Anda di halaman 1dari 69

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun haturkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
“Buku Ajar Promosi Kesehatan” ini sesuai dengan harapan. Shalawat serta
salam juga tak lupa tercurah kepada baginda Nabi besar kita Nabi Muhammad
SAW.

Alhamdulillah kami telah berhasil menyelesaikan buku ini dengan baik


sesuai dengan harapan. Buku ini ditulis dari hasil diperoleh dari dari beberapa
referensi buku dan jurnal panduan, tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu keberlangsungan penulisan buku ini hingga
dapat selesai dengan baik.

Semoga dengan terbitnya buku ini, dapat memberi manfaat bagi kita
semua yang membaca agar lebih memahami tentang Promosi Kesehatan. Kami
menyadari dalam penulisan buku ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Maka kami mengharapkan adanya masukan , pendapat, kritik dan
saran dari para pembaca .

Bandar Lampung, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER........................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................. 1

Prinsip Dan Lingkup Promosi Kesehatan........................................................... 1

Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan .................................................................... 2

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan.................................................................... 3

BAB II................................................................................................................ 5

Prinsip Perubahan Perilaku (Teori Perilaku)....................................................... 5

BAB III............................................................................................................... 13
Media Promosi Kesehatan................................................................................... 13
BAB IV............................................................................................................... 25
Strategi Promosi Kesehatan................................................................................ 25
BAB V................................................................................................................. 30
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat....................................................................... 30
BAB VI............................................................................................................... 35
Etika Dalam Promosi Kesehatan......................................................................... 35
BAB VII.............................................................................................................. 46
Pendekatan Promosi Kesehatan Bidang Farmasi................................................ 46
BAB VIII............................................................................................................ 58

Upaya Promosi Kesehatan.................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PRINSIP DAN LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan adalah kombinasi antara upaya pendidikan, kebijakan


(politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan dan kondisi hidup
yang dapat menguntungkan kesehatan seseorang, kelompok, atau komunitas
(Green dan Kreuter, 2005). Sedangkan menurut WHO, promosi kesehatan adalah
proses atau upaya pemberdayaan masyarakat untu dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan yang sehat seseorang perlu
mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan
merubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986).

Sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan No.11114/Menkes/SK/VIII/2005


mengatakan bahwa promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengendalikan factor kesehatan melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyrakat agar dapat menolong diri
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat yang
sesuai dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang
berwawasan kesehatan.

1
PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN

Prinsip-prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for Health
Promotion (1986) mengatakan bahwa ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan
adalah:

1. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan


seseorang untuk mendatkan control lebih besar atas keputusan dan tindkan yang
mempengaruhi kesehatan mereka.

2. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif


dalam pengambilan keputusan.

3. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi


kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi tersebut.

4. Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang


didapat oleh klien.

5. Intersectoral (antar sector) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instansi


terkait lainnya atau organisasi.

6. Sustainable (berkelanjutan) yaotu memastikan bahwa hasil dari kegiatan


promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

7. Multi strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program
kebijakan.

7 PRINSIP STRATEGI GLOBAL PROMOSI KESEHATAN (WHO, 1984)

1. Perubahan Prilaku ( Behavior Change )


2. Perubahan Sosial ( Sosial Change )
3. Perubahan Lingkup Fisik ( Environment Change )
4. Pengembangan Kebijakan ( Policy Development )
5. Pemberdayaan ( Empowerment )
6. Partisipasi Masyarakat ( Community Participation )

2
7. Membangun Kemitraan ( Building Partnership )

RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

Secara Sederhana Ruang Lingkup Promosi Kesehatan antara lain adalah:

A. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (helth education) yang


ditekankan pada perubahan atau perbaikan perilaku melalui peningakatan
kesadaran, kemauan dan kemampuan
B. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial yang menekankan pada
pengenalan produk atau jasa
C. Promosi kesehatan merupakan upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan
informasi yang ditekankan pada penyebaran informasi
D. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang
menenkankan pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
E. Promosi kesehatan mencakupp uapaya advikasi dibidang Kesehatan

Ruang lingkup berdasarkan dimensi aspek pelayanan kesehatan Secara umum


kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek yaitu :

1) Promotif

2) Preventif

3) Kuratif

4) rehabilitative

Sedangkan menurut beberapa ahli membaginya menjadi 2 aspek yaitu :

a. aspek promotif sasarannya kelompok orang sehat. Derajat kesehatan adalah


dinamis, meskipun seseorang sudah dalam keadaan sehat tetap perlu dibina atau
ditingkatkan dalam kesehatan sehingga tidak terjadi penurunan kesehatan.

3
b. aspek preventif (pencegahan) serta kuratif (penyembuhan) sasaran kelompok
ini adalah orang berisiko tiggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.

Pada aspek ini upaya promosi kesehatan memiliki 3 cakupan atau upaya yaitu:

1) pencegahan tingkat pertama (primary prevention) 9 sasaran kelompok pada


aspek ini adalah seseorang yang berisiko tinggi, contohnya adalah kelompok ibu
hamil, obesitas, dan sebagainya. Tujuan upaya ini agar tidak jatuh sakit atau
terkena penyakit.

2) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) Sasaran promosi kesehatan


pada aspek ini adalah para penderita penyakit kkronis, contohnya adalah TBC,
tekanan darah tinggi, dan sebagainya tujuan promosi kesehatan ini adalah agar
penderita mampu mencegah terjadinya penyakit yang lebih parah lagi.

3) Pencegahan tingkat tiga (tertiary preventino)sasaran aspek ini adalah kelompok


pasien yang baru saja sembuh dari sautu penyakit

4
BAB II

PRINSIP PERUBAHAN PERILAKU (TEORI PERILAKU)

A. Pengertian
Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas kegiatan organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.
Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar. (Buku Modul Promosi Kesehatan).
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
respon (Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3
domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif diukur dari
pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (keterampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orang tua, teman,
buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan
merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek.
Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengar.
Pengetahuan yang cukup daalam kognitif mempunyai enam tindakan, yaitu :
mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan
evaluasi. Dalam promosi kesehatan perubahan perilaku merupakan hal yang
penting karena untuk mengetahui sejauh mana promosi kesehatan yang di
berikan berjalan efektif. Keberhasilan suatu promosi kesehatan dapat di nilai
dari perubahan perilaku dari penerima promosi kesehatan. olehnya, makalah
ini memberikan perubahan perilaku secara spesifik.

5
Menurut Notoatmodjo (2012), sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun
lingkungan. Menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2012), sikap
merupakan kumpulan gejala dalam merespon stimulus, sehingga sikap
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Oleh
karena itu, dengan adanya intervensi promosi kesehatan yang sudah dilakukan
terbukti bahwa stimulus direspon dengan cukup baik oleh responden, sehingga
terjadi peningkatan sikap. Sikap sendiri merupakan respon tertutup seseorang
terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor emosi
seseorang yang bersangkutan (senang-tidak senang, setujutidak setuju, baik-
tidak baik). Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2012) sikap,
meliputi 3 komponen, yaitu: kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep
terhadap objek; kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek;
kecenderungan untuk bertindak. Respon hanya akan timbul apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individu.
Dimana respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai
sikap itu timbul yang didasari oleh proses evaluasi dalam diri individuyang
memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif
negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian membentukdiri
sebagi potensi reaksi terhadap objek sikap. Hal tersebut disebabkan karena
smartcards dalam intervensi ini dapat memenuhi manfaat media penyuluhan
yaitu menimbulkan minat sasaran, mencapai target sasaran, membentuk dan
mengatasi banyak hambatan, merangsang sarana penyuluhan untuk
meneruskan pesanpesan yang akan diterima kepada orang lain, mendorong
keinginan untuk mengetahui, kemudian mendalami dan akhirnya mendapat
pengertian yang baik, serta membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Hal tersebut juga sesuai dengan teori StimulusOrganism-Respons dari Skinner
(1984) dalam Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa perubahan
perilaku tergantung stimulus terhadap organisme, oleh karena itu bila stimulus
diperkuat atau dimunculkan akan meningkatkan perhatian, pengertian,
penerimaan, dan bereaksi yang akhirnya.

6
B. Perilaku Kesehatan
Berdasarkan teori perilaku dan Skiner (1983), perilaku kesehatan
adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut:
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan jika sakit.
Perilaku ini terdiri atas dua aspek yaitu sebagai berikut.
a) Perilaku pencegahan penyakit, misalnya: pemberian imunisasi
TT pada ibu hamil, mencuci tangan dan sebagainya.
b) Perilaku peningkatan kesehatan dan penyembuhan akibat sakit
kesehatan itu dinamis dan relative, maka perlu upaya bagi yang
sudah sehat untuk meningkatan kembali kesehatannyan
seoptimal mungkin, misalnya: pemberian antibiotic makan dan
minuman yang bergizi, pemberian tablet Fe dan sebagainya.
b. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau perilaku pencarian pengobatan. Perilaku yang
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat sakit atau
kecelakaan. Perilaku ini dimulai dari yang sederhana yaitu mengobat
sendiri (self treatment) sampai ke cara modern (teknologi) dengan
pergi keluar negeri, misalnya: pada saat ibu akan bersalin dia mencari
tenaga kesehatan (bidan, dokter, perawat) untuk menolong
persalinannya, penderita sakit jangkung akan pergi keluar negeri untuk
melakukan pengobatan dan sebagainya.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Menurut Hendrik L.Blum, faktor lingkungan mempunyai
kontribusi besar yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, sosial budaya
dan sebagainya. Apabila individu bisa mengelola lingkungan dengan
baik, maka lingkungan tidak akan menganggu kesehatan individu,

7
keluarga dan masyarakat, misalnya: pengelolaan sampah, air minum,
pembuangan tinja, pembangunan limbah dan sebagainya.
Sebagai ahli perilaku lain, Becker (1979) membuat klasifikasi
lain tentang perilaku kesehatan yaitu sebagai berikut:
1. Perilaku Hidup Sehat
Perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatan kesehatannya.
Perilakunya antara lain sebagai berikut:
a. Makan dengan menu seimbang. Menu seimbang disini berarti
memenuhi unsur kualitas dan kuantitas dari makanan. Di
Indonesia dikenal dengan istilah empat sehat lima sempurna.
b. Olahraga secara teratur, juga mencakup segi kualitas dan
kuantitas. Dalam satu minggu minimal 2 kali melakukan
olahraga selama lebih kurang satu jam. Hal yang perlu
dipertimbangkan adalah darin segi umur dan status kesehatan
yang bersangkutan.
c. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan yang jelek yang
dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Di Indonesia hampir
50% penduduk usia dewasa merokok, begitu juga remaja
hampir 15% sudah merokok.
d. Tidak minum-minuman keras
e. Tidak menggunakan narkoba
f. Istirahat yang cukup
g. Hindari stres. Stres adalah ketegangan dalam perilaku dan
bentuk perasaan yang bergejolak menekan-nekan berupa
ketegangan. Setiap orang bisa mengalami stres dan akibatnya
dapat bermacam-macam bagi kesehatan.
h. Gaya hidup yang sehat: tidak berganti-ganti pasangan dalam
hubungan seks, penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar,
dan sebagainya.
2. Perilaku Sakit (illness behavior)

8
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap
sakit dan penyakit, persepsinya terhadap penyakit, pengetahuan
tentang: penyebab, gejala, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakup
hak-hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan
kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri dan juga
lain. Perilaku peran sakit ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Tindakan untuk memperoleh tindakan
b. Mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan yang
layak
c. Hak-hak pasien yang lain, misalnya hak memperoleh
perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan sebagainya.
Kewajiban orang sakit asalah tidak menularkan penyakit pada
orang lain dan sebagainya.

C. Domain Perilaku
Meskipun perilaku dibedakan antara perilaku tertutup (convert),
dan perilaku terbuka (overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi
sebenarnya perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang
bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah keseluruhan
(totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil
bersama antara faktor internal dan eksternal. Benyamin Bloom (1908)
seseorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga area
wilayah, ranah atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif
(affetive), dan psikomotor (psykomotor).
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain
oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan
menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut:
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

9
hidung dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi tehadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga)
dan indera penglihatan (mata).
b. Sikap
Sikap merupakan perilaku tertutup setelah seseorang diberi
stimulus atau objek, proses selanjutnya dia akan menilai atau bersikap
terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut.
c. Praktik (tindakan)
Praktik (tindakan) dalam perilaku terjadi apabila seseorang telah
melewati dua domain terlebih dahulu yaitu pengetahuan dan sikap.
Setelah melewati dua tahapan sebelumnya, maka seseorang akan
mempraktikkan atau melaksanakan apa yang diketahui dan disikapinya
(dinilai baik).

D. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku


1. Karena terpaksa (complience)
Perubahan perilaku dengan cara perilaku cenderung tidak baik
dan perubahan perilaku cenderung bersifat tidak tahan lama.
Pemberontakan pikiran bahkan sering terjadi pada individu tersebut.
Hal yang perlu diketahui, tidak semua individu bisa menerima
informasi-informasi yang mereka butuhkan, apalagi suatu pemaksaan
dalam perubahan perilaku. Individu yang demikian cenderung
memberontak dan bahkan mungkin cenderung berfikir negatif
terhadap pemaksaan perubahan perilaku yang diharapkan, meskipun
perubahan perilaku yang diharapkan adalah positif. Oleh karena itu
cara perubahan ini cenderung tidak efektif.

2. Perubahan perilaku dengan cara meniru merupakan suatu cara


perubahan perilaku yang paling banyak terjadi. Seseorang cenderung

10
meniru tindakan orang lain atau bahkan meniru apa yang dia lihat
tanpa mencerna apa yang dia lihat.
3. Karena menghayati (internazation)
Manusia adalah makhluk yang sempurna di antara makhluk
ciptaan tuhan yang lain, karena hanya manusia yang mampu berpikir
tentang hidup, pandai memahami rahasia hidup, menghayati
kehidupan dengan arif, dan mempertajam pengalaman-pengalaman
baru. Biasanya perubahan perilaku karena penghayatan ini cenderung
dari pengalaman pribadi individu tersebut atau bahkan mengadopsi
dari pengalaman orang lain. Seseorang yang merasa perilaku tersebut
pantas dan harus ada pada dirinya, maka dengan terbuka dia akan
melakukan perubahan perilaku dalam dirinya.

E. Proses Perubahan Perilaku


1. Menyadari
Menyadari merupakan proses dimana seseorang membuat
identifikasi tentang apa/bagian mana yang diinginkan untuk diubah dan
menyapa perubahan tersebut diinginkan. Dalam hal ini perlu diingat
bahwa kesadaran tersebut harus menyatakan keinginan ketakutan.
2. Mengganti
Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka
proses selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengganti. Mengganti
merupakan proses melawan bentuk keyakinan, pemikiran, dan perasaan
yang diyakini salah.
3. Mengintrospeksi
Mengintrospeksi merupakan proses dimana seseorang membuat
penilaian mengenai apa yang sudah diraih dan apalagi yang perlu
dilakukan. Di samping itu introspeksi juga berguna untuk mendeteksi
kadar self-excusing yang bisa jadi masih tetap ada dalam diri seseorang
hanya karena lupa membuat elaborasi, analogi, atau interpretasi dalam
memahami dan melaksanakan.

11
F. Kesimpulan
Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu
atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya (Atkinson, 1987).
Dalam berubah terdapat beberapa teori perubahan yaitu Teori Redin, Teori
Lewin, Teori Lippit, Teori Rogers, Teori Havelock dan Teori Spradley.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang,
sebagian terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern yaitu
keturunan dan motif. Sedangkan sebagian terletak diluar dirinya yang
disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Sedangkan aspek perilaku
berupa aspek fisik, aspek psikis, dan aspek sosial.
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus)
dan respon (Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi
dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif diukur
dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor, dan tindakan dari
keterampilan.

12
BAB III
MEDIA PROMOSI KESEHATAN

I. Pengertian Media Promosi Kesehatan


Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas.
Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut
pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (Association for Education and
Communicatian Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai
segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA
(National Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang
dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen
yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media
/bahan/sarana belajar seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman yang
membutuhkan media belajar seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh
pengajar dan “audio-visual”.

13
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dibutuhkan media yang dapat
memudahkan aktivitas-aktivitas promosi kesehatan terutama pada saat pendidik
(sumber) tidak dapat bertemu langsung dengan sasaran (audience). Adapun jenis -
jenis media pembelajaran menurut (Kholid, A., 2012) yaitu:
1. Media visual seperti grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun dan
komik
2. Media auditif seperti radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya
3. Projected still media seperti slide, over head projector, in focus dan
sejenisnya
4. Projected motion media seperti film, televisi, video, komputer dan
sejenisnya.

Sedangkan, menurut Sharon, S. E. (2005) terdapat enam jenis dasar dari


media pembelajaran, yaitu:
1. Teks, yaitu penyampaian informasi yang berupa tulisan.
2. Media audio, seperti suara latar, musik, atau rekaman suara yang dapat
meningkatkan daya tarik sasaran.
3. Media visual, yaitu media yang memberikan rangsangan rangsangan
visual seperti gambar/photo, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun poster
dan papan bulletin.
4. Media proyeksi gerak, seperti film geral, film gelang, program TV, video
kaset (CD, VCD, atau DVD).
5. Benda-benda tiruan/miniatur, seperti benda-benda tiga dimensi yang
dapat disentuh dan diraba oleh penerima pesan.

Lalu menurut Notoatmodjo media promosi kesehatan adalah semua sarana


atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh
komunikator, baik melalui media cetak, elektronika (berupa radio, TV, komputer
dan sebagainya) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan
pengetahuannya yang kemudian diharapkan menjadi perubahan pada perilaku ke

14
arah positif di bidang kesehatan. Media promosi kesehatan dibagi menjadi 3
macam, yaitu : (Notoatmodjo, 2005)

1. Media cetak
 Booklet adalah media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam
bentuk buku baik berupa tulisan maupun gambar.

Gambar 1. Booklet

 Leaflet adalah media penyampaian informasi yang berbentuk


selembar kertas yang dilipat.

Gambar 2. Leaftet

15
 Rubik adalah media yang berbentuk seperti majalah yang membahas
tentang masalah Rubik adalah media yang berbentuk seperti majalah
yang membahas tentang masalah kesehatan. Kemudian poster adalah
media cetak yang berisi pesan atau informasi kesehatan yang
umumnya ditempel di tembok, tempat umum atau kendaraan umum.

Gambar 3. Poster

2. Media elektronik
Media elektronik merupakan suatu media bergerak yang dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Contoh
dari media elektronik adalah TV, radio, film, vidio film, cassete, CD, dan
VCD.

Gambar 4. Cassete Gambar 5. CD

16
Gambar 6. Radio Gambar 7. TV

3. Media luar ruangan


Media luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar
ruangan secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis,
misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan TV layar lebar.
Papan reklame adalah poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara
umum di pekerjaan. Spanduk adalah suatu pesan dalam bentuk tulisan dan
disertai gambar yang dibuat pada secarik kain dengan ukuran yang sudah
ditentukan.

Gambar 8. Spanduk Gambar 9. Papan Reklame

II. Konsep Rencana Perkembangan Media Promosi

17
Research and development adalah jembatan antara penelitian dasar dengan
penelitian terapan. Metode penelitian berfungsi untuk memahami fenomena atau
menggambarkan fakta, membuktikan pengembangan dan menemukan
pengetahuan. Metode penelitian memiliki tiga fungsi yaitu, untuk membantu
pelaksanaan kerja, untuk memahami fenomena dan untuk memilih dan mengukur.
Metode penelitian memiliki 3 fungsi yaitu fungsi untuk memilih yaitu
1. Membantu pelaksanaan kerja (Need To Do), dengan metode penelitian:
a. Research & Development
b. Action Research
c. Operation Research
d. Kombinasi

2. Memahami fenomena (Need To Know), dengan metode penelitian :


a. Survei
b. Eksperimen
c. Kualitatif
d. Kombinasi
3. Memilih dan mengukur (Need To Choose), dengan metode penelitian :
a. Penelitian evaluasi formatif
b. Penelitian evaluasi sumatif

Menurut Sugiyanto, langkah-langkah penelitian memiliki empat tahap yaitu


meneliti tanpa menguji, tidak meneliti tapi menguji, menguji dan meneliti produk
yang sudah ada dan yang terakhir yaitu meneliti dan menguji produk yang belum
ada. Berikut langkah-langkah penelitian :
1. Research and information collecting
2. Planning
3. Develop preliminary form a product
4. Preliminary field testing
5. Main product revision
6. Main field testing

18
7. Operational product revision
8. Operational field testing
9. Final product revision
10. Dissemination and implementation

Secara metodologis, penelitian pengembangan mempunyai empat tingkat


kesulitan yaitu :
1. Meneliti tanpa menguji (level 1)

Gambar 10. Langkah-langkah R&D Level 1

2. Tidak meneliti tapi menguji (level 2)

Gambar 11. Langkah-langkah R&D Level 2

19
3. Meneliti dan menguji untuk mengembangkan produk yang telah ada (level
3)

Gambar 12. Langkah-langkah R&D Level 3

4. Meneliti dan menguji untuk menciptakan produk yang belum ada (level 4)

Gambar 13. Langkah-langkah R&D Level 4

III. Konsep Tahapan Penelitian


Penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk
menguji, mengembangkan dan menciptakan suatu produk. Pada penelitian dan
pengembangan dibutuhkan penggalian potensi agar penelitian yang dilakuakan
pengembangan dan memiliki nilai lebih daripada penelitian yang dilakukan dari
masalah. Potensi dapat dilakukan dengan menggunakan metode penelitian, yaitu

20
kualitatif, kuantitatif dan campuran. Pada sebuah penelitian, masalah yang baik
yaitu yang memiliki sifat baru, original, signifikan feasible, memiliki nilai pasar,
dan benefical.
Rumusan masalah berbeda dengan masalah, rumusan masalah merupakan
pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui mengumpulan data pada
suatu penelitian. Rumusan masalah memiliki beberapa bentuk, diantaranya yaitu
rumusan masalah deskriptif, rumusan masalah komparatif, rumusan masalah
kausal, musuan masalah kausal-komparatif, dan rumusan masalah struktural.
Pada penelitian dan pengembangan (R&D), populasi dan sampel tergantung
pada ke empat level dalam penelitian. Populasi dan sampel di level 1 berjumlah
tiga, yaitu tahap potensi dan masalah, tahap pengumpulan informan dan tahap
validasi desain. Pada level 2, juga memiliki jumlah tiga tahap, namun ketiganya
hanya berada di pengujian tahap 1, pengujian tahap 2 dan pengujian tahap 3.
Kemudian pada level 3, ada enam jumlah populasi dan sampel. Masing berada
pada penelitian produk, penelitian lapangan, pengujian internal rancangan,
pembuatan produk, uji coba lapangan utama dan uji coba lapangan operasional.
Kemudian di level 4, populasi dan sampel juga berjumlah enam, masing-masing
berada pada potensi dan masalah, pengumpulan informasi, validasi desain, uji
coba terbatas, uji coba lapangan utama, dan uji coba lapangan operasional.
Instrument merupakan alat untuk mengumpulkan data.
Pada penelitian dan pengembangan, instrument digunakan pada ke empat
level penelitian. Pada level 1, instrument digunakan pada tahap potensi masalah,
pengumpulan informasi dan validasi desain. Kemudian pada level 2, instrument
digunakan pada tahap pengujian 1, 2, dan 3. Pada level 3 digunakan pada produk
yang telah ada, penelitian lapangan, uji internal rancangan, uji coba terbatas, uji
coba lapangan utama, dan uji coba lapangan operasional. Kemudian pada level 4,
instrument digunakan pada tahap potensi dan masalah, pengumpulan informasi,
validasi desain, uji coba terbatasm uji coba lapangan utama, dan uji coba lapangan
operasional.
Skala merupakan acuan untuk menentukan panjang pendeknya internal yang
digunakan untuk alat ukur. Skala yang digunakan dalam penelitian dan
pengembangan yaitu skala likert, skala guttman, semantic differential, dan rating

21
scale. Kemudian pada teknik pengumpulan data, memiliki tahapan yang sesuai
dengan level penelitian. Pada level 1, pengumpulan data dilakuakan pada potensi
dan masalah, pengumpulan informasi dan validasi desain. Pada level 2, dibagian
penguian tahap 1,2, dan 3.Kemudian pada level 3, teknik pengumplan data ada di
penelitian produk, penelitian lapangan, pengujian internal rancangan, uji coba
terbatas, uji coba lapangan utama, dan uji coba lapangan operasional. Kemudian
pada tlevel 4, pengumpulan data ada di tahap potensi dan masalah, pengumpulan
informasi, validasi desain, uji coba terbatas, uji coba lapangan utama dan uji coba
lapangan operasional. Teknik analisis data juga digunakan pada tahap yang sama
dengan teknik pengambilan data pada setiap level penelitian dan pengembangan.

IV. Tahapan Pengembangan Media Promosi Kesehatan


Pada pengembangan media, dimulai dengan beberapa langkah seperti desain
dan perencanaan produk, yang kemudian menyesuaikan tipe desain hingga
spesifikasi. Kemudian pada fase 1 pembuatan media dilakukan desain konseptual
yaitu pengembangkan permasalahan, fase 2 desain perwujudan yaitu menggambar
komponen media yang inggin dibuat, dan fase 3 desain detail yaitu dihasilkannya
gambar kerja yang lengkap dengan dimensi.
Media yang sudah diciptakan kemudian juga akan dilakukan pengujian.
Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian R&D, pengujian R&D dibagi menjadi
dua, yaitu pengujian internal dan pengujian eksternal. Pengujian internal
didasarkan pada pengujian rancangan produk yang telah dikembangkan,
sedangkan pengujian eksternal dilakukan untuk pengujian lapangan yang
menggunakan metode eksperimen.
Pengujian produk juga didasarkan pada levelpengujiannya, pada level 1
hanya dilakukan pada rancangan produk, terutama dari segi performa, system
kerja, proses produksi dan kebutuhan pasar. Pada level 2, mengamati dan
mencatat fungsi spesifikasi produk hingga didapatkan sebuah hipotesis. Pada level
3, dilakukan emap kali pengujian, satu kali pengujian internal dan tiga kali
pengujian ekternal. Penelitian internal dilakukan untuk mendapatkan rancangan
produk, sedangkan penelitian ekternal pada level ini dilakukan untuk
mendapatkan hasil dari pengujian lapangan terbatas, utama dan operasioanal.

22
Kemudian pada level 4, dilakukan empat tahap pengujian. Pengujian
pertama yaitu pengujian internal kemudian dilakukan pengujian eksternal.
Pengujian eksternal dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen, desain
preexperimental design, dan quasi experimental design tidak menggunakan
kelompok eksperimen dan control yang diambil secara random, analisisnya
menggunakan statistik deskriptif dan bila desain eksperimen menggunakan true
experimental design maka analisinya menggunakan statistic inferensial.

V. Pengembangan Media Promosi Kesehatan


Pada pengembangan media promosi kesehatan seseorang harus dapat
memahami potensi masalah terlebih dahulu. Potensi masalah dapat ditemukan
dengan cara melakukan identifikasi. Kemudian melakukan penilaian pada
beberapa potensi, setelah terpilih potensi tersebut maka potensi diteliti dengan
menggunakan metode kualitatif, kuantitatif atau campuran. Potensi masalah
tersebut yang kemudian dijadikan untuk perencanaan produk.
Tahap selanjutnya yaitu perencanaan produk. Pada perencanaan produk
langkah-langkah yang dilakukan yaitu mendesain produk, kemudian menentukan
spesifikasi produk, setelah itu baru melakukan langkah-langkah pembuatan
produk. Seletah tahap perencanaan produk kemudian dilakukan tahap pengujian
dan perancangan. Tahap pengujian dan perancangan dilakukan menggunakan
pengujian R&D dengan empat level pengujian.

VI. Desain Media Promosi Kesehatan


Media merupakan tools yang digunakan untuk melakukan intervensi untuk
meningkatkan pengetahuan seseorang. Media edukasi biasanya dalam bentuk
display print seperti brosur dan poster yang berfungsi untuk meningkatkan
pengetahuan (Bartholomew et a1.,2006). Media lainnya berupa media audiovisual
seperti video.

23
Intervensi media merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran dalam bidang kesehatan untuk meningkatankan
pengetahuan seseorang. Intervensi media didefinisikan sebagai kegiatan yang
terorganisir dan bertujuan yang memanfaatkan berbagai saluran media untuk
menginformasikan, mempengaruhui, atau memotivasi populasi (Sixsmith, et al,
2014).
Dalam melakukan promosi kesehatan perlu diperhatikan media yang
digunakan agar dapat menarik perhatian sasaran dalam mengikuti promosi
kesehatan. Menurut (Kholid, A., 2012) media pembelajaran adalah sarana fisik
untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti buku, film, video dan
sebagainya. Media adalah merupakan alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan, materi pendidikan atau pengajaran (Maulana, H. D. 2007).
Tujuan dari penggunaan media dalam pengajaran yaitu untuk memperjelas
pesan, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga, daya indra, menimbulkan
semangat belajar, interaksi langsung antara peserta didik dan sumber belajar, serta
memungkinkan peserta belajar mandiri sesuai bakat (Simamora, 2009).

24
BAB IV
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

A. Pengertian Strategi Promosi Kesehatan


Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan
secara efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis.
Cara ini sering disebut 3 strategi ́, yakni teknik atau cara bagaimana mencapai
atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut secara berhasil
guna dan berdaya guna.

B. Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO


Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global
ini terdiri dari 3 hal, yaitu :

1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan.
Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada
para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan
di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung
program kesehatan yang kita inginkan.
Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang- undang,
peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal
maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan
seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan
dukungan dari para pejabat yang terkait.

Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat


yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal

25
meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam
bentuk dana atau fasilitaslain. Dari uraian dapat disimpulkan bahwa
sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di
berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah kesehatan
(sasaran tertier).

2. Dukungan Sosial (Social support)


Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh
masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah
agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima
program) kesehatan.

Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya


adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat
mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program-program
tersebut Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya
bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan.
Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan pelatihan
paratoma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya.
Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana
adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan
ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan
kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam

26
bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan
peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).
Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak
terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya:
terbentuknya dana sehat,terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes,
dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyrakat sering
disebut Gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uaraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah
masyarakat.

A. PEMILIHAN STRATEGI PROMKES


Review Beberapa Strategi Promkes PEMILIHAN STRATEGI PROMKES
adalah sebagai berikut :
1. Ceramah
a. Mudah digunakan tapi sulit dikuasai
b. Membagi informasi, mempengaruhi pendapat, merangsan
c. pemikiran berdasarkan pesan verbal
d. Sasaran biasanya pasif, sedikit interaksi dengan narasumber atau
peserta lainnya.
2. Media Massa
a. Saluran komunikasi yang menjangkau sasaran luas
b. Umumnya, sasaran tidak atau sedikit usaha untuk menerima
pesan
c. Strategi ini tidak efektif karena pesan tidak dapat dikhususkan
untuk sasaran tertentu
d. Strategi ini efisien karena biaya yang murah dalam skala ekonomi
Contoh : televisi, radio, koran, majalah, outdoor media
3. Instruksi individual
a. Dalam tatanan pasien, disebut konseling
b. Bersifat individual, digunakan bila perbedaan karakteristik
sasaran sangat besar

27
c. Penyuluh memberikan advokasi solusi permasalahan kesehatan
berdasarkan kebutuhan individual
d. Tidak efisien bagi penyuluh, tapi efisien bagi sasaran
4. Simulasi
a. Simulasi adalah metode ekperiental di mana model situasi nyata
digunakan untuk merangsang atau membantu proses
pembelajaran
b. Semakin mirip dengan situasi nyata semakin baik simulasi
tersebut
c. Bentuk simulasi : permainan, drama, bermain peran (role
playing), model komputerisasi
d. Simulasi cocok untuk meningkatkan motivasi dan mengubah
sikap.
5. Modifikasi Perilaku
a. Memodifikasi perilaku spesifik berdasarkan prinsip pengkondisian
melalui rangsangan dan konsekuensi
b. Teori : rangsangan (antecedent)  perilaku spesifik 
konsekuensi (positif/negatif)
Contoh rangsangan : iklan televisi
Contoh konsekuensi positif :hadiah ,pujian
 Contoh konsekuensi negatif : sanksi
6. Pengembangan Masyarakat
a. Proses yang berorientasi kepada metode pengorganisasian
masyarakat yang menekankan pada pengembangan kemampuan,
keterampilan dan pemahaman pada masyarakat tertentu
b. Strategi ini berdasarkan kemandirian, kesepakatan bersama dalam
pemecahan masalah.
c. Penyuluh bertindak sebagai fasilitator
d. Evaluasi strategi ini lebih sulit dibandingkan strategi lain karena
efeknya terjadi dalam waktu yang lama
B. Aturan Dalam Memilih Strategi Promosi Kesehatan
1. Pilih minimal tiga strategi

28
2. Umumnya, penggunaan media sering digunakan dalam promosi
kesehatan
3. Semakin lama program, semakin banyak strategi
4. Dimulai dengan strategi yang paling murah & sederhana
5. Semakin kompleks permasalahan perilaku yang akan diintervensi,
semakin banyak strategi yang digunakan
6. Strategi yang mempengaruhi faktor predisposisi umumnya
mempunyai efek yang singkat

29
BAB V
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya untuk


memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan
komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan serta sikap dan perilaku, melalui pendekatan
pimpinan (advokasi), bina suasana (social support), serta pemberdayaan
masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat
untuk mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-
masing agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara, dan meningkatkan kesehatan (Maryunani, 2013). Menerapkan
perilaku hidup sehat sebenarnya sangatlah mudah serta murah, dibandingkan
harus mengeluarkan biaya untuk pengobatan apabila mengalami gangguan
kesehatan. Hidup sehat merupakan hal yang seharusnya diterapkan oleh setiap
orang karena manfaat yang didapat sangat banyak, mulai dari kefokusan dalam
mengerjakan sesuatu, hingga pada kesejahteraan hidup anggota keluaga. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga merupakan semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran seseorang sehingga dapat menangani dirinya
sendiri dalam hal kesehatan serta dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan baik bagi individu masing-masing atau pada orang lain. Sayangnya
belum semua orang memahami tentang apa arti hidup sehat itu, hal ini
dibuktikan dengan masih banyaknya masyarakat yang melakukan berbagai
aktivitas tanpa memperdulikan tingkat kesehatannya, salah satu contoh yaitu
ketika seorang anak selesai melakukan suatu pekerjaan di luar rumah, orang
tua tidak membiasakan anak untuk mencuci tangan dan kakinya ketika masuk
rumah dan anak dibiarkan melakukan kegiatan yang baru begitu saja,
contoh lain yaitu ketika kebersihan kamar mandi kurang diperhatikan dan
dibiarkan begitu saja terlebih pada kebersihan bak mandi. Perilaku-perilaku
tersebut memang terlihat sepele namun berdampak besar ketika menjadi

30
kebiasaan. Untuk itu diperlukan pemberitahuan atau informasi terkait
pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada
masyarakat, supaya tumbuh kesadaran akan pentingnya menerapkan
PHBS pada masyarakat demi kesehatan dan kesejahteraan anggota keluarga.
Dalam rangka mengoperasionalkan paradigma sehat khususnya yang
berkaitan dengan promosi kesehatan di Indonesia, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya peningkatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) di seluruh Indonesia dengan mengacu
kepada pola manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian,
perencanaan, dan pelaksanaan serta pemantauan dan penilaian. Upaya tersebut
dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya sehingga masyarakat sadar, mau,
dan mampu secara mandiri turut berperan aktif dalam meningkatkan status
kesehatannya. Meskipun upaya tersebut bukanlah suatu hal yang mudah karena
berkaitan dengan masalah perilaku, sedangkan perilaku merupakan masalah yang
khas dan kompleks karena berkaitan dengan privasi seorang individu, untuk itu
harus dilakukan pendekatan kepada masyarakat terlebih dulu guna
memberikan kepercayaan dan menginformasikan manfaat-manfaat yang
akan didapatkan ketika menerapkan PHBS tersebut, mengingat pemberdayaan
masyarakat sebaiknya dimulai dari rumah tangga atau keluarga, karena berawal
dari keluarga yang sehat timbullah generasi-generasi masa depan yang cemerlang.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Hidup
bersih dan sehat sendiri merupakan suatu hal yang seharusnya memang diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat sebagai salah satu cara menjaga
kesehatannya. Mengingat kesehatan merupakan hal penting bagi setiap manusia
mulai dari konsentrasi dalam bekerja dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-

31
hari. Anak merupakan kelompok yang paling rentan terserang penyakit.
Permasalahan perilaku kesehatan pada anak terutama usia dini (usia setelah
kelahiran sampai dengan usia sekitar 6 tahun) biasanya berkaitan dengan
kebersihan perorangan dan lingkungan. Penyakit yang sering muncul akibat
rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat antara lain cacingan, diare, sakit gigi,
sakit kulit, gizi buruk, dan lain sebagainya (Khoirudin, dkk., 2015). Hal ini akan
mempengaruhi tumbuh kembang anak dan kualitas kesehatannya (Banun, 2016)

Penerapaan PHBS sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat ini akan sangat berpengaruh kepada derajatkesehatan
pada masyarakat (Layya, Imran, & Nasaruddin, 2016; Patilaiya & Rahman, 2018)
karena PHBS perilaku ini dipraktikkan atas dasar kesadaran untuk mewujudkan
derajat kesehatan setinggi-tingginya (Andriansyah & Rahmantari, 2013; Aswadi,
Syahrir, Delastara, & Surahmawati, 2017; Rahmanisa, Kurniawaty, &
Susantiningsih, 2015).

Saat ini masyarakat harus mempunyai kepedulian terhadap kesehatan yang


ada di dalam maupun yang ada di luar dirinya (lingkungannya sekitar).
Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan
dalam menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri serta
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 79 tentang Kesehatan, ditegaskan bahwa
“Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup
sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga dapat belajar, tumbuh,
dan berkembang secara harmonis sehingga diharapkan menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas.PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan
peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan
mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah
sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

32
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan
PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih
dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta
didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes
RI, 2007).Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013
menyatakan bahwa, kesehatan dipengaruhi oleh perilaku yang mejunjung tinggi
keadaan kebersihan. Akibat kurangnya perhatian terhadap kebersihan ini, maka
masih banyak penyakit yang timbul seperti diare, kecacingan, fi lariasis, demam
berdarah dan muntaber. Masalah kebersihan yang masih banyak dialami oleh
siswa SD yaitu, masalah pada gigi sebanyak 86%, tidak bisa potong kuku
sebanyak 53%, tidak bisa menggosok gigi sebanyak 42% dan tidak mencuci
tangan sebelum makan sebanyak 8%. Sedangkan penyakit yang banyak diderita
oleh siswa SD yaitu penyakit cacingan sebesar 60-80%, dan caries gigi sebanyak
74,4%. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya upaya
secara komprehensif dari berbagai Sektor (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Anak usia dini adalah seorang anak yang usianya belum memasuki suatu
lembaga pendidikan formal seperti sekolah dasar dan biasanya mereka tetap
tinggal di rumah atau mengikuti kegiatan dalam bentuk berbagai lembaga
pendidikan pra-sekolah, seperti kelompok bermain, taman kanak-kanak, atau
taman penitipan anak. Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun. Masa
lima sampai enam tahun pertama kehidupan anak merupakan usia emas. Oleh
sebab itu dibutuhkan kondisi yang sesuai dengan kebutuhan anak sehingga
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tercapai secara optimal
(Kemendiknas, 2009: 3).

Ki Hajar Dewantara dalam Yus (2011: 9), berpendapat bahwa anak-anak


ialah makhluk hidup yang memiliki kodratnya masing-masing. Jika anak memiliki
kodrat yang tidak baik, maka tugas pendidik untuk membantunya menjadi baik.
Jika anak sudah memiliki kodrat yang baik, maka ia akan lebih baik lagi jika
dibantu melalui pendidikan. Pendidikan dilaksanakan dengan memberi contoh

33
teladan, memberi semangat, dan mendorong anak untuk berkembang. Potensi
yang dapat dikembangkan pada diri anak sesuai dengan Permendikbud 146 Tahun
2014 tentang Kurikulum 2013, yang memuat program-program pengembangan
yang mencakup sebagai berikut: nilai agama dan moral, fisik motorik (motorik
kasar dan motorik halus), intelektual atau kognitif, bahasa, sosial emosional, dan
seni. Untuk mengembangkan semua itu diperlukan guru yang profesional dalam
merancang melaksanakan dan mengevaluasi agar dapat menghasilkan tujuan
pembelajaran secara maksimal. Hal itu dapat dihayati logo PAUD adalah anak
Indonesia yang sehat cerdas dan ceria. Persoalan yang tidak kalah penting dalam
pendidikan anak usia dini ialah aspek sosial dan emosional yang merupakan
bagian esensial dalam perkembangannya. Perkembangan sosial dan emosional
anak, Erikson dalam Morrison (1988: 199) berpendapat bahwa perkembangan
emosi positif sangat penting dalam perkembangan jiwa anak, seperti makna
menerima dan memberi. Menerima dan memberi merupakan hal yang dipelajari
anak bertalian dengan kehidupan sosial (Erikson, 1963: 75). Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pasal 10 ayat (2) nilai
agama dan moral meliputi: kemampuan mengenai nilai agama yang dianut,
mengerjakan ibadah, berperilaku jujur, penolong, sopan, hormat, sportif, menjaga
kebersihan, diri dan lingkungan, mengetahui hari besar agama, menghormati dan
toleransi terhadap agama orang lain. Selanjutnya ayat (3) kesehatan dan perilaku
keselamatan, mencakup berat badan, tinggi badan, lingkar kepala sesuai usia serta
kemampuan berperilaku hidup bersih, sehat dan peduli terhadap keselamatannya.
Pada sosial-emosional ayat (6) meliputi: a) kesadaran diri, terdiri atas
memperlihatkan kemampuan diri mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan
diri, serta mampu menyesuaikan diri dengan orang lain; b) rasa tanggung jawab
untuk diri dan orang lain, mencakup mengetahui hak-haknya, menaati aturan,
mengatur diri sendiri serta bertangguang jawab atas perilakunya untuk kebaikan
sesame

34
BAB VI
ETIKA DALAM PROMOSI KESEHATAN

1. Kesehatan
Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber
daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk
itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor
kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk
kesejahteraan (WHO,1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan
dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor
kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam
masyarakat (Taylor, 2003).

2. Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri
sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya
masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan
kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang
dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat
sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya, politik dan sebagainya).

3. Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat dalam Pola Perilaku

35
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah
perilakunya, yaitu:
a. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang
melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang
lebih dekat;
b. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam
konteks pengetahuan lokal,
c. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama)
setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
d. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan
untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai
dengan potensi yang di miliki. Pendekatan program promosi menekankan aspek
”bersama masyarakat”, dalam artian:
a. Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam
kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan
inginkan,
b. Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk
perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat
di lakukan dengan aman dan nyaman serta
c. Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan
dan memantau dampaknya secara terus-menerus, berkesinambungan

4. Strategi Promosi Kesehatan


A. Pembangunan sarana air bersih, sarana sanitasi dan program promosi kesehatan
dapat dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan apabila :
∙ Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas
identifikasi dan analisis situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan,
dikelola dan dimonitor sendiri oleh masyarakat.
∙ Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis
pada tingkat Kecamatan.
∙ Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim
lintasprogram di tingkat Kabupaten dan Propinsi.

36
B. Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan.
Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator harus lebih aktif menjalin
kemitraan dengan TKC untuk :
∙ mendukung program kesehatan.
∙ melakukan pembinaan teknis.
∙ mengintegrasikan program promosi kesehatan dengan program lain yang
dilaksanakan oleh Sektor dan Program lain, terutama program usaha kesehatan
sekolah, dan program lain di PUSKESMAS.

C. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat


 Pembuangan tinja yang aman.
 Cuci tangan pakai sabun
 Pengamanan air minum dan makanan.
 Pengelolaan sampah
 Pengelolaan limbah cair rumah tangga\

D. Peran Berbagai Pihak dalam Promosi Kesehatan


E. Peran Tingkat Pusat
Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam Promosi Kesehatan, yaitu:
a. Pusat Promosi Kesehatan dan
b. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait program Pamsimas di tingkat
Pusat perlu mengembangkan tugas dan juga tanggung jawab.

F. Peran Tingkat Propinsi


G. Peran Tingkat Kabupaten

37
5. Definisi Pendidikan Kesehatan
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu
kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni.
Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,
dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Menurut Australian Health Foundansion Promosi kesehatan adalah program-
program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik
di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan
lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan
Ottoson,1998).
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak
secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan
berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan
pribadinya dan orang lain.
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan
gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan
sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan
lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan
yang sehat.

6. Tujuan Pendidikan kesehatan


Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi
yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau

38
tujuan apa yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk
penunjang program-program kesehatan lainnya.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya
yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi
kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan
dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Advokasi(Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada
para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang
spesifik.
2. Menjembatani(Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama
dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait.
3. Kemampuan/Keterampilan(Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara
serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri

7. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang
penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran,
kemauan dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang
penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi)
yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang
penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya
untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan

39
yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan,
dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community
organization), pengembangan masyarakat (community development),
penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(community empowerment), dll.

8. Sasaran Promosi Kesehatan


Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam
tiga kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk
masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan
remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (secondary target)


Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh
penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan
promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan
atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat
sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula
agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat
sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker).

40
I. ETIKA
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana
yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata
Yunaniethosyang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-
ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh
beberapa ahli berikut ini:
–Drs. O.P. Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
–Drs. Sidi Gajalbadalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
–Drs. H. Burhanudin Salam: etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap
dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Dari berbagai pembahasan
definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis
definisi, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus
membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
2. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan
baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.Definisi tersebut tidak
melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan
waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat
sosiologik.
3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif,
dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku

41
manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi,
menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif,
direktif dan reflektif.

- Etika dalam promosi kesehatan


Pada tahun 2002, American Public Health Association secara resmi mengadopsi
dua belas prinsip praktek kode etik untuk umum. Dua belas prinsip yang
diuraikan:
1. Kesehatan masyarakat terutama harus membahas penyebab dasar penyakit dan
persyaratan untuk kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan
yang merugikan.
2. Kesehatan masyarakat harus mencapai kesehatan masyarakat dengan cara yang
menghormati hak-hak individu dalam masyarakat.
3. Kebijakan kesehatan masyarakat, program, dan prioritas harus dikembangkan
dan dievaluasi melalui proses yang menjamin kesempatan untuk masukan dari
anggota masyarakat.
4. Kesehatan masyarakat harus mengadvokasi dan bekerja untuk pemberdayaan
dari pemuda anggota masyarakat, yang bertujuan untuk memastikan bahwa
sumber daya dasar dan kondisi diperlukan untuk kesehatan dapat diakses oleh
semua.
5. Kesehatan masyarakat harus mencari informasi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kebijakan yang efektif dan program yang melindungi dan
mempromosikan kesehatan.
6. Institusi kesehatan umum harus menyediakan masyarakat dengan informasi
yang mereka miliki yang diperlukan untuk keputusan tentang kebijakan atau
program-program dan harus mendapatkan persetujuan masyarakat untuk
pelaksanaannya.
7. Lembaga kesehatan publik harus bertindak secara tepat waktu pada informasi
yang mereka miliki dalam sumber daya dan mandat yang diberikan kepada
mereka oleh masyarakat.

42
8. Program kesehatan umum dan kebijakan harus menggabungkan berbagai
pendekatan yang mengantisipasi dan menghormati nilai-nilai yang beragam,
keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.
9. Program kesehatan umum dan kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang
paling meningkatkan lingkungan fisik dan sosial.
10. Lembaga kesehatan publik harus melindungi kerahasiaan informasi yang
dapat membawa kerugian bagi individu atau komunitas jika dibuat publik.
Pengecualian harus dibenarkan
Kerangka kerja ini menekankan pentingnya hubungan yang kompleks antara
orang-orang. Hubungan tersebut adalah inti dari masyarakat, dan mendukung
sejumlah prinsip etika.

2. MENETAPKAN TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di
seluruh wilayah Indonesia.

3. . MENETAPKAN PESAN POKOK


Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok
program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan
sektor lain yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7
Program pembangunan kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999) :
1. Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat
2. Program lingkungan sehat
3. Program upaya kesehatan
4. Program pengembangan sumber daya kesehatan
5. Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya

43
4. MENETAPKAN METODE DAN SALURAN KOMUNIKASI
Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan
perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan
semua informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikomunikasikan dengan
dukungan seperti audio visual (video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet),
visual (flip charts).

5. MENETAPKAN KEGIATAN OPERASIONAL


Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka yang terpenting adalah
menetapkan kegiatan operasional yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan
dasar:
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan
pemberantasannya
2. Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi
3. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi, Pengobatan dan pengadaan obat

6. MENETAPKAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI


1. Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku Program
promosi Hygiene Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang merupakan
pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare melalui pengadopsian
perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas.
2. Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini akan
dilakukan identifikasi perilaku beresiko melalui pengamatan terstruktur. Sehingga
dapat ditentukan cara pendekatan baru terhadap perbaikan hygiene sehingga
diharapkan anak-anak terhindar dari lingkungan yang terkontaminasi.
3. Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk
memotivikasi orang untuk mengadopsi perilaku hygiene termasuk memilih
beberapa perubaha perilaku yang diharapkan dapat diterapkan.

44
7. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN ETIS
Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yakni :
1. Promotor kesehatan tidak akan secara sengaja menunda pelayanan atau
informasi, dilihat dari status pengetahuan sekarang yang dapat memberikan
manfaat kepada klien, mereka berusaha mengikuti perkembangan promosi
kesehatan
2. Promotor kesehatan akan menghargai kerahasiaan informasi yang dapat mereka
akses kecuali atas permintaan hokum dan demi kepentingan klien
3. Promotor kesehatan harus tidak melakukan kegiatan promosi kesehatan yang
tidak kompoten bisa kerjakan.

8. PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN


1. Pendekatan Medik
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang
didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung.
2. Pendekatan Perubahan Perilaku
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu
masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “.
3. Pendekatan Edukasional
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan
pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan
yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada.
4. Pendekatan Berpusat Pada Klien
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu
mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan
membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan
nilai mereka.
5. Pendekatan Perubahan Sosial
Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada
lingkungan fisik, social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih
mendukung untuk keadaan yang sehat.

45
46
BAB VII
PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN BIDANG FARMASI

A. Macam-Macam Pendekatan Dalam Promosi Kesehatan

Pendekatan yang digunakan dalam promosi kesehatan dapat erdampak


positif atau negatif bagi perilaku seseorang. Pendekatan yang dipilih sebagian
besar ditentukan oleh keterangan dan pemahaman seseorang tentang kesehatan
dan promosi kesehatan serta dari pemeriksaan yang dilakukan selama ini. Ada
lebih dari 90 pendekatan dan contoh dalam promosi kesehatan hanya ada
beberapa yang sering digunakan (Rawson, 1992).

Tones (1992) mengidentifikasikan empat pendekatan dalam promosi


kesehatan, yaitu :

1. Pendekatan pemberdayaan diri sendiri, yang bertujuan untuk


meningkatkan kepercayaan diri sendiri/penghargaan terhadap diri sendiri
dan mendorong untuk membuat keputusan sendiri.
2. Pendekatan pendidikan, yang bertujuan untuk memberikan kebebasan
pada seseorang dalam hal membuat pilihan terhadap informasi-informasi
yang didapatkan.
3. Pendekatan pencegahan, yang bertujuan untuk merubah perilaku yang
dapat menyebabkan penyakit.
4. Pendekatan radikal, yang meliputi factor sosial ekonomi dan politik yang
juga dapat mempengaruhi kesehatan. Similarly, Ewles dan Simnett (1999)
mengidentifikasikan lima macam pendekatan dalam promosi kesehatan,
yaitu pendekatan medical atau pencegahan, perubahan perilaku,
educational, berpusat pada klien, dan pendekatan perubahan sosial.
Dengan memahami signifikansi dan pendekatan-pendekatan promosi
kesehatan akan meningkatkan keuntungan/hasil dan suatu pendekatan
yang melengkapi pendekatan lainnya.
1) Pendekatan Medical

47
Dasar dari pendekatan ini adalah untuk pencegahan terhadap penyakit. Hal
ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penurunan kesehatan dan
kematian dini dengan cara medis. Keberhasilannya dapat dilihat dari
program imunisasi dan vaksinasi yang bertujuan untuk memperkecil angka
kesakitan pada anak. Pendekatan medical ini bergantung pada pengetahuan
dan taktik persuasive (membujuk) dalam pelaksanaannya.
Pencegahan dan pengobatan merupakan prioritas untuk mencegah
terjadinya kerugian dalam bidang sosial ekonomi sebagai penyebab dan
penurunan kesehatan.
Kegiatan untuk mengembangkan pendekatan ini meliputi penyebaran
kampanye melalui media dan pendidikan. Tujuan akhir dari pendekatan
medical adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dini.
Fokusnya yaitu adlah taktik persuasif dan menempatkan tanggung jawab
individu tersebut untuk membuat pilihan dalam mencegah penyakit.
2) Pendekatan perubahan perilaku
Pendekatan ini dilakukan dengan cara mendorong seseorang untuk
menjalankan perilakuperilaku kesehatan dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini beranggapan bahwa seseorang bebas
untuk membuat pilihan tentang bagaimana cara hidup sehat berhubungan
dengan perubahan perilaku. Hal ini dipengaruhi oleh factor sosial ekonomi
dan kebudayaan.
Kegiatan promosi kesehatan kegiatan yang digunakan dalam pendekatan
ini meliputi : komunikasi dan konseling, pendidikan, pemberdayaan,
membuat kebijakan, peran serta masyarakat, dan membangun jaringan
dukungan sosial. Masalah yang kemungkinan akan timbul dengan
menggerakkan pendekatan ini adalah waktu yang diperlukan setiap orang
untuk merubah perilakunya tidak sama. Ada individu yang memerlukan
waktu lebih lama dari pada individu yang lain untuk merubah perilakunya,
demikian pula sebaliknya.

48
3) Pendekatan Educational
Pendekatan ini yaitu dengan cara memfasilitasi individu untuk proses
pembelajaran dan memberikan fasilitas penunjang dalam proses
pembelajaran tersebut melalui dialog terbuka dan diskusi. Dengan belajar
dari pengalaman hidup dan dikaitkan dengan pengetahuan merupakan
bagian integral dan proses pendidikan ini untuk mengetahui kebutuhan
individu-individu tersebut. Untuk meningkatkan kesadaran dan mulainya
proses pembelajaran di masyarakat telah dilakukan berbagai car, salah
satunya adalah berkampanye dengan masa media dalam berbagai variasi.
Tetapi kampanye media masa ini hanya menyentuh pada anggota
masyarakat yang memiliki motivasi yang kuat untuk berubah.
4) Pendekatan yang berpusat pada Klien
Pendekatan ini didasarkan pada persamaan status antara tenaga kesehatan
dank lien. Kegiatan yang dilakukan oleh klien dan tenaga kesehatan
sebagai fasilitator, yaitu membimbing, memberi support, dan mendorng
klien untuk membuat keputusan. Tujuan pendekatan ini adalah untuk
memfasilitasi otonomi klien.
5) Pendekatan Perubahan Sosial
Tujuan dan pendekatan ini adalah untuk memastikan bahwa sehat itu muah
dijangkau dan juga untuk mendukung slogan “liat untuk Semua fokusnya
bukan pada perubahan perilaku individu mempengaruhi secara positif
kesehatan di masyarakat.
Dan pendekatan ini diketahui bahwa kerugian sosial ekonomi sebagai hal
penentu dan penurunan kesehatan. Wujud perhatiannya yaiitu dengan
membuat perubahan sosial dan ekonomi dengan rencana/aksi politik dan
memperluas jaringan kerjasama dengan pembuat kebijakan.

49
B. APLIKASI TEORI

Belajar melalui observasi ini akan melibatkan orang lain yaitu model
dalam memperagakan suatu aktivitas. Bandura mengusulkan tiga macam
pendekatan treatmen, yakni:

1. Latihan Penguasaan (Desensitisasi Modeling)


Mengajari klien menguasai tingkahlaku yang sebelumnya tidak bisa
dilakukan (misalnya karena takut). Treatmen konseling dimulai dengan
membantu klien mencapai relaksasi yang mendalam.Kemudian konselor
meminta klien membayangkan hal yang menakutkannya secara
bertahap.Misalnya, ular, dibayangkan melihat ular mainan di etalase
toko.Kalau klien dapat membayangkan kejadian itu tanpa rasa takut,
mereka diminta membayangkan bermain-main dengan ular mainan,
kemudian melihat ular dikandang kebun binatang, kemudian menyentuh
ular, sampai akhirnya menggendong ular. Ini adalah model desensitisasi
sistemik yang pada paradigma behaviorrisme dilakukan dengan
memanfaatkan variasi penguatan. Bandura memakai desesitisasi
sistematik itu dalam fikiran (karena itu teknik ini terkadang disebut;
modeling kognitif) tanpa memakai penguatan yang nyata.
2. Modeling terbuka (Modeling Partisipan)
Klien melihat model nyata, biasanya diikuti dengan klien berpartisipasi
dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru tingkahlaku yang
dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
3. Modeling Simbolik Klien melihat model dalam film, atau gambar/cerita.
Kepuasan vikarious (melihat model mendapat penguatan) mendorong
klien untuk mencoba/meniru tingkahlaku modelnya. Jenis- Jenis
Peniruan :
a. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori
pembelajara social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini
adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang
memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi
bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan.Meniru tingkah laku

50
yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh :
Meniru gaya penyanyi yang disukai
b. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian
secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam
buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
c. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah
laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung.
Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai
daripada buku yang dibacanya. d. Peniruan Sesaat/seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di
sekolah. e. Peniruan Berkelanjutan Tingkah laku yang ditiru boleh
ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh : Pelajar meniru gaya
bahasa gurunya.

C. MODEL PENGGUNAAN PELAYANAN KESEHATAN

Selama 3 dekake yang lalu, sejumlah besar riset telah dilakukan kedalam
faktor –faktor penentu (determinan) penggunaan pelayanan kesehatan.
Kebanyakan dari riset inilah model-model adanya penggunaan pelayanan
kesehatan dikembangkan dan dilengkapi.

Tujuan penggunaan pelayanan kesehatan Anderson dan Newman


(1979) menjelaskan bahwa model penggunaan pelayanan kesehatan ini
dapat membantu/memenuhi satu atau lebih dari 5 tujuan berikut:
a. Untuk melukiskan hubungan kedua belah pihak antara faktor
penentu dari penggunaan pelayanan kesehatan,
b. Untuk meringankan peramalan kebutuhan masa depan pelayanan
kesehatan,
c. Untuk menentukan ada/tidak adanya pelayanan dari pemakaian
pelayanan kesehatan yang berat sebelah,

51
d. Untuk menyarankan cara-cara memanipulasi kebijaksanaan yang
berhubungan dengan variabel-variabel agar memberikan
perubahan-perubahan yang diinginkan
e. Untuk menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-
proyek pemeliharaan/perawatan kesehatan yang baru.
Telah banyak riset di bidang penggunaan pelayanan kesehatan di mana hampir
mustahil untuk membahas setiap model spesifik yang telah digunakan sebagai
pengganti. Berbagai pendekatan dipakai dalam penelitian penggunaan pelayanan
kesehatan yang menurut jenisnya dibedakan ke dalam 7 kategori yang didasarkan
pada tipe-tipe variable yang digunakan sebagai determinan-determinan
penggunaan pelayanan kesehatan (Anderson dan Anderson, 1979).

D. PRAKTIK KEFARMASIAN DAN PROMOSI KESEHATAN

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah rumah sakit (RS) di


seluruh Indonesiasebanyak 2.813 unit hingga akhir 2018. Jumlah tersebut terdiri
atas 2.269 RS Umum dan 544 RS khusus. Dari sumber yang sama diperoleh data
rekapitulasi puskesmas sebanyak 10.017dan Apotek sebanyak 28.233 unit,
dimana daerah yang memiliki jumlah apotek terbanyakadalah Jawa Barat, yaitu
4.455 unit. Ketika diasumsikan satu RS dan puskesmas mempunyaisatu instalasi
farmasi, maka jumlah unit apotek dan instalasi farmasi adalah sebanyak
41.063unit. Sayangnya, sistem informasi kesehatan di Indonesai yang saat ini
yang masihmengandalkan kementrian kesehatan belum menyajikan kelengkapan
data mengenai berbagaihal yang dapat diakses public. Sebagai contoh penulis
kesulitan untuk mendapatkan informasi jumlah kunjungan baik di rumah sakit
ataupun di apotek. Namun dengan lebih dari 41 ribuapotek dan instalasi farmasi
pada tahun 2018, kita dapat membuat asumsi minimal terjadi rata-rata 100
kunjungan maka per hari diperoleh lebih dari 4,1 juta kunjungan. Inilah angka
yangdalam realisasinya bisa jadi lebih besar, sebagai target promosi kesehatan
yang dilakukan olehkomunitas pharmacist setiap hari.

52
Pelayanan promosi kesehatan oleh pharmacist kepada lebih dari 4,1 juta
masyarakatIndonesia per hari, adalah angka yang cukup signifikan terhadap
peningkatan derajat kesehatanmasyarakat Indonesia ketika setiap kunjungan
klien/pasien dimaknai sebagai kesempatanuntuk melakukan aktivitas promosi
kesehatan. Data ini belum termasuk pelayanan pharmacistdi 7.917 klinik yang
kemungkinan besar terdapat pelayanan kefarmasian baik berbentuk apotekatau
instalasi farmasi.

Di lain pihak, telah dibahas bahwa dari dua orientasi asuhan kefarmasian
(Pharmceuticalcare), langsung atau tidak merupakan atau terkandung kegiatan
promosi kesehatan. Hal ini perlu menjadi kesadaran bagi para calon pharmacist
bahwa pomosi kesehatan bukanlah hal baru atau bah\kan di luar praktik
kefarmasian.

Promosi Kesehatan berdasarkan UU Kesehatan adalah bagian dari


KesehatanMasyarakat. Dalam Pasal 11, ayat 7 dinyatakan:Jenis Tenaga Kesehatan
yang termasuk dalam kelompok tenaga kesehatan masyarakatsebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf (f) terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga
promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga
administrasi dankebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta
tenaga kesehatan reproduksidan keluarga.

Namun, dalam UU Kesehatan RI pun disebutkan beberapa pasal sebagaimana


telahdibahas di bagian awal yang erat kaitannya dengan tugas kefarmasian.
Beberapa penulissampaikan sebagai berikut:

 Obat (sebagai sediaan farmasi yang menjadi kewenangan pharmacist)


adalah bahanatau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhiatau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapandiagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dankontrasepsi, untuk manusia. (Pasal
1 ayat butir 8)
 Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukansecara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara danmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

53
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. (Pasal 1 ayat
butir 9)
 Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu,menyeluruh, dan berkesinambungan. (Pasal
47)
Demikian juga dalam Kepmenkes No. 1027/2004, Bab II tentang Stamdar
Pelayanankefarmasian di Apotek, disebukan 3 jenis layanan yaitu:

1. Pelayanan Resep
2. Promosi dan Edukasi
3. Residensial (Home Care)
Dalam hal Pelayanan Resep, setidaknya beeberapa poin di bawah ini
menunjukkan peranlangsung pharmacist dalam kegiatan promosi kesehatan:

 Berkaitan dengan Etiket sebagai media informasi (Etiket harus jelas dan
dapatdibaca)
 Penyerahan Obat, sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep.
Penyerahan obatdilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat
dan konseling kepada pasien.
 Informasi Obat, Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas
dan mudahdimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.
Informasi obat pada pasiensekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian
obat, cara penyimpanan obat, jangkawaktu pengobatan, aktivitas serta
makanan dan minuman yang harus dihindariselama terapi.
 Konseling, Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan
farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitashidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari
bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita
penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC,asma dan penyakit
kronis lainnya, apoteker harusmemberikan konseling secara berkelanjutan.

54
 Monitoring Penggunaan Obat, Setelah penyerahan obat kepada pasien,
apotekerharus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama
untuk pasien tertentuseperti kardiovasku-lar, diabetes, TBC, asma, dan
penyakit kronis lainnya.
Dalam hal Promosi dan Edukasi, di tegaskan bahwa dalam rangka
pemberdayaanmasyarakat, apoteker harus memberikan edukasi apabila
masyarakat ingin mengobati dirisendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan
dengan memilihkan obat yang sesuai dan apotekerharus berpartisipasi secara
aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantudiseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan,
danlain lainnya.

Demikian juga dalam Pelayanan Residensial (Home Care), Apoteker


sebagai care giverdiharapkan juga dapat melakukan pelayana kefarmasian
yang bersifat kunjungan rumah,khususnya untuk kelompok lansia dan pasien
dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.Untuk aktivitas ini apoteker harus
membuat catatan berupa catatan pengobatan (medicationrecord).

Berikut adalah contoh kegiatan promosi kesehatan oleh pharmacist yang


melekat pada praktik kefarmasian:

a. Menjelaskan informasi obat OTC kepada pembeli/pasien.


b. Penulisan etiket/label obat serta menjelaskannya kepada pasien
ketika penyerahanobat.
c. Mempromosikan kesehatan melalui nutrisi (gizi berimbang) dan
aktivitas fisikseperti olahraga.
d. Penecegahan penyakit misal melalui penjelasan pentingnya
imunisasi dan suplemen(vitamin).
e. Terlibat dalam mengidentifikasi atau mendeteksi adanya penyakit
pada pasien.Peran ini sangat pasti bagi farmasi komunitas.
f. Pemeliharaan kesehatan bagi mereka yang kronis (mis. asma)

55
Selain materi promosi, tujuan utamanya adalah untuk menumbuhkan
kesadaranmasyarakat bertanya atau mencari informasi kesehatan kepada
pharmacist sebagai salah satusumber penasihatan yang professional, maka
komunitas pharmacist juga telah melakukanupaya pormosi kesehatan melaui
berbagai cara dan media, antara lain:

a). Materi tertulis

Leaflet/Brochure: materi ini menjadi materi utama yang tersedia di outelet


farmasi;klinik; pusat promosi kesehatan dll. Leaflet ini harus ditampilkan dengan
tepat sehingga publikmemiliki akses yang mudah untuk itu. Pharmacist
seharusnya berada dalam jarak yang cukupdekat untuk menjelaskan segala hal
yang tidak dimengerti oleh pengunjung. Selebaran yangakan ditampilkan
seharusnya berada di dekat produk yang relevan dan Phamacist harus memahami
dengan isi selebaran dan berhati-hati dalam menampilkannya agar sesuai dengan
komunitas yang menjadi targetnya serta memastikan bahwa selebaran tersedia
dalam bahasayang difahami target pembaca.

Buku dan Pamflet: Tools ini disediakan oleh pharmacist untuk


kepentingan merek produsen. Beberapa komunitas pharmacist telah menyiapkan
perpustakaan untuk buku-buku,video dan pamflet yang dapat diakses dan
digunakan oleh publik

b). Materi promosi kesehatan tidak tertulis:

Materi seperti ini tersedia dalam bentuk video (audio visual), aplikasi
ponsel, internet,dan beberapa di antaranya bahan dirancang khusus untuk orang
yang berkbutuhan khusus.Dalam materi ini biasanya telah disipakan fitur
komunikasi interaktif dalam bentu Q & A(Anda bertanya dan saya akan
menjawab). Materi ini sangat efektif disesuaikan dengan target-target tertentu
seperti untuk usia remaja dan dewasa dini dalam kebutuhan mereka
mengetahuireproduksi atau anak-anak untuk kebiasaan hidup sehat dan bersih,
msial melalui kebiasaanmencuci tangan dan sebagainya. Yang perlu dihindari
adalah konten audio visual yang sensitif,menyinggung satu kelompok pasien

56
tertentu termasuk secara umum tidak melanggar Suku,Agama, Ras, dan
Antargolongan (sara).

Berikutnya adalah gambar berupa poster. Poster atau standing banner


seharusnya ditampilkan di tempat yang cocok di dalam apotek, dan berisikan
mengenai informasi produkyang mengarah kepada gaya hidup sehat seperti obat-
obatan bebas gula, pola gizi berimbangdan lainnya.

Satu hal yang mesti diperhatikan dalam prmosi kesehatan adalah kebijakan
inklusi sosial,artinya bahwa promosi kesehatan dan kesehatan adalah ditujukan
untuk setiap orang, terlepasdari jenis kelamin, usia, etnis, kelas sosial, cacat, status
kesehatan, dll. Dengan demikian apotekdan jenis layanannya harus berlaku untuk
semua. Idealnya semua apoteker harus memilikiakses untuk orang-orang dengan
cacat fisik, ibu dengan kereta bayi, apotek juga harusdilengkapi dengan (sistem
loop) untuk masalah pendengaran.

Ruang/kamar konsultasi. Diskusi mengenai topik promosi kesehatan


dengan seorangindividu dapat mengangkat masalah yang sensitif yang bisa terjadi
hanya dilakukan secara pribadi. Jika tidak memungkinkan untuk menyediakan
sebuah ruangan terpisah, maka percakapan harus diadakan tanpa mendengar dan
tanpa gangguan.Berikut adalah pointers promosi kesehatan dalam praktik
kefarmasian:

 Pencegahan kecelakaan
 Konsumsi alcohol
 Asma
 Cacat Jantung Bawaan (CHD)
 Kontrasaepsi
 Diabetes
 Penyalahgunaan obat
 Alat kontrasepsi hormonal
 Kehamilan dan asam folat
 Kesehatan rambut (head lice and otherinfestation)
 Imunisasi

57
 Pengelolaan lemak (lipid management)
 Kesehatan pria Kesadaran akankesehatan mental
 Nutrisi
 Aktivitas fisik
 Kegemukan (obesitas) dan penurunan berat badan
 Kesehatan mulut
 Kesehatan reproduksi (safe sexual)
 Kanker kulit
 Kebiasaan merokok
 Kesehatan wanita

EVALUASI

Dalam domain manajemen, promosi kesehatan haruslah dirancang dan


dipersiapkansebaik mungkin. Dan yang lebih penting adalah merancang kegiatan
promosi kesehatan sesuaidengan tujuan yang telah ditentukan haruslah benar-
benar diukur nilai kemanfataan ataukeberhasilannya. Untuk itulah setidaknya
pengukuran keberhasilan dapat menyentuh beberapaaspek seperti:
kesadaran(awareness), pengetahuan(knowledge), sikap (attitude),
perilaku(behavior) dan keahlian(skill) dan beberapa perubahan dari aspek
kebijakan(policy),organisasi, lingkungan, status sosial dan kualitas hidup

58
BAB VIII

UPAYA PROMOSI KESEHATAN

Upaya Promosi Kesehatan


Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dan oleh, untuk dan bersama masyarakat agar
mereka dapat menolong diri sendiri serta mengembangkan kegatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
di dukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan yang menjadi bagian dari program kesehatan masyarakat di
Indonesia harus mampu mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia,
sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan sebagai “Masyarakat yang mau
dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya”. Adapun visi promosi
kesehatan menurut Fitriani (2011), yaitu:
a) Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya
b) Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya
c) Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan
kesehatannya.

Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Meliputi :


A. Upaya Promotif.

59
Upaya Promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditujukan untuk
meningkatkan status/ derajad kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah
kelompok orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu
meningkatkan kesehatannya, kelompok orang sehat meningkat dan kelompok
orang sakit menurun. Bentuk kegiatannya adalah pendidikan kesehatan tentang
cara memelihara kesehatan.

B. Upaya Preventif

Upaya Preventif adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya


penyakit. Sasarannya adalah kelompok orang risiko tinggi. Tujuannya untuk
mencegah kelompok risiko tinggi agar tidak jatuh/ menjadi sakit (primary

60
prevention). Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal care,
postnatal care, perinatal dan neonatal.

C. Upaya Kuratif

Upaya Kuratif adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit menjadi
lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok orang sakit (pasien)
terutama penyakit kronis. Tujuannya kelompok ini mampu mencegah penyakit
tersebut tidak lebih parah (secondary prevention). Bentuk kegiatannya adalah
pengobatan.

D. Upaya Rehabilitatif

61
Upaya Rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan
memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang
yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan
kecacatan (tertiary prevention).

Upaya Program Promosi Kesehatan

1. Penyuluhan kesehatan dalam gedung dan luar gedung

PROMKES DALAM
GEDUNG

KOMUNIKASI PENYULUHAN INSTITUSI


INTERPERSONAL DAN KELOMPOK KESEHATAN
KONSELING BER-PHBS

62
PHBS - RT

PENYULUHAN
KELOMPOK DI
MASYARAKAT

PEMBINAAN UKBM dilihat melalui


PROMKES
presentase Posyandu Purnama dan
LUAR Mandiri
GEDUNG

DESA SIAGA
AKTIF

KUNJUNGAN
RUMAH

2. Pemberdayaan berjenjang di berbagai tatanan


3. Melakukan pendataan dan upaya-upaya dalam peningkatan PHBS baik
individu, kelompok, institusi, sekolah dan masyarakat
4. Melakukan SMD (Survei Mawas Diri) dan MMD (Musyawarah Mufakat
Desa)
5. Kegiatan Refresing Kader Kesehatan
6. Siaran keliling protokol kesehatan covid-19

63
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmoto.2008 Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

Adventus MRL, SKM.,M.Kes, I Made Merta Jaya, M.Kes, Ns. Donny Mahendra,
S.Kep. 2019. Jakarta: Buku Ajar Promosi Kesehatan. Program Studi
Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Vokasi. Universitas Kristen
Indonesia Jakarta.
Anderson, James, 1979, Public Policy Making, (Second ed.), New York: Holt,
Renehart and Winston, New York.

Andriansyah, Y., & Rahmantari, D. N. (2013). Penyuluhan dan praktik PHBS


(perilaku hidup bersih sehat) dalam mewujudkan masyarakat desa peduli
sehat. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 2(1), 45–50.

Anon (2022). diakses 16 October 2022, dari


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Perilaku-dan-Etika-Farmasi-Komprehensif.pdf
Banun, T. S. (2016). Hubungan antara Pengetahuan PHBS dengan Pola Hidup
Sehat Siswa di SD Tamanan. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Edisi
14.

64
Dachroni, Drs, MPH. Buku Panduan Straegi Promosi Kesehatan di Indonesia.
Jakarta Selatan

Departemen Kesehatan RI:Profil Promosi Kesehatan.2003


Departemen Kesehatan, RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013).
Jakarta : Departemen Kesehatan.

Depkes RI, 2006. Pengembangan Promosi Kesehatan di Daerah Melalui Dana


Dekon 2006. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan , Depkes RI.

Depkes RI. (2007). Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Sehat. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI.

Dr. Atik Badi'ah, S.Pd., S.Kp., M.Kes, dkk. 2022. Pengantar Promosi Kesehatan.
Bandung, Jawa Barat. Media Sains Indonesia
Dwi Susilowati.2016.Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Promosi
Kesehatan.Jakarta Selatan.Pusdik SDM Kesehatan.
Ewles, L., dan Simnett I., 1994, Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis, Edisi
Kedua, 367- 368, UGM Press, Yogyakarta.

Hartono, Bambang. 2010. Promosi Kesehatan Di Puskesmas Dan Rumah Sakit.


Jakarta : Rineka Cipta.

Ircham, Machfoedz dan Eko, Suryani. 2008. Pendidikan Kesehatan dan Promosi
Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya.
Jumartin Gerung.2020. Desain Media Untuk Promosi Kesehatan ( Teori dan
Praktek). Indonesia. Guepedia
Khoiruddin, Kirnantoro, & Sutanta. (2015). Tingkat Pengetahuan Berhubungan
dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Bersih Pakai Sabun Sebelum dan
Setelah Makan Pada Siswa SDN Ngebel, Tamantirta, Kasihan, Bantul,
Yogyakarta. Journal Ners And Midwifery Indonesia, Vol. 3 No. 3

Kholid, Ahmad.2012. Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku,


Media Dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

65
Lenna Maydianasari ; Ester Ratnaningsih.2021.Analisis Kebutuhan Media
Promosi Kesehatan Layanan Provider. Yogyakarta. Jurnal Kesehatan
Vokasional
M.Ady Setiawan Syah, 2008 mengutip dari Effendy,1998 Macam-macam
pendekatan dalam promosi kesehatan. (2022). diakses 16 October 2022,
dari https://123dok.com/article/macam-macam-pendekatan-dalam-
promosi-kesehatan.q5m2n3g7#:~:text=Similarly%2C%20Ewles%20dan
%20Simnett%20(1999,klien%2C%20dan%20pendekatan%20perubahan
%20sosial.

Mailoa, A. V., Kurniasari, M. D., & Messakh, T. S. (2017). Persepsi warga


mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di Dusun Kebonan, Semarang.
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 30(3), 229–236.
https://doi.org/10.20473/mkp.V30I32017.229-236

Maryunani Anik, Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) untuk mahasiswa
kesehatan dan petugas kesehatan, Trans Info Media : Jakarta, 2013
Proverawati Atikah, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Nuha Medika:
Yogyakarta, 2012

Maulana, Hari D.J 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Mubarak, Wahit Iqbal. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba


Medika
Muzaham, Fauzi. 1995. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Notoatmojo, S, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmojo, Soekidjo, & Sarwono, Solita. 1985. Pengantar Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hlm. 23.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta :
Rineka Cipta

66
Novita, Nesi. 2011.Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
Nurmala, I. Promosi Kesehatan/Ira Nurmala [et al.] -- Surabaya: Airlangga
University Press, 2018.

Permendikbud 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini.

Promosi Kesehatan, Depkes (Direktur Promosi Kesehatan Dirjen Kesehatan


Masyarakat) Jakarta 2000

Ratna Wulandari, Oktia Woro K.H (2016). Efek Smartcard Dalam Meningkatkan
Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Dalam Memilih Pangan Jajanan.
Semarang: Journal of Health Education. Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/
Septian Emma Dwi Jatmika. 2019. Buku Ajar Pengembangan Media Promosi
Kesehatan. Yogyakarta. K-Media
Sudin Kesehatan Masyarakat Dachroni, Drs, MPH. Seri PHBS: Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Untuk Petugas Puskesmas. Jakarta Selatan

Sudin Kesehatan Masyarakat. Surat Keputusan Direktur Jenderal Kesehatan


Masyarakat No: HK tentang Kebijakan Teknis Promosi Kesehatan 2003

Suryani, Eko.2009, Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi


Kesehatan.Yogyakarta : Fitramaya.
Udi, K. (2022). Pengantar Promosi Kesehatan Untuk Pharmacist. diakses 16
October 2022,dari
https://www.academia.edu/43653484/Pengantar_Promosi_Kesehatan_Unt
uk_Pharmacist
WHO. 1994., Strategi Promosi Kesehatan Secara Global.

Windi Chusniah Rachmawati, S,KM., M.Kes. 2019. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Penerbit Wineka Media. ISBN: 978-602-5973-60-4.

67

Anda mungkin juga menyukai