Ayat ini berasal dari Kitab Yesaya 49:6, di mana Tuhan berbicara kepada seorang
hamba-Nya. Arti dari ayat ini dapat dijelaskan dengan bahasa yang lebih sederhana:
"Namun, Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi semua orang, sehingga pesan
keselamatan dari-Ku akan mencapai seluruh penjuru bumi."
Dalam konteks ini, Tuhan berjanji untuk menggunakan hamba-Nya sebagai sumber
terang dan berkat bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia, sehingga pesan keselamatan-
Nya dapat diakses dan diterima oleh semua orang, tidak hanya oleh satu kelompok atau
bangsa saja.
Cerita inspiratif dalam Kitab Suci yang melibatkan "pelayanan lintas-budaya" dapat
ditemukan dalam kitab Ester. Kitab ini bercerita tentang Ester dan pamannya Mordekhai,
dua orang Yahudi yang tinggal di ibu kota Persia, Susan, selama masa tawanan mereka.
Meskipun banyak orang Yahudi pulang ke tanah air mereka, Ester dan Mordekhai
memilih tinggal di Persia. Melalui peristiwa yang menakjubkan yang merupakan hasil
dari pemeliharaan Tuhan, Ester akhirnya menjadi ratu. Mordekhai, paman Ester,
merawatnya sebagai anak setelah kedua orangtuanya meninggal.
Ester, yang cantik dan berakhlak baik, mendapati dirinya berada dalam posisi yang
sangat penting ketika raja mencari ratu baru. Meskipun awalnya terpaksa, Ester dengan
keberanian memainkan peran utama dalam sejarah Kitab Suci. Ini menunjukkan
bagaimana umat Allah, bahkan dalam lingkungan yang asing, dapat menjadi saksi
kebenaran.
Untuk pemahaman yang lebih baik, disarankan untuk membaca atau sekadar meninjau
kitab Ester. Cerita ini memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana Allah dapat
menggunakan orang-orang dalam situasi lintas-budaya untuk mewujudkan rencana-
Nya.
1. Kenapa ester tidak pulang ke tanah air
Rencana Allah: Mungkin ada rencana Allah yang lebih besar yang melibatkan Ester dan
Mordekhai tinggal di Persia. Mereka mungkin dipilih oleh Allah untuk berada di posisi strategis
di istana Persia untuk memainkan peran penting dalam menyelamatkan umat Yahudi dari
ancaman.
Cerita Ester memiliki hubungan dengan ayat dari Kitab Yesaya tadi, yang mengatakan
bahwa seseorang akan menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Dalam cerita Ester, seorang
perempuan Yahudi bernama Ester hidup di negeri Persia, yang berbeda budayanya.
Meskipun begitu, Ester akhirnya menjadi ratu dan, dengan dukungan Tuhan,
memainkan peran penting dalam menyelamatkan bangsanya.
Cerita ini mengajarkan bahwa walaupun kita berada di lingkungan yang berbeda atau
sulit, kita masih bisa menjalankan peran penting dalam rencana Tuhan. Ester menjadi
contoh bagaimana seseorang, bahkan dalam situasi lintas-budaya, dapat membawa
terang dan kebenaran. Dengan kata lain, kita semua, tanpa memandang latar belakang
atau tempat tinggal, memiliki potensi untuk menjadi terang bagi orang lain dan
menyebarkan kebaikan Tuhan di dunia ini.
Contohnya, bayangkan jika kita tinggal di negara di mana hari Sabat bukan bagian dari
aturan resmi. Tetapi, sebelumnya, orang-orang Yahudi tinggal di tanah mereka sendiri di
mana prinsip-prinsip iman mereka diakui sebagai bagian penting dari hukum negara. Ini
membuat tantangan besar bagi mereka yang harus beradaptasi dengan budaya yang
tidak selalu mendukung keyakinan mereka.
Sejarah suci mengingatkan kita bahwa kesetiaan sejati harus berasal dari hati dan bukan
hanya mengikuti aturan yang ada. Hal ini dibuktikan dalam kisah-kisah seperti Daniel,
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, di mana mereka tetap setia kepada Allah meskipun
dihadapkan pada tekanan budaya yang berbeda.
Penting untuk diingat bahwa tantangan hidup dalam budaya asing dapat menantang
iman dan kesaksian kita. Namun, kisah-kisah seperti dalam kitab Daniel memberikan
inspirasi bahwa, bahkan dalam keadaan sulit, kita dapat tetap setia kepada keyakinan
kita. Mereka menunjukkan bahwa kesetiaan sejati tidak tergantung pada keadaan
eksternal, tetapi berasal dari tekad hati untuk tetap taat kepada Allah.
1. Tantangan Hidup di Budaya Asing: Kisah orang Yahudi di Babel dan Persia
menggambarkan tantangan hidup di lingkungan budaya yang berbeda, di mana
prinsip-prinsip iman mereka mungkin tidak selalu diakui atau didukung.
2. Kesetiaan yang Berkedalaman Hati: Kesetiaan sejati bukan hanya mengikuti aturan
hukum atau budaya, tetapi harus berasal dari hati yang tulus. Orang Yahudi harus
mempertahankan keyakinan mereka, meskipun tidak selalu mudah.
3. Pentingnya Tetap Setia: Meskipun dihadapkan pada lingkungan yang tidak
mendukung, orang-orang seperti Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, Mordekhai, dan
Ester tetap setia kepada Allah. Ini mengajarkan bahwa kesetiaan tidak boleh tergantung
pada kenyamanan lingkungan
Cerita ini dimulai pada zaman di mana Raja Ahasyweros memerintah di benteng Susan,
ibukota Kekaisaran Persia (Est. 1:2). Di pasal pertama, kita melihat bahwa Ratu Wasti
tidak disenangi oleh raja, sehingga raja mencari ratu baru yang bisa menggantikannya.
Dalam situasi ini, muncullah tokoh utama, yaitu Ester, dan pamannya, Mordekhai.
Mereka muncul dalam konteks pencarian ratu baru yang diadakan oleh raja. Jadi, kita
akan melihat bagaimana kisah ini berkembang di tengah-tengah Kekaisaran Persia yang
besar itu.
Kesaksian tentang kesetiaan Mordekhai dalam cerita ini sangat menginspirasi. Mordekhai, seorang
Yahudi, menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan bahkan di tengah-tengah tantangan hidup di
tanah asing.
Dalam Ester 3, Raja Ahasyweros memberikan kehormatan tinggi kepada Haman, dan semua orang
diwajibkan bersujud kepadanya. Namun, Mordekhai menolak untuk bersujud di hadapannya.
Mengapa? Kita tahu bahwa Mordekhai adalah seorang Yahudi yang setia. Baginya, memberikan
penghormatan kepada seorang keturunan Agag, musuh lama bangsanya, akan bertentangan dengan
prinsip-prinsip iman dan hukum-hukum Tuhan.
Para pegawai raja bertanya mengapa Mordekhai melanggar perintah raja, namun Mordekhai tidak
menyerah. Dia tidak berlutut dan tidak bersujud. Alasannya yang dalam adalah keyakinannya yang
teguh kepada Allah. Mordekhai tidak akan menyembah manusia atau memberikan penghormatan
kepada siapa pun selain Tuhan.
Pertanyaan para pegawai raja menyebabkan Mordekhai dihadapkan pada ujian. Responsnya yang
tidak mengindahkan perintah raja diberitahukan kepada Haman. Namun, Mordekhai tidak
berkompromi dengan imannya. Bahkan ketika nyawanya berada dalam bahaya, dia tidak berubah.
Kesaksian ini menggambarkan keberanian Mordekhai untuk bersaksi tentang imannya, meskipun
berada dalam risiko yang besar. Ellen G. White mencatat bahwa Mordekhai, bersama dengan Daniel
dan kawan-kawannya, menjadi "sinar terang di antara kegelapan moral istana kerajaan Babel."
Mordekhai menunjukkan bahwa kesetiaan kepada Tuhan dan prinsip-prinsip iman tidak boleh
dikorbankan, bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun. Kesetiaannya menjadi teladan bagi kita
untuk tetap teguh dan setia dalam keyakinan kita, bahkan di tengah-tengah tekanan atau
penganiayaan.
ari kisah Mordekhai, kita bisa mengambil beberapa pelajaran penting yang bisa
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari:
Mordekhai, pamannya, berusaha membangkitkan iman Ester. Dia memberi tahu Ester
bahwa jika dia memilih untuk tidak bertindak, pertolongan dan kelepasan bagi
bangsanya akan datang dari pihak lain, dan dia dan keluarganya sendiri akan berada
dalam bahaya. Mordekhai menyampaikan imannya pada saat-saat sulit tersebut.
Ester bersiap untuk menghadapi raja pada hari ketiga, mengenakan pakaian ratu.
Keberanian dan kesetiaannya kepada Tuhan membuat raja berkenan kepadanya, dan dia
diizinkan mendekati raja dengan menyentuh ujung tongkat emas yang diulurkan
kepadanya.
Kisah ini mengajarkan kita tentang keberanian, kesetiaan kepada Tuhan, dan
kepercayaan bahwa pertolongan Tuhan akan datang pada saat yang tepat. Meskipun
dihadapkan pada risiko besar, Ester memilih untuk mengandalkan Tuhan dan bertindak
sesuai dengan imannya.
Terdapat beberapa poin penting dari kisah Ester yang dapat dijelaskan dengan bahasa
mudah dipahami:
Mukjizat Purim.
purim adalah perayaan yang dirayakan oleh umat Yahudi setiap tahun untuk mengenang dan
bersyukur atas kelepasan mereka dari ancaman kehancuran.
Cerita Purim berpusat pada seorang permaisuri Yahudi bernama Ester dan pamannya,
Mordekhai, yang tinggal di Persia pada zaman kuno. Ancaman besar muncul ketika
seorang pejabat istana, Haman, merencanakan untuk membinasakan semua orang
Yahudi di kerajaan tersebut.
Mukjizat dalam kisah ini melibatkan doa, puasa, dan tindakan bijaksana dari Mordekhai
dan Ester. Meskipun nama Allah tidak disebutkan secara langsung, peristiwa-peristiwa
ini menunjukkan bagaimana Allah bekerja melalui tindakan manusia dan kejadian yang
tampaknya alami.
Allah membalikkan rencana jahat Haman, dan akhirnya, orang Yahudi diizinkan untuk
mempertahankan diri mereka. Haman sendiri malah dihukum mati. Sebagai tanggapan
atas kelepasan ini, umat Yahudi merayakan Purim setiap tahun dengan membaca cerita
ini, memberi sedekah, dan berkumpul bersama keluarga serta teman-teman.
Jadi, Mukjizat Purim mengajarkan kepada kita bahwa kehadiran Allah dapat terlihat
dalam peristiwa-peristiwa sehari-hari, dan bahwa-Nya bekerja melalui tindakan manusia
untuk melindungi dan menyelamatkan umat-Nya. Perayaan Purim menjadi waktu untuk
bersyukur atas kelepasan yang diberikan oleh Allah.
Dalam Ester 9:1-12, hasil dari usaha Ester dan umat Yahudi adalah kemenangan
melawan ancaman kehancuran yang dipersiapkan oleh Haman. Meskipun hukum untuk
membinasakan orang Yahudi tetap berlaku, Allah membalikkan situasi tersebut untuk
melindungi umat-Nya.
Mukjizat dalam peristiwa Purim terjadi melalui jalur yang tampaknya alami. Meskipun
hukum untuk membinasakan orang Yahudi tidak dibatalkan, Allah mengizinkan bangsa
Yahudi untuk mempertahankan diri mereka sendiri. Sebuah hukum baru ditulis yang
mengizinkan mereka untuk melawan ancaman dan membela diri.
Orang-orang Persia menyadari perbuatan Allah untuk kepentingan bangsa Yahudi, dan
hasilnya sangat mengagumkan. Banyak orang dari rakyat Persia bahkan memutuskan
untuk menjadi Yahudi, menunjukkan pengaruh positif dari peristiwa tersebut. Allah
bekerja secara luar biasa untuk membawa jiwa-jiwa yang hilang kepada pengetahuan
akan-Nya.
Para pemimpin Yahudi merespons dengan mengenali tindakan Allah dalam kelepasan
mereka. Mereka mendeklarasikan hari raya tahunan yang disebut Purim untuk
mengingat dan merayakan kemenangan mereka. Tradisi ini berlanjut hingga saat ini
sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas kelepasan-Nya.
1. Setia dan Berani: Kisah ini mengajarkan pentingnya tetap setia dan berani, terutama
ketika menghadapi ancaman atau kesulitan, seperti yang ditunjukkan oleh karakter
Ester.
2. Allah Hadir Meski Tak Terlihat: Meskipun nama Allah tidak disebutkan, kisah ini
mengingatkan kita bahwa Allah hadir dalam kejadian sehari-hari, bahkan jika tidak selalu
terlihat secara langsung.
3. Bijaksana dalam Tindakan: Pembuatan hukum baru menunjukkan kebijaksanaan Allah
dalam memberikan solusi untuk melindungi umat-Nya. Terkadang, tindakan bijak
dibutuhkan dalam menghadapi masalah.
4. Pertumbuhan dan Pengenalan: Kesetiaan umat-Nya dapat memunculkan
pertumbuhan dan membuat orang lain mengenal Allah, bahkan di tengah budaya yang
berbeda.
Jadi, hasil usaha Ester dan umat Yahudi adalah kemenangan, kelepasan dari ancaman
kehancuran, dan pertumbuhan dalam jumlah orang yang bergabung dengan keyakinan
Yahudi. Peristiwa ini menunjukkan kuasa dan kasih Allah yang bekerja melalui peristiwa-
peristiwa sehari-hari untuk melindungi umat-Nya.