Anda di halaman 1dari 8

DEBORA

Latar Belakang Debora

Debora atau Dvora (bahasa Ibrani: ‫בֹורה‬


ָ ‫ד‬,ְּ Modern Dəvora Tiberias Dəḇôrāh, artinya "lebah") adalah
seorang nabiah dan hakim perempuan satu-satunya dari zaman pra-kerajaan Israel di dalam Perjanjian
Lama. Kisahnya diceritakan dalam Kitab Hakim pasal 4 dan 5. Kisah pertama berbentuk prosa, yang
menceritakan kemenangan pasukan Israel yang dipimpin oleh Jenderal Barak, yang dipanggil Debora
namun ia bernubuat bahwa ia sendiri tidak akan menang melawan Jenderal Sisera, orang Kanaan.

Debora disebut (Hakim. 4:4) istri Lapidot dan di Israel dia dijuluki "ibu di Israel" (Hak. 5:7). Pernah
dikemukakan bahwa ungkapan terakhir ini berarti "kota induk di Israel" (2 Sam. 20:19), yang maksudnya
adalah desa Dobrat (Yos. 21:28; 1 Taw. 6:72), yaitu kota modern Deburiyeh di kaki Gunung Tabor sebelah
barat.

Cerita Singkat

Setelah kematian Yosua, pria yang memimpin bangsa Israel ke tanah Kanaan, Allah mengangkat hakim-
hakim untuk memimpin dan memerintah Israel. Hakim yang pertama dipakai Allah adalah Otniel, Ehud,
dan Samgare, kemudian Debora.

Debora adalah seorang nabiah dan penguasa dari orang-orang Israel kuno, satu-satunya wanita di antara
dua belas hakim. Dia mengadakan pengadilan di bawah Pohon Palem dari eborah di negara bukit Efraim,
memutuskan perselisihan rakyat. Namun semuanya tidak berjalan dengan baik. Orang Israel telah tidak
menaati Tuhan, jadi Tuhan mengijinkan Sisera, seorang raja Kanaan, untuk menindas mereka. Sisera
mengintimidasi orang-orang Ibrani dengan 900 kereta besi, alat perang yang sangat kuat yang membuat
teror masuk ke dalam hati para prajurit.

Debora, bertindak atas bimbingan dari Tuhan, Ia mengatakan kepadanya bahwa Tuhan telah
memerintahkan Barak untuk mengumpulkan 10.000 orang dari suku Zebulun dan Napthtali dan
memimpin mereka ke Gunung Tabor. Debora berjanji untuk memikat Sisera dan kereta perangnya ke
Lembah Kishon, tempat Barak akan mengalahkan mereka.
Alih-alih sepenuhnya mempercayai Tuhan, Barak menolak pergi kecuali Debora menemaninya
mengilhami pasukan. Dia menyerah tetapi bernubuat bahwa penghargaan atas kemenangan itu bukan
untuk Barak tetapi untuk seorang wanita.

Kedua tentara tersebut (Barak dan Sisera) bentrok di kaki Gunung Tabor. Tuhan mengirim hujan dan
Sungai Kishon menyapu beberapa pasukan Jenderal Sisera. Kereta besi beratnya tersangkut lumpur,
membuat mereka tidak efektif. Barak mengejar musuh yang mundur ke Harosheth Haggoyim, di mana
orang-orang Yahudi membantai mereka. Tidak seorang pun dari tentara Sisera dibiarkan hidup.

Dalam kebingungan pertempuran, Sisera telah meninggalkan pasukannya dan berlari ke kamp Heber the
Kenite, dekat Kedesh. Heber dan Raja Sisera adalah sekutu. Ketika Sisera terhuyung, istri Heber, Yael,
menyambutnya di tendanya.

Ketika Sisera yang kelelahan meminta air, tetapi justru Yael memberinya susu kental, minuman yang akan
membuatnya mengantuk. Sisera kemudian meminta Jael untuk berjaga-jaga di pintu tenda dan
memalingkan semua pengejar.

Ketika Sisera tertidur, Yael menyelinap masuk, membawa paku tenda panjang dan tajam dan palu. Dia
mendorong dan membunuh Sisera. Sejenak, Barak tiba. Yael membawanya ke dalam kemah dan
menunjukkannya tubuh Sisera.

Setelah kemenangan, Barak dan Debora menyanyikan pujian kepada Allah yang ditemukan di Hakim-
Hakim 5, yang disebut Kidung Debora. Sejak saat itu, orang Israel semakin kuat sampai mereka
menghancurkan Raja Yabin. Berkat keyakinan Debora, negeri itu menikmati perdamaian selama 40 tahun.

Teladan dari Debora

Debora memimpin bangsa Israel. Inilah satu dari sekian banyak wanita yang dipanggil dan dipakai sendiri
oleh Allah. Dia sangat dihormati. Kualitas kepemimpinannya tidak diragukan lagi. Dia juga seorang nabi,
dan wanita yang sudah menikah. Pernikahan tidak pernah dirancang untuk menghalangi pelayanan
wanita; pernikahan justru dirancang untuk mendukungnya.

Tugas-tugas dan pelayanan Debora sama dengan tugas dan pelayanan hakim-hakim Israel lainnya, bahkan
lebih banyak yaitu:

1. Dia adalah pemimpin suatu bangsa.

2. Dia membantu menyelesaikan perselisihan bangsa Israel.

3. Dia juga seorang nabi yang memberikan petunjuk Tuhan kepada bangsanya. Dia dihormati oleh semua
orang.

4. Dia dipanggil oleh Allah menjadi pemimpin Israel dan dengan taat menjalani pelayanannya sebagai
hakim di Israel.

5. Tanah yang ditinggali bangsa Israel menjadi damai selama 40 tahun karena pelayanannya dan setelah
ikut berperang bersama tentara Barak (Hakim-hakim 4 dan 5).
Ini adalah panggilan dan anugerah Allah dalam hidup seseorang yang membawa mereka terlibat dalam
pelayanan Tuhan. Ketika Anda membaktikan diri kepada Tuhan dan mencari wajah-Nya, Anda akan
dipersiapkan untuk menggenapi rencana-Nya dalam hidup Anda.

Wanita jangan sampai meremehkan diri mereka sendiri. Debora tidak mau keberadaannya sebagai wanita
merintangi pelayanannya. Dia adalah hakim wanita pertama (dan satu-satunya) di Israel. Walaupun
kenyataannya dia hidup pada satu masa di mana pria nampaknya mendominasi segala hal, dia tidak
membiarkan kenyataan ini menghalanginya.Debora tidak menjadi sombong atau pun memendam rasa iri
terhadap pria. Ini adalah sikap yang salah yang dimiliki beberapa wanita pada masa sekarang ini..

Gerakan liberalisme wanita dan feminisme yang meluas di dunia saat ini lebih banyak mengakibatkan
dampak buruk daripada dampak baiknya karena mereka menanamkan bibit perselisihan. Gerakan-
gerakan itu membuat wanita menentang pria. Gerakan ini tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Sikap taatlah yang akan memberi kita semua jalan. Semua orang akan menghormati dan memerhatikan
pelayanan kita ketika mereka melihat kasih dan sifat Allah terpancar dari diri kita. Perlu diperhatikan juga.
Barak tidak membunuh Sisera. Melainkan Yael, istri Haberl--seorang wanita-- yg melakukannya. Debora
sudah menubuatkan kejadian itu sebelumnya.
ESTER
Latar Belakang Ester
Ester lahir dengan nama Hadasa (bahasa Inggris: Hadassah), anak Abihail, seorang Yahudi
yang tinggal di Persia.
Ester dipercaya lahir dan dibesarkan di kota Susan, Kerajaan Persia. Gadis itu elok
perawakannya dan cantik parasnya. Ketika ibu bapanya mati, ia diangkat sebagai anak
oleh Mordekhai, anak saudara ayahnya. Mordekhai adalah seorang Yahudi dari suku
Benyamin.
Cerita Singkat
Pada tahun ketiga pemerintahan Ahasyweros, raja Media dan Persia, mencari seorang ratu baru
dari kalangan gadis-gadis cantik di kerajaannya. Ratu baru itu nantinya akan menggantikan
Ratu Wasti. Wasti telah mempermalukan suaminya di depan banyak orang, termasuk semua
pegawainya. Dia menolak untuk menampilkan kecantikannya di depan semua orang di
pestanya yang spesial (Ester 1:10-22).
Ester, seorang yatim piatu muda, adalah salah satu perempuan yang diperintahkan raja supaya
dibawa ke istana untuk dimanjakan dan dipersiapkan secara khusus untuk pemilihan ketat oleh
raja sebagai calon pengganti ratu kerajaan. Pamannya, Mordekhai, telah membesarkan dia.
Mordekhai adalah seorang hamba Yahudi "di pintu gerbang istana raja" (Ester 2:19), yang
menunjukkan bahwa ia memegang posisi di istana raja. Mengikuti saran pamannya, Ester tidak
mengungkapkan identitas kebangsaannya. Setelah raja memilih dia sebagai ratu, ia terus
melakukan kontak dengan pamannya (Ester 2).
Beberapa waktu kemudian Ahasyweros menunjuk Haman, seorang yang terkemuka di
kerajaan, untuk jabatan khusus sebagai pembesarnya. Ahasyweros memerintahkan bahwa
setiap hamba harus tunduk kepada Haman, menyembah dia. Mordekhai menolak.

Haman marah dengan tindakan Mordekhai. Namun, dia tidak puas hanya membalas dendam
pada satu orang; ia menyusun rencana untuk membinasakan semua orang Yahudi di kerajaan.
Ia mendekati raja dan mengatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak menaati hukum raja. Dia
meyakinkan raja untuk mengeluarkan keputusan yang menyatakan 10.000 talenta perak akan
diberikan kepada siapa saja yang mau membunuh orang-orang Yahudi (Ester 3).

Kemudian keputusan itu dikeluarkan dan mengakibatkan perkabungan besar dan puasa di
antara orang Yahudi di seluruh negeri. Berpakaian baju berkabung dan menaruh abu di atas
kepalanya, Mordekhai duduk di alun-alun dekat pintu gerbang istana raja. Ketika Ester
mengetahui keadaan Mordekhai, dia menyuruh pelayan memberikan pakaian untuk dia dan
untuk melepas kain kabungnya. Namun, Mordekhai tidak mau menerimanya.
Ester kemudian mengutus Hatah untuk mencari tahu ada masalah apa dengan Mordekhai.
Mordekhai menceritakan segala yang telah terjadi dan mengatakan kepada Ester untuk pergi
menghadap raja dan memohon demi bangsanya.

Ester tidak bertemu dengan raja selama 30 hari. Raja menetapkan hukum bahwa siapa pun yang
datang ke pelataran untuk menghampiri dia yang tidak secara khusus dipanggil akan mati.
Namun, raja bisa membuat pengecualian dengan mengangkat tongkat emasnya sehingga orang
itu selamat. Maka, Ester mengirim Hatah kembali ke Mordekhai dengan pesan bahwa dia tidak
bisa masuk ke pelataran untuk bertemu raja.

Mordekhai menjawab bahwa jika dia tidak melakukan apa pun, dia mempertaruhkan kematian
bersama dengan semua orang sebangsanya di kerajaan. Dia juga mengajukan pertanyaan yang
menusuk: Bagaimana jika Tuhan telah mengangkat Ester ke posisi ratu untuk tujuan khusus,
yaitu membantu menyelamatkan rakyatnya di saat kritis ini? (Ester 4:13-14)

Dilema Ester.

Keputusan yang sangat sulit bagi seorang wanita muda! Ester harus menjawab Mordekhai. Apa
yang akan dia lakukan? Dia pasti berdoa dan menderita sekali karena keputusannya.
Ketegangan dan kecemasan harus ditelannya. Dia muak dengan rasa takut untuk dirinya sendiri
dan bangsanya.

Dia pasti bertanya seratus kali pada dirinya sendiri akankah Tuhan benar-benar membiarkan
dia mati jika ia menolak untuk membantu orang-orang Yahudi? Dia masih sangat muda.
Tentunya, Allah tidak ingin dia mati. Di sisi lain, bisakah dia berdiam diri dan menonton
Haman yang tidak berperasaan memusnahkan bangsanya? Mengapa dilemanya tidak bisa
hilang begitu saja seperti mimpi buruk?

Di tengah kekacauan itu, Ester menyadari dia tidak bisa membiarkan rasa takut melumpuhkan
dia sampai tidak bertindak apa pun; itu pun akan menjadi sebuah keputusan. Sebaliknya, ia
menyerahkan hasilnya kepada Allah. Jelaslah dia hanya punya satu pilihan nyata.

Bahkan, dalam memberikan jawabannya kepada Mordekhai, Ester menyadari bahwa dia tidak
punya keberanian dari dirinya sendiri untuk menghadapi Ahasyweros. Namun, dia tahu ke
mana harus memohon keberanian yang tidak ia miliki: kepada Allah dalam doa dan puasa.
Menaruh hidupnya di tangan Tuhan, ia membiarkan Dia yang akan memutuskan hasilnya bagi
dirinya dan bangsanya.

Dia mengirim pesan kepada Mordekhai bahwa ia meminta sesama Yahudi mereka untuk
berpuasa baginya selama tiga hari tiga malam. Dia dan pelayannya akan melakukan hal yang
sama. Lalu, ia berjanji untuk pergi ke hadapan raja, benar-benar menyadari bahwa ia sedang
mempertaruhkan hidupnya (Ester 4:16).

Raja mengangkat tongkat emasnya, dan ia membiarkan Ester hidup. Setelah mengadakan
beberapa jamuan makan khusus untuk raja dan Haman, Ester akhirnya mengungkap rencana
Haman dan mengajukan permohonannya bagi bangsanya. Raja memerintahkan agar Haman
digantung pada tiang gantungan yang sebetulnya ia siapkan untuk menghukum mati
Mordekhai.

Raja pun mengeluarkan keputusan baru: Orang-orang Yahudi bebas untuk membela diri dan
membinasakan siapa saja yang akan menyerang mereka. Dia mengangkat Mordekhai, dan
orang-orang Yahudi diselamatkan. Sampai hari ini, banyak orang Yahudi merayakan hari raya
Purim untuk menghormati peristiwa ini.
RUTH
Latar Belakang Rut

Rut adalah seorang wanita muda dari negeri Moab; ia tidak termasuk dalam bangsa Israel
umat Allah. Tetapi sewaktu Rut belajar mengenai Allah yang benar, ia mulai sangat mengasihi
Allah. Naomi adalah seorang wanita yang sudah lanjut usia yang telah membantu Rut belajar
mengenai Allah.

Cerita Singkat

Naomi adalah seorang wanita Israel. Dia dan suaminya bersama kedua putranya telah pindah
ke negeri Moab pada waktu hampir tidak ada makanan di Israel. Pada suatu hari suami Naomi
meninggal. Beberapa waktu kemudian putra-putra Naomi menikah dengan dua gadis Moab
yang bernama Rut dan Orpa. Tetapi setelah 10 tahun berlalu, kedua putra Naomi meninggal.

Pada suatu hari Naomi memutuskan untuk membuat perjalanan jauh kembali kepada
bangsanya sendiri. Rut dan Orpa ingin bersama-sama dengan dia, jadi mereka ikut juga. Tetapi
sesudah berjalan selama beberapa waktu, Naomi berkata kepada kedua putri itu, ’Pulanglah
dan tinggallah dengan ibu kalian.’

Naomi memberi cium perpisahan kepada putri-putri itu. Karena mereka sangat sayang
kepada Naomi, mereka mulai menangis dan tidak ingin meninggalkan Naomi. Setelah Naomi
memberi pengertian kembali, Orpa akhirnya pulang. Namun Rut tetap tidak mau.

Naomi memandang Rut dan berkata, ’Orpa telah pergi. Kau juga pulanglah bersama dia.’
Tetapi Rut menjawab, ’Janganlah memaksaku pergi! Biarkanlah aku ikut. Ke mana engkau
pergi aku akan ikut, di mana engkau tinggal di sana juga aku akan tinggal. Bangsamu akan
menjadi bangsaku juga, dan Allahmu juga Allahku. Di mana kau mati, di sana juga aku akan
mati, dan di sanalah aku ingin dikuburkan.’ Pada waktu Rut berkata begitu, Naomi tidak lagi
mencoba untuk menyuruhnya pulang.

Akhirnya kedua wanita itu sampai di Israel. Di sini mereka mencari tempat tinggal. Rut segera
mulai bekerja di ladang, oleh karena sudah waktunya untuk menuai jelai. Seorang laki-laki
bernama Boas membiarkan dia mengumpulkan jelai di ladangnya.

Pada suatu hari Boas berkata kepada Rut, ’Aku telah mendengar semuanya mengenai dirimu,
dan betapa baiknya kau terhadap Naomi. Aku tahu bahwa kau telah meninggalkan ayah dan
ibumu dan negerimu dan bahwa kau memilih untuk tinggal bersama-sama dengan orang-
orang yang belum pernah kau kenal. Semoga Allah mencurahkan kebaikan atas dirimu!’

Rut menjawab, ’Tuan juga baik sekali terhadap aku. Aku merasa senang sekali bahwa tuan
berbicara begitu ramah.’ Boas suka sekali kepada Rut, dan tidak lama kemudian keduanya
menikah. Betapa bahagianya Naomi! Namun Naomi malah bertambah senang lagi sewaktu
Rut dan Boas mendapat anak laki-laki yang pertama, namanya Obed. Obed belakangan
menjadi kakek dari Daud

Apa yang bisa di teladani dari Rut?

Rut mempercayai Tuhan, dan Tuhan membalas kesetiaannya dengan memberinya suami,
putra (Obed), cucu (Isai), dan seorang cicit bernama Daud, raja Israel (Rut 4:17). Selain semua
karunia ini (Mazmur 127:3), Allah memberi Rut kehormatan berada di daftar keturunan Yesus
(Matius 1:5).

Rut adalah contoh bagaimana Allah dapat mengubah kehidupan dan membawanya ke arah
yang telah Ia tentukan. Kita melihat penggenapan rancangan sempurna dalam kehidupan Rut,
sama-halnya dengan semua anak-anakNya (Roma 8:28). Meskipun Rut berasal dari latar
belakang berhala di Moab, ketika ia menjumpai Allah Israel, ia menjadi saksi hidup akan orang
yang beriman kepada Allah. Meskipun ia tinggal dalam kesederhanaan sebelum menikahi
Boas, ia percaya bahwa Allah setia dalam memelihara umat-Nya. Rut juga merupakan teladan
kerja keras dan kesetiaan. Kita tahu bahwa Allah membalas kesetiaan: "Tetapi tanpa iman
tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia
harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-
sungguh mencari Dia" (Ibrani 11:6).
Pengantar Diskusi

1. Apa yang bisa diambil dari cerita Ruth/Ester/Debora?

2. Apa yang bisa kalian ambil di balik cerita Ruth/Ester/Debora?

3. Apa relasi antara tokoh tokoh wanita Perjanjian Lama (Ruth/Ester/Debora)


dan Perjanjian Baru (Perempuan daam narasi kebangkitan Yesus)

4. Apa yang bisa dipelajari dengan kehidupan kalian saat ini?

Anda mungkin juga menyukai