Saul yang merupakan raja pertama bangsa Israel ditolak Tuhan dan roh Allah pergi meninggalkan Saul dan pangkat Rajanya akan diberikan kepada orang lain. Allah menyuruh nabi Samuel pergi ke Betlehem untuk mengurapi salah seorang anak Isai menjadi raja atas Israel yakni Daud anak bungsu Isai (F.L Bakker, Sejarah Kerajaan Allah , (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hal. 489). Setelah melalui berbagai peristiwa-peristiwa yang mengantar Daud pada pemilihan dan penempatan daud Sebagai Raja Israel. Raja Daud adalah orang yang jujur dan periang, badannya yang mungil seperti tidak kharisma membuat Daud diremehkan Goliat. Sejak menjadi pengembala Domba di padag rumput, pelayan di Istana, panglima pasukan sampai akhirnya Daud diurapi menjadi raja atas Israel, Daud tetap melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh seolah dia mempersembahkan untuk Tuhan. Daud adalah salah satu pemimpin Israel yang terbaik. Daud adalah orang yang tidak ambisi menjadi pemimpin. Daud selalu menyerahkan perjalanan hidupnya pada Tuhan. Tuhan selalu memberikan petunjuk kepada Daud hal apa yang harus dilakukan dan hal apa yang tidak dilakukan. Daud selalu berdoa mengucap Syukur dan mempersembahkan korban kepada Tuhan dengan tari-tarian. Daud selalu meminta petunjuk dan arahan dari Allah. motivasi ingin melayani dan bukan dilayani adalah suatu motivasi yang menentukkan perilaku seseorang Ketika menjadi pemimpin. Allah menghendaki seorang pemimpin memiliki motivasi dan Tindakan yang melayani bukan dilayani. Daud menjadi pemimpin dalam keberaniannya menghadapi tantangan. Daud terlatih menjafa kawanan Dombanya di Ladang (1 Sam. 17:34-35). Daud berkata jika Tuhan telah melepaskan dari tangan orang Filistin (1 Sam. 17:34- 37). (model kepemimpinan daud dan implikasinya bagi kepemimpinan masa kini). Dalam masa kepemimpinan Daud, Ia menjadi pemimpin yang memiliki kekuasaan absolut dengan dukungan penuh dari suku-suku di Palestina. Hal ini tergambar jelas pada potret kekuasaan Daud yang mampu mengimbangi eksistensi pengaruh kekuasaan bangsa Mesir dan Filistin.35 Alasan utama dari kemampuan Daud untuk mengimbangi pengaruh kekuatan-kekuatan besar di Palestina karena adanya dukungan besar dari masyarakat luas terhadap eksistensi dan legalitas kekuasaannya. Dukungan luas terhadap eksistensi kekuasaan Daud merupakan akibat dari gaya kepemimpinan Daud yang mencerminkan tujuan dan harapan masyarakat Palestina saat itu. Tujuan dan harapan masyarakat Palestina berorintasi kepada upaya menciptakan keadilan dan kesejahteraan bersama sebagai umat pilihan Allah. Daud merupakan raja yang memiliki kewibawaan paling menonjol diantara rajaraja Israel lainnya. Hal ini terlihat jelas pada pola dukungan suku-suku di Palestina yang secara sukarela ikut serta dalam proses integrasi wilayah di bawah tongkat komando Daud sebagai pemimpin tunggal. Bentuk integralisasi kekuasaan suku-suku di Palestina yang berpusat pada kekuasaan monarki Daud tanpa kekerasan dan tanpa paksaan menunjukan bahwa Daud dipandang sebagai sosok pemimpin yang memiliki kewibawaan khusus sehingga dapat dipercaya oleh para pengikutnya. Kepercayaan tersebut menyebabkan suku-suku di Pelestina bersedia untuk diatur dan diarahkan oleh Daud sebagai bentuk loyalitas dan dukungan penuh atas kepemimpinannya. Daud adalah sosok pemimpin yang memiliki kemampuan khusus yang berasal dari Tuhan. Hal ini diawali dengan cerita pemilihan Daud menjadi raja atas Israel melalui proses khusus yang diinisiasi oleh Tuhan sendiri melalui abdinya bernama Samuel. Pandangan tentang kamampuan diri yang berasal dari Tuhan tersebut kemudian terimplentasi dalam pengalaman kepemimpinan Daud yang mampu atau sanggup mengintegralisasi kepentingankepentingan berbagai suku dalam satu kekuasaan monarki. Berbagai persoalan kepentingan suku seperti implementasi aturan adat, diferensiasi kultus penyembahan, ancaman pihak eksternal, subordinasi sosial dan ekonomi, sampai persoalan genealogi, diselesaikan oleh Daud secara baik dalam konstruksi berbagai aturan monarki yang mendapat dukungan penuh dari suku-suku di Palestina. Kebijakan teknis dan sosial yang diambil Daud seperti penerapan hukum adat secara nasional dan sentralisasi keimaman merupakan cara paling efektif yang dilakukan Daud dalam upaya mengintegralisasi kekuasaan secara efektif dan efisien. Secara teknis, Daud juga dipandang sebagai pemimpin yang bertangungjawab pada tugas dan kewajibanya sebagai abdi Tuhan. Daud bersedia mengambil resiko besar atas keputusan-keputusan stategis yang dibutuhkan dalam proses intregralisasi wilayah di Palestina. Hal ini terlihat jelas sejak awal kepemimpinan Daud di Palestina. Kepercayaan suku-suku di Palestina terhadap sifat tanggungjawab Daud terlihat dalam peristiwa konfrontasi antara Daud dan pasukan Filistina (1 Samuel 17). Peristiwa memorable tersebut menjadi peristiwa yang dapat menunjukan sifat integritas dan tanggungjawab sosok Daud sebagai pemimpin ideal bagi masa depan suku-suku di Palestina. Sifat tanggungjawab Daud juga terlihat dalam beberapa kebijakan populer yang diambilnya saat menjabat sebagai raja atas suku-suku di Palestina seperti komitmen terhadap pajak yang ringan bagi masyarakat desa, membangun hubungan diplomatik yang damai antara negara sampai pembentukan koalisi perbatasan dalam menjamin keamanan wilayah. Pada catatan sejarah bangsa Isreal, raja Daud dipandang sebagai salah satu raja yang paling populer dalam dimensi sosial-ekonomi. Hal ini disebabkan karena Daud berhasil mengangkat status sosial- ekonominya dari seorang peternak miskin menjadi raja atas Israel tanpa melalui proses konflik sosial yang besar. Kemapanan dan kesuksesan Daud secara sosial dan ekonomi diperoleh melalui jalur diplomasi dan pernikahan. Daud berhasil menikahi Mikhal anak perempuan Saul, perempuan dari kaum Kaleb yang merupakan keluarga terkemuka di Hebron, seorang janda Abigail yang merupakan tuan tanah kaya, dan beberapa wanita suku lainnya dari kelas keluarga terhormat dan kaya.Melalui jalan diplomasi dan perkawinan tersebut, Daud berhasil menjadi sosok terpandang secara sosial dan ekonomi yang menyebabkan status sosialpolitiknya menjadi terkemuka diantara suku-suku di Palestina. Status sosial yang tinggi menyebabkan Daud mendapat penghormatan dan rasa toleransi yang baik dari kalangan suku-suku di Pelestina sehingga berhasil menarik simpati dan kesetiaan para pemimpin suku terhadap monarkinya. 2. Kegagalan kepemimpinan raja Daud Keberhasilan-keberhasilan Daud dalam masa kepemimpinannya bukan berarti Daud menjadi seorang yang sempurna tanpa melalukan Dosa dan kegagalan. Saat bangsa Israel berperang melawan bangsa Amon, Daud berbuat dosa. Daud tidak turut berperang, tetapi hanya mengirim Yoab dan para hambanya ke Amon untuk melanggar kota Raba. Waktu Daud yang senggang inilah menajdi sebab Dosanya. Pada suatu petang Daud berjalan-jalan diatas soto Istananya, lalu melihat seorang perempaun sedang mandi. Tempat mandi itu terletak dipedalaman rumah dan tertutup oleh dinding. Daud ingin melihat Perempuan itu, Perempuan Bernama Batsyeba, anak Eliam, cucu penasihatnya Ahitofel (2 Sam 23: 34), isteri salah seorang opsirnya yang berani, yakni Uria orang Het yang seorang tentara. Daud memanggil Perempuan itu kepadanya, lalu bersetubuh dengan Perempuan itu, setelah Perempuan itu mengetahui bahwa Ia sedang mengandung akibat dosa itu, makai a memberitahukan pada Raja. Menurut hukum pada saat itu, Tindakan yang mereka lakukan harus mendapat sanksi hukuman mati. Dosa yang satu melahirkan dosa lain. Sedang Daud mecari akal untuk menutupi dosanya. Mula-mula Daud mendatangkan Uria ke Yerusalem dan mencoba menyuruh dia pulang kerumahnya, tetapi Uria menolak. Keesokan harinya, Daud membuat Uria mabuk dalam suatu perjamuan minum dengan harapan supaya Uria bisa pulang ke rumahnya, namun Uria tetap menolak. Ia merasa Bersatu dengan tentara yang sedang berperang dan tidak mau mengunjungi isterinya, sehingga Daud tidak dapat bersembunyi dibelakang Uria dengan mengatakan Urialah bapak anak yang lahir itu. Mungkin Uria telah mendengar sesuatu tentang apa yang terjadi dengan isterinya, sehingga ia menolak pulang ke rumah, hanya Uria tidak berani menuduh Daud yang merupakan seorang Raja saat itu. Tipu Muslihat Daud telah gagal, Ia merencanakan pembunuhan. Dalam sepucuk surat yang dibawah Uria sendiri waktu ia pulang ke pertempuran disuruhnya Yoab, supaya menepatkan Uria pada tempat yang paling berbahaya sambil menarik mundur anak buahnya, supaya Uria mati oleh senjata musuh. Yoab tidak menolak perintah raja Daud, Yoab melaporkan pada Daud bahwa Uria tewas dalam suatu serangan oleh tentara Amon. Saat Batsyeba mendengar berita kematian suaminya Uria, Ia menangis dan berkabung setelah itu Ia tinggal di istana Daud. Menurut pikiran Daud berakhirlah peristiwa itu. Daud tidak tahu bahwa perbuatannya itu jahat di mata Tuhan. Beberapa bulan setelah kejadian itu, saat Batsyeba melahirkan anak bagi Daud, maka Tuhan mengirim Nabi Natan kepada Daud. Natan datang dengan sebuah perumpamaan seorang yang miskin, yang mempunyai seekor anak domba. Anak domba orang miskin itu dirampas oleh seorang kaya. Dengan marah Daud menjatuhkan hukuman mati atas orang itu sambil menambahkan bahwa orang itu harus mengembalikan empatkali ganda anak domba orang miskin itu. Sesudah Daud berkata demikian, Natan berkata pada Daud: “Engkaulah orang itu”. Daud telah menjatuhkan hukuman atas dirinya sendiri. Allah telah banyak membuat kebajikan kepadanya, mengangkat Daud menjadi raja, tetapi Daud mengambil isteri Uria dan membunuh suaminya, oleh karena itu, Daud mendapat hukuman yakni tidak akan undur pedang dari isi rumah Daud, akan selalu ada percekcokan diantara keturunannya dan berakhir pada pembunuhan, isteri-isteri Daud akan diambil lawannya, yakni Absalom, jika Ia menjadi raja dan anak Daud dan Batsyeba meninggal. Besar sekali dosa Daud itu, tetapi penyesalannya pun mendalam juga (Mazmur 51). Hal itu terlihat dari sikap Daud terhadap Natan, dengan tidak memenjarakan Natan yang telah menegurnya melainkan Ia tetap mendengar hukuman yang disampaikan Allah melalui Natan. Daud mengakui Dosanya dan merendahkan dirinya di hadirat Allah. anak yang dilahirkan Batsyeba baginya jatuh sakit, tetapi selama anak itu masih hidup, Daud terus berpuasa dan berdoa sungguh-sungguh untuk keselamatan anak itu. Setelah anak itu meninggal, orang takut memberitahukannya karena khawatir bahwa Ia akan turut meninggal. Tetapi karena anak itu meninggal, Daud tidak usah berpuasa lagi, ia dapat menyerahkan segala-galanya pada Allah, Ia takut pada hukuman Allah. ia menerima pengampunan yang dikaruniakan Allah kepadanya, Daud pergi ke rumah Allah yakni tempat tabut Tuhan disimpan. Setelah beberapa waktu, Allah hendak menyatakan pada Daud, bahwa dosanaya telah diampuni. Lahirlah seorang anak baginya dari Batsyeba yang dinamai Salomo, artinya raja salam. Nabi Natan datang Kembali pada Daud dan atas perintah Allah Salomo diberi nama lagi yakni Yedija, yang berarti “Tuhan Mengasihi”. Salomo inilah yang akan menggantikkan raja Daud menjadi Raja.