
filter RBDPO berbentuk tabung silinder yang digunakan untuk
menyaring RBDPO yang keluar dari deodorizer agar kotoran yang
mungkin terbawa pada deodorizing dapat dipisahkan.
14. Filter Press
Filter Press berbentuk persegi panjang, memisahkan fasa padat dan
fasa cair dari RBDPO dengan cara pengepresan.
15. Buffer Tank
berbentuk persegi panjang yang digunakan sebagai menampung olein
yang sudah terpisah dari stearin.
16. Crystalizer
Cristalizer berbentuk silinder sebagai tempat pembentukan kristal dari
RBDPO.
17. Cooling tower
Cooling tower berbentuk persegi empat, sebagai pendingin awal 31°C
-28°C
18. Chiller
Chillr berbentuk persegi empat, melanjutkan pendinginan dari CT
hingga 6°C-10°C
19. Olein Tank
Storage Olein bentuknya sama dengan storage RBDPO yang berfungsi
tempat penyimpanan olein.
22
Gambar: 3.9 Plant Production Refinery and Fraksinasi
(Sumber: PT KJA Dumai, 2023)
Blok diagram pada proses refinery dan fraksinasi secara umum dapatdilihat
pada gambar 3.10
23
pemakaian bleaching earth.
d) Iodine Value (IV), untuk mengukur tingkat ketidak jenuhan dari
senyawapenyusun minyak dan lemak.
e) Perokside Velue (PV), untuk menunjukan jumlah produk antara
(peroksida) pada reaksi oksida minyak (pengukuran ketengikan
minyak).
f) Beta Karoten (β-caroten), untuk menentukan warna minyak dan
lemakberdasarkan beda panjang gelombang 269 dan 446.
g) Phosporus content, untuk menentukan persentase pemakaian H3PO4.
Proses yang terjadi pada refinery adalah, pre–treatment atau dengumming,
bleaching section, filtration section, deodorization section.
24
dengan menggunakan pompa (11M01A atau 11M01B) menuju HE (11E01A dan
11E01B) dimana pada alat ini terjadi counter-curent (aliran berlawanan) karena
didalamnya terjadi perpindahan panas antara CPO dan RBDPO, sehingga alat ini
sering disebut Heat Exchanger Economizer, CPO masuk berkisar 40-50oC menuju
11E01A dan keluar pada suhu 50-60oC, lalu masuk ke 11E01B dan keluar pada
suhu 75-90oC dan masuk lagi di Exchanger 11E02 dibantu dengan steam
bertekanan 4 bar dan keluar dengan suhu 100-120oC.
Setelah CPO mengalami pemanasan di HE 11E01A/B maupun HE 11E02
CPO akan dialirkan menuju 11D01 (Deaderator) disini air yang terdapat dalam
minyak akan ditarik dengan menggunakan vaccum. Kemudian CPO dialirkan
menuju ke 11D03 (Degumming Tank) dengan menggunakan pompa 11M02A/B,
disini CPO akan diaduk dengan asam fosfat (H3PO4) dengan tujuan untuk
pembentukan inti gum agar lebih homogen. Pengaruh yang timbul dari asam
tersebut adalah penggumpalan dan pembentukan zat-zat seperti phospatida,
protein, residu, karbohidrat, air, dan resin sehingga dapat terpisahkan dari minyak
menggunakan knife mixer (11MX03). Asam fosfat yang berasal dari tanki
phosporit acid tank (11D02) dipompakan dengan menggunakan pompa 11M03
(Phosporit acid dosing pump) menuju acid mixer (11MX01A). Penggunaan asam
fosfat sekitar 0,048% s/d 0,050%, Setelah mengalami pengadukan asam fosfat akan
menuju 11D06 (Bleacher). Minyak yang telah mengalami pre-treatment section
disebut degummed palm oil (DPO).
25
d) Tipe Minyak yang diproses
Umpan yang telah melewati proses bleaching akan berlanjut ke tahap
filtrasi serta menghasilkan BPO (Bleached Palm Oil). Keberhasilan proses
pretreatment, degumming serta bleaching dapat dilihat di parameter kualitas BPO
nya. Kondisi proses yang penting diperhatikan pada proses bleaching:
a) Vacum bleacher : 60-70 torr
b) Spurging steam untuk pengadukan : 1-2 barg
c) Bleaching dosing tube, dalam kondisi full
d) Temperatur raw material 100-120oC
e) Retention time : 30-45 menit
Jika hal diatas tidak tercapai akan berakibat:
a) Warna product tidak tercapai sesuai dengan target
b) Stability product rendah
c) Proses filtrasi pada niagata filter akan terganggu.
Bleacher adalah sebuah vessel yang dirancang under vacuum yang
bertujuan untuk :
a) Menguapkan moisture (kandungan air) yang terdapat pada umpan.
b) Menguapkan spurging steam yang digunakan untuk proses
pengadukan bleaching earth dengan minyak.
c) Meniadakan oksigen pada proses bleaching sehingga proses
oksidasi tidak terjadi.
d) Menyempurnakan proses reaksi.
Bleaching section merupakan bagian utama pada tahap Refinery, yang
terdiri dari proses pemucatan warna, pengikatan logam (Fe dan Cu), penghilangan
getah, serta pembuangan kotoran lain dari CPO. Proses Bleaching terdiri dari tahap
degumming dan tahap adsorbtive cleaning with BE (Bleaching Earth).
Proses bleacher section dibutuhkan kondisi vacuum untuk menghisap uap
air yang terkandung pada CPO, membantu masuknya Bleaching Earth (BE) ke
11D06 (Bleacher), pengadukkan menggunakan sparging steam dan yang
terpenting adalah Bleaching Earth (BE). Kadar pemakaian biasanya antara 0,7%
sampai 1% disesuaikan dengan tingkat warna dan mutu CPO yang diolah dan mutu
26
itu sendiri.
Degummed oil akan mengalir ke 11D06 (bleacher), sedangkan bleaching
earth akan melalui Hopper 11D05A/B (Bleaching Earth Feed Hopper). Di 11D05
dilengkapi juga dengan 4 set valve yang digerakkan secara pneumatic yang terletak
dibawah 11D05A/B yang gunanya untuk penganturan masuknya BE ke 11D06
(bleacher).
Di 11D06 berfungsi sebagai tempat pencampuran antara degummed oil
dan bleaching earth, pengadukan terjadi di 11D06 dengan menggunakan sparging
steam dan pada 11D06 dilengkapi juga dengan vaccum 50-60 torr. Minyak yang
telah memenuhi 11D06 akan over flow menuju 11D07 (buffer tank). Di 11D06
diharapkan BE telah bisa menyerap gum, kotoran dan pemucatan warna secara
maksimal sesuai dengan kapasitasnya.
Suhu di bleacher sekitar 100-110oC, kegunaan vacuum yang ada di 11D06
yaitu untuk menghisap air yang masih terkandung dalam Degummed Palm Oil
(DPO), membantu BE masuk kedalam dosing glass dan menghisap steam yang
berasal dari sparging steam. Buffer tank berfungsi sebagai penampungan DPO
yang akan dipompakan ke Niagata filter (11F01,11F02,11F03,11F04).
Pada Buffer Tank juga dilengkapi dengan sparging steam yang gunanya
untuk memanaskan DPO, dan juga dilengkapi dengan vacum yang berfungsi untuk
menghisap kandungan air yang terbawa oleh sparging steam. Pada Buffer Tank juga
27
dilengkapi jalur minyak yang bersal dari Niagata filter.
(11F01/11F02/11F03/11F04) dan Slop Oil Tank (11D09).
Minyak DPO yang telah mengalami pencampuran dengan BE akan
dialirkan menuju ke Niagata filter (11F01/11F02/11F03/11F04) yang gunanya
menyaring miyak yang telah bercampur dengan BE yang membawa gum-gum,
kotoran-kotoran dan lain-lain. Dan setalah proses pemisahan yang terjadi di
Niagata filter maka diperoleh minyak BPO (Bleaching Palm Oil).
28
niagata filter hingga level minyak pada Niagata filter
mencapai high level, biasanya waktu yang diperlukan
dalam pengisian Niagata filter adalah 5-15 menit.
b. Coating :.Disini Niagata filter yang telah berisi minyak akan
disirkulasikan dari Niagata filter ke bleacher, hal ini
dilakukan untuk membentuk precoating pada filter leaf.
Dimana pembentukan precoating gunanya melapisi
lubang- lubang saringan dengan bleaching earth, waktu
yang diperlukan antara 8-10 menit.
c. Filtration : Disini minyak akan disaring dari gum-gum dan
kotoran- kotoran yang ada minyak hingga minyak bersih
dari kotoran yang tercampur dengan minyak. Pada
proses ini berlangsung ± 100-150 menit. Minyak yang
berada dalam Niagata filter akan dialirkan ke polishing
filter (11F05A/B) yang berukuran10 mikron.
d. Empty filter : Pada proses pengosongan minyak dari filter lef terdiri
atas dua tahap, yaitu :
1. Pertama minyak akan dikosongkan menuju 11D06
hingga low level, proses ini berlangsung ± 4-6 menit.
Pengosongan minyak dibantu dengan tekanan steam
yang bertekanan 4 barr. Minyak yang keluar akan
dialirkan menuju ke 11D06, sementara steam dan
sebagian minyak akan dialirkan menuju steam
cyclone (11D08). DI 11D08 minyak akan
dipindahkan dari steam dengan cara perbedaan berat
jenis. Minyak akan turun menuju slop oil tank
(11D09), sementara steam akan dialirkan menuju
hotwell. Minyak hasil pemisahan dari steam yang
berada di 11D08 akan dipompakan menuju 11D06.
2. Tahap kedua, pengosongan sisa-sisa minyak yang
berada di Niagata Filter (NF)
29
11F01/11F02/11F03/11F04. Perbedaannya pada
tahap pertama adalah minyak yangterkandung dalam
steam akan dialirkan menuju 11D08 untuk
dipisahkan.
e. Drying :.Proses yang terjadi disini adalah pengeringan kotoran
(spent earth) yang tersaring di filter leaf dari minyak
yang masih terkandung di spent earth. Pada saat
pengeringan spent earth dengan bantuan steam, steam
yang mengandung minyak akan dialirkan ke steam
cyclone (11D08) gunanya untuk memisahkan minyak
dengan steam dengan cara perbedaan berat jenis antara
minyak dengan steam, sementara steamakan dialirkan
menuju hotwell. Proses ini berlangsung kuranglebih ± 10
menit.
f. Ventilation :.Proses yang berlangsung disini untuk membuang sisa
steam (tekanan) yang masih berada di Niagata filter dan
akan dialirkan menuju 11D08. Apabila sisa steam
(tekanan) tidak dibuang maka mengakibatkan valve
tidak bisa dibuka pada saat discharge (pembuangan
spent earth). Proses ini berlangsung selama ± 2 menit.
Proses di ventilation interlock terhadap Pressure Switch
Low (PSL), apabila salah satu dari indikator tersebut
tidak menyala berarti minyak atau tekanan masih berada
dalam filter leaf, ini akan mengakibatkan step
discharge tidak akan terlaksana hingga kedua indicator
tersebut menyala (udara yang berada didalam Niagata
filter akan keluar menuju slop tank).
g. Discharge : Pada tahapan ini spent earth didalam Niagata filter
dikeluarkan menuju penampungan spent earth untuk
diprosesselanjutnya. Pada proses ini dibantu dengan alat
yang digunakan untuk menggetarkan filter leaf agar cake
30
yang masih menempel terlepas jatuh yang disebut
vibrator. Proses penjatuhan spent earth dari filter leaf
dibantu vibrator yang bergoyang/bergetar selama ± 20
detik dan berhenti selama ± 5 detik keadaan ini
berlangsung berulang selama 9-10 menit. Sisa bleaching
earth dari proses filtrasi biasanya mengandung minyak
sekitar 18-22%.
h. Circulation : Pada proses ini digunakan pada saat 11D07 low level atau
bleached oil tank (11D11) high level, lamanya sirkulasi
ini tergantung pada level di bleacher telah normal (diatas
low level) dan pada dearator dibawah high level. Minyak
yang telah berada dalam Niagata filter akan
disirkulasikan ke 11D07.
Setelah itu minyak yang berasal dari Niagata filter dapat langsung disaring
kembali untuk menghilangkan sisa-sisa bleaching earth yang masih terikut dengan
menggunakan 11F06 A/B (Security Polishing Filter) yang berukuran 10 mikron.
Setelah disaring dengan menggunakan 11F06 A/B dialirkan menuju 11D11
(Bleacher Oil Tank).
31
c) Mengubah BPO (Bleacher Palm Oil) menjadi RBDPO (Refined
Bleached Deodorized Palm Oil) dan menghasilkan produk samping
PFAD (Palm Fatty Acid Destilate).
32
yang berfungsi untuk mengangkat dan mengaduk uap FFA, aldehid, dan keton yang
masih terkandung di BPO.
Minyak yang telah mengalami pemanasan akhir akan dialirkan menuju ke
pre-striper dan deodorizer. Di pre-striper PFAD dipisahkan oleh hisapan vacuum
menuju ke sisi atas prestriper, sedangkan RBDPO menuju ke sisi bawah pre-
striper. Pada pre-stripper ini juga terdapat sirkulasi PFAD yang merupakan
produk samping yang dipisahkan dari minyak karena memberi efek buruk terhadap
kualitas minyak. PFAD ini masih dipisahkan karena bisa diolah lagi untuk menjadi
bahan baku pembuatan alkohol, sabun, biodiesel dan lainnya. Metode penguapan
untuk pemisahan PFAD ini dikarenakan titik didihnya lebih rendah dari RBDPO.
PFAD ini ditangkap oleh cone yang berada diatas header minyak BPO dan
kemudian disimpan di PFAD tank (11D12) dan kemudian disirkulasikan lagiuntuk
menangkap PFAD yang lain dengan cara dispray menggunakan nozzle. Sebelum
dispray, PFAD di dinginkan terlebih dahulu dengan heat exchanger (11E16)
sehingga berada di suhu sekitar 60 – 70 oC. Suhu ini merupakan suhu optimal untuk
mengkondensasikan PFAD di dalam pre–stripper. Jika suhu PFAD yang dispray
lebih rendah maka PFAD akan terkontaminasi dengan air dan impurities yang lain
karena ikut terkondensasi. Ketika suhu PFAD lebih tinggi maka losses akan
semakin tinggi karena PFAD tidak terkondensasi secara maksimal. PFAD tank
selain di sirkulasikan akan secara otomatis dialirkan ke storage tank.
33
Kemudian RBDPO dipompa ke deodorizer. Dalam deodorizer tersebut,
minyak diaduk dengan kuat dalam jangka waktu tertentu, 60 menit sampai
sebagian besar zat yang mudah teruap dihilangkan dan heat bleaching tercapai.
Dalam kondisi normal dan dengan bantuan stripping uap, asam lemak bebas yang
masih ada dalam minyak hasil bleaching, disuling bersama-samadengan produk
mudah menguap yang lebih tidak stabil dan produk oksidasi seperti aldehida dan
keton, yang tidak akan memberikan bau yang tidak diinginkan dan rasa untuk
minyak. Pada saat yang sama, karatenoid sisa yang ada juga terurai dan akhirnya
hasilnya akan menjadi minyak RBDPO yang hampir tidak berwarna. Setelah itu
RBDPO mengalami pertukaran panas dengan minyak hasil bleached dan panas
RBDPO tadi juga dimanfaatkan untuk pemanasan CPO yang masuk ke refinery.
Kemudian dari HE 11E01A RBD dipompakan ke 11E15 (final oil cooler) untuk
didinginkan.
Proses pendinginan RBDPO terjadi di tiga tahap, yaitu:
a. Di HE 11E11, dimana RBDPO yang keluar dari deodorizer
bertemperatur ± 260oC – 265oC akan didinginkan oleh BPO yang
memasuki HE 11E11, sehingga temperature RBDPO yang keluar
menjadi temperatur ± 140oC –170oC.
b. Di HE 11E01A/ 11E01B dimana panas RBDPO yang keluar dari HE
11E11 akan dimanfaatkan untuk memanaskan CPO, temperature
RBDPO yang keluar dari HE 11E01 A ± 70oC - 110oC.
c. Di HE 11E15 (Final Oil Cooler), disini proses pendinginan RBDPO
terakhir kalinya. Pendinginan di HE 11E15 dibantu dengan air yang
berasal dari clean cooling tower, sehingga temperatur minyak
RBDPO yang keluar dari HE 11E15 sebagai berkisar ± 50oC - 65oC.
Minyak RBDPO yang telah mengalami proses pendinginan akan dialirkan
menuju polishing filter RBDPO (11F11 A/B) untuk penyaringan terakhir yang
berukuran 5 mikron, dimana fungsi dari 11F11 A/B yaitu untuk menyaring minyak
RBDPO dari kotoran-kotoran yang masih terikut pada proses-proses sebelumnya.
Setelah melewati tahap ini RBDPO akan langsung menuju tahap Fraksinasi,
dikirim atau dialirkan menuju tanki RBDPO (storage tank).
34
3.7.1.6 Fraksinasi
Proses fraksinasi yang dilakukan oleh PT Kreasijaya Adhikarya dibagi
menjadi 2 tahapan. Tahapan pertama adalah proses pengkristalan atau yang sering
disebut tahap crystallization, tujuan utamanya adalah untuk memisahkan
komponen minyak padat dengan komponen minyak cair berdasarkan perbedaan
titik beku minyak. Fraksinasi memiliki tujuan untuk memisahkan trigliserida
dalam minyak yang memiliki titik leleh yang berbeda, sehingga minyak kelapa
sawit dapat dipisahkan dari fraksi padat (fraksi jenuh dengan titik leleh yang tinggi)
dengan fraksi cair (fraksi dengan titik leleh lebih rendah). Tahap kedua adalah tahap
filtrasi, tahap filtrasi bertujuan untuk memisahkan bagian stearin (minyak padat)
dan olein (minyak cair) menggunakan membrane filter dengan tekanan tinggi.
RBDPO yang dihasilkan dari tahapan proses sebelumnya terdiri dari dua
fraksi yaitu sterin dan olein. Titik leleh fraksi olein adalah 9-12oC, sedangkan fraksi
stearin adalah 35–37oC. Karena perbedaan titik leleh tersebut maka fraksi stearin
digunakan sebagai bahan baku untuk membuat margarin, mentega putih
(shortening) dan sabun. Sedangkan fraksi olein digunakan sebagai bahan baku
pembuatan minyak goreng. Pemisahan stearin dilakukan dengan prinsip
perbedaan titih leleh melalui mekanisme fraksinasi kering (dry fractionation),
yaitu pemisahan tanpa melibatkan penggunaan bahan pelarut.
35
3.7.1.7 Kristalisasi
Proses kristalisasi memungkinkan untuk dihasilkan kristal sejenis. Jenis
kristal dalam minyak yang terbentuk pada proses kristalisasi adalah α, β’, β.
Dimana perbedaan tiap kristal:
1. Kristal α : Kristal α dihasilkan jika super cooling terlalu cepat
sehingga massa padat yang dihasilkan berupa kristal kecil. Kristal
jenis ini terlalu halus dan tidak stabil sehingga akan menyulitkan
proses penyaringan.
2. Kristal β’: Kristal β’ merupakan kristal berukuran medium,
berstruktur stabil dan mudah disaring. Bentuk kristal tersebut
diperoleh melalui kondisi kristalisasi yang benar-benar terjaga
dengan beda suhu air dan minyak yang tidak terlalu besar, dan bentuk
kristal yang diinginkan.
3. Kristal β: Kristal ini merupakan kristal yang paling stabil. Kristal
tersebut sangat sulit didapatkan dikarenakan memerlukan waktu
pendinginan yang terlalu lama. Sedangkan kristal β’ tidak
memerlukan waktu yang lama namun kristalnya cukup kokoh.
Tingkat kecepatan pembentukan kristal : α> β’> β dengan tingkat kestabilan
kristal α> β’> β. Guna untuk mendapatkan pemisahan yang bagus, kristal stearin
dapat terbentuk dalam ukuran yang merata, dimana kondisi yang diinginkan adalah
dalam bentuk beta aksen (β’). Pemisahan dari fraksi padat dari fraksi cairnya
dibawah control akan menghasilkan fraksi-fraksi yang sangat berbeda
karakteristiknya baik secara physical dan chemical. Prinsip dari proses fraksinasi
pada kondisi yang terkontrol oleh titik leleh dari minyak (melted oil), didinginkan
sampai mencapai salah satu komponen dari trigeliserida tersebut mulai
terkristalkan pada fasa cairnya. Secara umum proses tersebut terdiri atas tiga
tahapan penting, yaitu:
1. Pendinginan di bawah titik leleh (supercooling of the melt).
2. Pembentukan inti Kristal (formation of melt).
3. Pertumbuhan Kristal (crystal growth).
36
Untuk mendapatkan pemisahan yang baik, kristal stearin harus dalam
bentuk butiran yang kokoh dan berukuran yang seragam. Jika butiran kristal dalam
keadaan yang tidak kokoh atau masih terlalu lunak butiran kristal stearin, maka
pemisahan tidak dapat dilakukan. Dalam proses fraksinasi menggunakan mesin
filter press sebagai pemisah antara fraksi padat dan fraksi cair.
Proses fraksinasi diawali dari pemompaan RBDPO dari tangki dengan
pompa menuju ke crystallizer. Sebelum menuju ke crystallizer RBDPO dipanaskan
di heat exchanger hingga temperaturnya 68°0C-75°C yang bertujuan untuk
menghancurkan kristal yang telah terbentuk pada minyak.
37
b. Filling
Filling merupakan proses pengisian tank crystallizer yang berkapasitas
51 MT. Proses filling RBDPO dalam tank crystallizer mencapai 98%
dari kapasitas tangki. Di dalam tank crystallizer terdapat agigator yang
berfungsi untuk melakukan pengadukan sehingga proses perpindahan
panas dapat berjalan dengan baik. Kecepatan awal putaran agigator
sebesar 40 Hz. Proses filling berlangsung selama 20-25 menit.
c. Cooling/fast cooling
RBDPO dalam tangki kristallizer didinginkan dengan menggunakan air
dari cooling tower yang dialirkan melalui coil water yang terdapat dalam
tangki kristalizer. Temperatur air cooling tower yang digunakan adalah
28-30oC. Proses calling dimulai pada setting temperatur air Tl 60oC.
Agigator pada tangki kristallizer di sening pada putaran 40 Hz, agar
temperatur RBDPO dalam tangki menjadi merata dan homogen.
Selanjutnya temperatur air di setting pada T2 40o dan T3 30oC. Setting
temperatur air yang diturunkan secara bertahap bertujuan agar proses
cooling dapat dikontrol. Proses cooling berlangsung selama 60-120
menit.
d. Cilling/slow cooling
Setelah temperatur air cooling mencapai 34oC, maka air dari cooling
tower digantikan dengan air chiller water dengan temperatur 7-15oC,
pada saat ini temperatur RBDPO mencapai 41-45oC. Setelah proses
pendinginan berlanjut dan temperatur RBDPO mencapai 38oC dan
temperatur air pada coil water 30oC, putaran agigator diubah ke low
speed yaitu di setting pada putaran 35 HZ. Bertujuan untuk persiapan
pembentukan kristal dan agar kristal tidak rusak akibat putaran cepat.
Pada temperatur RBDPO mencapai 32oC proses pembentukan kristal
dimulai (crystal time), temperatur air di setting pada T4 29oC dimana air
pada suhu ini deregulasi untuk pembentukan dan pertumbuhan kristal.
Setting temperatur air pada tahap pembentukan kristal ditentukan sesuai
dengan kualitas produk yang diharapkan. Pada pembentukan kristal ini
38
harus dikontrol dari grafik yang ada dengan mempertahankan selisih
temperatur RBDPO dengan temperatur air tidak lebih dari 2oC. Jika ada
over shoot atau temperatur mengalami kenaikan maka segera lakukan
tindakan untuk menurunkan temperaturnya agar kristal yang terbentuk
tidak pecah atau berukuran kecil. Jika kristal dengan ukuran kecil maka
dapat lolos pada membran dalam proses filtrasi dan menurunkan kualitas
produk.
e. End cooling
Merupakan proses pendinginan terakhir sebelum di pompa menuju filter
press dimana suhu minyak sudah mencapai 24oC. Proses pendinginan
ini bertujuan untuk memperkeras kristal agar kualitas Stearin bagus.
f. Holding
Pemberian waktu sejenak (tujuan utama dari holding adalah untuk
menghomogenisasikan/menyetarakan suhu minyak (olein) dengan
kristal-kristal (stearin) sebelum masuk ke tahapan draining/filtration
dengan lamanya waktu tidak ditentukan.
g. Draining/filtration
Minyak RBDPO dengan suhu 24oC siap untuk proses pemisahan antara
minyak cair (olein) dan minyak padat (stearin) melalui filter press
dengan tekananfilter press 120-360 bar.
3.7.1.8 Filtrasi
Sebagai kelanjutan dari proses kristalisasi adalah proses filtrasi. Proses
filtrasi di sini pada dasarnya adalah penyaringan fraksi cair (olein) dari fraksi padat
(stearin) yang telah dikristalisasi pada tahap sebelumnya. Penyaringan dilakukan
pada unit filter press yang di dalamnya terbagi dalam beberapa satuan atau unit
plate membrane yang bekerja secara bersamaan. Satu unit filter press dapat terdiri
dari 72 plate membrane. Pada plate membrane ini dibalut dengan kain filter (filter
loth) sebagai instrumen penyaring.
39
Gambar: 3.18 Filter Press
(Sumber: PT KJA Dumai, 2023)
Proses filtrasi ini dimulai dengan tahapan pengisian atau pemasukanumpan
(feeding) bahan baku yang berupa RBDPO menuju plate membrane pada tekanan
1–1,2 bar. Setelah itu dilakukan tahap squezzing atau pemerasan untuk
menghasilkan Olein. Proses squezzing adalah dengan pemberian tekanan 6,0–6,5
bar selama 550 detik dengan tujuan untuk mengeluarkan Olein. Olein yang
dihasilkan selanjutnya disimpan pada tangki penampungan.
Setelah tahap squezzing tersebut, maka filter cloth akan terisi padatan-
padatan Stearin. Untuk mengeluarkan dan membersihkan filter cloth dari Stearin
maka dilakukan core blowing dengan cara pemberian tekanan 4–5 bar selama 100
detik yang kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran tekanan (pressure release).
Selanjutnya dilakukan open filter dengan merenggangkan plate membrane
menggunakan pompa hidrolik. Akibat dari aksi ini, maka stearin akan terlepas dari
filter dan jatuh pada bak penampungan yang dilengkapi dengan koil pemanas untuk
mencairkan stearin yang selanjutnya disimpan pada storage tank.
40
Gambar: 3.19 Proses Filtrasi
(Sumber: PT KJA Dumai, 2023)
Berikut rincian tahapan operasi pada filter press PT Kreasijaya Adhikarya
adalah sebagai berikut:
a. Closing (penutup plate)
Tahap 1 adalah operasi penutup atau perapatan plate-plate agar pada saat
perlakuan pemompaan bahan olahan ke filter press tidak terjadi
kecerobohan kebagian sisi samping dan bawah dari pada plate. Penutupan
filter press dengan cara system hydrolik.
b. Feeding
Tahap ini adalah tahap penyuplaian bahan olahan dari kristallizer yang telah
mengandung butiran kristal melalui pompa sampai batas tekanan yang telah
ditentukan. Tekanan yang ditentukan adalah 1,2 bar. 1,2 bar ini dianggap
telah menyuplai olahan khusus bentuk butiran disemua area dari pada filter
press cloth dan ketebalan celah plate. Pada bagian ini sebagian fraksi cair
melalui pori-pori filter cloth menuju tangki penampungan.
c. Pengepresan (squeezing)
Tahap ini adalah tahap pemberian tekanan (6,0–6,5 bar) pada bidang plate.
Sehingga plate menekan ke arah masing-masing celah plate sehingga
butiran- butiran kristal yang tertangkap tertekan mengakibatkan butiran
kristal tersebut memadat dan kering sehingga menjadi bentuk lempengan
fraksi padat (cake stearin).
41
d. Pembersihan line feeding plate (core blow)
Yaitu pembersihan sisa-sisa minyak (olein) yang ada di jalur-jalur feeding
RBD palm oil dengan menggunakan tekanan angin sebesar 4,5 bar.
e. Filter blow
Yaitu pembersihan sisa-sisa minyak (olein) yang ada di jalur-jalur RBD
Olein dengan menggunakan tekanan angin sebesar 1,5 bar.
f. Pressure release
Yaitu tahap proses pelepasan tekanan agar main cylinder bisa terbuka
karena sudah tidak ada tekanan lagi.
g. Main cylinder open
Ini adalah tahap pembukaan plate.
h. Tahap pembukaan/pemisahan plate-plate (opening)
Ini adalah tahap dimana dilakukannya penarikan plate-plate sehingga
terjadi perengangan plate yang mengakibatkan adanya celah antara plate.
Pada saat ini stearin akan berjatuhan ke penampungan. Lempengan stearin
akan dicairkan dengan coil pemanas dan seterusnya dipompa untuk
ditransfer ke storage tank stearin.
i. Tahap pembersihan filter cloth (washing)
Ini adalah tahap proses pembersihan filter cloth dari butiran atau cake yang
masih melekat pada cloth dengan cara melakukan sirkulasi minyak pada
temperatur 65-70°C dalam total waktu ± 30 menit. Waktu perlakuan ini
dilakukan sesuai kondisi dari cloth. Normalnya dilakukan setiap 30 kali
penyaringan.
42
murni mengandung gums dan kotoran serta sejumlah besar minyak.
43
1. FFA (Free Fatty Acid)
Asam lemak bebas (ALB) adalah grup dari asam organik yang terdapat
dalam minyak sawit. Kandungan FFA didalam minyak sawit, sebagian
besar palmitat, stearat dan oleat. Kandungan palmitat lebih banyak didalam
minyak sawit sehingga berat molekulnya digunakan dalam perhitungan.
FFA terbentuk akibat adanya air melalui reaksi hidrolisa :
Minyak (trigiserida) + Air FFA + Gliserol
Analisa asam lemak bebas dalam minyak sawit produksi adalah untuk
menilai kadar asam lemak bebas dalam minyak dengan melarutkan lemak
tersebut dalam pelarut organik yang sesuai dan menetralisasi larutan
tersebut dengan alkali dengan menggunakan indikator phenolpthalein. Nilai
FFA dalam CPO sebaiknya tidak lebih dari 5%. Faktor yang mempengaruhi
FFA adalah:
a. Tingkat kematangan buah sawit
b. Memperpanjang penanganan buah dari waktu panen hingga
waktu proses
c. Keterlambatan atau penundaan antara panen dan proses
2. Moisture
Penentuan kadar air pada minyak produksi adalah untuk menilai kandungan
zat menguap dalam minyak, yaitu jumlah zat/bahan yang menguap pada
suhu 110ᵒC, termasuk didalamnya air serta dinyatakan sebagai
berkurangnya berat apabila sampel dipanaskan. Nilai kadar air (moisture
content) pada CPO sebaiknya tidak lebih dari 0,5%.
3. Impurities
Analisa kadar kotoran (impurities content) pada minyak produksi adalah
untuk menilai kadar kotoran dalam minyak yang berupa zat yang tidak larut
dalam pelarut organik yang telah ditentukan, kemudian disaring dengan
media penyaring dan dicuci dengan pelarut tersebut,dikeringkan lalu
ditimbang. Nilai kodra kotoran pada CPO sebaiknya tidak lebih dari 0,05%.
4. DOBI (Deteration Of Bleachability Index)
DOBI (Deteration Of Bleachability Index) adalah indeks daya pemucatan
44
yang dapat terjadi pada minyak CPO (crude palm oil) yang merupakan rasio
kandungan karoten dan produk oksidasi sekunder pada CPO. Nilai DOBI
yang rendah mengindikasikan meningkatnya kandungan produk oksidasi
sekunder (produk oksidasi dari karotenoid yang dapat terjadi dari efek
rantai asam lemak teroksidasi. Nilai DOBI diukur dengan alat
spektrofotometer UV Visible, kandungan karoten diukur pada absorben 446
nm sedangkan produk oksidasi sekunder pada absorben 269 nm. Nilai
DOBI yang baik adalah 2,5 semakin tinggi nilai DOBI pada CPO
menunjukkan mutu CPO yang bersangkutan semakin baik.
5. Cloud Point (CP)
Nilai CP merupakan nilai yang menyatakan kemampuan minyak untuk
tahan terhadap proses mengkabut (cloudy). Nilai CP perlu diketahui dengan
tujuan untuk mengetahui suhu penyimpanan dari suatu minyak agar kualitas
minyak tetap terjaga terutama pada suhu dingin.
6. Iodine Value (IV)
Nilai iodine value (IV) merupakan nilai yang menunjukkan tingkat
ketidakjenuhan minyak/lemak. Adapun prinsip dalam analisa ini adalah
asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap
sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya jumlah yang
diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh.
Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh 100
gram minyak atau lemak.
Produk yang dihasilkan yaitu (Refined Bleached Deodorized Palm Oil)
RBDPO, (Palm Fatty Acid Distillate) PFAD, Olein dan Stearin. Kualitas
hasil produksi harus memenuhi parameter-parameter pada tabel dibawah
ini:
Tabel 3.2 Standar Mutu RBDPO PT KJA Dumai
No Parameter Standar
1 FFA 0.06% Max
2 COLOR 2.0 R/ 20 Y Max
3 M&I 0.05 Max
45
4 IV 51.5 I2/100 gr Min
(Sumber: PT KJA Dumai, 2023)
Tabel 3.3 Standar Mutu PFAD PT KJA Dumai
No Parameter Standar
1 FFA 87% Min
2 M&I 0.25 Max
46
cocok untuk lokasi pengiriman yang tidak terlalu jauh. Jika dilihat dari
segi biaya pengiriman jalur darat bisa lebih murah tapi estimasi waktu
pengirimannya relatif lebih lama tergantung jaraknya.
2. Pengiriman jalur laut
Jenis pengiriman laut cocok jika ingin melakukan pengiriman barang
dalam jumlah yang sangat banyak atau berupa paket logistik.
Pengiriman laut mampu menjangkau lokasi yang lebih luas
dibandingkan pengiriman darat. dapat melakukan pengiriman barang
antara pulau menggunakan ekspedisi pengiriman laut.
Konsumen akhir PT Kreasijaya Adhikarya saat ini yaitu:
1. PT Rajawali Nusindo
PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) yang bergerak dalam
bidang distribusi dan perdagangan.
2. BULOG
BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di
bidang logistik pangan.
47
BAB IV
AKTIVITAS KERJA PRAKTE
48
press dan memahami alur porses
RBDPO hinggal menjadi olein
dan stearin
Mempersiapkan laporan dan PPT
7 20 Maret – 24 Maret 2023
untuk perusahaan dan perpisahan
(Sumber: PT KJA)
4.2 Masalah
Selama dilaksanakannya kerja praktek di PT. Kreasijaya Adhikarya, telah
terjadi beberapa masalah pada kristalisasi di plant faksinasi. Hal ini diakibatkan
karena salah satu nya adalah kontrol Valve automatic tidak bekerja dengan
semestinya, ( pembukaan di DCS dan di lapangan tidak sesuai). Contoh nya di
DCS control Valve bukak 50%,tetapi di lapangan hanya terbuka 40%, akibat dari
itu proses kristalisasi tidak berjalan dengan baik.
Standar suhu kristalisasi RBDOP (Refined, Bleached, Deodorized Palm
Oil) dapat bervariasi tergantung pada tujuan dan persyaratan spesifik dalam
industri minyak sawit. Namun, umumnya suhu kristalisasi RBDOP berkisar antara
20 hingga 30 derajat Celsius. Penting untuk dicatat bahwa suhu kristalisasi dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti komposisi lemak dan kondisi
pemrosesan.
Oleh karena itu, pengaturan suhu yang tepat selama proses kristalisasi
penting untuk mencapai kristalisasi yang lebih sempurna dan kualitas produk yang
diinginkan. Dalam praktiknya, RBDPO akan mengoptimalkan suhu kristalisasi
berdasarkan pengalaman, uji coba, dan pemantauan terus-menerus untuk
memastikan kristalisasi yang baik dan hasil produk yang konsisten. Dampak yang
terjadi dari salah satu faktor kristalisasi tidak sempurna, adapun target pada I.V
proses kristalisasi BRDPO yaitu min 51 dan mak 52. Berikut merupakan.datanya.
49
Tabel 4.2 Data Target I.V Maret 2023
RBDPO RBDPO
DATE DATE
I.V I.V
1-Mar-23 51,96 15-Mar-23 52,01
2-Mar-23 52,03 16-Mar-23 52,03
3-Mar-23 51,97 17-Mar-23 52,04
4-Mar-23 51,97 18-Mar-23 52,02
5-Mar-23 51,93 19-Mar-23 51,93
6-Mar-23 51,94 20-Mar-23 51,94
7-Mar-23 51,93 21-Mar-23 51,94
8-Mar-23 51,98 22-Mar-23 51,94
9-Mar-23 51,96 23-Mar-23 51,94
10-Mar-23 51,93 24-Mar-23 51,97
11-Mar-23 51,98 25-Mar-23 51,98
12-Mar-23 52,03 26-Mar-23 51,96
13-Mar-23 52,02 27-Mar-23 51,96
14-Mar-23 52,06 28-Mar-23 51,95
(Sumber: PT. KJA)
50
Dapat dilihat pada grafik bahwa terjadinya masalah pada kualitas
kristalisasi RBDPO pada tanggal 2 Maret 2023, 12 Maret 2023, hingga 18
Maret 2023 tidak sesuai dengan standar spesifikasi yang telah ditetapkan oleh
perusahaan yaitu 52,00 max, standar spesifikasi tersebut dilihat dari ruang kontrol
(Control room).
Setelah dilakukannya identifikasi pada masalah kualitas kristalisasi
RBDPO yang tidak sesuai dengan standar spesifikasi perusahaan, ada beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut. Adapun penyebab
terjadinya masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Valve tidak terbuka sesuai program yang ada di control room, contoh
di program 40%, tapi di lapangan 30%.
2. Agiator tidak bergerak secara optimal, di karena kan agiator berfungsi
untuk mengaduk RBDPO yang ada di dalam tank
3. Pompa tidak berfungsi secara optimal, di karena kan pompa berfungsi
untuk mengalirkan air dari cooling tower dan air dari chiller.
51
2. Agitator tidak bergerak secara optimal:
a. Periksa daya listrik dan sambungan kabel agitator untuk
memastikan tidak ada masalah pada pasokan daya.
b. Periksa kondisi fisik agitator dan pastikan tidak ada kerusakan atau
hambatan yang menghambat pergerakan agitator.
c. Lakukan pemeriksaan dan pemeliharaan rutin pada agitator untuk
memastikan kinerjanya optimal.
d. Periksa sistem kontrol agitator dan sensor terkait untuk mastikan
tidak ada masalah yang menghambat pergerakan agitator.
e. Jika diperlukan, lakukan penyesuaian parameter pada sistem
kontrol untuk meningkatkan kinerja agitator.
3. Pompa tidak berfungsi secara optimal:
a. Periksa pasokan daya listrik ke pompa dan pastikan tidak ada
masalah pada sambungan kabel dan panel kontrol.
b. Periksa kondisi fisik pompa, seperti kerusakan pada impeller atau
baling-baling, dan perbaiki jika diperlukan.
c. Periksa pipa dan saluran yang terhubung dengan pompa untuk
memastikan tidak ada penyumbatan atau kebocoran yang
menghambat aliran air.
d. Lakukan pemeriksaan dan pemeliharaan rutin pada pompa untuk
memastikan kinerjanya optimal.
e. Periksa sistem kontrol dan sensor yang terkait dengan pompa untuk
memastikan tidak ada gangguan yang menghambat operasional
pompa.
f. Jika diperlukan, lakukan penyesuaian parameter pada sistem
kontrol untuk meningkatkan kinerja pompa.
Selain itu, penting juga untuk melibatkan tim pemeliharaan atau teknisi
yang berpengalaman dalam melakukan evaluasi, perbaikan, dan pemeliharaan
peralatan. Penggunaan teknologi pemantauan yang canggih juga dapat membantu
mengidentifikasi masalah secara dini dan mengoptimalkan kinerja peralatan.
52
Berikut ini salah satu cara PT. Kreasijaya Adhikarya dalam mengatasi
masalah:
1. Pemeriksaan sistem kontrol
Pada PT KJA Dumai proses kontrol dilakukan didalam control room
untuk mengetahui cara proses pada DCS (Diagram ControlSystem),
baik itu set point level, temperatur, pressure, dan flow.
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktek di PT. Kreasijaya Adhikarya, adapun
kesimpulan yang didapat pada laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Penyebab kristalisasi RBDPO tidak memenuhi standar yang telah
ditetapkan perusahaan adalah kerusakan pada mesinnya yaitu Valve,
Agitator, dan Pompa yang tidak berfungsi secara optimal. Karena itu
kristalisasi tidak memenuhi mutu perusahaan.
2. Tindakan yang dilakukan perusahaan dalam upaya mengendalikan
kualitas kristalisasi RBDPO yaitu dengan melakukan evaluasim
perbaikan, dan pemeliharaan peralatan/mesin. Penggunaan teknologi
pemantauan yang canggih juga dapat membantu mengidentifikasi
masalah secara dini dan mengoptimalkan kinerja peralatan.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada tangki CT (Crystallizer Tank)
untuk memastikan bahwa kristal dalam RBDPO (Refined, Bleached,
and Deodorized Palm Oil) sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
perusahaan.
2. Menjunjung tinggi disiplin dan mematuhi peraturan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan, mengingat masih banyak yang
mengabaikan keselamatan kerja.
3. Operator harus memberikan perhatian lebih pada suhu dalam tangki dan
melakukan pemeriksaan pada mesin, termasuk memastikan mesin
beroperasi secara optimal atau tidak.
54
DAFTAR PUSTAKA
Kurniasih. E. Pardi. Raudah. (2020). Teaching Factory. Yogyakarta.
Penerbit Andi
Noor. R. N, Wahab. A, Ahmad. I. (2015). Handbook of Plam Oil
Prosessing. Surabaya. Springer.
Nugroho. A. (2019). Buku Teknologi Agro industri Kelapa Sawit.
Banjarmasin. Lambung Mangkurat University Press.
Pardamean. M. (2017). Kupas Tuntas AGRIBISNIS KELAPA SAWIT.
Jakarta. Penebar Swadaya.
Saptro. E, Williandi. (2022) Peluang Crude Palm Oil (CPO).
Surabaya. Narotama University Press.
Yuwono. S .S, Waziiroh. E. (2017). Teknologi Pengolahan Pangan
Hasil Perkebunan. Malang. UB Press.
55
LAMPIRAN
Lampiran A Surat Pengantar dari Kampus
Lampiran B Surat Balasan Dari Perusahaan
Lampiran C Dokumentasi Selama Kerrja Praktek
Lampiran D Legalitas Data 1
Lampiran E Legalitas Data 2