Semoga dengan terbitnya buku ini, dapat memberi manfaat bagi kita
semua yang membaca agar lebih memahami tentang Promosi Kesehatan. Kami
menyadari dalam penulisan buku ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Maka kami mengharapkan adanya masukan , pendapat, kritik dan
saran dari para pembaca .
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER........................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................. 1
BAB II................................................................................................................ 5
BAB III............................................................................................................... 13
Media Promosi Kesehatan................................................................................... 13
BAB IV............................................................................................................... 25
Strategi Promosi Kesehatan................................................................................ 25
BAB V................................................................................................................. 30
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat....................................................................... 30
BAB VI............................................................................................................... 35
Etika Dalam Promosi Kesehatan......................................................................... 35
BAB VII.............................................................................................................. 46
Pendekatan Promosi Kesehatan Bidang Farmasi................................................ 46
BAB VIII............................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
1
PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN
Prinsip-prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for Health
Promotion (1986) mengatakan bahwa ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan
adalah:
7. Multi strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program
kebijakan.
2
7. Membangun Kemitraan ( Building Partnership )
1) Promotif
2) Preventif
3) Kuratif
4) rehabilitative
3
b. aspek preventif (pencegahan) serta kuratif (penyembuhan) sasaran kelompok
ini adalah orang berisiko tiggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
Pada aspek ini upaya promosi kesehatan memiliki 3 cakupan atau upaya yaitu:
4
BAB II
A. Pengertian
Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas kegiatan organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.
Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar. (Buku Modul Promosi Kesehatan).
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
respon (Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3
domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif diukur dari
pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (keterampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orang tua, teman,
buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan
merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek.
Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengar.
Pengetahuan yang cukup daalam kognitif mempunyai enam tindakan, yaitu :
mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan
evaluasi. Dalam promosi kesehatan perubahan perilaku merupakan hal yang
penting karena untuk mengetahui sejauh mana promosi kesehatan yang di
berikan berjalan efektif. Keberhasilan suatu promosi kesehatan dapat di nilai
dari perubahan perilaku dari penerima promosi kesehatan. olehnya, makalah
ini memberikan perubahan perilaku secara spesifik.
5
Menurut Notoatmodjo (2012), sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun
lingkungan. Menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2012), sikap
merupakan kumpulan gejala dalam merespon stimulus, sehingga sikap
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Oleh
karena itu, dengan adanya intervensi promosi kesehatan yang sudah dilakukan
terbukti bahwa stimulus direspon dengan cukup baik oleh responden, sehingga
terjadi peningkatan sikap. Sikap sendiri merupakan respon tertutup seseorang
terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor emosi
seseorang yang bersangkutan (senang-tidak senang, setujutidak setuju, baik-
tidak baik). Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012) sikap,
meliputi 3 komponen, yaitu: kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep
terhadap objek; kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek;
kecenderungan untuk bertindak. Respon hanya akan timbul apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individu.
Dimana respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu timbul yang didasari oleh proses evaluasi dalam diri individuyang
memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif
negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian membentukdiri
sebagi potensi reaksi terhadap objek sikap. Hal tersebut disebabkan karena
smartcards dalam intervensi ini dapat memenuhi manfaat media penyuluhan
yaitu menimbulkan minat sasaran, mencapai target sasaran, membentuk dan
mengatasi banyak hambatan, merangsang sarana penyuluhan untuk
meneruskan pesanpesan yang akan diterima kepada orang lain, mendorong
keinginan untuk mengetahui, kemudian mendalami dan akhirnya mendapat
pengertian yang baik, serta membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Hal tersebut juga sesuai dengan teori StimulusOrganism-Respons dari Skinner
(1984) dalam Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa perubahan
perilaku tergantung stimulus terhadap organisme, oleh karena itu bila stimulus
diperkuat atau dimunculkan akan meningkatkan perhatian, pengertian,
penerimaan, dan bereaksi yang akhirnya.
6
B. Perilaku Kesehatan
Berdasarkan teori perilaku dan Skiner (1983), perilaku kesehatan
adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut:
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan jika sakit.
Perilaku ini terdiri atas dua aspek yaitu sebagai berikut.
a) Perilaku pencegahan penyakit, misalnya: pemberian imunisasi
TT pada ibu hamil, mencuci tangan dan sebagainya.
b) Perilaku peningkatan kesehatan dan penyembuhan akibat sakit
kesehatan itu dinamis dan relative, maka perlu upaya bagi yang
sudah sehat untuk meningkatan kembali kesehatannyan
seoptimal mungkin, misalnya: pemberian antibiotic makan dan
minuman yang bergizi, pemberian tablet Fe dan sebagainya.
b. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau perilaku pencarian pengobatan. Perilaku yang
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat sakit atau
kecelakaan. Perilaku ini dimulai dari yang sederhana yaitu mengobat
sendiri (self treatment) sampai ke cara modern (teknologi) dengan
pergi keluar negeri, misalnya: pada saat ibu akan bersalin dia mencari
tenaga kesehatan (bidan, dokter, perawat) untuk menolong
persalinannya, penderita sakit jangkung akan pergi keluar negeri untuk
melakukan pengobatan dan sebagainya.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Menurut Hendrik L.Blum, faktor lingkungan mempunyai
kontribusi besar yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, sosial budaya
dan sebagainya. Apabila individu bisa mengelola lingkungan dengan
baik, maka lingkungan tidak akan menganggu kesehatan individu,
7
keluarga dan masyarakat, misalnya: pengelolaan sampah, air minum,
pembuangan tinja, pembangunan limbah dan sebagainya.
Sebagai ahli perilaku lain, Becker (1979) membuat klasifikasi
lain tentang perilaku kesehatan yaitu sebagai berikut:
1. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatan kesehatannya.
Perilakunya antara lain sebagai berikut:
a. Makan dengan menu seimbang. Menu seimbang disini berarti
memenuhi unsur kualitas dan kuantitas dari makanan. Di
Indonesia dikenal dengan istilah empat sehat lima sempurna.
b. Olahraga secara teratur, juga mencakup segi kualitas dan
kuantitas. Dalam satu minggu minimal 2 kali melakukan
olahraga selama lebih kurang satu jam. Hal yang perlu
dipertimbangkan adalah darin segi umur dan status kesehatan
yang bersangkutan.
c. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan yang jelek yang
dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Di Indonesia hampir
50% penduduk usia dewasa merokok, begitu juga remaja
hampir 15% sudah merokok.
d. Tidak minum-minuman keras
e. Tidak menggunakan narkoba
f. Istirahat yang cukup
g. Hindari stres. Stres adalah ketegangan dalam perilaku dan
bentuk perasaan yang bergejolak menekan-nekan berupa
ketegangan. Setiap orang bisa mengalami stres dan akibatnya
dapat bermacam-macam bagi kesehatan.
h. Gaya hidup yang sehat: tidak berganti-ganti pasangan dalam
hubungan seks, penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar,
dan sebagainya.
2. Perilaku Sakit (illness behavior)
8
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap
sakit dan penyakit, persepsinya terhadap penyakit, pengetahuan
tentang: penyebab, gejala, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakup
hak-hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan
kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri dan juga
lain. Perilaku peran sakit ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Tindakan untuk memperoleh tindakan
b. Mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan yang
layak
c. Hak-hak pasien yang lain, misalnya hak memperoleh
perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan sebagainya.
Kewajiban orang sakit asalah tidak menularkan penyakit pada
orang lain dan sebagainya.
C. Domain Perilaku
Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (convert),
dan perilaku terbuka (overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi
sebenarnya perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang
bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah keseluruhan
(totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil
bersama antara faktor internal dan eksternal. Benyamin Bloom (1908)
seseorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga area
wilayah, ranah atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif
(affetive), dan psikomotor (psykomotor).
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain
oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan
menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut:
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
9
hidung dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi tehadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga)
dan indera penglihatan (mata).
b. Sikap
Sikap merupakan perilaku tertutup setelah seseorang diberi
stimulus atau objek, proses selanjutnya dia akan menilai atau bersikap
terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut.
c. Praktik (tindakan)
Praktik (tindakan) dalam perilaku terjadi apabila seseorang telah
melewati dua domain terlebih dahulu yaitu pengetahuan dan sikap.
Setelah melewati dua tahapan sebelumnya, maka seseorang akan
mempraktikkan atau melaksanakan apa yang diketahui dan disikapinya
(dinilai baik).
10
meniru tindakan orang lain atau bahkan meniru apa yang dia lihat
tanpa mencerna apa yang dia lihat.
3. Karena menghayati (internazation)
Manusia adalah makhluk yang sempurna di antara makhluk
ciptaan tuhan yang lain, karena hanya manusia yang mampu berpikir
tentang hidup, pandai memahami rahasia hidup, menghayati
kehidupan dengan arif, dan mempertajam pengalaman-pengalaman
baru. Biasanya perubahan perilaku karena penghayatan ini cenderung
dari pengalaman pribadi individu tersebut atau bahkan mengadopsi
dari pengalaman orang lain. Seseorang yang merasa perilaku tersebut
pantas dan harus ada pada dirinya, maka dengan terbuka dia akan
melakukan perubahan perilaku dalam dirinya.
11
F. Kesimpulan
Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu
atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya (Atkinson, 1987).
Dalam berubah terdapat beberapa teori perubahan yaitu Teori Redin, Teori
Lewin, Teori Lippit, Teori Rogers, Teori Havelock dan Teori Spradley.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang,
sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern yaitu
keturunan dan motif. Sedangkan sebagian terletak diluar dirinya yang
disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Sedangkan aspek perilaku
berupa aspek fisik, aspek psikis, dan aspek sosial.
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus)
dan respon (Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi
dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif diukur
dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor, dan tindakan dari
keterampilan.
12
BAB III
MEDIA PROMOSI KESEHATAN
13
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dibutuhkan media yang dapat
memudahkan aktivitas-aktivitas promosi kesehatan terutama pada saat pendidik
(sumber) tidak dapat bertemu langsung dengan sasaran (audience). Adapun jenis -
jenis media pembelajaran menurut (Kholid, A., 2012) yaitu:
1. Media visual seperti grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun dan
komik
2. Media auditif seperti radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya
3. Projected still media seperti slide, over head projector, in focus dan
sejenisnya
4. Projected motion media seperti film, televisi, video, komputer dan
sejenisnya.
14
arah positif di bidang kesehatan. Media promosi kesehatan dibagi menjadi 3
macam, yaitu : (Notoatmodjo, 2005)
1. Media cetak
Booklet adalah media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam
bentuk buku baik berupa tulisan maupun gambar.
Gambar 1. Booklet
Gambar 2. Leaftet
15
Rubik adalah media yang berbentuk seperti majalah yang membahas
tentang masalah Rubik adalah media yang berbentuk seperti majalah
yang membahas tentang masalah kesehatan. Kemudian poster adalah
media cetak yang berisi pesan atau informasi kesehatan yang
umumnya ditempel di tembok, tempat umum atau kendaraan umum.
Gambar 3. Poster
2. Media elektronik
Media elektronik merupakan suatu media bergerak yang dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Contoh
dari media elektronik adalah TV, radio, film, vidio film, cassete, CD, dan
VCD.
16
Gambar 6. Radio Gambar 7. TV
17
Research and development adalah jembatan antara penelitian dasar dengan
penelitian terapan. Metode penelitian berfungsi untuk memahami fenomena atau
menggambarkan fakta, membuktikan pengembangan dan menemukan
pengetahuan. Metode penelitian memiliki tiga fungsi yaitu, untuk membantu
pelaksanaan kerja, untuk memahami fenomena dan untuk memilih dan mengukur.
Metode penelitian memiliki 3 fungsi yaitu fungsi untuk memilih yaitu
1. Membantu pelaksanaan kerja (Need To Do), dengan metode penelitian:
a. Research & Development
b. Action Research
c. Operation Research
d. Kombinasi
18
7. Operational product revision
8. Operational field testing
9. Final product revision
10. Dissemination and implementation
19
3. Meneliti dan menguji untuk mengembangkan produk yang telah ada (level
3)
4. Meneliti dan menguji untuk menciptakan produk yang belum ada (level 4)
20
kualitatif, kuantitatif dan campuran. Pada sebuah penelitian, masalah yang baik
yaitu yang memiliki sifat baru, original, signifikan feasible, memiliki nilai pasar,
dan benefical.
Rumusan masalah berbeda dengan masalah, rumusan masalah merupakan
pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui mengumpulan data pada
suatu penelitian. Rumusan masalah memiliki beberapa bentuk, diantaranya yaitu
rumusan masalah deskriptif, rumusan masalah komparatif, rumusan masalah
kausal, musuan masalah kausal-komparatif, dan rumusan masalah struktural.
Pada penelitian dan pengembangan (R&D), populasi dan sampel tergantung
pada ke empat level dalam penelitian. Populasi dan sampel di level 1 berjumlah
tiga, yaitu tahap potensi dan masalah, tahap pengumpulan informan dan tahap
validasi desain. Pada level 2, juga memiliki jumlah tiga tahap, namun ketiganya
hanya berada di pengujian tahap 1, pengujian tahap 2 dan pengujian tahap 3.
Kemudian pada level 3, ada enam jumlah populasi dan sampel. Masing berada
pada penelitian produk, penelitian lapangan, pengujian internal rancangan,
pembuatan produk, uji coba lapangan utama dan uji coba lapangan operasional.
Kemudian di level 4, populasi dan sampel juga berjumlah enam, masing-masing
berada pada potensi dan masalah, pengumpulan informasi, validasi desain, uji
coba terbatas, uji coba lapangan utama, dan uji coba lapangan operasional.
Instrument merupakan alat untuk mengumpulkan data.
Pada penelitian dan pengembangan, instrument digunakan pada ke empat
level penelitian. Pada level 1, instrument digunakan pada tahap potensi masalah,
pengumpulan informasi dan validasi desain. Kemudian pada level 2, instrument
digunakan pada tahap pengujian 1, 2, dan 3. Pada level 3 digunakan pada produk
yang telah ada, penelitian lapangan, uji internal rancangan, uji coba terbatas, uji
coba lapangan utama, dan uji coba lapangan operasional. Kemudian pada level 4,
instrument digunakan pada tahap potensi dan masalah, pengumpulan informasi,
validasi desain, uji coba terbatasm uji coba lapangan utama, dan uji coba lapangan
operasional.
Skala merupakan acuan untuk menentukan panjang pendeknya internal yang
digunakan untuk alat ukur. Skala yang digunakan dalam penelitian dan
pengembangan yaitu skala likert, skala guttman, semantic differential, dan rating
21
scale. Kemudian pada teknik pengumpulan data, memiliki tahapan yang sesuai
dengan level penelitian. Pada level 1, pengumpulan data dilakuakan pada potensi
dan masalah, pengumpulan informasi dan validasi desain. Pada level 2, dibagian
penguian tahap 1,2, dan 3.Kemudian pada level 3, teknik pengumplan data ada di
penelitian produk, penelitian lapangan, pengujian internal rancangan, uji coba
terbatas, uji coba lapangan utama, dan uji coba lapangan operasional. Kemudian
pada tlevel 4, pengumpulan data ada di tahap potensi dan masalah, pengumpulan
informasi, validasi desain, uji coba terbatas, uji coba lapangan utama dan uji coba
lapangan operasional. Teknik analisis data juga digunakan pada tahap yang sama
dengan teknik pengambilan data pada setiap level penelitian dan pengembangan.
22
Kemudian pada level 4, dilakukan empat tahap pengujian. Pengujian
pertama yaitu pengujian internal kemudian dilakukan pengujian eksternal.
Pengujian eksternal dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen, desain
preexperimental design, dan quasi experimental design tidak menggunakan
kelompok eksperimen dan control yang diambil secara random, analisisnya
menggunakan statistik deskriptif dan bila desain eksperimen menggunakan true
experimental design maka analisinya menggunakan statistic inferensial.
23
Intervensi media merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran dalam bidang kesehatan untuk meningkatankan
pengetahuan seseorang. Intervensi media didefinisikan sebagai kegiatan yang
terorganisir dan bertujuan yang memanfaatkan berbagai saluran media untuk
menginformasikan, mempengaruhui, atau memotivasi populasi (Sixsmith, et al,
2014).
Dalam melakukan promosi kesehatan perlu diperhatikan media yang
digunakan agar dapat menarik perhatian sasaran dalam mengikuti promosi
kesehatan. Menurut (Kholid, A., 2012) media pembelajaran adalah sarana fisik
untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti buku, film, video dan
sebagainya. Media adalah merupakan alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan, materi pendidikan atau pengajaran (Maulana, H. D. 2007).
Tujuan dari penggunaan media dalam pengajaran yaitu untuk memperjelas
pesan, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga, daya indra, menimbulkan
semangat belajar, interaksi langsung antara peserta didik dan sumber belajar, serta
memungkinkan peserta belajar mandiri sesuai bakat (Simamora, 2009).
24
BAB IV
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan.
Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada
para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan
di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung
program kesehatan yang kita inginkan.
Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang- undang,
peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal
maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan
seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan
dukungan dari para pejabat yang terkait.
25
meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam
bentuk dana atau fasilitaslain. Dari uraian dapat disimpulkan bahwa
sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di
berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah kesehatan
(sasaran tertier).
26
bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan
peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).
Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak
terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya:
terbentuknya dana sehat,terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes,
dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyrakat sering
disebut Gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uaraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah
masyarakat.
27
c. Penyuluh memberikan advokasi solusi permasalahan kesehatan
berdasarkan kebutuhan individual
d. Tidak efisien bagi penyuluh, tapi efisien bagi sasaran
4. Simulasi
a. Simulasi adalah metode ekperiental di mana model situasi nyata
digunakan untuk merangsang atau membantu proses
pembelajaran
b. Semakin mirip dengan situasi nyata semakin baik simulasi
tersebut
c. Bentuk simulasi : permainan, drama, bermain peran (role
playing), model komputerisasi
d. Simulasi cocok untuk meningkatkan motivasi dan mengubah
sikap.
5. Modifikasi Perilaku
a. Memodifikasi perilaku spesifik berdasarkan prinsip pengkondisian
melalui rangsangan dan konsekuensi
b. Teori : rangsangan (antecedent) perilaku spesifik
konsekuensi (positif/negatif)
Contoh rangsangan : iklan televisi
Contoh konsekuensi positif :hadiah ,pujian
Contoh konsekuensi negatif : sanksi
6. Pengembangan Masyarakat
a. Proses yang berorientasi kepada metode pengorganisasian
masyarakat yang menekankan pada pengembangan kemampuan,
keterampilan dan pemahaman pada masyarakat tertentu
b. Strategi ini berdasarkan kemandirian, kesepakatan bersama dalam
pemecahan masalah.
c. Penyuluh bertindak sebagai fasilitator
d. Evaluasi strategi ini lebih sulit dibandingkan strategi lain karena
efeknya terjadi dalam waktu yang lama
B. Aturan Dalam Memilih Strategi Promosi Kesehatan
1. Pilih minimal tiga strategi
28
2. Umumnya, penggunaan media sering digunakan dalam promosi
kesehatan
3. Semakin lama program, semakin banyak strategi
4. Dimulai dengan strategi yang paling murah & sederhana
5. Semakin kompleks permasalahan perilaku yang akan diintervensi,
semakin banyak strategi yang digunakan
6. Strategi yang mempengaruhi faktor predisposisi umumnya
mempunyai efek yang singkat
29
BAB V
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
30
kebiasaan. Untuk itu diperlukan pemberitahuan atau informasi terkait
pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada
masyarakat, supaya tumbuh kesadaran akan pentingnya menerapkan
PHBS pada masyarakat demi kesehatan dan kesejahteraan anggota keluarga.
Dalam rangka mengoperasionalkan paradigma sehat khususnya yang
berkaitan dengan promosi kesehatan di Indonesia, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya peningkatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) di seluruh Indonesia dengan mengacu
kepada pola manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian,
perencanaan, dan pelaksanaan serta pemantauan dan penilaian. Upaya tersebut
dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya sehingga masyarakat sadar, mau,
dan mampu secara mandiri turut berperan aktif dalam meningkatkan status
kesehatannya. Meskipun upaya tersebut bukanlah suatu hal yang mudah karena
berkaitan dengan masalah perilaku, sedangkan perilaku merupakan masalah yang
khas dan kompleks karena berkaitan dengan privasi seorang individu, untuk itu
harus dilakukan pendekatan kepada masyarakat terlebih dulu guna
memberikan kepercayaan dan menginformasikan manfaat-manfaat yang
akan didapatkan ketika menerapkan PHBS tersebut, mengingat pemberdayaan
masyarakat sebaiknya dimulai dari rumah tangga atau keluarga, karena berawal
dari keluarga yang sehat timbullah generasi-generasi masa depan yang cemerlang.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Hidup
bersih dan sehat sendiri merupakan suatu hal yang seharusnya memang diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat sebagai salah satu cara menjaga
kesehatannya. Mengingat kesehatan merupakan hal penting bagi setiap manusia
mulai dari konsentrasi dalam bekerja dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-
31
hari. Anak merupakan kelompok yang paling rentan terserang penyakit.
Permasalahan perilaku kesehatan pada anak terutama usia dini (usia setelah
kelahiran sampai dengan usia sekitar 6 tahun) biasanya berkaitan dengan
kebersihan perorangan dan lingkungan. Penyakit yang sering muncul akibat
rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat antara lain cacingan, diare, sakit gigi,
sakit kulit, gizi buruk, dan lain sebagainya (Khoirudin, dkk., 2015). Hal ini akan
mempengaruhi tumbuh kembang anak dan kualitas kesehatannya (Banun, 2016)
32
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan
PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih
dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta
didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes
RI, 2007).Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013
menyatakan bahwa, kesehatan dipengaruhi oleh perilaku yang mejunjung tinggi
keadaan kebersihan. Akibat kurangnya perhatian terhadap kebersihan ini, maka
masih banyak penyakit yang timbul seperti diare, kecacingan, fi lariasis, demam
berdarah dan muntaber. Masalah kebersihan yang masih banyak dialami oleh
siswa SD yaitu, masalah pada gigi sebanyak 86%, tidak bisa potong kuku
sebanyak 53%, tidak bisa menggosok gigi sebanyak 42% dan tidak mencuci
tangan sebelum makan sebanyak 8%. Sedangkan penyakit yang banyak diderita
oleh siswa SD yaitu penyakit cacingan sebesar 60-80%, dan caries gigi sebanyak
74,4%. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya upaya
secara komprehensif dari berbagai Sektor (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Anak usia dini adalah seorang anak yang usianya belum memasuki suatu
lembaga pendidikan formal seperti sekolah dasar dan biasanya mereka tetap
tinggal di rumah atau mengikuti kegiatan dalam bentuk berbagai lembaga
pendidikan pra-sekolah, seperti kelompok bermain, taman kanak-kanak, atau
taman penitipan anak. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun. Masa
lima sampai enam tahun pertama kehidupan anak merupakan usia emas. Oleh
sebab itu dibutuhkan kondisi yang sesuai dengan kebutuhan anak sehingga
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tercapai secara optimal
(Kemendiknas, 2009: 3).
33
teladan, memberi semangat, dan mendorong anak untuk berkembang. Potensi
yang dapat dikembangkan pada diri anak sesuai dengan Permendikbud 146 Tahun
2014 tentang Kurikulum 2013, yang memuat program-program pengembangan
yang mencakup sebagai berikut: nilai agama dan moral, fisik motorik (motorik
kasar dan motorik halus), intelektual atau kognitif, bahasa, sosial emosional, dan
seni. Untuk mengembangkan semua itu diperlukan guru yang profesional dalam
merancang melaksanakan dan mengevaluasi agar dapat menghasilkan tujuan
pembelajaran secara maksimal. Hal itu dapat dihayati logo PAUD adalah anak
Indonesia yang sehat cerdas dan ceria. Persoalan yang tidak kalah penting dalam
pendidikan anak usia dini ialah aspek sosial dan emosional yang merupakan
bagian esensial dalam perkembangannya. Perkembangan sosial dan emosional
anak, Erikson dalam Morrison (1988: 199) berpendapat bahwa perkembangan
emosi positif sangat penting dalam perkembangan jiwa anak, seperti makna
menerima dan memberi. Menerima dan memberi merupakan hal yang dipelajari
anak bertalian dengan kehidupan sosial (Erikson, 1963: 75). Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pasal 10 ayat (2) nilai
agama dan moral meliputi: kemampuan mengenai nilai agama yang dianut,
mengerjakan ibadah, berperilaku jujur, penolong, sopan, hormat, sportif, menjaga
kebersihan, diri dan lingkungan, mengetahui hari besar agama, menghormati dan
toleransi terhadap agama orang lain. Selanjutnya ayat (3) kesehatan dan perilaku
keselamatan, mencakup berat badan, tinggi badan, lingkar kepala sesuai usia serta
kemampuan berperilaku hidup bersih, sehat dan peduli terhadap keselamatannya.
Pada sosial-emosional ayat (6) meliputi: a) kesadaran diri, terdiri atas
memperlihatkan kemampuan diri mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan
diri, serta mampu menyesuaikan diri dengan orang lain; b) rasa tanggung jawab
untuk diri dan orang lain, mencakup mengetahui hak-haknya, menaati aturan,
mengatur diri sendiri serta bertangguang jawab atas perilakunya untuk kebaikan
sesame
34
BAB VI
ETIKA DALAM PROMOSI KESEHATAN
1. Kesehatan
Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber
daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk
itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor
kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk
kesejahteraan (WHO,1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan
dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor
kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam
masyarakat (Taylor, 2003).
2. Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri
sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya
masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan
kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang
dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat
sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya, politik dan sebagainya).
35
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah
perilakunya, yaitu:
a. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang
melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang
lebih dekat;
b. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam
konteks pengetahuan lokal,
c. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama)
setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
d. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan
untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai
dengan potensi yang di miliki. Pendekatan program promosi menekankan aspek
”bersama masyarakat”, dalam artian:
a. Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam
kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan
inginkan,
b. Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk
perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat
di lakukan dengan aman dan nyaman serta
c. Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan
dan memantau dampaknya secara terus-menerus, berkesinambungan
36
B. Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan.
Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator harus lebih aktif menjalin
kemitraan dengan TKC untuk :
∙ mendukung program kesehatan.
∙ melakukan pembinaan teknis.
∙ mengintegrasikan program promosi kesehatan dengan program lain yang
dilaksanakan oleh Sektor dan Program lain, terutama program usaha kesehatan
sekolah, dan program lain di PUSKESMAS.
37
5. Definisi Pendidikan Kesehatan
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu
kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni.
Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,
dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Menurut Australian Health Foundansion Promosi kesehatan adalah program-
program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik
di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan
lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan
Ottoson,1998).
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak
secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan
berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan
pribadinya dan orang lain.
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan
gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan
sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan
lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan
yang sehat.
38
tujuan apa yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk
penunjang program-program kesehatan lainnya.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya
yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi
kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan
dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Advokasi(Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada
para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang
spesifik.
2. Menjembatani(Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama
dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait.
3. Kemampuan/Keterampilan(Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara
serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri
39
yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan,
dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community
organization), pengembangan masyarakat (community development),
penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(community empowerment), dll.
40
I. ETIKA
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana
yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata
Yunaniethosyang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-
ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh
beberapa ahli berikut ini:
–Drs. O.P. Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
–Drs. Sidi Gajalbadalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
–Drs. H. Burhanudin Salam: etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap
dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Dari berbagai pembahasan
definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis
definisi, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus
membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
2. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan
baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.Definisi tersebut tidak
melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan
waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat
sosiologik.
3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif,
dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku
41
manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi,
menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif,
direktif dan reflektif.
42
8. Program kesehatan umum dan kebijakan harus menggabungkan berbagai
pendekatan yang mengantisipasi dan menghormati nilai-nilai yang beragam,
keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.
9. Program kesehatan umum dan kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang
paling meningkatkan lingkungan fisik dan sosial.
10. Lembaga kesehatan publik harus melindungi kerahasiaan informasi yang
dapat membawa kerugian bagi individu atau komunitas jika dibuat publik.
Pengecualian harus dibenarkan
Kerangka kerja ini menekankan pentingnya hubungan yang kompleks antara
orang-orang. Hubungan tersebut adalah inti dari masyarakat, dan mendukung
sejumlah prinsip etika.
2. MENETAPKAN TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di
seluruh wilayah Indonesia.
43
4. MENETAPKAN METODE DAN SALURAN KOMUNIKASI
Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan
perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan
semua informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikomunikasikan dengan
dukungan seperti audio visual (video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet),
visual (flip charts).
44
7. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN ETIS
Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yakni :
1. Promotor kesehatan tidak akan secara sengaja menunda pelayanan atau
informasi, dilihat dari status pengetahuan sekarang yang dapat memberikan
manfaat kepada klien, mereka berusaha mengikuti perkembangan promosi
kesehatan
2. Promotor kesehatan akan menghargai kerahasiaan informasi yang dapat mereka
akses kecuali atas permintaan hokum dan demi kepentingan klien
3. Promotor kesehatan harus tidak melakukan kegiatan promosi kesehatan yang
tidak kompoten bisa kerjakan.
45
46
BAB VII
PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN BIDANG FARMASI
47
Dasar dari pendekatan ini adalah untuk pencegahan terhadap penyakit. Hal
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penurunan kesehatan dan
kematian dini dengan cara medis. Keberhasilannya dapat dilihat dari
program imunisasi dan vaksinasi yang bertujuan untuk memperkecil angka
kesakitan pada anak. Pendekatan medical ini bergantung pada pengetahuan
dan taktik persuasive (membujuk) dalam pelaksanaannya.
Pencegahan dan pengobatan merupakan prioritas untuk mencegah
terjadinya kerugian dalam bidang sosial ekonomi sebagai penyebab dan
penurunan kesehatan.
Kegiatan untuk mengembangkan pendekatan ini meliputi penyebaran
kampanye melalui media dan pendidikan. Tujuan akhir dari pendekatan
medical adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dini.
Fokusnya yaitu adlah taktik persuasif dan menempatkan tanggung jawab
individu tersebut untuk membuat pilihan dalam mencegah penyakit.
2) Pendekatan perubahan perilaku
Pendekatan ini dilakukan dengan cara mendorong seseorang untuk
menjalankan perilakuperilaku kesehatan dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini beranggapan bahwa seseorang bebas
untuk membuat pilihan tentang bagaimana cara hidup sehat berhubungan
dengan perubahan perilaku. Hal ini dipengaruhi oleh factor sosial ekonomi
dan kebudayaan.
Kegiatan promosi kesehatan kegiatan yang digunakan dalam pendekatan
ini meliputi : komunikasi dan konseling, pendidikan, pemberdayaan,
membuat kebijakan, peran serta masyarakat, dan membangun jaringan
dukungan sosial. Masalah yang kemungkinan akan timbul dengan
menggerakkan pendekatan ini adalah waktu yang diperlukan setiap orang
untuk merubah perilakunya tidak sama. Ada individu yang memerlukan
waktu lebih lama dari pada individu yang lain untuk merubah perilakunya,
demikian pula sebaliknya.
48
3) Pendekatan Educational
Pendekatan ini yaitu dengan cara memfasilitasi individu untuk proses
pembelajaran dan memberikan fasilitas penunjang dalam proses
pembelajaran tersebut melalui dialog terbuka dan diskusi. Dengan belajar
dari pengalaman hidup dan dikaitkan dengan pengetahuan merupakan
bagian integral dan proses pendidikan ini untuk mengetahui kebutuhan
individu-individu tersebut. Untuk meningkatkan kesadaran dan mulainya
proses pembelajaran di masyarakat telah dilakukan berbagai car, salah
satunya adalah berkampanye dengan masa media dalam berbagai variasi.
Tetapi kampanye media masa ini hanya menyentuh pada anggota
masyarakat yang memiliki motivasi yang kuat untuk berubah.
4) Pendekatan yang berpusat pada Klien
Pendekatan ini didasarkan pada persamaan status antara tenaga kesehatan
dank lien. Kegiatan yang dilakukan oleh klien dan tenaga kesehatan
sebagai fasilitator, yaitu membimbing, memberi support, dan mendorng
klien untuk membuat keputusan. Tujuan pendekatan ini adalah untuk
memfasilitasi otonomi klien.
5) Pendekatan Perubahan Sosial
Tujuan dan pendekatan ini adalah untuk memastikan bahwa sehat itu muah
dijangkau dan juga untuk mendukung slogan “liat untuk Semua fokusnya
bukan pada perubahan perilaku individu mempengaruhi secara positif
kesehatan di masyarakat.
Dan pendekatan ini diketahui bahwa kerugian sosial ekonomi sebagai hal
penentu dan penurunan kesehatan. Wujud perhatiannya yaiitu dengan
membuat perubahan sosial dan ekonomi dengan rencana/aksi politik dan
memperluas jaringan kerjasama dengan pembuat kebijakan.
49
B. APLIKASI TEORI
Belajar melalui observasi ini akan melibatkan orang lain yaitu model
dalam memperagakan suatu aktivitas. Bandura mengusulkan tiga macam
pendekatan treatmen, yakni:
50
yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh :
Meniru gaya penyanyi yang disukai
b. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian
secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam
buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
c. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah
laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung.
Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai
daripada buku yang dibacanya. d. Peniruan Sesaat/seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di
sekolah. e. Peniruan Berkelanjutan Tingkah laku yang ditiru boleh
ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh : Pelajar meniru gaya
bahasa gurunya.
Selama 3 dekake yang lalu, sejumlah besar riset telah dilakukan kedalam
faktor –faktor penentu (determinan) penggunaan pelayanan kesehatan.
Kebanyakan dari riset inilah model-model adanya penggunaan pelayanan
kesehatan dikembangkan dan dilengkapi.
51
d. Untuk menyarankan cara-cara memanipulasi kebijaksanaan yang
berhubungan dengan variabel-variabel agar memberikan
perubahan-perubahan yang diinginkan
e. Untuk menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-
proyek pemeliharaan/perawatan kesehatan yang baru.
Telah banyak riset di bidang penggunaan pelayanan kesehatan di mana hampir
mustahil untuk membahas setiap model spesifik yang telah digunakan sebagai
pengganti. Berbagai pendekatan dipakai dalam penelitian penggunaan pelayanan
kesehatan yang menurut jenisnya dibedakan ke dalam 7 kategori yang didasarkan
pada tipe-tipe variable yang digunakan sebagai determinan-determinan
penggunaan pelayanan kesehatan (Anderson dan Anderson, 1979).
52
Pelayanan promosi kesehatan oleh pharmacist kepada lebih dari 4,1 juta
masyarakatIndonesia per hari, adalah angka yang cukup signifikan terhadap
peningkatan derajat kesehatanmasyarakat Indonesia ketika setiap kunjungan
klien/pasien dimaknai sebagai kesempatanuntuk melakukan aktivitas promosi
kesehatan. Data ini belum termasuk pelayanan pharmacistdi 7.917 klinik yang
kemungkinan besar terdapat pelayanan kefarmasian baik berbentuk apotekatau
instalasi farmasi.
Di lain pihak, telah dibahas bahwa dari dua orientasi asuhan kefarmasian
(Pharmceuticalcare), langsung atau tidak merupakan atau terkandung kegiatan
promosi kesehatan. Hal ini perlu menjadi kesadaran bagi para calon pharmacist
bahwa pomosi kesehatan bukanlah hal baru atau bah\kan di luar praktik
kefarmasian.
53
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. (Pasal 1 ayat
butir 9)
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu,menyeluruh, dan berkesinambungan. (Pasal
47)
Demikian juga dalam Kepmenkes No. 1027/2004, Bab II tentang Stamdar
Pelayanankefarmasian di Apotek, disebukan 3 jenis layanan yaitu:
1. Pelayanan Resep
2. Promosi dan Edukasi
3. Residensial (Home Care)
Dalam hal Pelayanan Resep, setidaknya beeberapa poin di bawah ini
menunjukkan peranlangsung pharmacist dalam kegiatan promosi kesehatan:
Berkaitan dengan Etiket sebagai media informasi (Etiket harus jelas dan
dapatdibaca)
Penyerahan Obat, sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.
Penyerahan obatdilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat
dan konseling kepada pasien.
Informasi Obat, Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas
dan mudahdimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.
Informasi obat pada pasiensekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian
obat, cara penyimpanan obat, jangkawaktu pengobatan, aktivitas serta
makanan dan minuman yang harus dihindariselama terapi.
Konseling, Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan
farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitashidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari
bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita
penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC,asma dan penyakit
kronis lainnya, apoteker harusmemberikan konseling secara berkelanjutan.
54
Monitoring Penggunaan Obat, Setelah penyerahan obat kepada pasien,
apotekerharus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama
untuk pasien tertentuseperti kardiovasku-lar, diabetes, TBC, asma, dan
penyakit kronis lainnya.
Dalam hal Promosi dan Edukasi, di tegaskan bahwa dalam rangka
pemberdayaanmasyarakat, apoteker harus memberikan edukasi apabila
masyarakat ingin mengobati dirisendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan
dengan memilihkan obat yang sesuai dan apotekerharus berpartisipasi secara
aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantudiseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan,
danlain lainnya.
55
Selain materi promosi, tujuan utamanya adalah untuk menumbuhkan
kesadaranmasyarakat bertanya atau mencari informasi kesehatan kepada
pharmacist sebagai salah satusumber penasihatan yang professional, maka
komunitas pharmacist juga telah melakukanupaya pormosi kesehatan melaui
berbagai cara dan media, antara lain:
Materi seperti ini tersedia dalam bentuk video (audio visual), aplikasi
ponsel, internet,dan beberapa di antaranya bahan dirancang khusus untuk orang
yang berkbutuhan khusus.Dalam materi ini biasanya telah disipakan fitur
komunikasi interaktif dalam bentu Q & A(Anda bertanya dan saya akan
menjawab). Materi ini sangat efektif disesuaikan dengan target-target tertentu
seperti untuk usia remaja dan dewasa dini dalam kebutuhan mereka
mengetahuireproduksi atau anak-anak untuk kebiasaan hidup sehat dan bersih,
msial melalui kebiasaanmencuci tangan dan sebagainya. Yang perlu dihindari
adalah konten audio visual yang sensitif,menyinggung satu kelompok pasien
56
tertentu termasuk secara umum tidak melanggar Suku,Agama, Ras, dan
Antargolongan (sara).
Satu hal yang mesti diperhatikan dalam prmosi kesehatan adalah kebijakan
inklusi sosial,artinya bahwa promosi kesehatan dan kesehatan adalah ditujukan
untuk setiap orang, terlepasdari jenis kelamin, usia, etnis, kelas sosial, cacat, status
kesehatan, dll. Dengan demikian apotekdan jenis layanannya harus berlaku untuk
semua. Idealnya semua apoteker harus memilikiakses untuk orang-orang dengan
cacat fisik, ibu dengan kereta bayi, apotek juga harusdilengkapi dengan (sistem
loop) untuk masalah pendengaran.
Pencegahan kecelakaan
Konsumsi alcohol
Asma
Cacat Jantung Bawaan (CHD)
Kontrasaepsi
Diabetes
Penyalahgunaan obat
Alat kontrasepsi hormonal
Kehamilan dan asam folat
Kesehatan rambut (head lice and otherinfestation)
Imunisasi
57
Pengelolaan lemak (lipid management)
Kesehatan pria Kesadaran akankesehatan mental
Nutrisi
Aktivitas fisik
Kegemukan (obesitas) dan penurunan berat badan
Kesehatan mulut
Kesehatan reproduksi (safe sexual)
Kanker kulit
Kebiasaan merokok
Kesehatan wanita
EVALUASI
58
BAB VIII
59
Upaya Promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk
meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah
kelompok orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu
meningkatkan kesehatannya, kelompok orang sehat meningkat dan kelompok
orang sakit menurun. Bentuk kegiatannya adalah pendidikan kesehatan tentang
cara memelihara kesehatan.
B. Upaya Preventif
60
prevention). Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal care,
postnatal care, perinatal dan neonatal.
C. Upaya Kuratif
Upaya Kuratif adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi
lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien)
terutama penyakit kronis. Tujuannya kelompok ini mampu mencegah penyakit
tersebut tidak lebih parah (secondary prevention). Bentuk kegiatannya adalah
pengobatan.
D. Upaya Rehabilitatif
61
Upaya Rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan
memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang
yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan
kecacatan (tertiary prevention).
PROMKES DALAM
GEDUNG
62
PHBS - RT
PENYULUHAN
KELOMPOK DI
MASYARAKAT
DESA SIAGA
AKTIF
KUNJUNGAN
RUMAH
63
DAFTAR PUSTAKA
Adventus MRL, SKM.,M.Kes, I Made Merta Jaya, M.Kes, Ns. Donny Mahendra,
S.Kep. 2019. Jakarta: Buku Ajar Promosi Kesehatan. Program Studi
Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Vokasi. Universitas Kristen
Indonesia Jakarta.
Anderson, James, 1979, Public Policy Making, (Second ed.), New York: Holt,
Renehart and Winston, New York.
64
Dachroni, Drs, MPH. Buku Panduan Straegi Promosi Kesehatan di Indonesia.
Jakarta Selatan
Dr. Atik Badi'ah, S.Pd., S.Kp., M.Kes, dkk. 2022. Pengantar Promosi Kesehatan.
Bandung, Jawa Barat. Media Sains Indonesia
Dwi Susilowati.2016.Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Promosi
Kesehatan.Jakarta Selatan.Pusdik SDM Kesehatan.
Ewles, L., dan Simnett I., 1994, Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis, Edisi
Kedua, 367- 368, UGM Press, Yogyakarta.
Ircham, Machfoedz dan Eko, Suryani. 2008. Pendidikan Kesehatan dan Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya.
Jumartin Gerung.2020. Desain Media Untuk Promosi Kesehatan ( Teori dan
Praktek). Indonesia. Guepedia
Khoiruddin, Kirnantoro, & Sutanta. (2015). Tingkat Pengetahuan Berhubungan
dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Bersih Pakai Sabun Sebelum dan
Setelah Makan Pada Siswa SDN Ngebel, Tamantirta, Kasihan, Bantul,
Yogyakarta. Journal Ners And Midwifery Indonesia, Vol. 3 No. 3
65
Lenna Maydianasari ; Ester Ratnaningsih.2021.Analisis Kebutuhan Media
Promosi Kesehatan Layanan Provider. Yogyakarta. Jurnal Kesehatan
Vokasional
M.Ady Setiawan Syah, 2008 mengutip dari Effendy,1998 Macam-macam
pendekatan dalam promosi kesehatan. (2022). diakses 16 October 2022,
dari https://123dok.com/article/macam-macam-pendekatan-dalam-
promosi-kesehatan.q5m2n3g7#:~:text=Similarly%2C%20Ewles%20dan
%20Simnett%20(1999,klien%2C%20dan%20pendekatan%20perubahan
%20sosial.
Maryunani Anik, Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) untuk mahasiswa
kesehatan dan petugas kesehatan, Trans Info Media : Jakarta, 2013
Proverawati Atikah, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Nuha Medika:
Yogyakarta, 2012
Maulana, Hari D.J 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
66
Novita, Nesi. 2011.Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
Nurmala, I. Promosi Kesehatan/Ira Nurmala [et al.] -- Surabaya: Airlangga
University Press, 2018.
Permendikbud 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini.
Ratna Wulandari, Oktia Woro K.H (2016). Efek Smartcard Dalam Meningkatkan
Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Dalam Memilih Pangan Jajanan.
Semarang: Journal of Health Education. Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/
Septian Emma Dwi Jatmika. 2019. Buku Ajar Pengembangan Media Promosi
Kesehatan. Yogyakarta. K-Media
Sudin Kesehatan Masyarakat Dachroni, Drs, MPH. Seri PHBS: Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Untuk Petugas Puskesmas. Jakarta Selatan
Windi Chusniah Rachmawati, S,KM., M.Kes. 2019. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Penerbit Wineka Media. ISBN: 978-602-5973-60-4.
67