Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah kerajaan Babel direbut dan diganti oleh kerajaan Persia pada tahun 539
SM, pusat pemerintahan bagi orang Yahudi buangan berpindah ke Persia. Ibu kotanya,
Susan menjadi latar belakang kisah Ester, pada masa pemerintahan _Ahasyweros_ (nama
Ibrani) atau _Khshayarshan_ (nama Persia) atau _Xerxes I_ (nama Yunani) -- yang
memerintah pada tahun 486-465 SM. Kitab ini meliput tahun-tahun 483-473 SM dari
pemerintahannya (Est 1:3; Est 3:7), dengan sebagian besar peristiwa terjadi pada tahun
473 SM. Ester menjadi ratu Persia pada tahun 478 SM (Est 2:16).
Secara kronologis, peristiwa Ester terjadi di Persia antara Ezra 6 dan 7, yaitu di
antara kembalinya rombongan Yahudi pertama ke Yerusalem pada tahun 538 SM di
bawah pimpinan Zerubabel (Ezr 1:1--6:22) dan rombongan kedua pada tahun 457 SM di
bawah pimpinan Ezra (Ezr 7:1--10:44; Lihat "PENDAHULUAN EZRA" 08061).
Sekalipun kitab ini ditempatkan setelah Nehemia dalam PL kita, peristiwa yang tercatat di
dalamnya terjadi 30 tahun sebelum Nehemia kembali ke Yerusalem (444 SM) untuk
membangun kembali tembok Yerusalem (Lihat "PENDAHULUAN NEHEMIA" 08065).
Sedangkan kitab-kitab Ezra dan Nehemia dari masa pascapembuangan membahas hal-hal
yang berkaitan dengan kaum Yahudi sisa yang kembali ke Yerusalem, kitab Ester
mencatat suatu peristiwa yang sangat penting bagi orang Yahudi yang tinggal di Persia.
Pentingnya Ratu Ester bukan saja tampak dalam penyelamatan bangsanya dari
kebinasaan, tetapi juga dalam menjamin keamanan dan kehormatan mereka di negeri
asing (bd. Est 8:17; Est 10:3); tindakan pemeliharaan ini memungkinkan pelayanan
Nehemia di istana raja beberapa dasawarsa kemudian dan pengangkatannya untuk
membangun kembali tembok Yerusalem. Jikalau Ester dan orang Yahudi (termasuk
Nehemia) telah musnah di Persia, kaum sisa yang tertekan di Yerusalem mungkin tidak
pernah membangun kembali kota mereka; akibat sejarah Yahudi pascapembuangan pasti
akan sangat berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
kepemimpinan Eter..
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Siapa itui Eter
2. Untuk mengetahui kepemimpinan seperti apa yang dapat kita pelajari dari
kepemimpinan Ratu Ester

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ratu Ester


Ester asalnya bernama Hadasa, nama Ibrani yang berarti tanaman "murad"
(familia Myrtus; bahasa Inggris: myrtle).Ada anggapan bahwa nama "Ester" berasal
dari kata "Astra" yang dalam bahasa Media Persia berarti tanaman murad. Ada pula
anggapan bahwa nama Ester berasal dari nama dewi Ishtar, berdasarkan catatan Kitab
Daniel bahwa orang-orang Yahudi dalam pembuangan diberi nama dewa-dewa Babel,
sebagaimana nama "Mordekhai" dapat diartikan "hamba dewa Marduk", salah satu
dewa Babel. Ester juga dapat berasal dari akar nama Proto-Semitik "asytar" yaitu
"bintang fajar atau senja (planet Venus)",yang berasal dari nama Ugarit
"Athtiratu"dan nama Arab "Athtar".

2.2 Kepemimpinan Ratu Ester

Kisah Ester adalah kisah yang mengesankan karena selain dramatis, terdapat
pula unsur  politik, relasi batiniah, dan konflik di dalamnya. Bila kita membacanya
dengan penuh penjiwaan, kisah Ester tidak  melulu bercerita tentang seorang ratu 
cantik nan bijaksana yang menyelamatkan bangsanya. Lebih dari itu, kisah Ester
mengandung  sisi lain yang dapat mengispirasi setiap orang yang berkeinginan
membaca kisahnya.

Tak pernah terpikirkan dalam hidupnya  menjadi Ratu di sebuah kerajaan yang
mempunyai kekuasaan membentang luas dari India hingga Etiopia. Ester gadis
berparas cantik dan berperawakan elok ini adalah anak yatim piatu. Dia dibesarkan
oleh Mordekhai yang mengangkatnya sebagai anak. Mordekhai sendiri adalah  anak
saudara ayah Ester

Nama Ester mengemuka setelah Raja Ahasyweros memilihnya sebagai ratu


menggantikan Ratu Wasti yang dihukum dengan cara diasingkan setelah menolak
melaksanakan  perintah raja. Ester dipilih melalui proses yang panjang dan ketat.
Sebab Raja menugaskan penjaganya secara khusus mengawasi para kandidat Ratu.

Ada beberapa kisah menarik dari Ratu Ester yang dapat menjadi motifasi dan
teladan untuk kita sebagai umat Allah;

2.2.1 Ia Bijaksana, Berani, dan Tidak Egois

ESTER melangkah perlahan mendekati takhta, jantungnya berdegup kencang.


Bayangkan keheningan yang tiba-tiba meliputi ruangan besar di istana Persia di
Syusyan. Begitu senyapnya keheningan itu sampai-sampai Ester bisa mendengar

2
bunyi langkahnya sendiri dan gemeresik gaunnya. Perhatiannya tidak boleh
tersimpangkan oleh keagungan balairung istana itu, kemegahan pilar-pilarnya, dan
keindahan langit-langit berukir dari kayu aras yang didatangkan dari Lebanon. Ia
memusatkan seluruh perhatiannya kepada pria yang duduk di singgasana, yang
menentukan hidup matinya..

Raja menatapnya dalam-dalam seraya Ester mendekat, dan ia mengulurkan


tongkat kekuasaannya ke arah Ester. Gerakan sederhana itu berarti kehidupan bagi
Ester, sebab itulah tanda bahwa raja mengabaikan pelanggaran yang baru saja ia
lakukan—menghadap raja tanpa diundang. Setibanya di hadapan takhta, Ester
mengulurkan tangan dan menyentuh kepala tongkat emas tersebut untuk
menunjukkan rasa terima kasihnya.—Est. 5:1, 2.

Ratu Ester mendekati takhta Raja Ahasweros sementara raja mengulurkan


tongkat emasnya.Ester dengan rendah hati menunjukkan rasa terima kasihnya atas
belas kasihan raja.Segala sesuatu tentang Raja Ahasweros mencerminkan
kekayaan dan kuasanya yang luar biasa besar. Jubah raja-raja Persia kala itu
konon bernilai ratusan juta dolar AS. Namun, Ester bisa melihat kehangatan
dalam sorot mata suaminya; dengan caranya sendiri, ia memang mencintai Ester.
Ia berkata, ”Ada apa, oh, Ester, sang ratu, dan apa permohonanmu? Bahkan
sampai setengah dari kekuasaan sebagai raja—biarlah hal itu diberikan
kepadamu!”—Est. 5:3.

Ester telah memperlihatkan iman dan keberanian yang mengagumkan; ia


datang menghadap raja untuk melindungi bangsanya dari rencana pemusnahan.
Sejauh ini, ia sudah berhasil, tetapi masih ada tantangan yang lebih besar. Ia harus
meyakinkan raja yang angkuh ini bahwa penasihat kepercayaannya adalah orang
jahat yang telah mengelabuinya untuk membasmi bangsa Ester. Bagaimana ia bisa
meyakinkan raja, dan apa yang dapat kita pelajari dari imannya?

2.2.2 Bijaksana Memilih ”Waktu untuk Berbicara”

Apakah Ester sebaiknya mengungkapkan semua problemnya saat itu


juga, di hadapan para pejabat istana? Hal itu dapat mempermalukan raja dan
memberikan kesempatan bagi penasihatnya, Haman, untuk membantah atau
bahkan melemahkan tuduhan Ester. Jadi, apa yang Ester lakukan? Beberapa
abad sebelumnya, Raja Salomo yang bijaksana diilhami untuk menulis,
”Untuk segala sesuatu ada waktu yang ditetapkan, . . . waktu untuk berdiam
diri dan waktu untuk berbicara.” (Pkh. 3:1, 7) Kita bisa membayangkan bahwa
ayah angkat Ester, Mordekai yang setia, mengajarkan prinsip ini kepadanya
seraya ia beranjak dewasa. Ester tentu mengerti pentingnya memilih waktu
yang tepat untuk berbicara.

Ester mengatakan, ”Jika tampaknya baik bagi raja, biarlah raja


bersama Haman hari ini datang ke perjamuan yang aku buat untuknya.” (Est.
5:4) Raja setuju dan Haman dipanggil. Dapatkah Saudara melihat betapa
bijaksananya Ester? Ia menjaga martabat suaminya sekaligus menciptakan
suasana yang lebih tepat untuk mengutarakan kerisauannya.—Baca Amsal
10:19.

3
Tidak diragukan, Ester mempersiapkan perjamuan itu dengan cermat,
memastikan agar segalanya memenuhi selera suaminya. Anggur yang baik
juga dihidangkan untuk menghangatkan suasana. (Mz. 104:15) Ahasweros
senang dengan pesta itu, dan ia pun bertanya lagi kepada Ester apa
permintaannya. Apakah sekarang saatnya untuk berbicara?

Menurut Ester, bukan. Ia malah mengundang raja dan Haman untuk


datang ke perjamuan kedua, pada hari berikutnya. (Est. 5:7, 8) Mengapa ia
menunda? Ingatlah, seluruh bangsanya terancam kematian karena dekret yang
telah dikeluarkan. Mengingat yang dipertaruhkan begitu besar, Ester harus
memastikan agar waktunya tepat. Jadi, ia menunggu agar dapat menunjukkan
lagi kepada suaminya bahwa ia sangat menghormati dan ingin sekali
menyenangkan dia.

Kesabaran adalah sifat langka dan berharga. Meskipun gundah dan


ingin segera mengutarakan isi hatinya, Ester sabar menunggu saat yang tepat.
Kita bisa belajar banyak dari teladannya, sebab kita semua tentu pernah
melihat kesalahan yang perlu diluruskan. Jika kita berupaya meyakinkan
seseorang yang berwenang untuk menangani suatu masalah, ada baiknya kita
meniru Ester dan bersabar. Amsal 25:15 mengatakan, ”Dengan kesabaran,
seorang komandan dibujuk, dan lidah yang lemah lembut dapat mematahkan
tulang.” Jika kita sabar menunggu saat yang tepat dan berbicara dengan
lembut, seperti Ester, tentangan sekeras tulang pun dapat dipatahkan. Apakah
Yehuwa, Allah Ester, memberkati kesabaran serta kebijaksanaannya?

2.2.3 Kesabaran Membuka Jalan untuk Keadilan

Kesabaran Ester membuka jalan untuk serangkaian peristiwa yang


luar biasa. Haman pulang dari perjamuan pertama dengan ”gembira dan riang
hati” karena raja dan ratu berkenan kepadanya. Namun, sewaktu melintasi
gerbang istana, Haman tiba-tiba melihat Mordekai, si orang Yahudi yang
belum juga mau memberikan penghormatan khusus kepadanya. Sebagaimana
telah kita lihat di pasal sebelumnya, alasan Mordekai bukan karena ia tidak
respek melainkan karena ia menomorsatukan hati nuraninya dan ibadatnya
kepada Allah Yehuwa. Tetapi, Haman ”menjadi sangat murka”.—Est.
5:9.Sewaktu Haman memberi tahu istri dan sahabat-sahabatnya tentang
penghinaan ini, mereka mendesak dia untuk membuat tiang besar, kira-kira 20
meter tingginya, dan untuk meminta izin raja agar Mordekai digantung di
sana. Haman menyukai ide mereka dan segera melaksanakannya.—Est. 5:12-
14

Sementara itu, raja mengalami malam yang aneh. ”Kantuk raja


lenyap”, kata Alkitab, maka ia menyuruh agar catatan resmi kenegaraan
dibacakan kepadanya. Dalam catatan itu, ada laporan tentang rencana
pembunuhan Ahasweros. Ia ingat peristiwanya; orang-orang yang mau
membunuhnya ditangkap dan dieksekusi. Tetapi, bagaimana dengan orang
yang membongkar rencana itu—Mordekai? Raja tersentak, dan ia bertanya

4
penghargaan apa yang telah diberikan kepada Mordekai. Jawabannya? Sama
sekali tidak ada.—Baca Ester 6:1-3.

Dengan kesal, raja bertanya siapa yang bisa membantunya


membereskan kekhilafan ini. Siapa lagi kalau bukan Haman, yang pagi-pagi
sekali sudah ada di istana. Ia tampaknya sudah tidak sabar lagi untuk
mendapatkan izin mengeksekusi Mordekai. Tetapi, sebelum ia sempat
mengajukan permintaannya, raja menanyakan kepada Haman cara terbaik
untuk menghormati orang yang telah memperoleh perkenan raja. Haman
mengira bahwa yang raja maksudkan adalah dirinya. Maka, Haman
merancang penghormatan besar-besaran: Beri pria itu jubah kerajaan, lalu
suruhlah seorang pejabat tinggi mengarak dia mengelilingi Syusyan dengan
kuda raja, sambil menyerukan kata-kata penghormatan di hadapan semua
orang. Bayangkan air muka Haman sewaktu diberi tahu bahwa orang yang
akan diberi penghormatan itu adalah Mordekai! Dan, siapa yang raja tugasi
untuk mengumandangkan kata-kata penghormatan bagi Mordekai? Haman!—
Est. 6:4-10.

Dengan berat hati, Haman melaksanakan tugas yang memuakkan


baginya itu, lalu bergegas pulang dengan merana. Istri dan sahabat-sahabatnya
mengatakan bahwa kejadian itu merupakan pertanda buruk; ia bakal gagal
melawan Mordekai si orang Yahudi.—Est. 6:12, 13.

Karena Ester bersabar, menunggu satu hari lagi untuk mengutarakan


permintaannya kepada raja, Haman sempat merancang penghormatan yang
malah mempermalukan dirinya sendiri. Dan, mungkin saja raja tidak bisa tidur
karena campur tangan Allah Yehuwa. (Ams. 21:1) Tidak heran, Firman Allah
menganjurkan kita untuk memperlihatkan ”sikap menanti”. (Baca Mikha 7:7.)
Jika kita menanti Allah, kita akan melihat bahwa solusi yang Ia berikan jauh
lebih baik daripada apa pun yang kita sendiri rencanakan.

2.2.4 Berbicara dengan Berani

Ester tidak mau menguji kesabaran raja lebih lanjut; pada perjamuan
kedua, ia harus mengungkapkan semuanya. Tetapi, bagaimana? Ternyata, raja
memberinya kesempatan; ia menanyakan lagi apa permintaan Ester. (Est. 7:2)
Kini tibalah ”waktu untuk berbicara”.

Kita bisa membayangkan Ester berdoa dalam hati, lalu mengatakan,


”Jika aku mendapatkan perkenan di matamu, oh, raja, dan jika tampaknya baik
bagi raja, biarlah diberikan kepadaku jiwaku sendiri atas permintaanku dan
bangsaku atas permohonanku.” (Est. 7:3) Perhatikan bahwa ia pertama-tama
meyakinkan sang raja bahwa ia merespek pertimbangan sang raja. Alangkah
berbedanya Ester dengan Wasti, ratu sebelumnya, yang dengan sengaja
mempermalukan suaminya! (Est. 1:10-12) Selain itu, Ester tidak mengkritik
kekeliruan raja karena telah memercayai Haman. Ester hanya memohon agar
raja melindungi dirinya dari bahaya yang mengancam kehidupannya.

5
Raja tentu terlonjak kaget mendengar permohonan itu. Siapa yang
berani mencelakai ratunya? Ester melanjutkan, ”Kami telah dijual, aku dan
bangsaku, untuk dimusnahkan, dibunuh dan dibinasakan. Seandainya kami
dijual sebagai budak laki-laki belaka dan sebagai hamba perempuan belaka,
aku akan tetap diam. Namun penderitaan ini tidak pantas bila mendatangkan
kerugian atas raja.” (Est. 7:4) Perhatikan bahwa Ester memaparkan
problemnya dengan terus terang, namun ia menambahkan bahwa ia akan tetap
diam jika ancamannya hanya berupa perbudakan. Tetapi, genosida ini akan
sangat merugikan raja jika Ester tidak mengungkapkannya.

Teladan Ester banyak mengajar kita tentang seni persuasi. Jika suatu
hari Saudara perlu menjelaskan problem serius kepada orang yang Saudara
cintai atau bahkan orang yang berwenang, Saudara akan sangat terbantu bila
bersikap sabar, penuh respek, dan terus terang seperti Ester.—Ams. 16:21, 23.

Ahasweros menuntut penjelasan, ”Siapakah ini, dan di manakah orang


yang telah memberanikan diri untuk berbuat demikian?” Ester langsung
menudingkan telunjuknya sambil berkata, ”Pria, lawan dan musuh itu, adalah
Haman yang jahat ini.” Suasana pun menjadi tegang. Ketakutan meliputi
Haman. Bayangkan wajah raja yang pemarah ini tiba-tiba merah padam ketika
menyadari bahwa penasihat kepercayaannya telah mengakali dia agar
menandatangani titah yang akan membuat istrinya yang tercinta binasa! Sang
raja bergegas ke taman untuk menenangkan diri.—Est. 7:5-7.Pada perjamuan
keduanya, Ester menceritakan semuanya ke Raja Ahasweros dan dengan
berani menunjuk HamanEster dengan berani menunjukkan kefasikan Haman

Setelah tersingkap sebagai pengecut yang licik, Haman menjatuhkan


diri di kaki ratu. Sewaktu raja masuk kembali dan melihat Haman di
pembaringan Ester sedang memohon-mohon, murkanya menyala dan ia
menuduh Haman hendak memerkosa sang ratu di rumah raja sendiri. Itu
bagaikan bunyi genta kematian bagi Haman. Ia digelandang ke luar, dan
mukanya ditudungi. Kemudian, salah seorang pejabat istana angkat bicara,
memberi tahu raja tentang tiang besar yang Haman siapkan bagi Mordekai.
Ahasweros langsung memerintahkan agar Haman sendiri digantung di tiang
itu.—Est. 7:8-10.

Bagaimana teladan Ester mengajar kita agar tidak pernah putus asa,
pesimis, dan kehilangan iman?

Dalam dunia yang tidak adil ini, kita pikir keadilan tidak akan pernah
ditegakkan. Pernahkah Saudara merasa seperti itu? Ester tidak pernah putus
asa, tidak pernah menjadi pesimis, dan tidak pernah kehilangan iman. Ketika
waktunya tiba, ia dengan berani berbicara membela yang benar, dan
menyerahkan selebihnya kepada Yehuwa. Kita bisa menirunya! Yehuwa tetap
sama sampai sekarang. Ia selalu sanggup membuat orang yang fasik dan licik
jatuh ke dalam perangkapnya sendiri, seperti halnya Haman.—Baca Mazmur
7:11-16.

6
2.2.5 Menaruh Kepentingan Yehuwa dan Umat-Nya di atas Kepentingannya
Sendiri

Akhirnya, raja tahu siapa Mordekai sebenarnya—ia bukan saja orang


yang dengan loyal melindunginya dari rencana pembunuhan melainkan juga
ayah angkat Ester. Ahasweros menganugerahkan jabatan Haman sebagai
perdana menteri kepada Mordekai. Rumah Haman—termasuk harta bendanya
yang limpah—diberikan oleh raja kepada Ester, yang kemudian menunjuk
Mordekai untuk mengawasinya.—Est. 8:1, 2.

Sekarang, setelah Ester dan Mordekai bebas dari bahaya, bisakah sang
ratu bernapas lega? Bisa saja, kalau dia egois. Pada waktu itu, dekret Haman
untuk membunuh semua orang Yahudi sedang dikirimkan ke segala penjuru
imperium. Haman telah melempar undi, atau Pur—tampaknya semacam
tenung—guna menentukan hari baik untuk melancarkan serangannya yang
keji. (Est. 9:24-26) Meski masih berbulan-bulan jauhnya, hari itu akan tiba
dengan cepat. Dapatkah bencana tersebut dicegah?

Tanpa mementingkan diri, Ester kembali mempertaruhkan nyawanya,


sekali lagi menghadap raja tanpa diundang. Kali ini, ia menangis demi
bangsanya, memohon agar suaminya membatalkan dekret yang mengerikan
itu. Tetapi, hukum yang sudah dikeluarkan atas nama raja Persia tidak bisa
dibatalkan. (Dan. 6:12, 15) Maka, raja memberikan wewenang kepada Ester
dan Mordekai untuk mengeluarkan hukum yang baru. Pengumuman kedua
dikirimkan, yang memberikan hak kepada orang Yahudi untuk
mempertahankan diri. Para kurir memacu kudanya ke segala penjuru
imperium yang luas itu, membawa kabar baik ini kepada orang Yahudi.
Sekarang ada harapan bagi mereka. (Est. 8:3-16) Kita bisa membayangkan
orang Yahudi di seluruh imperium itu mulai mempersenjatai diri dan bersiap-
siap untuk bertempur. Ini mustahil dilakukan seandainya tidak ada dekret baru
tersebut. Namun yang lebih penting, apakah ”Yehuwa yang berbala tentara”
akan menyertai umat-Nya?—1 Sam. 17:45.

Ketika hari yang ditentukan itu akhirnya tiba, umat Allah sudah siap.
Bahkan banyak pejabat Persia kini berpihak kepada mereka, sebab kabar
tentang perdana menteri yang baru, yaitu Mordekai orang Yahudi, telah
tersebar ke mana-mana. Yehuwa memberi umat-Nya kemenangan besar. Ia
tentu melindungi umat-Nya dari pembantaian yang kejam, dengan memastikan
agar musuh-musuh mereka kalah telak. *—Est. 9:1-6.

Selain itu, Mordekai belum bisa tenang mengawasi rumah Haman jika
kesepuluh putra pria jahat itu masih hidup. Maka, mereka pun dibunuh. (Est.
9:7-10) Dengan demikian, tergenaplah sebuah nubuat Alkitab tentang
pembinasaan total dari bangsa Amalek yang telah dengan sengit memusuhi
umat Allah. (Ul. 25:17-19) Putra-putra Haman kemungkinan besar termasuk
di antara orang-orang terakhir dari bangsa yang dikutuk itu.

Kendati masih muda, Ester harus memikul tanggung jawab yang berat
—turut mengeluarkan ketetapan yang menyangkut perang dan eksekusi. Hal
itu tentu tidak mudah. Tetapi, Yehuwa menghendaki agar umat-Nya

7
dilindungi dari kebinasaan, sebab bangsa Israel telah ditetapkan untuk
menghasilkan Mesias yang dijanjikan, satu-satunya sumber harapan seluruh
umat manusia! (Kej. 22:18) Hamba-hamba Allah dewasa ini mengetahui
bahwa sejak Sang Mesias, Yesus, datang ke bumi, para pengikutnya dilarang
untuk angkat senjata dalam perang.—Mat. 26:52. Meskipun demikian, orang
Kristen terlibat dalam peperangan rohani; Setan semakin bertekad untuk
merusak iman kita kepada Allah Yehuwa. (Baca 2 Korintus 10:3, 4.) Teladan
Ester benar-benar suatu berkat bagi kita dewasa ini! Seperti dia, semoga kita
bisa memperlihatkan iman dengan bertindak bijaksana dan sabar saat
meyakinkan orang lain, dengan berlaku berani, dan dengan membela umat
Allah tanpa mementingkan diri.

8
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kisah Ester betapapun peristiwa ini terjadi ribuan tahun silam, namun
mengandung nilai-nilai yang sangat relevan dengan kondisi masa kini. Nilai-nilai yang
dapat bermanfaat bagi semua orang dengan latar belakang dan golongan apa pun. Ester
yang awalnya cuma perempuan biasa dan kemudian menjadi ratu di kerajaan terbesar kala
itu telah mewariskan sifat-sifat yang patut kita teladani, yaitu pribadi yang tetap taat
kepada Tuhan, rela berkorban untuk bangsanya, pribadi yang berhikmat, istri yang
menjaga martabat suaminya, dan seorang anak yang mengasihi orang yang telah
mengasuhnya. Satu hal yang tak kalah penting adalah Ester menunjukkan pada
perempuan masa kini bahwa perempuan dapat berperan menjadi aktor-aktor utama bagi
keselamatan bangsa.

3.2 Saran

Kita telah mengetahui kisah mengenai Ratu Ester. Pada kesempatan ini penulis
mengajak kita semua sebagai umat Allah yang percaya akan Yesus Kristus agar
menjadikan Ratu Ester sebagai teladan hidup kita sehari-hari baik dalam hidup
berkeluarga dan lingkungan masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Telemedicine Toolkit,2017.
American Health Information Management Association (AHIMA)

https://www.jw.org/id/publikasi/buku/iman-sejati/ratu-ester-bijaksana/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ester_(tokoh_Alkitab)
https://kumaubelajar.wordpress.com/category/nilai-nilai-dari-ester/

10

Anda mungkin juga menyukai