Anda di halaman 1dari 5

Ester, Sang Ratu (Est.

4:10-17)
Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk
aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu
siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk
menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati,
biarlah aku mati (Est. 4:16).

Kitab Ester adalah satu-satunya kitab dalam Alkitab yang tidak menyebutkan nama Allah
(Elohim) atau YHWH (Adonai). Apakah dalam kitab Ester umat Israel di bawah pemerintahan
raja Ahasyweros (Medi-Persi) tidak lagi mengenal nama Elohim atau YHWH? Apakah umat
Israel telah berbalik dari imannya kepada YHWH? Di pihak lain apakah YHWH tidak lagi peduli
dengan pergumulan dan penderitaan umat Israel? Karena itu umat Israel tidak lagi beribadah dan
memanggil nama YHWH dalam realitas hidup sehari-hari? Pertanyaan-pertanyaan tersebut
penting untuk memahami latar-belakang kitab Ester.

Lebih jauh lagi mengapa umat Israel saat itu masih berada di wilayah kerajaan Ahasyweros?
Narasi kitab Ester menunjukkan bahwa seluruh kisah yang dipaparkan tentang kehidupan umat
Israel yang jauh dari tempat asalnya di Israel. Beberapa ahli Perjanjian Lama menyebutkan
penulisan kitab Ester sekitar tahun 483-473 sM yang terjadi sesudah era pemerintahan raja
Ahasyweros (Xerxes). Masa pemerintahan raja Ahasyweros (Xerxes) pada tahun 359-338 sM.
Kitab Ester 1:1 menyatakan: “Pada zaman Ahasyweros–dialah Ahasyweros yang merajai seratus
dua puluh tujuh daerah mulai dari India sampai ke Etiopia.” Kita dapat melihat bahwa kerajaan
Persia waktu itu menjadi kerajaan yang sangat berkuasa. Raja Ahasyweros menjadi penguasa
dunia. Kemenangan demi kemenangan menyebabkan kerajaan Persia semakin besar dan
berpengaruh. Di kitab Ester 1:3-10 mengisahkan bagaimana raja Ahasyweros mengadakan
perjamuan besar-besaran untuk seluruh pembesar sampai rakyat kecil. Makanan dan minuman
anggur yang berlimpah-limpah disediakan raja Ahasyweros selama 7 hari.

Untuk menunjukkan kebesarannya raja Ahasyweros menunjukkan seluruh kekayaannya. Ester


1:4 menyatakan: “Di samping itu baginda memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan
keindahan kebesarannya yang bersemarak, berhari-hari lamanya, sampai seratus delapan puluh
hari.” Lalu ia juga ingin memamerkan permaisurinya yaitu ratu Wasti yang terkenal
kecantikannya. Tetapi ternyata ratu Wasti menolak permintaan raja Ahasyweros (Est. 1:12).
Tindakan penolakan ratu Wasti tersebut menyebabkan para penasihat dan pembesar
menyarankan agar kedudukan ratu Wasti sebagai permaisuri dicabut. Sebab penolakan ratu
Wasti akan menyebabkan para perempuan di seluruh kerajaan Ahasyweros tidak tunduk dan
hormat kepada suami mereka.

Kedudukan ratu Wasti yang tersingkir menyebabkan para biduanda raja mengusulkan agar raja
Ahasyweros mencari seorang perempuan yang dapat menggantikan kedudukan ratu Wasti. Ester
2:3 menyatakan: “Hendaklah raja menempatkan kuasa-kuasa di segenap daerah kerajaannya,
supaya mereka mengumpulkan semua gadis, anak-anak dara yang elok rupanya, di dalam
benteng Susan, di balai perempuan, di bawah pengawasan Hegai, sida-sida raja, penjaga para
perempuan; hendaklah diberikan wangi-wangian kepada mereka.” Apabila kerajaan Ahasyweros
mencakup 127 wilayah dari India sampai Etopia, maka kontes kecantikan untuk memperoleh
kedudukan seorang ratu sangat luar biasa. Puluhan, ratusan atau ribuan perempuan cantik
berlomba untuk merebut hati raja Ahasyweros. Dari seluruh kontestan kecantikan itu Hadassa
atau Ester yang memenangkan. Identitas Hadassa atu Ester disebut: “Mordekhai itu pengasuh
Hadasa, yakni Ester, anak saudara ayahnya, sebab anak itu tidak beribu bapa lagi; gadis itu elok
perawakannya dan cantik parasnya. Ketika ibu bapanya mati, ia diangkat sebagai anak oleh
Mordekhai” (Est. 2:7). Sebagai anak yatim-piatu Ester diasuh oleh Mordekhai, pamannya.

Hadassa atau Ester berhasil menjadi seorang ratu di kerajaan Persia karena kecantikannya yang
sangat menonjol dan kepribadiannya berkenan di hadapan raja Ahasyweros. Tetapi satu hal yang
penting disimak adalah identitas Ester sebagai orang Yahudi sengaja disembunyikan. Ester 2:10
menyatakan: “Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya, karena dilarang oleh
Mordekhai.” Kondisi ini menunjukkan bahwa kedudukan orang Yahudi terancam. Mereka harus
menyembunyikan identitas dirinya khusus apabila menduduki suatu posisi. Orang-orang Yahudi
yang hidup di kerajaan Persia waktu itu sesungguhnya adalah orang-orang yang dahulu
ditangkap dan dibuang pada masa pemerintahan raja Nebukadnezar. Ester 2:6 menyatakan latar-
belakang paman Ester yaitu Mordekhai, yaitu seorang: “yang diangkut dari Yerusalem sebagai
salah seorang buangan yang turut dengan Yekhonya, raja Yehuda, ketika ia diangkut ke dalam
pembuangan oleh raja Nebukadnezar, raja Babel.”

Ester yang harus menyembunyikan identitas dirinya sebagai seorang Yahudi ternyata jalan
hidupnya kelak akan berhadapan dengan tokoh Haman, seorang pembesar utama di kerajaan
Ahasyweros yang anti-Yahudi. Peristiwa dimulai saat Haman sebagai seorang pembesar utama
dia melihat bahwa satu-satunya orang yang tidak berlutut dan sujud di hadapannya adalah
seorang yang bernama Mordekhai. Haman murka dengan sikap Mordekhai. Akhirnya Haman
mengetahui latar-belakang Mordekhai sebagai seorang Yahudi. Ia tidak hanya ingin membunuh
Mordekhai tetapi juga ingin memusnahkan seluruh orang Yahudi di wilayah kerajaan
Ahasyweros (Est. 3:6). Haman mempengaruhi raja Ahasyweros agar mengeluarkan surat titah
untuk membinasakan seluruh orang Yahudi di wilayah kerajaannya. Raja Ahasyweros
menyetujui permintaan Haman dengan mengeluarkan surat titah pemusnahan bangsa Yahudi.
Ester 3:13 menyatakan: “Surat-surat itu dikirimkan dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat ke
segala daerah kerajaan, supaya dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan semua orang Yahudi dari
pada yang muda sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, pada
satu hari juga, pada tanggal tiga belas bulan yang kedua belas–yakni bulan Adar–,dan supaya
dirampas harta milik mereka.”

Haman adalah gambaran tokoh anti Yahudi sama seperti tokoh Hitler yang membunuh 6 juta
orang Yahudi dalam perang dunia ke-2. Sampai saat ini kita juga menjumpai orang-orang yang
anti-Yahudi. Mereka terus-menerus bersikap provokatif menyebarkan kebencian kepada umat
Israel dalam berbagai bentuk dan cara. Bahkan beberapa kalangan orang Kristen juga bersikap
anti-Yahudi. Kita menyesalkan bahwa tokoh sekaliber Martin Luther juga membuat tulisan-
tulisan yang sifatnya rasistik dan menyebarkan kebencian kepada orang Yahudi. Sosok Martin
Luther sebagai seorang reformator yang berjasa membawa umat untuk mengenal kebenaran Injil
tetapi juga sekaligus seorang yang memanipulasi berita Injil dengan menyebarkan kebencian
kepada umat Israel.
Haman disebut oleh Ester 3:10 sebagai keturunan Agag, yaitu: “Haman bin Hamedata, orang
Agag.” Data ini mengingatkan kita dalam kasus di kitab 1 Samuel 15:8-9 yang mengisahkan
bagaimana Saul melanggar perintah Allah yang memerintahkan untuk membunuh Agag orang
Amalek. Sebaliknya Saul menyelamatkan Agag. Akibatnya Allah menyatakan penyesalannya
telah mengangkat Saul sebagai raja (1Sam. 15:11). Ternyata keturunan raja Agag dalam diri
Haman menjadi malapetaka bagi umat Israel. Namun rencana kejam dari Haman orang Agag
tersebut terhalang oleh Mordekhai dan Ester yang adalah keturunan raja Saul. Sebab Mordekhai
dan Ester berasal dari suku Benyamin.

Melalui tokoh Haman yang memiliki kuasa penuh dari raja Ahasyweros untuk membunuh
seluruh orang Yahudi dan 2 tokoh Yahudi dalam diri Mordekhai dan Ester, kita diajak untuk
melihat siapakah yang akan menjadi pemenangnya. Apakah Haman ataukah Ester? Ester sebagai
pelaku utama yang menghadapi Haman. Sebagai seorang ratu, Ester berhadapan dengan Haman
sebagai pembesar utama atau tangan kanan raja Ahasyweros yang memiliki otoritas untuk
membasmi bangsanya.

Di tengah-tengah kondisi genting ini kita bertanya di manakah peran Allah? Apakah Allah yang
tidak disebutkan nama-Nya adalah juga Allah yang absen dengan bencana yang akan dihadapi
oleh umat Israel di seluruh wilayah kerajaan Persia? Apabila Allah absen, apakah keselamatan
umat Israel ditentukan oleh kecantikan dan kecerdikan ratu Ester bersama dengan Mordekhai
pamannya?

Ester seorang ratu yang diangkat resmi oleh raja Ahasyweros. Tentunya Ester memiliki pengaruh
dan kuasa sebagai permaisuri raja Ahasyweros. Tetapi Ester terkendala oleh hukum yang berlaku
di kerajaan Persia. Kitab Ester 4:14 mengungkapkan persoalan yang dihadapi oleh ratu Ester,
yaitu: “Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi
setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil,
hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja
mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak
dipanggil menghadap raja.” Ester sebagai ratu juga tidak bisa mendatangi raja setiap waktu.
Orang yang memaksakan datang menghadap raja dapat dihukum mati apabila raja tidak
mengulurkan tongkat emas yang dipegangnya. Ester menghadapi situasi yang dilematis, apabila
ia datang menghadap raja untuk memperjuangkan keselamatan bangsanya akan menghadapi
kemungkinan hukuman mati, tetapi apabila ia tidak menghadap raja Ahasyweros sudah
dipastikan bangsanya akan dimusnahkan. Dari kedua kemungkinan itu manakah yang harus ia
pilih?

Dalam kebingungan itu Ester disadarkan akan ucapan Mordekhai pamannya, yaitu: “Jangan kira,
karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang
Yahudi. Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul
juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan
binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai
ratu” (Est. 4:13-14). Mordekhai mengingatkan Ester bahwa walaupun ia berada di istana sebagai
seorang ratu dan berdiam diri sebagai cara yang aman bukan berarti akan terluput dari bencana
pemusnahan bangsa Yahudi. Namun di pihak lain Mordekhai mengingatkan bahwa walaupun
seandainya Ester berdiam diri, ia yakin bahwa akan timbul pertolongan dan kelepasan dari pihak
lain. Kata “hazzot rewah wehassalah yaamowd lay·yə·hū·ḏîm” (pertolongan dan kelepasan ini
akan bangkit bagi orang Yahudi) merupakan ungkapan iman Mordekhai. Ternyata kitab Ester
yang absen menyebut nama Allah tetap ada sesuatu yang istimewa. Situasi yang genting dan
dilematis direspons dengan sikap iman.

Melalui sikap iman Mordekhai tersebut Ester memberi respons yang luar-biasa. Ester berkata:
“Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk
aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu
siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk
menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati,
biarlah aku mati” (Est. 4:16). Iman Mordekhai direspons oleh Ester dengan sikap iman pula,
yaitu agar seluruh orang Yahudi berpuasa mendoakan Ester, ia juga akan berpuasa dan setelah
itu ia akan menghadap raja dan siap mati demi keputusannya.

Ester bukan hanya seorang perempuan yang cantik secara lahiriah. Tetapi juga ia seorang yang
cantik batinnya. Ia mencintai bangsanya melebihi keselamatan dirinya. Kondisi genting disikapi
Ester dengan panggilan berpuasa bagi seluruh orang Yahudi. Dalam ritual puasa seorang umat
Israel merendahkan diri di hadapan Allah. Mereka berdoa mengakui kesalahan atau dosa-
dosanya dan mohon belas-kasihan Allah. Melalui puasa pula mereka mohon pertolongan Allah
agar menyelamatkan dari bahaya. Dengan berpuasa secara kolektif umat Israel yang sedang
berada dalam situasi genting disadarkan bahwa kehidupan mereka semata-mata merupakan
pemeliharaan YHWH. Apabila Allah absen, maka raja Ahasyweros akan menghukum Ester saat
ia menghadap tanpa persetujuan. Kondisi itu akan berakibat seluruh rencana Haman untuk
membasmi seluruh orang Yahudi akan terwujud.

Doa dan puasa seluruh orang Yahudi dijawab dalam kitab Ester 5:2, yaitu: “Ketika raja melihat
Ester, sang ratu, berdiri di pelataran, berkenanlah raja kepadanya, sehingga raja mengulurkan
tongkat emas yang di tangannya ke arah Ester, lalu mendekatlah Ester dan menyentuh ujung
tongkat itu.” Raja Ahasyweros berkenan menerima kedatangan ratu Ester walau bertentangan
dengan hukum yang berlaku. Ia mengulurkan tongkat emas kepada Ester. Allah bekerja melalui
suasana hati raja Ahasyweros. Kita tidak dapat membayangkan apabila saat itu raja Ahasyweros
memiliki mood yang kurang baik, maka akibatnya fatal bagi Ester tetapi juga bagi umat Israel.

Ester bukan hanya sekadar mengharapkan raja Ahasyweros berkenan menerima kehadirannya,
tetapi ia juga sudah menyiapkan permohonan. Di kitab Ester 5:8, Ester menyampaikan
permohonan kepada raja Ahasyweros, yaitu: “Jikalau hamba mendapat kasih raja, dan jikalau
baik pada pemandangan raja mengabulkan permintaan serta memenuhi keinginan hamba, datang
pulalah kiranya raja dengan Haman ke perjamuan yang akan hamba adakan bagi raja dan
Haman; maka besok akan hamba lakukan yang dikehendaki raja.” Ester mengundang raja
Ahasyweros dan Haman untuk datang dalam perjamuan yang diadakannya. Ia mempersiapkan
suatu langkah yang vital dan menentukan bagi keselamatan bangsanya. Melalui perjamuan yang
diadakan, Ester bukan sekadar melakukan jamuan makan bagi raja Ahasyweros dan Haman.
Tetapi melalui jamuan itu Ester hendak mengambil langkah yang menentukan bagaimana
menghentikan Haman sebagai pelaku rasis yang membahayakan bangsanya. Tetapi juga
bagaimana surat raja yang terlanjur ditetapkan untuk membinasakan seluruh orang Yahudi dapat
dicabut secara resmi. Suatu upaya yang sangat sulit dan berisiko tinggi. Upaya ini hampir
mustahil sebab Ester harus melawan kekuatan dan pengaruh Haman, tetapi juga mencabut surat
raja yang terlanjur disebarkan di seluruh wilayah kerajaan Medi-Persi.

Ester bukan hanya seorang perempuan dengan klasifikasi cantik lahiriah, tetapi juga seorang
yang cantik batinnya. Lebih daripada itu Ester seorang yang menempatkan masalah besar yang
sedang dihadapinya dengan sikap iman. Ia menggerakkan bangasanya untuk berdoa dan
berpuasa. Ia juga berpuasa agar Tuhan menolong setiap langkahnya. Kita mengetahui bahwa
Ester ternyata seorang yang cerdik dan penuh hikmat. Dengan pertolongan YHWH, Ester dapat
membuka hati dan pikiran raja Ahasyweros tentang akibat perbuatan Haman apabila
memusnahkan bangsanya sesuai titah raja. Membunuh bangsa Yahudi sesuai surat raja juga akan
berakibat pada kematian Ester. Membunuh orang Yahudi secara tidak langsung juga
merencanakan membunuh dirinya sebab Ester adalah juga seorang Yahudi. Penjelasan ratu Ester
menyadarkan raja Ahasyweros. Itu sebabnya raja Ahasyweros menghukum Haman dengan
menggantung di tempat yang rencananya disiapkan Haman untuk membunuh Mordekhai. Allah
yang tidak disebutkan nama-Nya ternyata tetap hadir dan berkarya aktif menyelamatkan umat
Israel. Allah mengubah rencana jahat Haman yang akan menghukum gantung Mordekhai justru
ia digantung di tiang gantungan yang ia siapkan.

Lebih daripada itu kitab Ester diakhiri dengan pernyataan: “Karena Mordekhai, orang Yahudi
itu, menjadi orang kedua di bawah raja Ahasyweros, dan ia dihormati oleh orang Yahudi serta
disukai oleh banyak sanak saudaranya, sebab ia mengikhtiarkan yang baik bagi bangsanya dan
berbicara untuk keselamatan bagi semua orang sebangsanya.” Mordekhai berubah posisi dari
rakyat biasa kini menjadi seorang yang berkuasa sebab ia diangkat sebagai orang kedua di bawah
raja Ahasyweros. Allah mengubah jalan hidup seseorang. Yang terkemuka menjadi yang
terdahulu, dan yang terdahulu diubah menjadi yang terkemuka. YHWH adalah Allah yang
berdaulat. Ia bukan Allah yang absen, tetapi tetap berkarya dengan cara-Nya yang ajaib dan tidak
terduga. Itu sebabnya umat Israel merayakan peristiwa penyelamatan Allah melalui Ester dan
Mordekhai dengan perayaan Purim. Kitab Ester 9:26 menyatakan: “Oleh sebab itulah hari-hari
itu disebut Purim, menurut kata pur. Oleh sebab itu jugalah, yakni karena seluruh isi surat itu dan
karena apa yang dilihat mereka mengenai hal itu dan apa yang dialami mereka.”

Hari raya Purim dirayakan setiap tahun. Kata “purim” berasal dari kata pur yang artinya undi.
Jadi hari raya Purim merupakan perayaan undian atau situasi yang gambling, yaitu bisa
mencelakakan atau menyelamatkan umat Israel dari rencana jahat Haman, tetapi Allah hadir
dengan setia. Selama perayaan Purim umat Israel menyanyi dengan sukacita seraya makan yang
khas yang disebut Hamantaschen, artinya kantong Haman. Mereka diingatkan akan rencana dan
perbuatan jahat dari Haman sekaligus bagaimana pertolongan Allah melalui peran Mordekhai
dan ratu Ester.

Empat kewajiban (mitzvot) selama masa perayaan Purim, yaitu:

1. Mendengarkan pembacaan Kitab Ester di Synagoge pada doa petang dan pagi (k’riat
megillah)
2. Membagi makanan kepada orang sekitar (mishloach manot)
3. Berderma kepada orang-orang miskin (matanot la’evyonim)
4. Makan makanan yang menjadi ciri khas dari peryaan Purim (se`udah)

Anda mungkin juga menyukai